Konflik batin tokoh Keenan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari : tinjauan psikologi sastra dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KONFLIK BATIN TOKOH KEENAN
DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI:
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:
Kinanthi Widiasih
NIM: 071224058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KONFLIK BATIN TOKOH KEENAN
DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI:
TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:
Kinanthi Widiasih
NIM: 071224058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :
x Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia membimbingku dengan kasihnya yang
luar biasa dahsyat.
x Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan kasih
sayang, batin dan lahiriah tanpa henti.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

 Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan

dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran (James
Thurber).
 Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh
(Andrew Jackson).

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 23 Juli 2013
Penulis

Kinanthi Widiasih

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma :
Nama


: Kinanthi Widiasih

Nomor Mahasiswa : 071224058
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Konflik Batin Tokoh Keenan Dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi
Lestari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Relevansinya Dengan Pembelajaran di
SMA.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 23Juli 2013
Yang menyatakan


Kinanthi Widiasih

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Widiasih, Kinanthi. 2013. Konflik Batin Tokoh Keenan dalam Novel Perahu
Kertas Karya Dewi Lestari: Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya
dengan pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP,
Universitas, Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh Keenan dalam novel Perahu
Kertas karya Dewi Lestari. Pemilihan judul Perahu Kertas itu sendiri bukan tanpa
makna. Perahu Kertas oleh Dewi Lestari dimaksudkan sebagai suatu penanda

dalam kejadian, sebuah harapan dan cita. Di saat Kugy gundah menghadapi
sebuah peristiwa besar, ia memilih mencoretkan kegundahannya ke atas kertas
untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah perahu yang dilarungkan di aliran air.
Penelitian ini bertujuan memaparkan konflik batin yang dialami oleh
tokoh Keenan, yaitu akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar tokoh Keenan,
seperti kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta,
kebutuhan akan perwujudan diri, dan kebutuhan akan harga diri. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Dari sudut
psikologis, teori psikoanalisis Maslow tentang motivasi kebutuhan dasar manusia
digunakan untuk menganalisis konflik batin yang dialami tokoh Keenan. Teori
sastra sendiri secara struktural memberikan gambaran tentang kondisi latar dan
lingkungan kehidupan dari tokoh Keenan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Melalui metode ini, peneliti mencoba menggambarkan fakta-fakta pada
permasalahan yang diteliti, kemudian mengolah dan menafsirkan. Selanjutnya,
peneliti menganalisis novel Perahu Kertas secara struktural, khususnya analisis
terhadap tokoh, penokohan, dan latar. Lalu, menggunakan analisis pertama untuk
menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Keenan.
Dari analisis novel Perahu Kertas, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama
dalam novel Perahu Kertas adalah Keenan dan Kugy. Dalam penelitian ini, tokoh

