Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

(1)

viii ABSTRAK

Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana

Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.

Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra untuk SMA. Dalam penelitian ini diberikan contoh silabus dan ren cana pelaksanaan pembelajaannya. Guru bahasa dan sastra Indonesia , diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode dan bahan pembelajaran .


(2)

ix ABSTRACT

Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.

This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and

characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.

Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main

character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father

– Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of

being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.

The results of this research could be used for the learning material for literature in SHS. In this research t here was an example of syllabus and teaching plans. Indonesian language teachers were supposed to be more creative in selecting learning method and material.


(3)

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: Siti Sudarti

08 1224 055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: Siti Sudarti

081224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

SKRIPSI

KONFLIK

BATIN TOKOH UTAMA

DALAM

NOVEL

LINTANG

KARYA NANA RINA DAN

IMPLEMENTASII{YA

DALAM

PEMBELAJARAI{

SASTRA

DI

SMA

(suATU

TTNJAUAT\

PSTKOLOGI SASTRA)

Rahmanto, M.I{um. Yoryakartar?T Juh20l2

I)r. Y. Karmin, M.Pd. Yograkarta, 10 Agustus 2012

Pembimbing

II

0


(6)

SKRIPSI

KONFLIK

BATIN TOKOH UTAMA

DALAM

NOYEL

LINTANG

KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASII\IYA

DALAM

PEMBELAJARAN

SASTRA

DI

SMA

(SUATU

TINJAUAN PSIKOLOGI

SASTRA)

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Siti Sudarti 081224055

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 22 Okober 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Lengkap Ketua

Sekretaris Anggota

I

Anggota

II

Anggota

III

Dr. Yuliana Setiyaningsih

Rishe Punama Dewi, S.Pd., M.Hum. Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Dr. Y. Kannin, M.Pd.

Setya Tri Nugrah4 S.Pd., M.Pd.

Yogyakarta, 22 Oktober 2Al2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang -orang yang selalu membuatku semangat, tegar, dan bangga.

Kedua orang tuaku, Bapak Dahlan dan Umi Sri Suharti. Anakmu ini sangat menyayangi dan mencintaimu.

Kakakku Slamet Sunariyo & Winarsih, dan adikku Supariyono terkasih.


(8)

PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakart4 22 Oktober 2012 PenuliF,

z-:.

I

IW


(9)

vi MOTTO

Atas segala keberadaanku, dan harapan -harapanku. Aku berutang kepada Ibuku. (Abraham Lincoln)

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

(Mazmur 126: 5)

“Suatu perubahan mempunyai dampak psikologis Terhadap manusia. Untuk yang penakut,

Perubahan pasti sangat menakutkan karena hal-hal justru akan menjadi lebih buruk.

Untuk yang mempunyai harapan, Perubahan menjadi hal menyenangkan

karena pasti akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Untuk yang percaya diri, perubahan pasti bisa menjadi inspirasi

karena mereka jadi mempunyai tantangan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik”


(10)

LEMBAR PER}IYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAIY AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

Siti Sudarti

NomorMahasiswa :081224055

Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

KONFLIKBATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAi\t IMPLEMENTASII\TYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (suATU TTNJAUAN PSTKOLOGT SASTRA)

beserta perangkat yang ada

bila

diperlukan

(bila

ada). Dengan demikian saya memberikan kepad4 Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4

mendistribusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan rulma saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Oktober 2012


(11)

viii ABSTRAK

Sudarti, Siti. 2012. Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana

Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan alur, tokoh, dan penok ohan; konflik batin yang dialami tokoh utama ; dan implementasi hasil penelitian dalam pembelajaran di SMA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan alur, tokoh, dan penokohan, konflik batin tokoh utama , dan juga untuk memaparkan implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA.

Dari analisis data, dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah Lintang, sedangkan tokoh tambahan yang mempunyai kaitan dengan penyebab konflik batin tokoh utama adalah Eyang Sulastri, Bapak (Toto Wibowo), Ibu (Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, dan Katriningsih . Sifat orang tuanya yang keras, kurangnya kemampuan membaca Al-Quran dan sholat, pilihan antara cinta dan cita -cita, sampai perasaan bersalah yang mendalam karena telah berselingkuh, merupakan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam menjalani kehidupannya. Reaksi berupa ucapan atau tingkah laku yang tidak sewajarnya adalah bentuk pelampiasan dari rasa ketakutan, kekec ewaan, dan juga keterpaksaan. Konflik batin tokoh utama berakhir ketika ia mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suaminya.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra untuk SMA. Dalam penelitian ini diberikan contoh silabus dan ren cana pelaksanaan pembelajaannya. Guru bahasa dan sastra Indonesia , diharapkan lebih kreatif dalam memilih metode dan bahan pembelajaran .


(12)

ix ABSTRACT

Sudarti, Siti. The Main Character’s Inner Conflict in Novel Lintang Written by Nana Rina and the Implementation in the Literature Learning in Senior High Schools (A Psychology Literature Review) . Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the main character’s inner conflict in novel Lintang written by Nana Rina. This research was aimed to explain the plot, characters, and characterization; the inner conflict experienced by the main character; and the implementation of the research results in the learning process in SHS.

This research used psychologic literature approach and descriptive method. This method was used to explain the plot, characters, and

characterization, the main character’s inner conflict, and to explain the implementation of the research results in the learning process in SHS.

Based on the data analysis, it could be concluded that the main character of this novel was Lintang, while the additional figures related to the main

character’s inner conflict were Eyang Sulastri (Grandma Sulastri), Bapak (Father

– Totok Wibowo), Ibu (Mother – Roro Satiti), Aji Prayogo, Wiwoho Anggit, Utari, Doktor Anggoro, and Katriningsih. The inner conflict experienced by the main character in his life was becaus e her parents were strict, her parents seldom read Koran and performed prayers , she was in between two choices – love and dream, and she felt guilty for her adultery. Lintang unusual utterances and behavior were her reactions to express her fear, disappointment, and the fact of

being forced. The main character’s inner conflict ended when she got her husband’s attention and affection back.

The results of this research could be used for the learning material for literature in SHS. In this research t here was an example of syllabus and teaching plans. Indonesian language teachers were supposed to be more creative in selecting learning method and material.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas limpahan rahmat -Nya, sehingga skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Lintang Karya Nana Rina dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) dapat terselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran memberi pengarahan, membimbing, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Y. Karmin, M. Pd., selaku dosen Pembimbing II yang dengan sabar, teliti, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

5. Para Dosen PBSID, yang telah deng an sabar mendampingi penulis selama menempuh pendidikan di PBSID.


(14)

6.

Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang dengan memberikan pelayanan kepada penulis.

7.

Kedua orang tuaku tercinta, bapakku Dahlan dan umiku Sri Suharti, serta kedua kakak dan adikku yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doanya untukku.

8.

Romo Stanislaus Beda Eylannor, CM., yang telah membantu biaya studi dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan tugas studi ini.

9.

Teman-temanku, Juwang, Yuni, Pipit,

Lis4

dan teman-teman PBSID 2008.

