Self-Perception of Aging, Sexual Quality of Life, Happiness, and Successful Aging Among Middle and Late Adulthood Women in Denpasar, Bali, Indonesia.
Self-Perception of Aging, Sexual Quality of Life, Happiness, and Successful
Aging Among Middle and Late Adulthood Women in Denpasar, Bali,
Indonesia
Made Diah Lestari
Department of Psychology, Medical Faculty, Udayana University, Denpasar, Bali, Indonesia
mdlestari@gmail.com
Abstract
The proportion of older people in Indonesia is increasing year by year. In one point, this
condition is the reflection of the successful of health system and infrastructure development. In
another point this condition is giving a significant impact to the socioeconomic feature in
Indonesia. The number of older people and productive generation are compared by old
dependency ratio. If the number of older people is higher than the number of productive
generation, than the old dependency ratio is high. This condition has fostered new paradigm in
gerontology. The focus is no longer how to maintain life expectancy but the important one is
how to help older people keep productive and autonomous in their later life. The research
examined the relation between self perception of aging, sexual quality of life, happiness, and
successful aging. Peterson (2006) found that there were several variables that correlated to
happiness. Sexual quality of life gave the highest contribution to the happiness. Unfortunately in
some cultures, the sexual life among middle and late adulthood women has been limited by the
stereotype of menopause. Levy and Myers (2004) also mentioned that self-perception of aging
had a strong predictive value on healthiness, sexual quality, mortality, and health behavior in
later life. This research was quantitative research. Data collection used four scales which are
successful aging, happiness, sexual quality of life, and self-perception of aging scale. It was
conducted in Denpasar and the subjects were 93 middle and late adulthood women. Predictive
power of self-perception of aging on successful of aging, happiness, and sexual quality of life
were analyzed by multiple regressions. The findings are discussed and directions for future
research are described.
Keywords: successful aging, happiness, sexual quality of life, perception of aging.
1
Terminologi
Pendahuluan
successful
aging
sendiri
Proporsi jumlah penduduk dengan
seringkali dinilai menuntut dan labeling oleh
usia lanjut yang semakin meningkat dari
sejumlah peneliti, namun di sisi lain juga
tahun ke tahun di Indonesia, layaknya
mengubah
seperti fenomena uang logam dengan dua
masyarakat terhadap usia lanjut yang semula
sisi yang berbeda. Di satu sisi, hal ini
dinilai sebagai kelompok yang memiliki
menunjukkan keberhasilan pembangunan
keterbatasan kemudian tergantikan oleh
dalam bidang kesehatan, namun di sisi lain
pandangan yang lebih optimis. Bagaimana
juga memberikan dampak yang signifikan
usia
pada kehidupan sosial dan ekonomi di
tergantung oleh kualitas hidupnya, salah
Indonesia. Secara sosial dan ekonomi,
satunya adalah kondisi psikologis dan
proporsi jumlah penduduk usia lanjut,
derajat kebahagiaan usia lanjut. Penelitian
menunjukkan
ketergantungan
ini ingin melihat hubungan antara tingkat
penduduk (old dependency ratio) yaitu suatu
kebahagiaan dan tingkat kemandirian di usia
rasio
lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh
yang
angka
menunjukkan
perbandingan
pandangan
lanjut
menjadi
penilaian
mandiri,
menunjukkan
sangat
antara jumlah penduduk usia tua dengan
Peterson
jumlah penduduk produktif. Jika penduduk
terdapat
usia tua jumlahnya lebih besar daripada
mempengaruhi
jumlah penduduk usia produktif, maka
seseorang, salah satu variabel yang memiliki
angka ketergantungan di suatu wilayah akan
kontribusi yang tinggi terhadap kebahagiaan
semakin besar. Kondisi ini melahirkan
adalah
paradigma baru di bidang ilmu gerontologi,
seseorang.
bahwa saat ini fokus perhatian bukan hanya
(2006)
dan
sejumlah
kualitas
Stereotipe
yang
variabel
tingkat
bahwa
yang
kebahagiaan
kehidupan
seksual
mengenai
masa
bagaimana memperpanjang usia harapan
menopause
membatasi
kehidupan
hidup individu di suatu wilayah, namun
seksual perempuan dan juga pengaruh
yang terpenting adalah membangun usia
budaya yang melihat ekspresi kebutuhan
yang produktif di masa tua, dengan kata lain
seksual oleh perempuan sebagai hal yang
usia lanjut yang mandiri.
taboo, dipandang sebagai salah satu faktor
Kemandirian di usia lanjut adalah
yang mempengaruhi sexual quality of life
salah satu indikator yang menunjukkan usia
perempuan, khususnya di masa pra lansia
lanjut
dan lansia. Lebih lanjut, Levy dan Myers
berhasil
(successful
aging).
1
self-
dianalisis dengan regresi berganda untuk
perception of aging memiliki kekuatan
melihat peran variabel bebas terhadap
prediktif
kondisi
variable terikat. Hasil dari penelitian ini
kesehatan, tingkat kematian, dan perilaku
diharapkan dapat menjadi masukan bagi
sehat sebagai usaha preventif di masa tua.
program pendampingan lansia di setiap
Salah satu kondisi kesehatan yang tercakup
kader banjar di seluruh wilayah di Denpasar
di dalamnya adalah sexual quality of life,
guna mencapai usia lanjut yang mandiri dari
khususnya pada usia lanjut perempuan.
sudut pandang Ilmu Psikologi Gerontolog,
Peneliti juga meyakini bahwa persepsi
Psikologi Seksual dan Psikologi Positif.
(2004)
mengungkapkan
dalam
bahwa
menentukan
individu terhadap kondisi penuaan yang ia
alami sangat berperan terhadap tingkat
Perspektif Teoretis
Perspektif teoretis dan paradigma
kebahagiaannya di usia lanjut.
tersebut,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maka penelitian ini bertujuan untuk melihat
teori mengenai kemandirian di usia lanjut,
hubungan antara self-perception of aging,
kebahagiaan, sexual quality of life, self-
sexual quality of life, tingkat kebahagiaan,
perception of aging, dan teori mengenai
dan tingkat kemandirian pada perempuan
lansia. Pada bagian berikutnya akan dibahas
pra-lansia dan lansia di Denpasar. Penelitian
mengenai dinamika antar variabel dan
ini adalah penelitian kuantitatif dengan
hipotesis penelitian.
Berdasarkan
menggunakan
penjelasan
skala
sebagai
alat
pengumpulan data. Skala yang digunakan
Kemandirian di Usia Lanjut
adalah Skala Kemandirian Usia Lanjut,
Mandiri mengandung makna bahwa
Skala Kebahagiaan, Skala Sexual Quality of
seseorang saat menjalani kehidupannya
Life, dan Skala Self-perception of Aging.
sehari-hari tidak mengalami ketergantungan
Penelitian dilakukan di Denpasar, dengan
dengan orang lain. Pada usia pra lansia dan
subjek
rentang
perempuan,
usia
dan
pra-lansia,
berada
dalam
lansia, kemandirian mencakup tiga aspek
dan
lansia.
(Suardiman, 2011), yakni:
Predictive power dari self-perception of
a. Kemandirian
ekonomi,
tidak
aging dalam menjelaskan variabel tingkat
menggantungkan hidupnya kepada
kemandirian
tingkat
orang lain. Hal ini dapat diraih saat
kebahagiaan, dan sexual quality of life akan
usia lanjut memiliki pendapatan yang
usia
lanjut,
2
dapat
menjamin
kebutuhan
yakni
konsep
eudaimonia.