Keenan menjadi fokus penulis dalam melakukan kajian penelitian. Tokoh
tambahan dalam novel Perahu Kertas adalah Ludhe, Remi, Lena, Adri, Oma,
Eko, Bimo, Jeroen, Pak Wayan, Wanda. Dengan latar yang singkatnya adalah di
Bandung, Bali, Jakarta, Belanda.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam perjalanan hidupnya,
Keenan mengalami berbagai masalah konflik batin karena tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar itu meliputi keselamatan, rasa cinta
dan memiliki, harga diri, dan perwujudan diri. Tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar menyebabkan timbulnya konflik berupa pertentangan keinginan yang saling
bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku,
sedangkan batin itu tersendiri adalah yang terdapat di dalam hati, yang mengenai
jiwa, membatinkan, merahasiakan, menyembunyikan, menyimpan di hati. Akibat
dari tidak terpenuhinya faktor kebutuhan ini, maka timbulah konflik batin pada
diri Keenan seperti rasa cemas, tidak aman, tidak adil, kurangnya kemampuan
menyesuaikan diri, keberanian berlebihan, dan perasaan tidak puas serta gelisah.
Konflik batin tersebut telah mempengaruhi kondisi psikologis tokoh Keenan.
viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Konflik batin yang dialami berakibat pada pembentukan pribadi dan lingkungan
yang tidak sehat.
Berdasarkan hasil analisis relevansi novel Perahu Kertas dengan
pembelajaran sastra di SMA, dapat disimpulkan bahwa novel Perahu Kertas
sangat relevan untuk dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di SMA. Hal ini
berkaitan dengan adanya butir-butir pembelajaran yang ada pada novel Perahu
Kertas mulai dari bagaimana kita harus tetap semangat dalam meraih mimpi,
berjuang demi cita-cita, tidak mudah putus asa, dan belajar mengerti tentang
makna cinta. Nilai-nilai yang terkandung di dalam novel Perahu Kertas bisa
dijadikan pelajaran bagi para siswa untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam hidup. Pengalaman hidup yang dimaksud adalah bagaimana
siswa bisa belajar melalui cerita yang disajikan, kemudian menjadikannya sebagai
pengalaman, ilmu dan bekal dalam kehidupan yang nyata.
Sebagai contoh ada suatu kutipan yang begitu mengena dalam novel ini,
“Kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita, untuk akhirnya menjadi sesuatu
yang merupakan diri kita sendiri”.Terkadang tidak semua mimpi kita bisa kita raih
begitu saja. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan dan salah satunya adalah
menjadi apa yang bukan diri kita inginkan, seperti halnya Kugy. Untuk menjadi
seorang juru dongeng tidak semudah membalikan telapak tangan. Kugy berpikir,
dia harus mempunyai profesi yang layak dan menghasilkan gaji yang cukup untuk
memenuhi kehidupannya. Baru setelah itu, dia mempunyai profesi sampingan
berupa juru dongeng. Pelajaran inilah yang bisa dijadikan bahan bagi siswa untuk
belajar memaknai tentang kehidupan.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Widiasih, Kinanthi. 2013. Keenan’s Inner Conflicts in the Novel Perahu Kertas
Written By Dewi Lestari: Psichological Literature Review and the
Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, University, Sanata Dharma.
This research examined Keenan’s inner conflicts in the novel Perahu
Kertas written by Dewi Lestari. The title, Perahu Kertas itself did not have a
certain meaning. Perahu Kertas was meant to be a sign in a moment, a hope, and
a dream by Dewi Lestari. When Kugy was restless facing an important moment,
he recorded what happened in the written form on paper. The paper then was
sailed in a ditch.
This research was aimed to explain Keenan’s inner conflicts that were
not fulfilled. The conflicts were the basic needs such as the needs for safety, the
needs for the senses of belonging and love, the needs for self-realization, and the
needs for self-esteem. The approach used in this research was psychological
literature approach. In the point of view of psychology, Maslow psycho-analysis
theory on human’s basic needs motivation was used to analyze Keenan’s inner
conflicts. The theory on literature structurally gave the description about Keenan’s
life background and environment.
The method used in this research was descriptive method. Through this
method, the researcher tried to describe the facts on the problems that were
analyzed, then discussed and interpreted. Then, the researcher analyzed the novel
Perahu Kertas structurally, especially analyzed the characters, characterization,
and settings. After that, the researcher used the results of the first analysis to dig
up Keenan’s inner conflicts.
From the analysis on the novel Perahu Kertas, it could be
concluded that the main characters in Perahu Kertas were Keenan and Kugy. In
this research, Keenan was the writer’s focus in doing the research examination.
The additional characters in Perahu Kertas were Ludhe, Remi, Lena, Adri, Oma,
Eko, Bimo, Jeroen, Pak Wayan, Wanda. The settings were Bandung, Bali, Jakarta,
The Netherlands.
From the research, it could be concluded that in his life, Keenan
experienced many kinds of inner conflicts caused by the basic needs that were not
fulfilled. The basic needs were the needs for safety, love, self-esteem, and selfrealization. Consequently, it caused conflicts on controlling different wishes so
that it affected the behavior. While inner conflicts were the feelings in the heart,
about soul, speaking in the heart, keeping it a secret, hiding it, keeping it in the
heart. As a result, there were inner conflicts in Keenan’s life, such as anxiety,
insecurity, injustice, lack of adaptability, excessive courage, dissatisfaction, and
restlessness. The inner conflicts influenced Keenan’s psychology. It formed
unhealthy personality and environment.
Based on the analysis on the relevancy of the novel Perahu Kertas and
the literature learning in Senior High Schools, it could be concluded that the novel
Perahu Kertas was very relevant with the literature learning in Senior High
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Schools. It was because there were some moral teachings in the novel Perahu
Kertas such as how to reach our dreams enthusiastically, struggle for our dreams,
understand the meaning of love. The values in the novel Perahu Kertas could be
used to broaden the students’ knowledge and show them experiences in life. The
life experiences were about how a student could learn from the story, and then
make it as an experience, knowledge and means in the real life.
For example, there was a very touching quotation in this novel, “Kita
harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita, untuk akhirnya menjadi sesuatu yang
merupakan diri kita sendiri”. (“We have to be something but not ourselves, for
finally being something that is ourselves”). Sometimes, we could not reach all of
our dreams easily. It needed sacrifices, including being something or somebody
else, as experienced by Kugy. It was not as easy as turning over our palms. Kugy
thought that he should own a good job and earn enough money to fulfill his needs.
After that, he had a side job as a story teller. Students could learn from Kugy
about how to live their lives.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan
kasih dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan penelitian ini tidak lepas
dari bantua berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan waktu dan perhatiannya dalam membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi.

3.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II, yang telah
memberikan pengarahan dalam menyusun skripsi.

4.

Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu memberikan dukungan dan kasih
sayang, batin dan lahiriah tanpa henti.

5.

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah memberikan motivasi.

6.

Dewi Lestari (Ibu Suri) selaku novelis yang memberikan inspirasi.

7.

Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah yang telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan
kuliah di Universitas Sanata Darma.

8.

Keluarga besar Kampusku tercinta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan banyak pembelajaran yang berharga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon sumbangan pikiran agar nantinya ada
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

perbaikan lebih lanjut. Penulis juga berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan.