Terima kasih atas perhatian, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 22 Oktober 20 12

Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8


(16)

xiii

B. Kajian Teori ... 10

1. Pendekatan Struktural ... 10

a. Alur atau plot... 11

b. Tokoh ... 14

c. Penokohan ... 15

d. Latar ... 17

2. Psikologi Sastra ... 18

3. Psikologi Abraham Maslow ... 18

4. Konflik ... 22

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 23

6. Silabus ... 24

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28

8. Pembelajaran Sastra di SMA ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Pendekatan ... 33

B. Metode... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Teknik Analisis Data ... 34

E. Sumber Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG ... 36

A. Analisis Struktural ... 36

1. Alur ... 36

2. Tokoh ... 41

3. Penokohan ... 42


(17)

xiv

B. Analisis Psikologi Sastra dalam Novel Lintang... 63

1. Kebutuhan Fisiologis ... 63

2. Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Rasa Aman ... 64

3. Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Rasa Memiliki ... 70

4. Kebutuhan Penghargaan ... 76

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 79

6. Konflik Batin Tokoh Utama ... 81

BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA ... 93

A. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Bahasa ... 94

B. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Perkembangan Psikologi Siswa ... 95

C. Novel Lintang Ditinjau dari Aspek Latar Belakang Budaya ... 96

D. Pengembangan Silabus... 97

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 97

2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran ... 98

3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran ... 98

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 99

5. Penentuan Jenis Penilaian ... 100

6. Menentukan Alokasi Wakt u... 100

7. Menentukan Sumber Belajar ... 101

8. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

BAB VI PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102


(18)

xv

C. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN Silabus ... 108

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 110

Sinopsis Novel Lintang ... 119


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengalaman merupakan salah satu sumber inspirasi terciptanya karya sastra, baik novel, cerpen, puisi, maupun karya sastra yang lain. K esedihan, kebahagiaan, dan kelucuan dalam kehidupan manusia dapat dikisahkan dengan kata-kata. Misalnya novel Lintang karya Nana Rina yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Suyitno (1986: 5), sastra di samping merupakan kutub tertentu dari garis lurus suatu kehidupan, juga merupakan tuangan wadah jiwani manusia secara utuh. Sastra mencakup hal -hal yang indah, memikat, tragis, dan menyedihkan. Sastra juga berisi hal -hal yang menyangkut baik buruk hidup manusia yang penuh dengan konflik batin, dan merupakan terjemahan menawan perjalanan manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa hi dup dan kehidupan.

Saxby (via Nurgiyantoro, 2005: 4) mengatakan bahwa sastra pada hakikatnya adalah citra kehi dupan, gambaran kehidupan. Citra kehidupan (image of life) dapat dipahami sebagai penggambaran secara konkret tentang model -model kehidupan sebagaimana yang dijumpai dalam kehidupan faktual sehingga mudah diimajinasikan sewaktu dibaca.

Menurut Nurgiyantoro (2005: 4), sastra merupakan gambaran kehidupan yang bersifat universal, tetapi dalam bentuk yang relatif singkat karena


(20)

dipadatkan. Dalam sastra tergambar peristiwa kehidupan lewat karakter tokoh dalam menjalani kehidupan yang dikisahk an dalam alur cerita. Secara prinsipal, teks sastra berwujud penggalian, pengurutan, penilaian, dan pengendapan dari berbagai pengalaman kehidupan dan atau kemanusiaan sebagaimana dialami dan dirasakan penulisnya yang kemudian diungkapkan dengan cara -cara yang indah. Pengalaman hidup, dapat menimbulkan kesan suka maupun duka. Setiap peristiwa yang dialami oleh manusia baik bersama dengan keluarga, saudara, maupun orang-orang terdekat dapat menjadi sebuah pengalaman hidup yang menarik. Segala peristiwa yang dialami seseorang dapat dijadikan inspirasi seorang penulis untuk dikisahkan dalam karyanya baik novel maupun cerita pendek.

Peneliti memilih novel yang berjudul Lintang karya Nana Rina, selain karena sesuai dengan kehidupan sehari -hari, novel ini dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMA. Permasalahan yang diangkat dalam novel ini , selain pendidikan, juga permasalahan rumah tangga yang ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca.

Novel ini mengisahkan seorang gadis dari sebuah keluarga di Yogyakarta bernama Lintang. Ia dilukiskan sebagai se orang gadis cantik, anak tunggal, dan pandai menari. Sejak kecil orang tuanya berharap penuh akan kesuksesan Lintang hingga dapat membuat orang tu anya bangga karena ia anak tunggal, tetapi Lintang memilih melanjutkan cita-citanya menjadi insinyur dan melepaskan kekasihnya. Akhirnya ia menikah dengan seorang dokter yang bernama Aji Suprayogo. Pernikahannya menimbulkan berbagai konflik batin dalam dirinya, dari sifat suaminya yang tidak peka hati sehingga mengantarnya pada sebuah


(21)

perselingkuhan, dan juga keadaan anaknya yang terlahir dengan fisik kurang sempurna. Namun keyakinan bahwa seti ap ujian pasti ada jalan keluar membuatnya kuat dalam menanggung beban hidup.

Penelitian ini akan meneliti konflik batin tokoh, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis sastra. Sebenarnya sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap kehidupan karena keduanya memiliki fungsi dalam hidup ini. Keduanya sama -sama berurusan dengan pers oalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai telaah. Oleh karena itu, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam penelitian sastra (Endraswara , 2008: 15).

Hasil dari analisis konflik batin ini akan digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Tujuan pembelajaran itu adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra khususnya novel Lintang karya Nana Rina.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, disusun rumusan masalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah gambaran unsur alur, tokoh, serta penokohan, yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina?


(22)

b. Bagaimanakah konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina?

c. Bagaimanakah implementasi hasil analisis konflik batin tokoh Lintang dalam novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan, serta alur yang membentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.

b. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.

c. Mendeskripsikan implementasi hasil analisis konflik batin tokoh utama pada novel novel Lintang karya Nana Rina dalam pembelajaran sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan sumbangan sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian sastra, khususnya kajian sastra dari sudut psikologi.


(23)

b. Bagi peneliti sastra, penelitian ini diharapkan dapat m enjadi masukan dan memberikan informasi mengenai karya sastra, khususnya novel Lintang karya Nana Rina.

c. Memberikan sumbangan bagi pembelajaran sastra di SMA, khususnya yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai novel Lintang karya Nana Rina.

E. Batasan Istilah

Istilah yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Novel

Novel adalah cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah -ubah dan merupakan kesatuan yang dinamis yang bermakna (Faruk via Heru Santosa, 2010: 47).

b. Konflik

Konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi -aksi balasan (Wellek dan Warren via Nurgiyantoro, 20 07: 122).

c. Alur (plot)

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan -tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku suatu cerita (Aminuddin, 1991: 83).


(24)

d. Tokoh

Tokoh adalah orang yang mengalami berbagai peristiwa yang terjadi di dalam suatu cerita (Wiyanto, 2005: 80).

e. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Jones via Nurgiyantoro, 1995: 165). f. Latar

Latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peris tiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams via Nurgiyantoro, 1998: 216) .

g. Psikologi

Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran (Maslow via Walgito, 2010: 91).

h. Psikologi sastra

Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mengkaji (mendekati) sastra dari sudut psikologi. Perhatian pendekatan ini dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan Rahmanto, 1 986: 126-127).


(25)

F. Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini disusun menjadi enam bab. Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah yang akan di teliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sis tematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, yaitu kajian pustaka dan kajian teori. Bab III, metodologi penelitian yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data.

Selanjutnya, bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina. Bab V berisi tentang implementasi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA. Bab ini memaparkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) novel Lintang karya Nana Rina. Bab yang terakhir adalah bab VI, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.


(26)

8 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dari segi permasalahan yang diungkap, peneliti menemukan beberapa penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Maria Devy Bukit Shintawawati (2010), Linda Wati (2007), dan Fenty Indah Nurhandayani (2006).