Eudaimonia
hidupnya, baik dari uang pensiun,
melihat
tabungan
maupun
sebenarnya dapat dicapai dengan identifikasi
yang
prinsip-prinsip dalam kehidupan yang dianut
hari
tua,
pendapatan-pendapatan
sifatnya pasif.
b. Kemandirian
oleh
dalam
melakukan
kegiatan sehari-hari.
c. Kemandirian
bahwa
kebahagiaan
individu,
yang
memahami
dan
menginternalisasikannya, serta hidup secara
harmoni di lingkungannya (Peterson, 2006).
satu
Carl Rogers mengistilahkannya dengan fully
aspek kepribadian dari usia lanjut,
functioning person, Maslow dengan konsep
seperti
aktualisasi
mengambil
sebagai
salah
kemampuan
diri,
Ryff
dengan
istilah
kemampuan
kesejahteraan psikologis, dan Deci dan Ryan
penuh
dengan istilah self-determination. Secara
ketekunan, memperoleh kepuasan
keseluruhan, para ahli di atas, walaupun
dari usahanya, serta berkeinginan
dengan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
meyakini
orang lain.
berkembang sesuai dengan kemampuan
mengatasi
inisiatif,
untuk
masalah,
istilah
mereka
bahwa
yang
individu
beragam,
seharusnya
Tiga aspek kemandirian usia lanjut di atas
terbaik mereka, menggunakan ketrampilan
akan digunakan sebagai indikator dalam
dan
pembuatan alat ukur dalam penelitian ini.
pemenuhan
bakatnya
dalam
kebutuhan
kehidupan
untuk
maupun
untuk
pelayanan di masyarakat (Peterson, 2006).
Penelitian
Kebahagiaan dan Pengukurannya
Definisi terkait kebahagiaan sejak
eudaimonia
menunjukkan
merupakan
prediktor
bahwa
dari
dahulu sudah menjadi kajian beberapa ahli.
kepuasan hidup. Individu yang berorientasi
Konsep hedonisme yang dikemukan oleh
pada pencapaian tujuan hidup dan aktivitas
Aristippus (dalam Peterson, 2006) mengacu
yang bersifat eudaimonia lebih puas dengan
pada
yang
hidupnya dibandingkan dengan individu
dimana
yang hanya berorientasi pada pleasure.
kebahagiaan didapat dari memaksimalkan
Berdasarkan hasil ini bukan berarti bahwa
pleasure dan meminimalkan rasa sakit.
hedonisme tidak relevan dalam pencapaian
Pandangan yang berlawanan dengan konsep
kepuasan hidup, namun kontribusinya lebih
hedonisme ini disampaikan oleh Aristotle,
rendah daripada eudaimonia (Huta dkk
konsep
mementingkan
kebahagiaan
pleasure,
3
dalam
Peterson,
2006).
Lebih
lanjut
Peterson (2006) mengungkapkan bahwa
hedonisme (pleasure), eudaimonia (makna
hidup), engagement, dan victory.
tidak hanya hedonisme dan eudaimonia
yang
berperan
dalam
pencapaian
kebahagiaan, dua aspek lainnya adalah
Sexual Quality of Life dan Aktivitas Seksual
Pra Lansia dan Lansia Perempuan
Engagement
Seksualitas adalah salah satu fungsi
mengacu pada flow, bukan hanya pleasure.
yang penting dalam kehidupan individu dan
Engagement adalah kepuasan yang berasal
memiliki peran mendasar dalam kehidupan
dari kegiatan yang disukai, melibatkan
reproduksi manusia. Fungsi ini mencakup
pemikiran
terlibat
kondisi fisik, emosional, dan psikologis,
tersebut,
serta diyakini berpengaruh terhadap kualitas
ditopang oleh kekuatan dan kualitas diri
hidup (Chedraui dkk dalam Maasoumi dkk.,
(Seligman,
2013). Dampak psikologi dan fisiologis
engagement
sepenuhnya
dan
victory.
dan
interpretasi,
dalam
2002).
kegiatan
Victory
adalah
kemampuan dan keinginan yang kuat untuk
penuaan
meraih kemenangan dalam berbagai area
perempuan menjadi salah satu kajian yang
kehidupan,
menarik dengan alasan yang beragam, salah
seperti
pekerjaan,
cinta,
terhadap
hubungan interpersonal, dan prestasi lainnya
satunya
adalah
(Peterson, 2006).
perempuan.
Tidak
Seligman, dkk (dalam Peterson,
kehidupan
kondisi
seperti
seksual
menopause
stereotipe
yang
2006) mengungkapkan bahwa kebahagiaan
berkembang di masyarakat, bahwa kondisi
adalah konstruk yang sangat kompleks.
menopause perempuan akan menurunkan
Kebahagiaan adalah salah satu kajian dalam
frekuensi
Ilmu
Kebahagiaan
perempuan, sebuah survei yang dilakukan
mencakup level kognitif dan juga motivasi.
oleh The National Council on The Aging
Penelitian
(NCOA) di tahun 1998 menemukan bahwa
Psikologi
Positif.
yang
sudah
dilakukan
dan
kualitas
sebelumnya, hampir tidak dapat mengukur
aktivitas
kebahagiaan sebagai sebuah terminologi
penting
yang berdiri sendiri, namun kebahagiaan
kelompok usia lanjut. Dalam penelitian ini
dapat
79%
diukur
melalui
bagian-bagian
seksual
seksualitas
dalam
laki-laki
memainkan
hubungan
dan
bahwa
66%
peranan
interpersonal
perempuan
manifestasinya. Dalam penelitian ini, tingkat
melaporkan
seksualitas
adalah
kebahagiaan diukur melalui manifestasi
komponen penting dalam hubungan mereka
4
dengan pasangannya. Sejumlah 74% laki-
Self-Perception of Aging
laki dan 70% perempuan yang aktif secara
Riset mengenai self-perception of
seksual melaporkan bahwa kepuasan mereka
aging yang dilakukan selama ini, sebagian
terhadap aktivitas seksual meningkat bahkan
besar mengadopsi pemikiran G.H Mead
melebihi kepuasan saat mereka berada pada
bahwa diri atau self tidak hanya berisikan
usia tengah baya (Kingsberg, 2002).
kumpulan kualitas-kualitas personal atau
Berdasarkan
penelitian
tersebut,
pribadi seseorang, namun juga kumpulan
dapat kita simpulkan bahwa kepuasan
dari
perempuan terhadap aktivitas seksual tidak
lingkungan individu itu sendiri (Mead dalam
menurun seiring dengan penuaan. Perubahan
Macia dkk, 2009). Mead lebih lanjut
dalam kondisi fisik dan fisiologis yang
mengungkapkan bahwa sikap positif dan
terjadi sebagai akibat dari menopause dapat
negatif terhadap diri akan terinternalisasi
menjadi faktor penyebab menurunnya fungsi
dan menjadi bagian dari individual’s self.
seksual. Levine (dalam Kingsberg, 2002)
Jika disimpulkan, maka dapat dikatakan
lebih lanjut menjelaskan bahwa penurunan
bahwa self-perception merefleksikan tidak
kondisi fisik dan fisiologis berkaitan dengan
hanya bagaimana individu menilai dirinya,
penurunan drive, bukan desire. Melalui
namun juga menyangkut bagaimana orang
pandangan
lain menilai individu. Dalam perspektif
ini,
dapat
dilihat
bahwa
sikap
sosial
yang
dari
walaupun perempuan mengalami penurunan
gerontologi,
drive,
dan
dikaitkan dengan proses penuaan yang
memiliki gairah dalam melakukan hubungan
kemudian melahirkan istilah self-perception
atau aktivitas seksual, maka perempuan
of aging.