Yogyakarta, 23 Juli 2013

Penulis

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSEUJUAN PUBLIKASI ........................

vii

ABSTRAK

..............................................................................................

viii

ABSTRACT

..............................................................................................

x

KATA PENGANTAR ...............................................................................

xii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xvi

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang ........................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................

8

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .................

10

A. Tinjauan Pustaka .....................................................................

10

B. Landasan Teori ........................................................................

11

1. Unsur Intrinsik .....................................................................

13

2. Teori Psikologi sastra ..........................................................

20

3. Teori Psikoanalisis ..............................................................

21

4. Pembelajaran Sastra di SMA ...............................................

26

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................

37

A. Pendekatan ..............................................................................

37

BAB II

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Metode .....................................................................................

38

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................

39

D. Sumber Data ............................................................................

39

E. Sistematika Penyajian...............................................................

39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

41

A. Analisis Unsur Tokoh ...............................................................

41

1. Tokoh Utama ......................................................................

42

2. Tokoh Tambahan .................................................................

51

B. Analisis Unsur Penokohan .......................................................

63

C. Analisis Unsur Latar ................................................................

86

D. Analisis Konflik Batin Tokoh Keenan dan Relevansi
Novel Perahu Kertas Dengan Pembelajaran di SMA ................ 101
1. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Batin
Tokoh Keenan .................................................................... 102
2. Pembahasan Konflik Batin Teori Maslow ........................... 111
3. Relevansi Novel Perahu Kertas Dengan Pembelajaran
Di SMA .............................................................................. 143
BAB V

PENUTUP ................................................................................... 130
A. Kesimpulan ............................................................................. 130
B. Implikasi ................................................................................. 133
C. Saran ....................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 136

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Batin Tokoh Keenan
Dalam Novel Perahu Kertas ........................................................

102

Tabel 2. Wujud Konflik Batin (Konflik Internal) Tokoh Keenan
Dalam Novel Perahu Kertas ........................................................

111

Tabel 3. Penyelesaian Konflik Batin Tokoh Keenan
Dalam Novel Perahu Kertas ........................................................

119

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra dalam hal ini novel merupakan sarana untuk mencapai
dan mengembangkan nilai-nilai baik afektif, sosial, maupun gabungan
keseluruhan. Itulah sebabnya novel merupakan salah satu karya sastra yang
paling banyak digemari dan berkembang dengan baik. Secara relatif jenis
tersebut mudah untuk dipahami dan dinikmati (Sumardjo dan Saini, 1986:32).
Sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan
aktivitas ekspresi manusia. Sehingga pada dasarnya psikologi dan sastra
mempunyai kaitan erat dengan manusia dalam masyarakatnya. Karya sastra
juga berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi, dan politik. Tekstur sosial
tersebut juga merupakan urusan psikologi. Berbagai persamaan tujuan antara
psikologi dan sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap
suatu karya sastra.
Novel Perahu Kertas adalah novel karya Dewi Lestari yang keenam
setelah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova: Akar,
Supernova: Petir, Filosofi Kopi, dan Rectoverso. Jika dilihat dari judulnya,
Perahu Kertas merupakan judul yang unik dan menggelitik untuk diteliti.
Sebagai pembaca, peneliti menilai bahwa novel Perahu Kertas memiliki alur
cerita yang rumit, dramatis, dan romantis.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Kelebihan dari novel tersebut adalah alur ceritanya yang rumit,
kisahnya yang dramatis, dan penggambaran, serta gaya bahasanya yang
romantis. Adanya rangkaian kehidupan dalam dunia khayal yang memberikan
harapan dan menjadikanya nyata dalam kehidupan tokoh Kugy dan Keenan
juga memberikan emosi yang hidup. Adanya nilai-nilai kehidupan yang dapat
menjadikan inspirasi bagi pembaca untuk selalu percaya pada cita dan cinta,
dan bukan hanya sekadar karya sastra yang bersifat menghibur.
Dee, nama akrab Dewi Lestari, menceritakan sepasang kekasih,
Keenan dan Kugy dalam meraih cita dan cintanya. Dari awal, mereka
menemukan berbagai tanda untuk meraih cita dan cintanya, tetapi banyak hal
yang harus mereka lalui terlebih dulu, dikisahkan bahwa bukan waktu yang
sebentar untuk menemukan ketulusan cita dan cintanya.
Salah satu tokoh yang menyertainya adalah Keenan, dimulai dari
pertemuan mereka di stasiun di Bandung sekembalinya Keenan dari
Amsterdam (tempat di mana Keenan tinggal dengan neneknya) yang sudah
enam tahun lamanya. Enam tahun itu dihabiskan untuk ia benar-benar
menghidupkan darah seorang seniman dari ibunya yang dulunya adalah
seorang pelukis, sebelum menikah dengan ayah Keenan. Tokoh yang
menyertainya adalah Kugy, perempuan bertubuh mungil yang lincah. Kugy
mengambil kuliah di Bandung dengan mengambil jurusan sastra karena ingin
mewujudkan mimpinya sebagai penulis dongeng. Sejak dari SD, Kugy rajin
menabung dan semua hasil tabungannya dibelikan buku cerita anak-anak.
Kemudian investasi itu ia putarkan lagi melalui usaha penyewaan. Dikatakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