Penelitian Maria Devy Bukit Shintawati dalam rangka menyusun skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Dimas dalam Menghadapi Kemelut Hidup pada Novel Pacarku Ibu Kosku Karya Wiwik Karyono (Suatu Tinjauan Psikologis) dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA yang disusun pada tahun 2010 menggunakan pendekatan psikologi sastra dan menggunakan metode deskriptif . Hasil dari penelitian tersebut adalah analisis tokoh dan latar yang berkaitan erat dengan konflik batin tokoh Dimas akan rasa cintanya kepada Mbak Dea. Kenyataan hidup yang selalu bertentangan dengan prinsip hidup tokoh Dimas telah membawanya pada konflik -konflik batin yang serius. Keinginan kuat Dimas untuk mempertahankan prinsip hidupnya bukan tanpa konsekuensi. Dimas harus mengalami akibat -akibatnya yang harus ditanggungnya. Akibat itu adalah akibat psikis.

Penelitian Linda Wati dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Midah dalam Novel Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer suatu Pendekatan Psikologis Sastra yang disusun pada tahun 2007 menggunakan


(27)

pendekatan struktural. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Unsur tokoh dan latar pada novel karya Pramoedya Ananta Toer ini dianalisis untuk menggali konflik batin yang dialami oleh tokoh Midah.

Hasil penelitian pada skripsi ini meliputi tokoh dan alur yang melatarbelakangi kehidupan tokoh utama yang mengalami konflik batin. Teori Abraham Maslow digunakan dalam penelitian ini sehingga ditemukan tiga kebutuhan dasar tokoh utama yang tidak terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki -dimiliki, dan kebutuhan akan rasa kasih sayang. Tokoh Midah mengalami konflik batin namun tidak sampai menderita penyakit jiwa dan tidak mengalami shizoprenia karena dia mampu melewati permasalahan yang menyebabkan k onflik batin selama berada di jalanan Jakarta dengan penuh ketegaran.

Penelitian Fenty Indah Nurhandayani yang berjudul Unsur-unsur Pembentuk Konflik Batin Tokoh Lasi dalam Novel Belantik Karya Ahmad Tohari (Suatu Pendekatan Psikologi Sastra) yang disusun pada tahun 2006 menggunakan pendekatan psikologi sastra. Unsur pembetuk konflik batin yang dianalisis adalah unsur penokohan dan latar. Teori yang digunakan adalah teori psikologi Abraham Maslow yang hanya berkaitan langsung dengan konflik batin tokoh utama . Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tokoh utama pada novel Belantik mengalami konflik batin karena kebutuhan akan rasa aman, r asa memiliki dan dimiliki serta kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan a ktualisasi diri tidak terpenuhi. Konflik batin yang dialaminya tidak sampai menyebabkan ia menderita shizoprenia.


(28)

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penel iti menyimpulkan bahwa penelitian tentang analisis konflik batin dan implementasinya dalam pembelaj aran sudah pernah dilakukan. Namun demikian, penelitian mengenai konflik batin tokoh utama pada novel Lintang karya Nana Rina (ditinjau dari segi psikologis sastra) dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA mas ih relevan untuk diteliti. Sebatas pengetahuan penulis, belum ada penelitian novel ini dengan pendekatan psikologis sastra, oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya.

B. Kajian Teori

Berikut ini diuraikan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah (1) pendekatan struktural yang mencakup alur, tokoh, penokohan, dan latar, (2) teori psikologis sastra, dan (3) teori psikologis menurut Abraham Maslow mengenai keb utuhan dasar manusia. 1. Pendekatan Struktural

Menurut Nurgiyantoro (1995: 36 -37), pendekatan struktural merupakan pendekatan kesusatraan yang menakankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang bersangskutan. Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian -bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik ) yang bersifat timbal balik, saling memengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh.

Dalam pendekatan sastra ada dua segi yang dapat dijadikan wahana untuk dianalisis, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Dalam sebuah novel, unsur intrinsik seperti


(29)

peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa dan gaya bahasa, dan lain-lain (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar karya sastra yang secara tidak langsung memengaruhi bangunan karya sastra. Unsur ekstrinsik ini meliputi biografi pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, maupun penerapan psikologi dalam karya, pandangan hidup suatu bangsa, dan sebagainya (Wellek & Warren via Nurgiyantoro, 1995: 23 -24).

Dalam penelitian ini pendekatan struktural digunakan untuk menganalis is struktur novel Lintang. Alur, tokoh, penokohan, dan latar merupakan struktur novel yang akan dianalisis dalam penelitian ini . Analisis struktur novel selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama. Menurut Nurgiyantoro (1995: 37), pemahaman sebuah karya sastra khususnya novel dapat dilakukan dengan memaparkan struktur novel. Tujuan pemaparan struktur novel ini adalah untuk mengetahui fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghadirkan keseluruhan.

a. Alur atau Plot

Dalam sebuah cerita, berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita yaitu alur (Sudjiman, 1991: 29). Kaitannya dengan sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alu r berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu digerakkan, dikisahkan


(30)

sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Alur dan tokoh sangat berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Alur (plot) menurut Stanton (2007:26) adalah rangkaian peristiwa -peristiwa dalam sebuah cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat , peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa kausal, yakni peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal -hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandanganny, keputusan -keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya.

Menurut Abrams (via Wahyuningtyas, 2011: 6) , plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Sebuah cerita fiksi, alur atau plot mengandung unsur urutan waktu. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita tentu ada awal kejadian, kejadian -kejadian berikutnya, dan ada pula akhirnya. Dapat dikatakan bahwa alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang tera tur dan padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian saling berhubungan dan saling terkait. Kaitan antara peristiwa tersebut hendaknya jelas, logis, dapat di awal, tengah, atau akhir (Nurgiyantoro, 1995:


(31)

142). Sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal, tahap tengah,dan tahap akhir (Aristoteles via Nurgiyantoro, 1995: 142 -146).

1) Tahap awal

Tahap awal dari sebuah cerita biasanya disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan.

2) Tahap tengah

Tahap tengah dapat disebut juga sebagai tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, yaitu konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, ataupun konflik eksternal yang merupakan konflik atau pertentangan yang terjadi antar tokoh ceri ta. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi.

3) Tahap akhir

Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut juga sebagai tahap peleraian. Menurut Tasrif (via Wahyuningtyas, 2011: 6) tahapan pada plot dibedakan menjadi lima, yaitu:

1) Tahapan situation

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita. 2) Tahap generating circimtances

Tahap ini berisi masalah -masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.


(32)

3) Tahap rising action

Tahap ini berarti konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.

4) Tahap climax

Tahap klimaks merupakan tahap yang berisi pertentangan atau konflik yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik p uncak.

5) Tahap denouement

Tahap ini berisi penyesuaian dari konflik yang terjadi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aristoteles via Nurgiyantoro, yakni menganalisis alur dengan membedakannya menjadi tiga tahap, yaitu tah ap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.

b. Tokoh

Berdasarkan pandangan Lukens, tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain (via Nurgiyantoro, 2005: 223). Pengertian tokoh menurut Nurgiyantoro (2005: 418) adalah subjek yang dikisahkan dalam karya sastra. Menurut Sudjiman (1991: 16—17), tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh biasanya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra hanya bersifat rekaan. Tokoh tersebut bisa saja ada kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini, artinya ia memiliki sifat-sifat yang sama dengan seseorang yang kita kenal dalam hidup kita.


(33)

Dalam sebuah fiksi, tokoh dibedak an menjadi dua dilihat dari segi fungsi atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (bawahan) (Wahyuningtyas, 2011: 3). Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Menurut Nurgiyantoro, tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (2002: 176).