namun
masih
termotivasi
konsep
berasal
self-perception
Berdasarkan Levy (dalam Macia
masih mampu mendapatkan kepuasan dari
aktivitas seksual yang dilakukan. Dalam
dkk.,
penelitian ini sexual quality of life akan
perception sebagai bagian dari kelompok
diukur
usia lanjut oleh seorang individu terbagi
melalui
empat
dimensi
yang
mencakup drive dan desire, yakni enjoyment
of sexual activity, sexual desire, kesulitan
2009),
proses
internalisasi
self-
menjadi dua tahapan, yakni:
a. Tahap 1, stereotipe terkait usia lanjut
dalam sexual performance, dan avoidance of
terinternalisasi
sexual encounter (Kolotkin, dkk., 200
perkembangan sebelum seseorang
memasuki
usia
selama
lanjut,
tahapan
namun
5
stereotipe
ini
dampak
tidak
bagi
memberikan
self-perception
media
lain
akan
semakin
memperkuat stereotipe dan penilaian
dikarenakan individu masih menjadi
orang
kelompok luar, belum masuk ke
individu
dalam tahapan usia lanjut. Stereotipe
penilaian dan penerimaan inilah yang
terkait
kemudian
usia
stereotipe
kemudian
terhadap
menjadi
diri
saat
lain
yang
usia
diterima
lanjut.
oleh
Bentuk
membentuk
self-
perception of aging.
seseorang sudah menjadi bagian dari
Self-perception of aging adalah sebuah
kelompok usia lanjut.
konsep yang banyak dipakai dalam bidang
dengan
kesehatan dan gerontologi. Tidak sedikit
kelompok. Levy (dalam Macia dkk.,
penelitian yang menemukan bahwa ada
2009) mengatakan bahwa semakin
kaitan antara persepsi diri di masa tua
negatif
stereotipe
usia
dengan derajat kesehatan seseorang dan self-
lanjut,
maka
resisten
efficacy usia lanjut dalam pemeliharaan
individu
kesehatan. Self-perception of aging dalam
mengidentifikasikan dirinya sebagai
penelitian ini diukur dengan menggunakan
bagian dari kelompok usia lanjut. Di
lima aitem yang diadaptasi dari skala
sisi lain Hummert, dkk (dalam
Attitude
Macia,
merupakan
b. Tahap
2,
identifikasi
terhadap
semakin
seorang
dkk.,
bahwa
2009)
menyatakan
individu
kecenderungan
memiliki
untuk
mengidentifikasikan
stereotipe
Geriatric
bagian
Center
Own
Aging
dari
Morale
yang
Philadelphia
Scale
yang
dikembangkan oleh Lawton (1975).
dirinya
berdasarkan kelompok usia, sehingga
walaupun
Toward
yang
Konsep Usia Lanjut
Usia
lanjut
adalah
kelompok
berkembang bersifat negatif, namun
individu yang menginjak usia dewasa akhir
usia
memiliki
dan mengalami penurunan fungsi fisik,
untuk
kognitif, dan juga psikososial (Papalia, dkk.,
mengidentifikasikan dirinya dengan
2007). Menurut Undang-undang Republik
kelompok seusianya. Kontak sosial
Indonesia no. 13 tahun 1998 tentang
yang terjadi, apakah itu dengan
kesejahteraan lansia pada bab 1 pasal 1 ayat
orang lain di sekelilingnya, ataupun
2, yang dimaksud dengan lansia adalah
lanjut
kecenderungan
tetap
6
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
khususnya pada usia lanjut perempuan.
ke atas (Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Stereotipe mengenai masa menopause yang
Indonesia, 2014). Lebih lanjut, Departemen
membatasi kehidupan seksual perempuan
Kesehatan
dan juga budaya tertentu yang membatasi
Republik
Indonesia
(dalam
Maryam dkk., 2008) mengklasifikasikan
perempuan
usia lanjut berdasarkan rentang usia dan
kebutuhan
risiko menjadi tiga kategori, yakni pra lansia
sebagai
(kelompok usia 45 – 59 tahun, lansia
mempengaruhi
(kelompok usia 60 – 69 tahun), dan
perempuan, khususnya di masa pra lansia
kelompok lansia berisiko (kelompok usia 70
dan lansia. Riset yang dilakukan oleh The
tahun ke atas). Penelitian ini menggunakan
National Council on The Aging (NCOA) di
kelompok pra lansia dan lansia sebagai
tahun 1998 menemukan bahwa aktivitas
subjek penelitian.
seksual memainkan peranan penting dalam
Kemandirian
merupakan
suatu
dalam
seksual
salah
hubungan
mengekspresikan
mereka
satu
dipandang
faktor
sexual
yang
quality
interpersonal
of
kelompok
life
usia
kondisi yang diidam-idamkan oleh sebagian
lanjut dan tidak ada perbedaan dalam
besar kelompok usia lanjut. Kemandirian
kepuasan hubungan seksual antara usia
ditandai dengan mandiri secara ekonomi,
lanjut
pemeliharaan kehidupan sehari-hari, dan
perempuan.
Secara
mandiri secara kepribadian serta emosional.
menopause
memang
Salah satu faktor yang mempengaruhi
dimana produksi hormon sudah menurun
kemandirian usia lanjut adalah kondisi
dibandingkan
bahagia dan persepsi mereka terhadap
perkembangan sebelum menopause, namun
proses
alami
desire atau gairah lebih utama dibandingkan
(Suardiman, 2011). Lebih lanjut, Levy dan
dengan drive dalam menentukan kepuasan
Myers (2004) mengungkapkan bahwa self-
hubungan
perception of aging memiliki kekuatan
berkorelasi terhadap usia seseorang.
prediktif
penuaan
dalam
yang
mereka
menentukan
laki-laki
dengan
usia
lanjut
biologis,
kondisi
mengurangi
dengan
seksual,
dan
drive
tahapan
desire
tidak
kondisi
Peterson (2006) dalam penelitiannya
kesehatan, tingkat kematian, dan perilaku
menemukan bahwa sexual quality of life
sehat sebagai usaha preventif di masa tua.
berkorelasi
Salah satu kondisi kesehatan yang tercakup
kebahagiaan. Hasil ini sejalan dengan
di dalamnya adalah sexual quality of life,
temuan Dogan, dkk. (2013) yang secara
positif
dan
kuat
terhadap
7
spesifik menyatakan bahwa sexual quality of
life adalah hal yang penting bagi perempuan
dan berkorelasi positif dengan kebahagiaan,
Sexual
Quality of
Life
kualitas hubungan dengan pasangan, dan
kualitas
hidup
secara
Tingkat
Kemandirian
Tingkat
Kebahagiaan
keseluruhan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
melihat bahwa kondisi menopause adalah
kondisi yang kritikal bagi perempuan. Tidak
sedikit
perempuan
yang
Self
Perception
of Aging
mengalami
kesulitan beradaptasi dengan kondisi ini,
salah satunya adalah beradaptasi dengan
perubahan dalam kehidupan seksual mereka.
Gambar 1. Model Hubungan Self-Perception of
Aging, Sexual Quality of Life, Tingkat
Kebahagiaan, dan Tingkat Kemandirian
Persepsi yang berkaitan dengan usia dan
bagaimana mereka mempersepsikan kondisi
mereka saat memasuki masa tua berperan
penting dalam proses adaptasi ini. Tidak
hanya menyangkut penilaian pribadi, namun
juga stereotipe dan penilaian individu lain di
sekelilingnya. Jika self-perception of aging
positif, maka perilaku sehat mereka, salah
satunya aktivitas seksual (fisik, emosional,
dan relasional) pun akan semakin positif.
Sexual quality of life yang positif pun akan
mengarahkan pada kondisi kebahagiaan
yang
merupakan
tombak
kemandirian di usia lanjut.
awal
bagi
Metode Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
selama
sepuluh bulan. Lokasi penelitian ini adalah
di Denpasar, dengan mempertimbangkan
Denpasar sebagai kota dengan jumlah
penduduk
terbanyak
di
Provinsi
Bali.