bahwa pilihannya kuliah di kota lain adalah buah khayalannya untuk hidup
mandiri. Diceritakan, Kugy melakoni dengan tekun segala kegiatan yang ia
anggap menunjang cita-citanya. Ia menjadi Pemimpin Redaksi majalah
sekolah dari SMP sampai SMA. Ia juga dikenal sebagai pionir dengan ide-ide
segar bagi kehidupan buletin sekolah, mulai dari memburu figur publik
betulan untuk diwawancarai dengan pendekatan profesional, yang ia tuangkan
dalam bentuk artikel, mengikuti lomba-lomba menulis di berbagai majalah.
Dikatakan juga bahwa ia menyusun balok demi balok mimpinya. Dan ia
berkata dengan optimis, bahwa suatu hari ia bukan hanya seorang kolektor
buku dongeng. Ia akan menulis dongengnya sendiri, kendati jalan yang
ditempuhnya harus berputar-putar.
Konflik batin dalam novel Perahu Kertas itu diantaranya adalah
Keenan dan Kugy, hingga akhirnya petualangan cinta dan cita pun dimulai.
Keenan bertemu dengan beberapa wanita setelah bertemu dengan Kugy dan
menjalin cinta dengan Wanda (sepupu Noni: Noni adalah sahabat Kugy) yang
super modis dan manja, juga Ludhe (keponakan Pak Wayan, teman dari orang
tua Keenan dan sekaligus lelaki yang pernah menjalin cinta dengan Ibu
Keenan di masa lalu yaitu Lena, namun mereka berteman hingga sekarang
dan merahasiakan semuanya dari Keenan dan kehidupan keluarganya), gadis
yang Keenan temukan di Bali, merupakan gadis yang lemah lembut, santun,
dan kedewasaannya yang menarik dan selalu menjadikan Keenan tenang
ketika berada di dekatnya walau ternyata mereka tidak berjodoh. Keenan dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Kugy mengalami konflik batin yang menjadikan mereka terpisah bertahuntahun.
Begitu banyak konflik batin yang dihadapi oleh kedua tokoh ini.
Begitupula Kugy yang sempat dan hanya menjadikan Keenan sebagai cinta
yang hanya ada dalam khayalannya saja. Setelah terpisah berkali-kali dengan
Keenan, Kugy merasakan bahwa perasaannya hanya hidup di dunia khayal
saja, maka Kugy memutuskan untuk menjalin cinta dengan Remy, seorang
pemimpin perusahan periklanan, di mana ia yang membawahi Kugy. Masingmasing dari mereka juga menemukan citanya walau itu tidak seperti cita yang
mereka harapkan dan butuhkan.

Hingga pada akhirnya, cita dan cinta

berjalan beriringan ketika mereka bertemu. Mereka seperti telah diciptakan
untuk saling melengkapi, dengan Kugy yang senang dengan menulis dan
Keenan yang senang melukis sungguh menjadikan mereka pasangan yang
serasi.
Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari sangat imajinatif dengan
menggabungkan gambaran ekspresi dan emosi yang dalam. Imajinasi
merupakan wilyah khusus, daerah otonom yang tidak perlu dicocok-cocokan
dengan kenyataan. Sesuatu yang bersifat imajinatif tidak harus irrasional.
Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh terjadi dalam kehidupan nyata, karena
bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi kehidupan manusia
(Fananie, 2002:44).
Kesusastraan memberikan kebahagiaan, kesenangan pada manusia.
Orang menjadi senang dan bahagia selama membaca karya sastra. Tetapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

orang juga menjadi lebih mengerti pada manusia di mana pun di dunia.
Pembaca sastra lebih mengerti kesulitan orang lain, sehingga pembaca lebih
luas pengetahuannya mengenai manusia lain (Sumardjo, 1983:1). Begitulah
karya sastra ditujukan. Sastra (karya sastra) juga merupakan karya seni yang
mempergunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2012:121). Sastra
bukan saja bersifat dan mempunyai tujuan menghibur, tetapi juga merupakan
fakta material yang dapat dianalisis lebih seperti seseorang memeriksa sebuah
mesin (Eagleton, 2006:3).
Novel Perahu Kertas sudah diterbitkan empat kali dan novel ini
menjadi buku yang paling populer seperti genre novelnya yang paling banyak
dicari oleh pembaca pecinta novel romantis.
Novel ini pun akhirnya difilmkan setelah dilansir dalam versi digital
(WAP) pada April 2008 dan diterbitkan atas kerja sama antara Truedee Books
dan Bentang Pustaka.
Dampak dari karya memikat karya Dee itu menjadikan harapan bagi
pembaca agar berani mewujudkan cita cintanya.
Novel Perahu Kertas karya Dee ini menarik untuk dianalisis karena
beberapa hal, yang pertama karena menyajikan konflik batin yang rumit dari
tokoh-tokohnya, seperti Keenan dan Kugy.