Sudjiman menyatakan b ahwa tokoh yang memegang peran pimpinan disebut tokoh utama. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukanlah frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh di dalam peristiwa -peristiwa yang membangun ceri ta (1991: 17—18)

Tokoh tambahan atau tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam sebuah cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh ini kemunculannya dalam sebuah cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama. c. Penokohan

Penganalisaan tokoh tidak dapat lepas dari watak yang dimiliki tokoh. Penokohan menurut Sudjiman merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh, baik dari ciri-ciri lahir dan sifat serta sik ap batin (1988: 23). Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang yang ditampilkan dalam suatu cerita (Jones via Nurgiyantoro, 2002: 165). Dalam sebuah cerita, kerjasama antara tokoh yang satu dengan yang lain sangat dibutuhkan.


(34)

Dalam sebuah cerita pelukisan tokoh dilakukan dengan cara deskriptif langsung (teknik analitis, telling) dan tidak langsung (teknik dramatik, showing) yang kesemuanya itu mesti lewat kata -kata. Teknik analitis adalah pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberi deskripsi kedirian tokoh yang berupa sifat, watak, tingkah laku atau ciri fisiknya secara langsung. Sedangkan teknik dramatik ditunjukkan dengan kehadiran tokoh melalui aktivitas yang dilakukan tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Berbagai teknik yang dimaksud adalah cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh, dan reaksi toko h lain (Nurgiyantoro, 1955: 194—209). 1) Teknik cakapan berkaitan dengan percakapan yang dilakukan oleh tokoh

cerita, biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat -sifat tokoh yang bersangkutan atau sekaligus mencerminkan kehadiran tokoh pelakunya.

2) Tingkah laku berkaitan dengan apa yang dilakukan dalam wujud tindakan dan tingkah laku. Tingkah laku itu menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap yang mencerminkan kehadiran tokoh.

3) Pikiran dan perasaan berkaitan dengan keadaan dan jalan pikiran se rta perasaan, apa yang sedang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikirkan dan dirasakan tokoh.

4) Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental, di mana tanggapan inder a bercampur dengan kesadaran dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.


(35)

5) Reaksi tokoh berkaitan dengan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah,

keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa “ran gsang’ dari luar dari tokoh yang bersangkutan. Bagaimana tokoh terhadap hal -hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu bentuk penampilan yang mencerminkan sifat -sifat kedirian tokoh.

6) Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lainlain, atau berkaitan dengan penilaian kehadiran tokoh utama oleh tokoh -tokoh lain.

Dalam penelitian ini, analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk mengetahui sikap, watak, tingkah laku, atau ciri -ciri fisik tokoh secara langsung. Analisis tokoh dan penokohan juga digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh tokoh, baik lewat kata atau tingkah laku dan melalui peristiwa yang terjadi.

d. Latar

Menurut Abrams (via Nurgiyantoro, 1998: 216), latar atau setting menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa -peristiwa yang diceritakan. Nurgiyantoro (1998: 227—234) menyatakan bahwa latar mencakup tiga unsur, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi, sedangkan latar


(36)

sosial menunjuk pada hal -hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.

2. Psikologi Sastra

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan nya ta. Aspek-aspek kehidupan manusia dijadikan sebagai objek utama psikologi sastra, sebab semata -mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh -tokoh kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343). Endraswara mengemukakan bahwa psikologi sastra merupakan sebuah interdisipliner antara psikologi dan sastra (2008: 16). Mempelajari psikologi sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Aspek dalam yang acap kali bersifat subjektif, yang membuat pemerhati sastra menganggapnya berat. Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan k epada pengarang dan pembaca (psi kologi komunikasi sastra) ataupun teks sastra itu sendiri. Pendekatan psikologi terhadap sebuah teks sastra da pat dilangsungkan secara deskriptif belaka, namun sering mendekati suatu penafsiran sastra (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126—127).

Guna menjawab penyebab terjadi nya konflik batin tokoh Lintang , akan digunakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham M aslow. Teori ini digunakan sebagai dasar penelitian terhadap novel Lintang.

3. Psikologi Abraham Maslow

Psikologi menurut Maslow (via Walgito, 2010: 91) haruslah manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah -masalah kemanusiaan. Psikologi haruslah mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari


(37)

perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku y ang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Maslow melandasi teori kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam individu sebagai hasil kesatuan terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan kebutuhan-kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar.

Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan, tingkatan kebutuhan manusia yang dimaksud, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan aktual isasi diri (Naisaban, 2004: 278—279). Kebutuhan dasar dan universal tersebut jika disusun dalam diagram, tampak sebagai berikut.

Kebutuhan yang ada di bawah pemuasnya lebih mendesak daripada kebutuhan yang ada di atasnya. Maslow menambahkan bahwa individu tidak akan

1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman

3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki 4. Kebutuhan akan penghargaan

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

5.

3.

2.

1. 4.


(38)

berusaha meloncat ke pemuasan kebutuhan yang ada ke tingkat atas, sebelum kebutuhan yang ada di bawah terpuaskan. Berkaitan dengan tujuan penelitian ini, kelima kebutuhan dasar manusia menurut Maslow akan diuraikan karena berkaitan dengan konflik batin tokoh utama . Kelima kebutuhan ini berkaitan erat dalam membentuk konflik batin tokoh utama.

a. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan -kebutuhan yang paling dasar, kuat dan jelas terhadap makanan, minuman, seks, tidur, dan oksigen, merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliha raan biologis dan kelangsungan hidup (Maslow via Goble, 1987 : 71). Kebutuhan ini paling primer, karena telah ada dan terasa sejak manusia dilahirkan ke bumi ini. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan jelas di antara s ekian banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

b. Kebutuhan rasa aman

Kebutuhan rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Menurut Maslow (via Goble 1987: 73) kebutuhan ini terpuaskan pada orang-orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak -anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neurotik. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras


(39)

menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkannya. Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman, orang akan berkembang dan jauh dari rasa tertekan. c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki

Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain baik dengann sesama jenis maupun lawan jenis, dalam lingkungan keluarga atau l ingkungan sekelompok dalam masyarakat. Kebutuhan ini muncul dalam bentuk merasa diterima dalam keanggotaan kelompok, mengalami rasa kekeluargaan, persahabatan antardua orang, kekaguman, dan kepercayaan (Naisaban, 2004: 279).

d. Kebutuhan akan penghargaan

Setelah kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki telah terpenuhi, maka mulai terbentuklah dorongan untuk kebutuhan akan penghargaan. Menurut Maslow, setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang la in. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain sangat berarti dalam kehidupan manusia, dengan penghargaan itu manusia merasa berarti dan diakui keberadaannya serta kemampuannya. Adanya penghargaan, membuat manusia lebih percaya diri menghadapi hidup (Globe, 1987: 77) .

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang muncul setelah semua kebutuhan di atas terpe nuhi. Ini adalah puncak dari kebutuhan manusia yang


(40)

dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu. Maslow berpendapat (via Goble, 1987: 77) bahwa manusia perlu mengembangkan potensi dalam dirinya. Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan , dan menggunakan kemampuannya disebut aktualisasi diri. Manusia berhak menjadi apa sa ja sesuai dengan kemampuannya. Kepercayaan diri akan muncul apabila setiap rintangan dapat dihadapi dengan sukses. Sukses akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan akan menumbuhkan kepercayaan pada diri. Dengan kepercayaan diri dan hati yang tenang, persoalan akan dapat mudah terselesaikan.