Pengambilan data akan dilakukan melalui
kader-kader lansia yang ada di banjar dan
juga peguyuban yang berada di tempattempat ibadah. Subyek penelitian adalah
individu yang berada dalam kelompok pralansia, yang berusia 45 – 59 tahun dan
kelompok lansia 60 – 65 tahun, berjenis
kelamin perempuan, serta berada dalam
kondisi sehat jasmani dan rohani. Jumlah
subyek adalah 93 orang perempuan pra
lansia dan lansia.
8
Alat
pengumpulan
data
Morale Scale yang dikembangkan
dalam
oleh Lawton (1975).
penelitian ini adalah:
a. Skala Kemandirian Usia Lanjut yang
Sebelum menggunakan beberapa skala yang
dibangun
sendiri
oleh
peneliti
diadaptasi dari luar, maka peneliti akan
dengan
menggunakan
aspek
melakukan proses ijin terlebih dahulu dari
dan
penulis aslinya, lalu melakukan tahapan
kepribadian/emosional (Suardiman,
adaptasi yang mencakup translasi aitem,
2011)
backward translation, dan uji coba alat ukur.
ekonomi,
keseharian,
Penelitian
b. Skala Kebahagiaan yang dibangun
ini
adalah
penelitian
aspek
kuantitatif dengan menggunakan empat
eudaimonia,
variabel, yakni tingkat kemandirian usia
engagement, dan victory. Skala ini
lanjut, tingkat kebahagiaan, sexual quality of
diadaptasi dan dimodifikasi dari
life, dan self-perception of aging. Dalam
skala yang sudah dikembangkan oleh
penelitian ini predictive power dari self-
Peterson, Park, dan Seligman (2005).
perception of aging terhadap sexual quality
c. Skala Sexual quality of life yang
of life, tingkat kebahagiaan, dan tingkat
dengan
menggunakan
hedonisme,
dibangun
sendiri
oleh
peneliti
dengan mengacu pada empat aspek
yang
digunakan
oleh
obesitas
dan
menggunakan regresi berganda.
Kolotkin,
dkk.(2006) pada penelitiannya terkait
dengan
kemandirian usia lanjut dianalisis dengan
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
kualitas
hasil
perhitungan
kehidupan seksual. Empat aspek
regresi berganda diperoleh bahwa model
tersebut adalah enjoyment of sexual
rgersi dapat menjelaskan mengenai peran
activity, sexual desire, kesulitan
self-perception of aging, sexual quality of
dalam
life, dan kebahagiaan pada kemandirian di
sexual
performance,
dan
perempuan pra lansia dan lansia.
avoidance of sexual encounter.
d. Skala Self-perception of aging terdiri
dari lima aitem yang diadaptasi dari
Tabel 1. Uji Signifikansi Regresi
skala Attitude Toward Own Aging
yang
merupakan
Philadelphia
bagian
Geriatric
dari
Center
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1.198
df
3
Mean Square
.399
5.640
89
6.838
92
a. Predictors: (Constant), SQLRAT, HPRAT, PARAT
F
6.303
Sig.
.001a
.063
b. Dependent Variable: KMRAT
9
Lebih lanjut didapat bahwa kebahagiaan
memiliki
kontribusi
yang
signifikan
terhadap kemandirian perempuan pra lansia
dan lansia. Variabel yang memberikan
kontribusi
paling
besar
terhadap
kemandirian perempuan pra lansia dan
lansia adalah persepsi mereka terhadap
penuaan.
Di
sisi
memperlihatkan
lain,
hasil
bahwa
regresi
kemandirian
perempuan pra lansia dan lansia tidak
ditentukan oleh kualitas kehidupan seksual
mereka.
hasil
uji
regresi
berganda, ada beberapa hal yang menjadi
poin penting dalam diskusi, yaitu:
1. Kemandirian perempuan pra lansia
dan lansia dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan tingkat kebagiaan.
2. Bagaimana lansia menilai proses
penuaan
saat
krusial
dalam
menentukan persepsi mereka terkait
kemampuan
mereka
dalam
melakukan dan menyelesaikan tugastugas kesehariaan dan pengambilan
Tabel 2. Peran Variabel Self-Perception of
Aging, Sexual Quality of Life, Happiness, dan
Kemandirian
(Constant)
HPRAT
PARAT
SQLRAT
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1.828
.313
.205
.083
.208
.016
keputusan.
3. Kajian mengenai kualitas kehidupan
seksual menjadi hal yang tidak
Coefficientsa
Model
1
Berdasarkan
Standardized
Coefficients
Beta
.085
.070
relevan dalam menentukan tingkat
.252
t
5.839
2.466
Sig.
.000
.016
.260
.024
2.456
.234
.016
.815
a. Dependent Variable: KMRAT
kemandirian usia lanjut. Kualitas
kehidupan
seksual
memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap
Secara
bersama-sama
kontribusi
self-
kemandirian. Hal ini disebabkan
perception aging, sexual quality of life, dan
karena
happiness terhadap kemandirian adalah
perempuan memiliki keterbatasan
sebesar 17.5%, sebanyak 82.5% ditentukan
dalam mengekspresikan emosi dan
oleh variabel lainnya yang tidak diteliti
kebutuhan seksual mereka.
dalam
budaya
timur,
dalam penelitian ini.
Tabel 3. Uji Regresi Berganda
Model Summary
Adjusted
Std. Error of
R Square
the Estimate
R
R Square
.419a
.175
.147
.25173
a. Predictors: (Constant), SQLRAT, HPRAT, PARAT
Model
1
Daftar Pustaka
Andrews, G. (1997). Women’s Sexual
Health. British: Bailliere Tindall.
Dogan, T., Tugut, N., & Golbasi, Z. (2013).
The Relationship Between Sexual
Quality of Life, Happiness, and
10
Satisfaction with Life in Married
Turkish Women. Sex Dissabil, 31,
239 – 247. Doi: 10.1007/s11195013-9302-z.
Eden, K.J., Wylie, K.R. (2009). Quality of
Sexual Life and Menopause. Women
Health, 5(4), 385-396.
Kingsberg, S.A. (2002). The Impact of
Aging on Sexual Function in Women
and Their Partners. Archieves of
Sexual Behavior, 31(5), 431-437.
Kolotkin, R.L., Binks, M., Crosby, R.D.,
Ostbye, T., Gress, R.E., Adams, T.D.
(2006). Obesity and Sexual Quality
of Life. Obesity, 14(3), 472-479.
Lawton, M.P. (1975). The Philadelphia
Geriatric Center Morale Scale: A
Revision. Journal of Gerontology,
30, 85-89.
Lestari, M.D., Suarya, L.M.K.S. (2013).
Terapi Modalitas Pada Usia Lanjut.
Being Successful Aging, Sure We
Can. Dalam Karya Unud Untuk Anak
Bangsa (11-16). Bali: Universitas
Udayana.
Levy, B., &Myers, L.M. (2004). Preventive
Health Behaviors Influenced By
Self-Perception of Aging. Preventive
Medicine, 39, 625-629.
Maasoumi, R., Lamyian, M., Montazeri, A.,
Azin, S.A., Aquilar-Vafai, M.E., &
Hajidah, E. (2013). The Sexual
Quality of Life-Female (SQOL-F)
Questionnaire:
Translation
and
Psychometric Properties of The
Iranian
Version.
ReproductiveHealth Journal. 10(25), 1-6.
Macia, E., Lahman, A., Baali, A., Boetsch,
G., & Chapuis-Lucciani, N. (2009).