Kedua karena novel Perahu

Kertas ini menyajikan cerita yang rumit, ekspresi dan emosi yang dramatis,
dan suasana yang romantis.
Dalam bukunya, Kamus Istilah Sastra, sastra adalah karya lisan atau
tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorizinilan,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Pun, menyajikan masalah
yang ringan, dituturkan secara manis dan romantis (Tengsoe, 1988:179).
Sastra dapat memanfaatkan psikologi karena karya sastra merupakan
ekspresi manusia. Tokoh-tokoh dalam novel adalah manusia yang terdiri dari
unsur fisik dan mental (jiwa). Oleh karena itu, unsur psikologi sangat
berperan dalam penokohan (Atmaja dalam Wiwin, 2000:2).
Psikologi

sastra

adalah

telaah

karya

sastra

yang

diyakini

mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Psikologi sastra dipengaruhi
oleh beberapa hal. Pertama, karya sastra merupakan kreasi dari suatu proses
kejiwan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar
(subsconscious) yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk conscious.
Kedua, telaah psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan
psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh
pengarang sehingga pembaca merasa terbuai oleh problema psikologis
kisahan yang kadang kala merasakan dirinya terlibat dalam cerita (Minderop,
2011:54-55).
Pada dasarnya psikologi dan sastra mempunyai kaitan erat dengan
manusia dalam masyarakatnya. Karya sastra juga berururusan dengan tekstur
sosial, ekonomi, dan politik. Pendekatan psikologi sastra dapat memberikan
gambaran-gambaran atau penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, terutama
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan perasaan dalam sastra.
Oleh karenanya, pendekatan psikologi sastra dipilih agar dapat memberikan
gambaran tentang aspek kejiwaan pengarang, sejauh mana keterlibatan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh
rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan. Karya sastra ini juga
menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan
berbagai problem psikologis. Berbagai persamaan tujuan antara psikologi dan
sastra mendasari adanya suatu pendekatan psikologi terhadap suatu karya
sastra.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah konflik batin tokoh,
maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra artinya pendekatan dari sudut
psikologi dan sudut sastra. Persoalan-persoalan psikologi yang mendalam
dalam novel Perahu Kertas juga mendorong penulis untuk menggunakan
psikologi sastra dalam mengkajinya. Dari hasil yang diperoleh kemudian
direlevansikan dengan pembelajaran sastra di SMA agar diketahui ada
tidaknya peran atau fungsi dari novel tersebut terhadap perkembangan
mental, emosional, dan perilaku peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah:
1. Bagaimana tokoh dan penokohan Keenan dalam novel Perahu Kertas?
2. Bagaimana latar dalam novel Perahu Kertas?
3. Bagaimana konflik batin tokoh Keenan dalam novel Perahu Kertas?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

4. Bagaimana relevansi konflik batin tokoh Keenan dengan pembelajaran
Sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah
1.

Mendeskripsikan tokoh dan penokohan Keenan dalam novel Perahu
Kertas.

2.

Mendeskripsikan latar dalam novel Perahu Kertas.

3.

Mendeskripsikan konflik batin tokoh Keenan novel Perahu Kertas.

4.

Mendeskripsikan relevansi konflik batin tokoh Keenan dengan
pembelajaran Sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.

Menambah kajian sastra, khususnya kajian sastra dengan pendekatan
psikologis.

2.

Dapat menjadi alat untuk meyakinkan masyarakat bahwa cita dan cinta
selalu dapat terwujud.

3.

Memberikan

sumbangan

dunia

pendidikan

dalam

usahanya

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berusaha menghubungkan karya
sastra Perahu Kertas dengan masyarakat dengan merelevansikan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

pembelajaran Sastra Indonesia di sekolah, SMA yaitu pesan yang
terkandung dalam novel Perahu Kertas.
4.

Mengembangkan apresiasi sastra karya Dewi Lestari, khususnya novel
Perahu Kertas.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai Psikologi Sastra sebuah novel, pernah dilakukan
oleh F. Wiwin Fouwer Ningrum tahun 2000 yang berjudul “ Konflik Batin
Tokoh Hasan Dalam Novel Bukan Karena Kau Karya Toha Mohtar: Tinjauan
Psikologi Sastra dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Sastra di SMU ”.
Dalam penelitiannya, ia menggunakan pendekatan psikologi sastra, yaitu
pendekatan dari sudut psikologi dan sastra. Hasil penelitiannya adalah
konflik-konflik batin yang dialami oleh Hasan dalam mempertahankan super
ego atau hati nuraninya.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Yohanes Dwijo Utomo (2003) “
Konflik Batin Tokoh Semar Dalam Teks Drama Semar Gugat Karya R.
Riantiarno: Analisis Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMU “. Peneliti ini mencoba
menggali nilai-nilai psikologis tokoh Semar dalam teks drama Semar Gugat
karya N. Riantiarno.
Dari beberapa referensi yang ada, peneliti kemudian mencoba
menggunakannya sebagai acuan untuk mengkaji secara mendalam pada novel
Perahu Kertas tentang konflik batin tokoh Keenan, nilai-nilai yang
terkandung