4. Konflik

Konflik merupakan pertentangan antara dorongan -dorongan yang berlawanan, tetapi ada sekaligus ada bersama -sama pada diri seseorang. Pertentangan atau konflik batin menur ut Deradjat (1985: 26—27) adalah terdapatnya dua dorongan atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. Kecemasan merupakan manifestasi dari pertentangan atau konflik batin ini.

Menurut Nurgiyantoro (1995 : 124), konflik terbagi menjadi dua, yaitu konflik fisik (internal conflict) dan konflik sosial (external conflict). Konflik fisik adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita atau konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Misalnya saja hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah lainnya.


(41)

Konflik sosial merupakan konflik yang disebabkan adan ya kontak sosial antar manusia. Pada sebuah novel, konflik so sial terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun dengan tokoh yang lain. Kedua macam konflik ini saling berkaitan dan saling menyebabkan terjadinya satu dengan ya ng lain dan dapat juga terjadi secara bersamaan. Dalam sebuah cerita, konflik dan klimaks dalam alur dilihat berdasarkan subtansi peristiwa -peristiwa yang dikisahkan. Konflik menentukan sebuah cerita akan terasa monoton atau mencekam penuh dengan ketegangan. 5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenal tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajara n adalah kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP, 2006: 5). S edangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5). Di dalam mendiknas (2006: 5), Kurikulum Tingkat Sa tuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulu m didasarkan pada potensi perkembangan dan kondidi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran sastra khususnya tentang novel, terdapat di kelas XI semester 1 pada standar kompetensi


(42)

membaca, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Untuk kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur -unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Pada kelas XII semester 1, dengan s tandar kompetensi mendengarkan, yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan serta menjelaskan unsur -unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel.

Penelitian ini memilih kurikulum kelas XI semester 1, yaitu memah ami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan. Pada standar kompetensi tersebut, pembelajaran novel dapat diimplementasikan dan siswa dapat mempelajari serta memahami unsur intrinsik novel sehingga siswa dapat menganalisis unsur intrinsik dan dap at mengaitkan dengan kehidupan sehari -hari. 6. Silabus

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian , kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdik nas, 2006: 7). Pada KTSP 2006, prinsip pengembangan silabus meliputi : secara ilmiah, relevan, sistematis, konsisiten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, serta menyeluruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru, dan Dinas Pendidikan (BNSP, 2006: 14—15). Berikut ini uraian delapan prinsi p pengembangan silabus yang terda pat pada KTSP 2006.


(43)

a. Prinsip ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

b. Maksud dari prinsip relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

c. Sistematis, maksudnya bahwa kompone n-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

d. Prinsip konsisten, berkaitan dengan adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

e. Memadai yang dimaksud di sini adalah cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

f. Aktual dan kontekstual berkaitan dengan cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian harus memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

g. Fleksibel merupakan keseluruhan komponen silabus harus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik , serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah terutama masyarakat.


(44)

h. Menyeluruh merupakan prinsip yang terkahir, yaitu komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Sebuah silabus memiliki komponen -komponen yang sangat penting, diantaranya identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, aloka si waktu, dan sumber bahan/alat . Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan uraikan langkah -langkah dalam mengembangkan silabus pembelajaran.

a. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi.

2) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran.

3) Keterkaitan standar kompetensi dan komperensi dasar antar mata pelajaran. b. Mnegidentifikasi Materi Pokok

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal sebag ai berikut.

1) Potensi peserta didik

2) Relevansi dengan karakteristik daerah

3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik


(45)

4) Alokasi waktu

c. Mengembangkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar merupakan kegia tan mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Rumusan pengalaman belajar mencerminkan pengelolaan pe ngalaman belajar peserta didik.

d. Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar

Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang ditampilkan oleh peserta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumu skan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

e. Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan da ta tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kegiatan siswa, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (BNSP, 2006: 17), yaitu:


(46)

1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi 2) Penilaian menggunakan acuan kriteria

3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut

5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

f. Menentukan Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian, maksudnya perkiraan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mempelajari suatu materi pembelajaran. Dalam menentukan alokasi waktu, perlu memperhatikan minggu efektif per semester, alokasi waktu per mata pelajaran, dan juga jumlah kompetensi per s emester.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentua n sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembel ajaran (RPP) merupakan panduan langkah -langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP disusun untuk setiap pertemuan. Komponen -komponen yang penting dalam sebuah RPP meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil


(47)

belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah -langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

Menurut Muslich (2007: 53), langkah-langkah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yaitu:

a. Ambil satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalamm pembelajaran.

b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi tersebut.

d. Tentukan alokasi waktu yan g diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.

e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

f. Tentukan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yantelah dirumuskan.

g. Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung materi dan tujuan pembelajaran.

h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, inti, dan penutup.

i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari satu jam pembelajaran, bagilah langkah -langkah pembelajaran menjadi lebih


(48)

dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau jenis pembelajaran.

j. Sebutkan sumber atau media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret untuk setipa pertemuan.

k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar satu tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

8. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006: 231). Sast ra diciptakan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memberikan sumbangan bagi pendidikan khususnya pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Moody via Rahmanto, 1988: 16).

Mengacu pada tujuan umum pembelajaran sastra tersebut maka pengajaran sastra diharapkan dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Hal ini didukung pula adanya kelonggaran untuk memilih bahan pengajaran sastra dalam kurikulum 2006. Tidak semua novel at au karya sastra


(49)

dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sehingga perlu diseleksi yang memiliki nilai positif bagi siswa.

Pemilihan bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tiga aspek. Pertama bahasa, bahasa yang digunakan dalam novel harus ada pada t araf kemampuan bahasa siswa. Novel yang bahasanya sulit dimengerti maupun bahasanya terlalu mudah dimengerti tidak akan menarik siswa. Bahan pengajaran yang dipilih hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa, tetapi harus mempertimban gkan situasi dan pengertian wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada.

Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi karena tahap -tahap ini berpengaruh terhadap minat dan keengganan ana k didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha -hal yang nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai 16 tahun), anak sudah benar -benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta -fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep -konsep abstrak dengan menganalisis suatu feno mena yang kadang-kadang mengarah ke


(50)

pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan -keputusan moral (Moody via Rahmanto, 1988: 31).

Ketiga adalah latar belakang budaya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya dengan latar belakang kehidupan mere ka. Guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.

Menjadikan novel sebagai salah satu bahan pem belajaran khususunya novel Lintang, dapat melatih keteram pilan berbahasa siswa. Siswa dapat berlatih memahami karya sastra dengan membaca dalam hati secara intensif, belajar menyimak isi novel ketika siswa lain membacakannya. Siswa juga dapat berlatih berbicara dengan menceritakan kembali ataupun memberikan tanggapan mengenai isi novel baik yang telah dibacanya sendiri atau yang telah diceritakan oleh siswa lain. Dengan membuat sinopsis novel, siswa dapat melatih keterampilannya dalam menulis.


(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural dan psikologis sastra. Pendekatan struktural digunakan untuk menganalisis unsur alur, tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Lintang karya Nana Rina. Kutha Ratna (2004: 61), menge mukakan mengemukakan bahwa pendekatan psikologis sastra pada dasarnya berhubungan de ngan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Dengan kedua pendekatan tersebut akan diungkapkan struktur novel dan konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina.

B. Metode

Metode memiliki pengertian cara -cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat (Kutha Ratna, 2004: 34). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta -fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan menggali konflik batin yang dialami oleh Lintang yang merupakan tokoh utama dalam novel yang akan diteliti.