Perception of Age Stereotypes and
Self-Perception of Aging: A
Comparison of French and Moroccan
Populations. Journal of Cross
Cultural Gerontology, 24, 391-410.
Doi 10.1007/s10823-009-9103-0.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati,
Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal
Usia
Lanjut
dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Matlin, M.W. (2008). The Psychology of
Women. 6th ed. USA: Thomson
Wadsworth.
Obrien-Suric, N. (2013). A Cross-National
Comparison of Perception of Aging
and Older Adults Discussion of
Comparative Analysis and Findings
of the Five Countries: Parts 2. Care
Management Journal, 14(2), 89 –
107.
Papalia, D.E., Strerns, H.L., Feldman, R.D.,
& Camp, C.J. (2007). Adult
Development and Aging. 3rd ed. New
York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Peterson, C., Park, N., & Seligman, M.E.P.
(2005). Orientations to Happiness
and Life Satisfaction: The Full Life
Versus The Empty Life. Journal of
Happiness Studies, 6, 25-41.
Peterson, C. (2006). A Primer in Positive
Psychology. New York: Oxford University
Press.
Seligman, M.E.P. (2002). Authentic
Happiness. New York: Free Press.
11
Suardiman, S.P. (2011). Psikologi Usia
Lanjut.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
12
Aging Among Middle and Late Adulthood Women in Denpasar, Bali,
Indonesia
Made Diah Lestari
Department of Psychology, Medical Faculty, Udayana University, Denpasar, Bali, Indonesia
mdlestari@gmail.com
Abstract
The proportion of older people in Indonesia is increasing year by year. In one point, this
condition is the reflection of the successful of health system and infrastructure development. In
another point this condition is giving a significant impact to the socioeconomic feature in
Indonesia. The number of older people and productive generation are compared by old
dependency ratio. If the number of older people is higher than the number of productive
generation, than the old dependency ratio is high. This condition has fostered new paradigm in
gerontology. The focus is no longer how to maintain life expectancy but the important one is
how to help older people keep productive and autonomous in their later life. The research
examined the relation between self perception of aging, sexual quality of life, happiness, and
successful aging. Peterson (2006) found that there were several variables that correlated to
happiness. Sexual quality of life gave the highest contribution to the happiness. Unfortunately in
some cultures, the sexual life among middle and late adulthood women has been limited by the
stereotype of menopause. Levy and Myers (2004) also mentioned that self-perception of aging
had a strong predictive value on healthiness, sexual quality, mortality, and health behavior in
later life. This research was quantitative research. Data collection used four scales which are
successful aging, happiness, sexual quality of life, and self-perception of aging scale. It was
conducted in Denpasar and the subjects were 93 middle and late adulthood women. Predictive
power of self-perception of aging on successful of aging, happiness, and sexual quality of life
were analyzed by multiple regressions. The findings are discussed and directions for future
research are described.
Keywords: successful aging, happiness, sexual quality of life, perception of aging.
1
Terminologi
Pendahuluan
successful
aging
sendiri
Proporsi jumlah penduduk dengan
seringkali dinilai menuntut dan labeling oleh
usia lanjut yang semakin meningkat dari
sejumlah peneliti, namun di sisi lain juga
tahun ke tahun di Indonesia, layaknya
mengubah
seperti fenomena uang logam dengan dua
masyarakat terhadap usia lanjut yang semula
sisi yang berbeda. Di satu sisi, hal ini
dinilai sebagai kelompok yang memiliki
menunjukkan keberhasilan pembangunan
keterbatasan kemudian tergantikan oleh
dalam bidang kesehatan, namun di sisi lain
pandangan yang lebih optimis. Bagaimana
juga memberikan dampak yang signifikan
usia
pada kehidupan sosial dan ekonomi di
tergantung oleh kualitas hidupnya, salah
Indonesia. Secara sosial dan ekonomi,
satunya adalah kondisi psikologis dan
proporsi jumlah penduduk usia lanjut,
derajat kebahagiaan usia lanjut. Penelitian
menunjukkan
ketergantungan
ini ingin melihat hubungan antara tingkat
penduduk (old dependency ratio) yaitu suatu
kebahagiaan dan tingkat kemandirian di usia
rasio
lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh
yang
angka
menunjukkan
perbandingan
pandangan
lanjut
menjadi
penilaian
mandiri,
menunjukkan
sangat
antara jumlah penduduk usia tua dengan
Peterson
jumlah penduduk produktif. Jika penduduk
terdapat
usia tua jumlahnya lebih besar daripada
mempengaruhi
jumlah penduduk usia produktif, maka
seseorang, salah satu variabel yang memiliki
angka ketergantungan di suatu wilayah akan
kontribusi yang tinggi terhadap kebahagiaan
semakin besar. Kondisi ini melahirkan
adalah
paradigma baru di bidang ilmu gerontologi,
seseorang.
bahwa saat ini fokus perhatian bukan hanya
(2006)
dan
sejumlah
kualitas
Stereotipe
yang
variabel
tingkat
bahwa
yang
kebahagiaan
kehidupan
seksual
mengenai
masa
bagaimana memperpanjang usia harapan
menopause
membatasi
kehidupan
hidup individu di suatu wilayah, namun
seksual perempuan dan juga pengaruh
yang terpenting adalah membangun usia
budaya yang melihat ekspresi kebutuhan
yang produktif di masa tua, dengan kata lain
seksual oleh perempuan sebagai hal yang
usia lanjut yang mandiri.
taboo, dipandang sebagai salah satu faktor
Kemandirian di usia lanjut adalah
yang mempengaruhi sexual quality of life
salah satu indikator yang menunjukkan usia
perempuan, khususnya di masa pra lansia
lanjut
dan lansia. Lebih lanjut, Levy dan Myers
berhasil
(successful
aging).
1
self-
dianalisis dengan regresi berganda untuk
perception of aging memiliki kekuatan
melihat peran variabel bebas terhadap
prediktif
kondisi
variable terikat. Hasil dari penelitian ini
kesehatan, tingkat kematian, dan perilaku
diharapkan dapat menjadi masukan bagi
sehat sebagai usaha preventif di masa tua.
program pendampingan lansia di setiap
Salah satu kondisi kesehatan yang tercakup
kader banjar di seluruh wilayah di Denpasar
di dalamnya adalah sexual quality of life,
guna mencapai usia lanjut yang mandiri dari
khususnya pada usia lanjut perempuan.
sudut pandang Ilmu Psikologi Gerontolog,
Peneliti juga meyakini bahwa persepsi
Psikologi Seksual dan Psikologi Positif.
(2004)
mengungkapkan
dalam
bahwa
menentukan
individu terhadap kondisi penuaan yang ia
alami sangat berperan terhadap tingkat
Perspektif Teoretis
Perspektif teoretis dan paradigma
kebahagiaannya di usia lanjut.
tersebut,
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maka penelitian ini bertujuan untuk melihat
teori mengenai kemandirian di usia lanjut,
hubungan antara self-perception of aging,
kebahagiaan, sexual quality of life, self-
sexual quality of life, tingkat kebahagiaan,
perception of aging, dan teori mengenai
dan tingkat kemandirian pada perempuan
lansia. Pada bagian berikutnya akan dibahas
pra-lansia dan lansia di Denpasar. Penelitian
mengenai dinamika antar variabel dan
ini adalah penelitian kuantitatif dengan
hipotesis penelitian.
Berdasarkan
menggunakan
penjelasan
skala
sebagai
alat
pengumpulan data. Skala yang digunakan
Kemandirian di Usia Lanjut
adalah Skala Kemandirian Usia Lanjut,
Mandiri mengandung makna bahwa
Skala Kebahagiaan, Skala Sexual Quality of
seseorang saat menjalani kehidupannya
Life, dan Skala Self-perception of Aging.
sehari-hari tidak mengalami ketergantungan
Penelitian dilakukan di Denpasar, dengan
dengan orang lain. Pada usia pra lansia dan
subjek
rentang
perempuan,
usia
dan
pra-lansia,
berada
dalam
lansia, kemandirian mencakup tiga aspek
dan
lansia.