pada

cerita

yang

a da

didalamnya,

dan

kemudian

merelevansikannya dengan pembelajaran sastra di SMA. Nilai-nilai itu digali

10

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

dengan mengacu pada teori psikologi dari Abraham Maslow tentang
kebutuhan dasar manusia khususnya kebutuhan akan penghargaan dan
aktualisasi diri. Menganalisis faktor atau latar belakang yang menyebabkan
terjadinya koflik batin tokoh Keenan, akibat dari terjadinya konflik batin, dan
upaya tokoh Keenan menghadapi konflik yang terjadi dalam dirinya. Hasil
penelitiannya adalah deskripsi konflik batin tokoh Keenan yang merujuk pada
teori Abraham Maslow tentang kebutuhan dasar manusia.

B. Landasan Teori
Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang
bermakna. Struktur karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan
antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk kesatuan yang utuh
(Nurgiyantoro dalam Wiwin, 2000:7).
Untuk memudahkan pemahaman terhadapt suatu karya sastra maka
perlu adanya pemaparan terhadap struktur novel tersebut dengan melakukan
analisis. Analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah analisis
struktural berdasarkan teori psikoanalisis Maslow tentang kebutuhan dasar
manusia. Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi menurut kaum strukturalisme
adalah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur
(pembangun)-nya. Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada
pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling
menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama-sama membentuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

satu kesatuan yang utuh. Selain istilah struktural di atas, dunia kesastraan
(juga:linguistik) mengenal istilah strukturalisme (Nurgiyantoro, 2012:36).
Nurgiyantoro berpendapat bahwa strukturalisme merupakan salah satu
pendekatan

kesastraan

yang

menekankan

pada

kajian

antarunsur

pembangunan karya yang bersangkutan.
Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mengekspresikan fungsi
dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula
diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwaperistiwa, plot, tokoh, dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain.
Setelah dijelaskan bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam
menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu
sehingga secara bersama membentuk totalitas-kemaknaan yang padu.
Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain,
kaitannya dengan pemplotan yang tak selalu kronologis, kaitannya dengan
tokoh dan penokohan, dengan latar dan sebagainya. Dengan demikian, pada
dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi
dan keterkaitan antar unsur karya sastra secara bersama.
Analisis struktural tidak cukup hanya sekedar mendata unsur tertentu
sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lain.
Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan
antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan
makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2012:37).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

Nurgiyantoro juga memaparkan, mengapa hal yang diungkapkan di
atas beralasan, yaitu karena karya sastra merupakan struktur yang kompleks
dan unik, di samping setiap karya mempunyai ciri kekompleksan dan
keunikannya sendiri, yang membedakan karya sastra yang satu dengan yang
lain. Maka dari itu, Nurgiyantoro, dalam bukunya juga memaparkan bahwa
setiap karya sastra memiliki keunikannya sendiri, maka tidak perlu
membandingkan karya sastra yang satu dengan yang lain.
1. Unsur Intrinsik
1. 1

Tokoh
Penulis

yang

berhasil

menghidupkan

watak

tokoh-tokoh

ceritanya, yang berhasil mengisinya dengan darah dan daging, akan
dengan sendirinya meyakinkan kebenaran ceritanya (Sumardjo&Saini,
1986:65). Tokoh cerita adalah orang yang mengalami bagian dan
menerima peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot. Tokoh
juga berarti pelaku cerita atau perwatakan (Nurgiyantoro, 2012:165).
Tokoh mempunyai hubungan yang erat dengan yang akan diteliti oleh
peneliti.
Tokoh ada yang berkedudukan protagonis, yaitu tokoh yang
pertama-tama berprakarsa dan dengan demikian berperan sebagai
penggerak ceritaa dan juga antagonis sebagai sosok karakter yang
menentang adanya tokoh utama.
Cara mengenali karakter dalam sebuah cerita dapat dilakukan
dengan beberapa cara:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

Pertama, melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya,
terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak
seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas pada sikapnya dalam
situasi gawat (penting), karena ia tak bisa pura-pura, ia akan bertindak
secara spontan menurut karakternya.
Kedua, melalui ucapan-ucapannya. Dari apa yang diucapkan oleh
seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang
dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang
berbudi halus atau kasar, dan sebagainya. Ketiga, melalui penggambaran
fisik tokoh. Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan
wajah tokoh-tokohnya. Yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya,
dan sebagainya. Keempat, melalui pikiran-pikirannya. Melukiskan apa
yang dilukiskan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk
membentangkan perwatakannya. Kelima, melalui penerangan langsung.
Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara
langsung.
Berhadapan

dengan

tokoh-tokoh

fiksi,

pembaca

sering

memberikan reaksi emotif tertentu seperti merasa akrab, simpati, empati,
benci, antipati, atau berbagai reaksi afektif lainnya (Nurgiyantoro,
2012:174).
Nurgiyantoro menggolongkan tokoh menjadi beberapa jenis,
diantaranya:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

1.1.1

Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2012:177). Tokoh utama
senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap
halaman buku cerita yang bersangkutan. Tokoh utama adalah tokoh yang
biasanya paling banyak muncul dalam sinopsis, sedangkan tokoh
tambahan biasanya lebih jarang muncul.
1.1.2

Tokoh Protagonis dan Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, seperti seorang

pahlawan misalnya, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang dibenci
pembaca.