(52)

C. Teknik Pengumpulan Data

Sudaryanto (1993: 26) mengemukakan bahwa teknik merupakan penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat dan sifat. Pengumpulan data pada penelitian ini diawali peneliti membaca novel Lintang secara teliti kemudian mencatat hal-hal yang berkaitan dengan struk tur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar. Data-data yang merupakan bagian dari keseluruhan novel Lintang yang berkaitan dengan masalah dan telah dicatat kemudian diidentifikasi berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu konflik batin tokoh utama.

D. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (via Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja de ngan data, mengorganisasikan data, memilah -milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan . Peneliti menganalisis data dengan jalan bekerja dengan data itu sendiri. Data yang diperoleh diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Membaca novel Lintang karya Nana Rina.

2. Menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, dan alur yang terdapat pada novel Lintang.


(53)

4. Mengidentifikasi data yang diperoleh sesuai dengan objek yang diteliti, dalam hal ini konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yaitu Lintang dalam novel Lintang karya Nana Rina.

5. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, agar data lebih jelas. E. Sumber Data

Suharsimi Arikunto (1989: 102) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu:

Judul Buku : Lintang Pengarang : Nana Rina Penerbit : Mara Pustaka Tahun Terbit : 2012

Jumlah Halaman : 274

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang dikaitkan dengan penelitian pembelajaran siswa adalah novel Lintang. Data penelitian ini ialah hasil analisis konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang.


(54)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG

Bab empat ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan. Analisis permasalahan akan difokuskan dari dua sudut, yaitu sudut sastra dan sudut psikologi. Dari sudut sastra, analisis akan difokuskan pada analisis struktur novel, yaitu alur, tokoh, penokohan, dan latar . Analisis psikologi novel Lintang akan didasarkan pada teori Abraham Maslow terhadap konflik batin tokoh utama. Dalam pembahasan ini kedua pendekatan tersebut akan saling melengkapi.

A. Analisis Struktural

Sebelum meneliti novel Lintang secara psikologis, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan meneliti novel tersebut secara struktural terlebih dahulu. Struktur karya sastra yang akan diteliti, yaitu alur , tokoh, penokohan, dan latar yang berkaitan dengan konflik batin yang dialami tokoh utama.

1. Alur

Seperti yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya, alur merupakan (plot) rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita (Stanton (2007:26). Alur


(55)

merupakan salah satu unsur terpenting dalam membentuk karya sastra. Menurut Aris Toteles alur terbagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. a. Tahap awal

Tahap awal sebuah cerita juga disebut sebagai perkenalan. Tahap ini memperkenalkan situasi latar dan tokoh -tokoh cerita yang muncul. Sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan . Tahap perkanalan pada novel ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

(1) Lintang namaku. Aku tak tahu, mengapa orang tuaku memberi nama itu. Anehnya, sejak kecil aku memang sangat suka melihat bintang di langit. Bintang seolah menjadi jiwaku, dan jiwaku adalah bintang. Bintang yang indah benderang, menyenangkan saat dipandang, tapi tidak menyilaukan mata. Itulah yang membuatku bangga dengan nama yang diberikan ibuku, Lintang Sumunar. (hlm. 3)

Pemaparan awal cerita ini juga terlihat saat pengarang memperkenalkan latar belakang keluarga tokoh utama berasal. Dapat dilihat di bawah ini kutipan yang menunjukkan hal tersebut.

(2) Aku hidup di tengah keluarga juragan batik yang sudah bangkrut. Eyang

Kakungku, Raden Wiyoto Nagoro almarhum, pemilik perusahaan batik

“Canthing Mas” yang tersohor di Yogyakarta awal tahun 1930-an. (hlm.

3-4)

Di awal cerita juga dipaparkan keluarga dari eyangnya, orang tua dari ayahnya. Berikut kutipannya.

(3) Akibat kematian putra sulungnya, eyang mengalami tekanan hebat. Dia

tak lagi semangat mengurus bisnisnya hingga perusahaan batik “Canthing

Mas” tinggal nama. Putra putrinya tak ada yang sanggup meneruskan

usaha itu. Mereka sudah memiliki mata pencaharian sendiri. Toto Wibowo, bapakku sendiri yang tamatan Sekolah Teknik memilih menjadi


(56)

tukang reparasi alat-alat elektronik, yang berpendapatan pas -pasan. Adiknya Titi Suwarni, ibu Bayu, menjadi guru di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Dua putra eyang yang lain, Toto Waskito dan Titi Sundari juga menjadi guru. Sementara Toto Rahmanto, Toto Prasetyo, dan Titi Sekarsari memilih terjun ke dunia bisnis. Mere ka tidak bisa dibilang sukses, tapi kehidupannya cukup sejahtera. Toto Narimo, si bungsu yang tuna grahita, tinggal di pendopo, serumah dengan ibunya. (hlm. 4)

(4) Sejak kecil keluargaku tak pernah mengajariku beribadah. Meski mereka, dan juga aku mengaku beragama Islam, tapi kami tidak pernah sholat, puasa, ataupun mengaji. Sedang keluarga ibuku, sebagaian beragama Islam, sebagian beragama Katolik.(hlm. 7)

Pada tahap awal ini konflik-konflik kecil mulai muncul dalam kehidupan tokoh utama. Tokoh utama semasa kecil sudah kurang mendapatkan perhatian dari

eyang Sulastri dan juga sering menjadi pelampiasan kemarahan dari orang tuanya.

Hai ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

(5) Sejak kecil aku sudah merasa eyang putri tak terlalu peduli padaku. Ia lebih menyayangi Bayu, putra Bu Lik Titi Suwarni. (hlm. 6)

(6) Begitu sempurna kehancuranku hari itu. Aku hanya pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah korban dari permasalahan yang dibuat oleh oleh orang tua. (hlm. 18)

Menginjak remaja, tokoh utama diceritakan dihadapkan pada banyak cinta yang mengelilinginya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

(7) Kenapa aku menjadi bimbang? Bukankah selama ini aku mengharapkan Mas Anggit? Malam ini harapanku telah terkabul. Perasaaanku padanya bersambut. Dia juga menyukaikau, mengharapkanku menjadi bagian istimewa di hatinya.Tapi aku resah. Ada juga Mas Aji y ang beberapa hari ini kulupakan...(hlm. 35)

Kisah cinta dan keinginannya untuk melanjutkan di Fakultas Kimia dan Ilmu Tanah menimbulkan konflik kecil dalam kehidupan tokoh utama. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut.


(1)

Kunci Jawaban:

1. Unsur intrinsik karya sastra , yaitu unsur dari dalam atau yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri , seperti tema, tokoh, penokohan, alur, setting, dan juga amanat.

2. Unsur intrinsik dalam novel Lintang, yaitu: a. Tokoh dan penokohan pada novel Lintang

1) Tokoh utama: Lintang

Lintang digambarkan sebagai orang islam namun tidak pernah menjalankan sholat, tetapi berjalannya waktu ia men jadi sosok manusia yang agamis. Cantik, anggun, dan pintar , merupakan gambaran fisiologis Lintang. Lintang merupakan anak tunggal yang berbakti da n dan sangat menyayangi ayahnya, selain itu dia memiliki sifat sabar dan tegas .