(Suardiman, 2011), yakni:
Predictive power dari self-perception of
a. Kemandirian
ekonomi,
tidak
aging dalam menjelaskan variabel tingkat
menggantungkan hidupnya kepada
kemandirian
tingkat
orang lain. Hal ini dapat diraih saat
kebahagiaan, dan sexual quality of life akan
usia lanjut memiliki pendapatan yang
usia
lanjut,
2
dapat
menjamin
kebutuhan
yakni
konsep
eudaimonia.
Eudaimonia
hidupnya, baik dari uang pensiun,
melihat
tabungan
maupun
sebenarnya dapat dicapai dengan identifikasi
yang
prinsip-prinsip dalam kehidupan yang dianut
hari
tua,
pendapatan-pendapatan
sifatnya pasif.
b. Kemandirian
oleh
dalam
melakukan
kegiatan sehari-hari.
c. Kemandirian
bahwa
kebahagiaan
individu,
yang
memahami
dan
menginternalisasikannya, serta hidup secara
harmoni di lingkungannya (Peterson, 2006).
satu
Carl Rogers mengistilahkannya dengan fully
aspek kepribadian dari usia lanjut,
functioning person, Maslow dengan konsep
seperti
aktualisasi
mengambil
sebagai
salah
kemampuan
diri,
Ryff
dengan
istilah
kemampuan
kesejahteraan psikologis, dan Deci dan Ryan
penuh
dengan istilah self-determination. Secara
ketekunan, memperoleh kepuasan
keseluruhan, para ahli di atas, walaupun
dari usahanya, serta berkeinginan
dengan
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan
meyakini
orang lain.
berkembang sesuai dengan kemampuan
mengatasi
inisiatif,
untuk
masalah,
istilah
mereka
bahwa
yang
individu
beragam,
seharusnya
Tiga aspek kemandirian usia lanjut di atas
terbaik mereka, menggunakan ketrampilan
akan digunakan sebagai indikator dalam
dan
pembuatan alat ukur dalam penelitian ini.
pemenuhan
bakatnya
dalam
kebutuhan
kehidupan
untuk
maupun
untuk
pelayanan di masyarakat (Peterson, 2006).
Penelitian
Kebahagiaan dan Pengukurannya
Definisi terkait kebahagiaan sejak
eudaimonia
menunjukkan
merupakan
prediktor
bahwa
dari
dahulu sudah menjadi kajian beberapa ahli.
kepuasan hidup. Individu yang berorientasi
Konsep hedonisme yang dikemukan oleh
pada pencapaian tujuan hidup dan aktivitas
Aristippus (dalam Peterson, 2006) mengacu
yang bersifat eudaimonia lebih puas dengan
pada
yang
hidupnya dibandingkan dengan individu
dimana
yang hanya berorientasi pada pleasure.
kebahagiaan didapat dari memaksimalkan
Berdasarkan hasil ini bukan berarti bahwa
pleasure dan meminimalkan rasa sakit.
hedonisme tidak relevan dalam pencapaian
Pandangan yang berlawanan dengan konsep
kepuasan hidup, namun kontribusinya lebih
hedonisme ini disampaikan oleh Aristotle,
rendah daripada eudaimonia (Huta dkk
konsep
mementingkan
kebahagiaan
pleasure,
3
dalam
Peterson,
2006).
Lebih
lanjut
Peterson (2006) mengungkapkan bahwa
hedonisme (pleasure), eudaimonia (makna
hidup), engagement, dan victory.
tidak hanya hedonisme dan eudaimonia
yang
berperan
dalam
pencapaian
kebahagiaan, dua aspek lainnya adalah
Sexual Quality of Life dan Aktivitas Seksual
Pra Lansia dan Lansia Perempuan
Engagement
Seksualitas adalah salah satu fungsi
mengacu pada flow, bukan hanya pleasure.
yang penting dalam kehidupan individu dan
Engagement adalah kepuasan yang berasal
memiliki peran mendasar dalam kehidupan
dari kegiatan yang disukai, melibatkan
reproduksi manusia. Fungsi ini mencakup
pemikiran
terlibat
kondisi fisik, emosional, dan psikologis,
tersebut,
serta diyakini berpengaruh terhadap kualitas
ditopang oleh kekuatan dan kualitas diri
hidup (Chedraui dkk dalam Maasoumi dkk.,
(Seligman,
2013). Dampak psikologi dan fisiologis
engagement
sepenuhnya
dan
victory.
dan
interpretasi,
dalam
2002).
kegiatan
Victory
adalah
kemampuan dan keinginan yang kuat untuk
penuaan
meraih kemenangan dalam berbagai area
perempuan menjadi salah satu kajian yang
kehidupan,
menarik dengan alasan yang beragam, salah
seperti
pekerjaan,
cinta,
terhadap
hubungan interpersonal, dan prestasi lainnya
satunya
adalah
(Peterson, 2006).
perempuan.
Tidak
Seligman, dkk (dalam Peterson,
kehidupan
kondisi
seperti
seksual
menopause
stereotipe
yang
2006) mengungkapkan bahwa kebahagiaan
berkembang di masyarakat, bahwa kondisi
adalah konstruk yang sangat kompleks.
menopause perempuan akan menurunkan
Kebahagiaan adalah salah satu kajian dalam
frekuensi
Ilmu
Kebahagiaan
perempuan, sebuah survei yang dilakukan
mencakup level kognitif dan juga motivasi.
oleh The National Council on The Aging
Penelitian
(NCOA) di tahun 1998 menemukan bahwa
Psikologi
Positif.
yang
sudah
dilakukan
dan
kualitas
sebelumnya, hampir tidak dapat mengukur
aktivitas
kebahagiaan sebagai sebuah terminologi
penting
yang berdiri sendiri, namun kebahagiaan
kelompok usia lanjut. Dalam penelitian ini
dapat
79%
diukur
melalui
bagian-bagian
seksual
seksualitas
dalam
laki-laki
memainkan
hubungan
dan
bahwa
66%
peranan
interpersonal
perempuan
manifestasinya. Dalam penelitian ini, tingkat
melaporkan
seksualitas
adalah
kebahagiaan diukur melalui manifestasi
komponen penting dalam hubungan mereka
4
dengan pasangannya. Sejumlah 74% laki-
Self-Perception of Aging
laki dan 70% perempuan yang aktif secara
Riset mengenai self-perception of
seksual melaporkan bahwa kepuasan mereka
aging yang dilakukan selama ini, sebagian
terhadap aktivitas seksual meningkat bahkan
besar mengadopsi pemikiran G.H Mead
melebihi kepuasan saat mereka berada pada
bahwa diri atau self tidak hanya berisikan
usia tengah baya (Kingsberg, 2002).
kumpulan kualitas-kualitas personal atau
Berdasarkan
penelitian
tersebut,
pribadi seseorang, namun juga kumpulan
dapat kita simpulkan bahwa kepuasan
dari
perempuan terhadap aktivitas seksual tidak
lingkungan individu itu sendiri (Mead dalam
menurun seiring dengan penuaan. Perubahan
Macia dkk, 2009). Mead lebih lanjut
dalam kondisi fisik dan fisiologis yang
mengungkapkan bahwa sikap positif dan
terjadi sebagai akibat dari menopause dapat
negatif terhadap diri akan terinternalisasi
menjadi faktor penyebab menurunnya fungsi
dan menjadi bagian dari individual’s self.