1. 2

Penokohan
Penokohan merupakan salah unsur penting dalam fiksi. Pembicaraan

mengenai tokoh dengan segala perwatakan dengan berbagai citra jati
dirinya, dalam banyak hal lebih menarik perhatian orang daripada
berurusan dengan pemlotannya (Nurgiyantoro, 2012:164). Artinya bahwa
“siapa” lebih banyak dipertanyakan orang terlebih dahulu ketika
membahas karya sastra, baik itu film ataupun novel. Nurgiyantoro juga
memaparkan bahwa

istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya

daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah
siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca.
Penokohan merupakan unsur terpenting dalam fiksi (Nurgiyantoro,
2012:172). Nurgitantoro memaparkan bahwa penokohan sebagai salah satu
unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan
unsur-unsur pembangun lainnya. Dalam pemahamannya berarti bahwa jika
fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil,
penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi dengan
berbagai unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot dan tema, atau unsur
latar, sudut pandang, gaya, amanat, dan lain-lain. Penokohan merupakan
bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang lain membentuk
suatu totalitas.
Dalam melukiskan tokoh, Nurgiyantoro memaparkan beberapa
teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra:
1.2.1

Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori disebut juga sebagai teknik analitis. Pelukisan

tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau
penjelasan secara langsung (Nurgiyantoro, 2012:195). Teknik ini, biasanya
langsung menghadirkan tokoh dengan deskripsi kediriannya yang berupa
sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya.
1.2.2

Teknik Dramatik
Penampilan dalam teknik dramatik dilakukan secara tak langsung.

Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

serta

tingkah

laku

tokoh

(Nurgiyantoro,

2012:198).

Pengarang

membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri
melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik tindakan maupun tingkah
laku, ataupun bisa juga dengan peristiwa yang dialami tokoh.
1.2.3

Teknik Cakapan
Teknik ini dilakukan dengan cara percakapan antar tokoh untuk

menggambarkan sifat-siat tokoh yang bersangkutan
1.2.4

Teknik Tingkah Laku
Teknik tingkah laku lebih pada tindakan fisik yang dilukiskan

oleh tokoh pada suatu karya sastra.
1.2.5

Teknik Pikiran dan Perasaan
Teknik pikiran dan perasaan dapat ditemukan dalam teknik

cakapan dan tingkah laku. Artinya, penuturan antar tokoh sekaligus untuk
menggambarkan pikiran dan perasaan tokoh.
1.2.6

Teknik Arus Kesadaran
Teknik arus kesadaran berkaitan erat dengan teknik pikiran dan

perasaan (Nurgiyantoro,2012:206). Keduanya sama-sama menggambarkan
tingkah laku batin tokoh.
1.2.7

Teknik Reaksi Tokoh
Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap

suatu kejadian, masalah, keadaan, sikap-tingkah-laku orang lain dan
sebagainya

yang berupa “rangsang” dari luar yang bersangkutan

(Nurgiyantoro, 2012:207).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

1.2.8

Teknik Reaksi Tokoh Lain
Reaksi tokoh (-tokoh) lain dimaksudkan sebagai reaksi yang

diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari
kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lainlain (Nurgiyantoro, 2012:209). Reaksi tokoh juga merupakan teknik
penokohan untuk menginformasikan kedirian tokoh kepada pembaca.
1.2.9

Teknik Pelukis Latar
Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian

tokoh seperti yang telah diungkapkan dengan berbagai teknik yang lain
(Nurgiyantoro, 2012:209). Suasana latar sekitar tokoh juga sering
digunakan sebagai pelukisan kediriannya.
1.2.10

Teknik Pelukisan Fisik
Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan

kejiwannya,

atau

paling tidak,

pengarang sengaja

mencari

dan

memperhubungkan adanya keterkaitan itu (Nurgiyantoro, 2012:210).
1. 3

Latar
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran

pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro,2012:216).
Latar/ Setting dalam fiksi bukan hanya sekedar background,
artinya bukan hanya menunjukkan tempad kejadian dan kapan terjadinya.
Dalam fiksi, lama tempat kejadian cerita dan tahun-tahun terjadinya
disebutkan panjang lebar oleh penulisannya. Setting bukan hanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

menunjukkan tempat dan waktu tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu
wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegilaan
mereka, gaya hidup mereka, kecurigaan mereka, dan sebagainya
(Sumardjo&Saini, 1986:76).
Cerita yang berhasil adalah setting yang menyatu dengan tema,
watak, gaya, implikasi, (kaitan) filosofis. Ia juga mengatakan bahwa
pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot tertentu. Setting bisa
berarti banyak, yaitu tempat tertentu, orang-orang tertentu dengan watakwatak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup
tertentu, cara berpikir tertentu.
Latar memiliki unsur, diantaranya:
1.3.1

Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi peristiwa yang diceritakan pada

sebuah karya fiksi.
1.3.2

Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” peristiwa-peristiwa

dalam fiksi berlangsung.
1.3.3

Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat yang diceritakan dalam karya fiksi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

2. Teori Psikologi Sastra
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan
logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang
menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Minderop, 2011:3).
Maslow mendefinisikan teori psikologi sebagai motivasi dan
kepribadian manusia. Manusia mempunyai kebutuhan pokok dan perlu
adanya motivasi, diantaranya adalah:
a. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis (rasa haus, rasa lapar, dan seks).
b. Kebutuhan

akan

Keselamatan

(keamanan,

ketergantungan,

perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas).
c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta.
d. Kebutuhan akan harga diri.
e. Kebutuhan akan perwujudan diri (mewujudkan apa yang mampu
dalam kemampuannya (Maslow,1984:39-51).
Teori kepribadian oleh Maslow menitikberatkan pada ketiadaan,
frustasi, dan ancaman. Ketiadaan-ketiadaan yang tidak terelakan pada
masa kanak-kanak biasanya juga dirasakan menimbulkan frustasi, lalu
menimbulkan ancaman terhadap tujuan hidup seseorang, kebutuhannya,
dan kepribadian dasarnya (Maslow, 1984:121-123).
Dalam penelitian ini, analisis yang akan dipakai adalah analisis
struktural berdasarkan teori psikoanalisis dari Maslow. Psikologi dan
sastra adalah dua hal berbeda, yang saling berhubungan. Keduanya samasama berurusan dengan persoalan manusia sebagai mahkluk individu dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

mahkluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama yaitu
menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Oleh karena itu,
pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam penelitian
sastra (Minderop, 2011:2). Penelitian psikologi sastra ini mempunyai
banyak peranan, diantaranya seperti yang telah diungkapkan Minderop
dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Sastra; Karya Sastra, Metode,
Teori, dan Contoh Kasus”. Penelitian psikologi sastra memiliki peranan
penting dalam pemahaman sastra karena adanya beberapa kelebihan
seperti: pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih
mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat
memberi umpan balik kepada peneliti tentang masalah perwatakan yang
dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat membantu
menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis
(Minderop, 2011:2).
3. Teori Psikoanalisis
Pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian, di antaranya
adalah psikoanalisis. Teori psikoanalisis ini akan digunakan untuk
menganalisis konflik batin yang dialami oleh Keenan dan Kugy. Dalam
psikologi, ada tiga aliran pemikiran, salah satunya adalah psikoanalis yang
menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflikkonflik struktur kepribadian. Kepribadian adalah pengutaman alam bawah
sadar yang berada di luar sadar, yang membuat struktur berpikir diwarnai
oleh emosi (Minderop, 2011:9). Jadi, yang dimaksudkan adalah bukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

hanya menilai dari karakteristik tokoh, melainkan mengamati gelagat dan
pikiran yang mendalam dari tokoh tersebut. Konflik juga diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya

atau

membuatnya

tidak

berdaya.

Konflik

dilatarbelakangi oleh beberapa perbedaan, yang menyangkut ciri-ciri fisik,
diantaranya seperti kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik#section).
Kepribadian adalah suatu integrasi dari semua aspek kepribadian
yang unik dari seseorang menjadi organisasi yang unik, yang menentukan,
dan memodifikasi oleh seseorang beradaptasi dengan lingkungannya yang
selalu berubah (Minderop, 2011:8). Kepribadian juga merupakan
persoalan jiwa pengarang yang asasi. Kepribadian diartikan sebagai
pengutamaan alam bawah sadar (unconscious) yang berada di luar sadar,
yang membuat struktur berpikir diwarnai oleh emosi.
Freud berpendapat bahwa ada pembagian psikisme manusia yang
merupakan s

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 13 19

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 9 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Piano Di Kotak Kaca Karya Agnes Jessica: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA.

0 3 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 5 26

KONFLIK BATIN TOKOH LARAS DALAM NOVEL SANG DEWI KARYA MOAMMAR EMKA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 27

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL PUSPARATRI KARYA NURUL IBAD: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama Novel Pusparatri Karya Nurul Ibad: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 0 11

KONFLIK Konflik Batin Tokoh Dewi Dalam Novel Menari Di Atas Awan Karya Maria A. Sardjono: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 2 12

Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

0 5 140

KONFLIK BATIN TOKOH-TOKOH DALAM KUMPULAN CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI (PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA).

0 0 10

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI:PERSPEKTIF PSIKOANALISIS

0 11 14