2) Tokoh tambahan

a) Eyang Sulastri adalah nenek dari Lintang yang kurang memiliki sifat pilih kasih tetapi juga perhatian terhadap Lintang dalam hal mempelajari agama.

b) Toto Wibowo, yang merupakan bapak dari Lintang . Tokoh bapak adalah anak kedua yang hanya tamatan sekolah teknik, hanya bekerja sebagai tukang reparasi barang-barang elektronik di pasar, dan memiliki sifat pekerja keras tetapi emosional .

c) Roro Satiti adalah ibu tokoh utama yang memiliki sifat penyayang, sabar, perhatian, dan bijaksana.

d) Aji Prayoga digambarkan sebagai seorang mahasiswa kedokteran yang manis, memiliki sifat humoris , cerdas dan supel, taat beribadah, dan bertanggung jawab. Setelah menikah Aji digambarkan sebagai seorang suami yang tidak peduli terhadap istrinya .

e) Wiwoho Anggit adalah seorang yang berperawakan tampan dan tinggi dan memiliki sikap hormat pada orang lain. Ia adalah seorang mahasiswa fakultas ekonomi yang memiliki kekay aan materi, jelas garis keturunan dan status sosialnya, tetapi berpikaran kolot dan memiliki ego yang tinggi. f) Utari digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang berpendidikan

rendah dan orang yang merusak kebahagiaan rumah tangga Lintang. g) Doktor Anggoro Bekti Setiawan, digambarkan sebagai seorang

berpangkat, ramah, supel, berwibawa, memiliki kharisma, taat beragama, dan mudah akrab dengan siapa saja. Dia adalah orang yang berselingkuh dengan Lintang, tetapi berani mengakui kesalahannya di hadapan suami Lintang.

h) Tokoh Katriningasih digambarkan memiliki hubungan yang tidak baik dengan Lintang dan suka menggunjing teman sekantor. Katriningsih adalah seorang wanita yang dimadu dan memiliki banyak masalah sehingga harus minum obat untuk mmenenangkan diri .


(2)

Alur pada novel Lintang karya Nana Rina saling susul menyusul yang bersifat kronologis. Unsur alur pada novel ini sebagai berikut.

1) Tahap awal

Pada tahap ini dimulai dari perkenalan nama tokoh yang terdapat dalam novel , yaitu tokoh Lintang. Awal cerita pada novel ini di mulai dari tokoh utama masih kecil, beranjak remaja, sampai akhirnya menikah. Konflik mengenai ketidak setiaan Aji pada Lintang mulai dimunculkan.

2) Tahap tengah

Tahap tengah ditandai dengan konflik batin yang dialami oleh Lintang. Perselingkuhan Lintang dengan Anggoro merupakan akibat konflik batin tokoh utama yang tidak mendapatkan perhatian Aji sebagai suaminya. Pada tahap ini konflik mulai memuncak ketika Lintang sebagai tokoh utama mencoba untuk jujur kepada suaminya mengenai hubungannya dengan Anggoro. Kejujuran tokoh utama yang diperlihatkan dengan menyerahkan secarik kert as buram bertuliskan From

Cilacap with Love, membuat suaminya marah.

3) Tahap akhir

Tahap akhir atau selesaian pada novel ini ditunjukkan dengan suasana haru ketika akhirnya Lintang merasakan perhatian dari suaminya. “Bu, kamu sudah memberikan yang terbaik untuk keluarga ini. Kamu telah menjadi bintang yang sesungguhnya,” adalah kata-kata suami Lintang yang menandakan bahwa Lintang mendapatkan perhatian dari suaminya kembali.

c. Latar

1) Latar tempat novel Lintang menunjuk kota Yogyakarta, tepatnya rumah pendopo di Kota Gede. Selain itu latar tempat novel ini juga berada di panggung Gelanggang Mahasiswa UGM, vila daerah Kaliurang, rumah sakit Mangkuyudan Yogyakarta, Cilacap, dan Perumahan Nusa Wangi.

2) Latar waktu novel ini pada tahun 1965 -2006.

3) Latar sosial dalam novel ini menggam barkan lingkungan kehidupan masyarakat Jawa keluarga juragan batik yang sudah bangkrut dan baragama islam, tetapi tidak pernah menjalankan ibadah. Di sisi lain, ditunjukkan latar sosial yang berbeda yaitu dari keluarga beragama islam yang taat beribadah. Latar sosial keluarga yang taat beragama juga diperlihatkan pada keluarga tokoh utama setelah menikah .

d. Tema

Tema novel Lintang Nana Rina ini adalah perjuangan dan ketegaran seorang wanita dalam menghadapi berbagai masalah hidupnya.

e. Amanat

Amanat yang terkandung dalam novel Lintang, yaitu janganlah menyia -nyiakan keluarga karena keluarga adalah harta paling berharga dan harus dijaga walau banyak masalah yang harus dihadapi.

3. Unsur ekstrinsik dalam novel Lintang, yaitu:

a. Nilai moral berkaitan dengan novel Lintang, yaitu seseorang yang melakukan kesalahan dan tindakannya bertentangan dengan norma yang berlaku di


(3)

masyarakat akan berhadapan dengan gunjingan masyarakat. Lintang yang telah bersuami tetapi menjalin hubungan dengan Anggoro harus mendengar gunjingan teman-teman sekantornya.

Nilai moral yang juga ada dalam novel ini, yaitu tidak jangan mencari kesenangan semata jika ingin menyeleseikan masalah . Rasa kasih sayang dalam sebuah keluarga sangatlah penting.

b. Nilai budaya yang terdapat dalam novel ini yaitu masih adanya pemikiran bahwa seorang wanita harus berpendidikan lebih rendah dari seorang laki -laki. c. Nilai agama dalam novel ini, yaitu seorang yang beragama harus melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan iman kepercayaannya. Dalam segala situasi seseorang harus berserah kepada Tuhan dan bertobat setelah menyadari segala kesalahannya. Inilah yang dilakukan oleh Lintang, ia bertobat dan menekuni agamanya setelah menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. Lintang berserah kepada Tuhan atas apa yang menimpa keluarganya.

4. Ringkasan novel Lintang

Lintang adalah seorang gadis cantik, lincah menari, dan pandai. Orang tuanya menaruh harapan besar kepadanya, yaitu menj adi orang yang dapat membanggakan dan menjunjung kehormatan orang tua. Masa remaja dilaluinya dengan bahagia ketika ia menjalin hubungan dengan Anggit. Akan tetapi kebahagiaan tersebut hanya sementara karena ia harus memilih antara cita -cita dan cinta dan akhirnya ia memilih menggapai cita-citanya menjadi seorang insinyur.

Dalam perjalanannya menempuh studi, Lintang menjalin hubungan dengan Aji Prayogo. Kekecewaan dirasakan orang tua Lintang ketika mengetahui kehamilannya bersama Aji meskipun akhirnya mereka menikah. Kehidupan rumah tangganya bersama Aji penuh dengan masalah. Setelah menikah, Aji tidak lagi memperhatikan istri dan keluarganya. Kurangnya kasih sayang dan perhatian suami membuat Lintang terjerumus dalam perselingkuhan dengan Anggoro. Perselingkuhan ini membawa Lintang pada tekanan batin yang berkepanjangan hingga membuatnya stres.

Penyesalan yang mendalam pada diri Lintang membawanya pada sebuah pertobatan. Ia semakin mendalami ilmu agama. Ketegaran dan kesabarannya dalam menghadapi masalah membuatnya me ndapatkan kembali perha tian dan kasih sayang dari suaminya.