seksual. Levine (dalam Kingsberg, 2002)
Jika disimpulkan, maka dapat dikatakan
lebih lanjut menjelaskan bahwa penurunan
bahwa self-perception merefleksikan tidak
kondisi fisik dan fisiologis berkaitan dengan
hanya bagaimana individu menilai dirinya,
penurunan drive, bukan desire. Melalui
namun juga menyangkut bagaimana orang
pandangan
lain menilai individu. Dalam perspektif
ini,
dapat
dilihat
bahwa
sikap
sosial
yang
dari
walaupun perempuan mengalami penurunan
gerontologi,
drive,
dan
dikaitkan dengan proses penuaan yang
memiliki gairah dalam melakukan hubungan
kemudian melahirkan istilah self-perception
atau aktivitas seksual, maka perempuan
of aging.
namun
masih
termotivasi
konsep
berasal
self-perception
Berdasarkan Levy (dalam Macia
masih mampu mendapatkan kepuasan dari
aktivitas seksual yang dilakukan. Dalam
dkk.,
penelitian ini sexual quality of life akan
perception sebagai bagian dari kelompok
diukur
usia lanjut oleh seorang individu terbagi
melalui
empat
dimensi
yang
mencakup drive dan desire, yakni enjoyment
of sexual activity, sexual desire, kesulitan
2009),
proses
internalisasi
self-
menjadi dua tahapan, yakni:
a. Tahap 1, stereotipe terkait usia lanjut
dalam sexual performance, dan avoidance of
terinternalisasi
sexual encounter (Kolotkin, dkk., 200
perkembangan sebelum seseorang
memasuki
usia
selama
lanjut,
tahapan
namun
5
stereotipe
ini
dampak
tidak
bagi
memberikan
self-perception
media
lain
akan
semakin
memperkuat stereotipe dan penilaian
dikarenakan individu masih menjadi
orang
kelompok luar, belum masuk ke
individu
dalam tahapan usia lanjut. Stereotipe
penilaian dan penerimaan inilah yang
terkait
kemudian
usia
stereotipe
kemudian
terhadap
menjadi
diri
saat
lain
yang
usia
diterima
lanjut.
oleh
Bentuk
membentuk
self-
perception of aging.
seseorang sudah menjadi bagian dari
Self-perception of aging adalah sebuah
kelompok usia lanjut.
konsep yang banyak dipakai dalam bidang
dengan
kesehatan dan gerontologi. Tidak sedikit
kelompok. Levy (dalam Macia dkk.,
penelitian yang menemukan bahwa ada
2009) mengatakan bahwa semakin
kaitan antara persepsi diri di masa tua
negatif
stereotipe
usia
dengan derajat kesehatan seseorang dan self-
lanjut,
maka
resisten
efficacy usia lanjut dalam pemeliharaan
individu
kesehatan. Self-perception of aging dalam
mengidentifikasikan dirinya sebagai
penelitian ini diukur dengan menggunakan
bagian dari kelompok usia lanjut. Di
lima aitem yang diadaptasi dari skala
sisi lain Hummert, dkk (dalam
Attitude
Macia,
merupakan
b. Tahap
2,
identifikasi
terhadap
semakin
seorang
dkk.,
bahwa
2009)
menyatakan
individu
kecenderungan
memiliki
untuk
mengidentifikasikan
stereotipe
Geriatric
bagian
Center
Own
Aging
dari
Morale
yang
Philadelphia
Scale
yang
dikembangkan oleh Lawton (1975).
dirinya
berdasarkan kelompok usia, sehingga
walaupun
Toward
yang
Konsep Usia Lanjut
Usia
lanjut
adalah
kelompok
berkembang bersifat negatif, namun
individu yang menginjak usia dewasa akhir
usia
memiliki
dan mengalami penurunan fungsi fisik,
untuk
kognitif, dan juga psikososial (Papalia, dkk.,
mengidentifikasikan dirinya dengan
2007). Menurut Undang-undang Republik
kelompok seusianya. Kontak sosial
Indonesia no. 13 tahun 1998 tentang
yang terjadi, apakah itu dengan
kesejahteraan lansia pada bab 1 pasal 1 ayat
orang lain di sekelilingnya, ataupun
2, yang dimaksud dengan lansia adalah
lanjut
kecenderungan
tetap
6
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
khususnya pada usia lanjut perempuan.
ke atas (Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Stereotipe mengenai masa menopause yang
Indonesia, 2014). Lebih lanjut, Departemen
membatasi kehidupan seksual perempuan
Kesehatan
dan juga budaya tertentu yang membatasi
Republik
Indonesia
(dalam
Maryam dkk., 2008) mengklasifikasikan
perempuan
usia lanjut berdasarkan rentang usia dan
kebutuhan
risiko menjadi tiga kategori, yakni pra lansia
sebagai
(kelompok usia 45 – 59 tahun, lansia
mempengaruhi
(kelompok usia 60 – 69 tahun), dan
perempuan, khususnya di masa pra lansia
kelompok lansia berisiko (kelompok usia 70
dan lansia. Riset yang dilakukan oleh The
tahun ke atas). Penelitian ini menggunakan
National Council on The Aging (NCOA) di
kelompok pra lansia dan lansia sebagai
tahun 1998 menemukan bahwa aktivitas
subjek penelitian.
seksual memainkan peranan penting dalam
Kemandirian
merupakan
suatu
dalam
seksual
salah
hubungan
mengekspresikan
mereka
satu
dipandang
faktor
sexual
yang
quality
interpersonal
of
kelompok
life
usia
kondisi yang diidam-idamkan oleh sebagian
lanjut dan tidak ada perbedaan dalam
besar kelompok usia lanjut. Kemandirian
kepuasan hubungan seksual antara usia
ditandai dengan mandiri secara ekonomi,
lanjut
pemeliharaan kehidupan sehari-hari, dan
perempuan.
Secara
mandiri secara kepribadian serta emosional.
menopause
memang
Salah satu faktor yang mempengaruhi
dimana produksi hormon sudah menurun
kemandirian usia lanjut adalah kondisi
dibandingkan
bahagia dan persepsi mereka terhadap
perkembangan sebelum menopause, namun
proses
alami
desire atau gairah lebih utama dibandingkan
(Suardiman, 2011). Lebih lanjut, Levy dan
dengan drive dalam menentukan kepuasan
Myers (2004) mengungkapkan bahwa self-
hubungan
perception of aging memiliki kekuatan
berkorelasi terhadap usia seseorang.
prediktif
penuaan
dalam
yang
mereka
menentukan
laki-laki
dengan
usia
lanjut
biologis,
kondisi
mengurangi
dengan
seksual,
dan
drive
tahapan
desire
tidak
kondisi
Peterson (2006) dalam penelitiannya
kesehatan, tingkat kematian, dan perilaku
menemukan bahwa sexual quality of life
sehat sebagai usaha preventif di masa tua.
berkorelasi
Salah satu kondisi kesehatan yang tercakup
kebahagiaan. Hasil ini sejalan dengan
di dalamnya adalah sexual quality of life,
temuan Dogan, dkk. (2013) yang secara
positif
dan
kuat
terhadap
7
spesifik menyatakan bahwa sexual quality of
life adalah hal yang penting bagi perempuan
dan berkorelasi positif dengan kebahagiaan,
Sexual
Quality of
Life
kualitas hubungan dengan pasangan, dan
kualitas
hidup
secara
Tingkat
Kemandirian
Tingkat
Kebahagiaan
keseluruhan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
melihat bahwa kondisi menopause adalah
kondisi yang kritikal bagi perempuan. Tidak
sedikit
perempuan
yang
Self
Perception
of Aging
mengalami
kesulitan beradaptasi dengan kondisi ini,
salah satunya adalah beradaptasi dengan
perubahan dalam kehidupan seksual mereka.