(4)

SINOPSIS NOVEL LINTANG

Karya Nana Rina Lintang Sumunar adalah seorang gadis cantik, lincah menari, dan pandai. Nama yang diberikan oleh orang tuanya itu merupakan harapan untuknya ketika besar nanti, yaitu menjadi seperti bintang yang menyinari tanpa pamrih, menjadi penerang bagi keluarganya kelak setelah ia m enikah nanti. Ia hanya seorang anak tukang reparasi barang-barang elektronik, sedangkan ibunya bekerja staf tata usaha di UGM. Keluarga Lintang tinggal di sebuah pendopo, di Kota Gede Yogyakarta. Masa anak-anak dilaluinya dengan kurang bahagia. Eyang Sulastri, neneknya bersikap pilih kasih, sedangkan teman -temannya sering mengejeknya karena ia tidak bisa mengaji dan sholat.

Dalam keluarganya, Lintang merupakan anak tunggal. Terkadang luapan kasih sayang dari bapak dan ibunya ia rasakan, namun tak jarang pu la ia menjadi pelampiasan amarah kedua orang tuanya. Bapak bertabiat keras. Pernah suatu kali karena marah, ayahnya mengapit tubuhnya kemudia membekap mulutnya. Seperti orang kalap, Lintang diseret ayahnya ke kamar tidur. Pisau yang diambil ayahnya dari atas lemari dacungkan tepat di mukanya. Seketika itu, tubuh Lintang gemetar dan tangisnya tertahan. Saat-saat menyenangkan semasa kecil ia dapatka ketika berlatih menari, baik di sekolah maupun di kampung.

Masa remaja Lintang dilalui dengan bahagia ketika ia menjalin hubungan dengan Anggit. Akan tetapi kebahagiaan tersebut hanya sementara karena ia harus memilih antara cita-cita dan cinta dan akhirnya ia memilih menggapai cita -citanya menjadi seorang insinyur. Berpisah dengan Anggit membuat ia sangat sedih, n amun kesibukannya kuliah di UGM membuat ia dapat melupakan Anggit. Agus dan Syukur merupakan teman kuliah yang menyukai Lintang, namun Lintang sama sekali tidak tertarik kepada keduanya. Atas usulan ayahnya, ia bersandiwara telah bertunangan dengan Aji seorang pemuda yang berasal dari Jepara dan kuliah di kedokteran yang juga pernah menyukainya untuk menghindari Agus dan Syukur. Berjalannya waktu, mereka benar-benar menjalin hubungan, sampai pada akhirnta Lintang hamil. Kehamilan Lintang membuat kaget dan m arah kedua orang tuanya, namun Aji mau bertanggung jawab dan menikahinya.

Kehidupan pernikahan Lintang dan Aji tidak semulus yang dibayangkan. Di belakang Lintang sebelum mereka menikah, ternyata Aji pernah berselingkuh dengan Utari. Kekecewaan dirasakan L intang ketika mengetahui hal tersebut. Lintang akhirnya menerima perbuatan suaminya karena ia mengingat Anti, buah cintanya dengan Aji. Ia bertekad untuk segera menyelesaikan kuliahnya dan segera bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Akhirnya ia lulus kuliah dan bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian DIY. Beberapa tahun kemudian, suaminya diangkat menjadi pegawai di Rumah Sakit Dokter Sardjito dan setelah itu ia pun


(5)

diangkat menjadi pegawai negeri di Dinas Pertanian DIY. Perekonomian keluarga mereka mulai membaik.

Kehidupan rumah tangganya bersama Aji penuh dengan masalah. Setelah menikah, Aji tidak lagi memperhatikan istri dan keluarganya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa kali Lintang menunjukkan sikap memberontak kepada suaminya dengan merokok, namun suaminya tetap saja cuek dengan apa yang diperbuatnya. Kurangnya kasih sayang dan perhatian suami membuat Lintang terjerumus dalam perselingkuhan dengan Anggoro. Kasih sayang dan perhatian yang didambakannya ternyata dia dapatkan dari sosok Anggoro, seorang laki -laki yang ditemuinya ketika mengikuti pelatihan AMDAL di Cilacap.

Hubungan yang tidak semestinya ini terus berlanjut meskipun tugas di Cilacap telah selesai. Akibat dari hubungan ini, teman-teman sekantornya banyak yang menggunjing dan menjauhinya. Suatu waktu Anggoro mengajaknya untuk istirahat di Kali Urang. Pada saat itulah muncul bayangan ibu, bapak, suami, dan anak -anaknya dengan wajah yang sedih dengan apa yang dilakukannya. Seketika itu ia meninggalkan Anggoro. Ia m erasa bersalah kepada keluarganya.

Perisriwa perselingkuhan Lintang dengan Anggoro menimbulkan tekanan batin yang berkepanjangan hingga membuatnya stres. Lintang ingin sekali berterus terang kepada suaminya sehingga ia dapat hidup tenteram, namun perasaa n takut akan diceraikan suaminya membayanginya. Ia tak berani mengatakan beban dalam pikirannya kepada suaminya, akhirnya ia menceritakan peristiwa perselingkuhannya kepada ibunya. Terkejut dan tak percaya disarasakan ibunya, namun dengan penuh pengertian sang ibu memahami beban berat yang dialami anaknya . Aji yang merasakan perubahan pada istrinya akhirnya mengetahui juga perbuatan istrinya. Lintang akhirnya berterus terang kepada suaminya. Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Aji berniat meminta Anggoro untuk menikahi Lintang, namun Lintang menolak dan menyatakan bahwa ia benar -benar menyesali perbuatannya dan sangat mencintai Aji. Setelah mengetahui perbuatan istrinya, Aji tampak bersikap dingin karena kecewa dan terpukul atas kejadian it u. Masalah ini berakhir ketika Anggoro datang ke rumah dan meminta maaf kepada Lintang dan Aji.

Penyesalan yang mendalam pada diri Lintang membawanya pada sebuah pertobatan. Ia semakin mendalami ilmu agama dan semakin taat menjalankan ibadah . Aji kini sibuk dengan bisnis-bisnisnya. Tanpa sepengetahuan Lintang, Aji telah mendaftarkannya pada sebuah bisnis penjualan obat -obatan sehingga mau tak mau ia harus berkecimpung dalam bisnis tersebut. Tanpa disangka -sangka, semua bisnis yang dijalankan suaminya menga lami kebangkrutan. Ini membuat Lintang emosi d an tanpa ia sadari kata-kata cerai pun ia lontarkan, namun itu hanya emosi sesaat Lintang. Ketegaran dan kesabarannya dalam menghadapi masalah membuatnya mendapatkan kembali perhatian dan kasih sayang dari suam inya.


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Siti Sudarti lahir di Kendal pada tanggal 18 September 1983. Memulai pendidikan formal di SD Tamanrejo 2 dan diselesaikannya pada tahun 1996. Setelah lulus , ia melanjutkan di SLTP N 1 Boja dan pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Boja. Ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Katolik Soegijapranata di Bawen mengambil jurusan PGSD. Setelah menyelesaikan pendidikan di UNIKA Soegijapranata, ia mengajar di SDK Santo Petrus Tuban. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan kembali di Universitas Sanata D harma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendid ikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan daerah dan lulus pada tahun 2012.


Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYEDAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Pulang Karya Tere Liye dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 7 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL AIR MATA SURGA KARYA E. ROKAJAT ASURA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Air Mata Surga Karya E. Rokajat Asura: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sast

1 9 16

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 13 19

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 9 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 3 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di S

0 1 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 5 26

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Konflik Batin Tokoh Utama Novel Sang Maharani KArya Agnes Jessica : Tinjauan Psikologi Sastra.

0 0 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL PUSPARATRI KARYA NURUL IBAD: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Konflik Batin Tokoh Utama Novel Pusparatri Karya Nurul Ibad: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 0 11

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

0 0 138