Gambar 1. Model Hubungan Self-Perception of
Aging, Sexual Quality of Life, Tingkat
Kebahagiaan, dan Tingkat Kemandirian
Persepsi yang berkaitan dengan usia dan
bagaimana mereka mempersepsikan kondisi
mereka saat memasuki masa tua berperan
penting dalam proses adaptasi ini. Tidak
hanya menyangkut penilaian pribadi, namun
juga stereotipe dan penilaian individu lain di
sekelilingnya. Jika self-perception of aging
positif, maka perilaku sehat mereka, salah
satunya aktivitas seksual (fisik, emosional,
dan relasional) pun akan semakin positif.
Sexual quality of life yang positif pun akan
mengarahkan pada kondisi kebahagiaan
yang
merupakan
tombak
kemandirian di usia lanjut.
awal
bagi
Metode Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
selama
sepuluh bulan. Lokasi penelitian ini adalah
di Denpasar, dengan mempertimbangkan
Denpasar sebagai kota dengan jumlah
penduduk
terbanyak
di
Provinsi
Bali.
Pengambilan data akan dilakukan melalui
kader-kader lansia yang ada di banjar dan
juga peguyuban yang berada di tempattempat ibadah. Subyek penelitian adalah
individu yang berada dalam kelompok pralansia, yang berusia 45 – 59 tahun dan
kelompok lansia 60 – 65 tahun, berjenis
kelamin perempuan, serta berada dalam
kondisi sehat jasmani dan rohani. Jumlah
subyek adalah 93 orang perempuan pra
lansia dan lansia.
8
Alat
pengumpulan
data
Morale Scale yang dikembangkan
dalam
oleh Lawton (1975).
penelitian ini adalah:
a. Skala Kemandirian Usia Lanjut yang
Sebelum menggunakan beberapa skala yang
dibangun
sendiri
oleh
peneliti
diadaptasi dari luar, maka peneliti akan
dengan
menggunakan
aspek
melakukan proses ijin terlebih dahulu dari
dan
penulis aslinya, lalu melakukan tahapan
kepribadian/emosional (Suardiman,
adaptasi yang mencakup translasi aitem,
2011)
backward translation, dan uji coba alat ukur.
ekonomi,
keseharian,
Penelitian
b. Skala Kebahagiaan yang dibangun
ini
adalah
penelitian
aspek
kuantitatif dengan menggunakan empat
eudaimonia,
variabel, yakni tingkat kemandirian usia
engagement, dan victory. Skala ini
lanjut, tingkat kebahagiaan, sexual quality of
diadaptasi dan dimodifikasi dari
life, dan self-perception of aging. Dalam
skala yang sudah dikembangkan oleh
penelitian ini predictive power dari self-
Peterson, Park, dan Seligman (2005).
perception of aging terhadap sexual quality
c. Skala Sexual quality of life yang
of life, tingkat kebahagiaan, dan tingkat
dengan
menggunakan
hedonisme,
dibangun
sendiri
oleh
peneliti
dengan mengacu pada empat aspek
yang
digunakan
oleh
obesitas
dan
menggunakan regresi berganda.
Kolotkin,
dkk.(2006) pada penelitiannya terkait
dengan
kemandirian usia lanjut dianalisis dengan
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
kualitas
hasil
perhitungan
kehidupan seksual. Empat aspek
regresi berganda diperoleh bahwa model
tersebut adalah enjoyment of sexual
rgersi dapat menjelaskan mengenai peran
activity, sexual desire, kesulitan
self-perception of aging, sexual quality of
dalam
life, dan kebahagiaan pada kemandirian di
sexual
performance,
dan
perempuan pra lansia dan lansia.
avoidance of sexual encounter.
d. Skala Self-perception of aging terdiri
dari lima aitem yang diadaptasi dari
Tabel 1. Uji Signifikansi Regresi
skala Attitude Toward Own Aging
yang
merupakan
Philadelphia
bagian
Geriatric
dari
Center
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1.198
df
3
Mean Square
.399
5.640
89
6.838
92
a. Predictors: (Constant), SQLRAT, HPRAT, PARAT
F
6.303
Sig.
.001a
.063
b. Dependent Variable: KMRAT
9
Lebih lanjut didapat bahwa kebahagiaan
memiliki
kontribusi
yang
signifikan
terhadap kemandirian perempuan pra lansia
dan lansia. Variabel yang memberikan
kontribusi
paling
besar
terhadap
kemandirian perempuan pra lansia dan
lansia adalah persepsi mereka terhadap
penuaan.
Di
sisi
memperlihatkan
lain,
hasil
bahwa
regresi
kemandirian
perempuan pra lansia dan lansia tidak
ditentukan oleh kualitas kehidupan seksual
mereka.
hasil
uji
regresi
berganda, ada beberapa hal yang menjadi
poin penting dalam diskusi, yaitu:
1. Kemandirian perempuan pra lansia
dan lansia dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan tingkat kebagiaan.
2. Bagaimana lansia menilai proses
penuaan
saat
krusial
dalam
menentukan persepsi mereka terkait
kemampuan
mereka
dalam
melakukan dan menyelesaikan tugastugas kesehariaan dan pengambilan
Tabel 2. Peran Variabel Self-Perception of
Aging, Sexual Quality of Life, Happiness, dan
Kemandirian
(Constant)
HPRAT
PARAT
SQLRAT
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1.828
.313
.205
.083
.208
.016
keputusan.
3. Kajian mengenai kualitas kehidupan
seksual menjadi hal yang tidak
Coefficientsa
Model
1
Berdasarkan
Standardized
Coefficients
Beta
.085
.070
relevan dalam menentukan tingkat
.252
t
5.839
2.466
Sig.
.000
.016
.260
.024
2.456
.234
.016
.815
a. Dependent Variable: KMRAT
kemandirian usia lanjut. Kualitas
kehidupan
seksual
memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap
Secara
bersama-sama
kontribusi
self-
kemandirian. Hal ini disebabkan
perception aging, sexual quality of life, dan
karena
happiness terhadap kemandirian adalah
perempuan memiliki keterbatasan
sebesar 17.5%, sebanyak 82.5% ditentukan
dalam mengekspresikan emosi dan
oleh variabel lainnya yang tidak diteliti
kebutuhan seksual mereka.
dalam
budaya
timur,
dalam penelitian ini.
Tabel 3. Uji Regresi Berganda
Model Summary
Adjusted
Std. Error of
R Square
the Estimate
R
R Square
.419a
.175
.147
.25173
a. Predictors: (Constant), SQLRAT, HPRAT, PARAT
Model
1
Daftar Pustaka
Andrews, G. (1997). Women’s Sexual
Health. British: Bailliere Tindall.
Dogan, T., Tugut, N., & Golbasi, Z. (2013).
The Relationship Between Sexual
Quality of Life, Happiness, and
10
Satisfaction with Life in Married
Turkish Women. Sex Dissabil, 31,
239 – 247. Doi: 10.1007/s11195013-9302-z.
Eden, K.J., Wylie, K.R. (2009). Quality of
Sexual Life and Menopause. Women
Health, 5(4), 385-396.
Kingsberg, S.A. (2002). The Impact of
Aging on Sexual Function in Women
and Their Partners. Archieves of
Sexual Behavior, 31(5), 431-437.
Kolotkin, R.L., Binks, M., Crosby, R.D.,
Ostbye, T., Gress, R.E., Adams, T.D.
(2006). Obesity and Sexual Quality
of Life. Obesity, 14(3), 472-479.
Lawton, M.P. (1975). The Philadelphia
Geriatric Center Morale Scale: A
Revision. Journal of Gerontology,
30, 85-89.
Lestari, M.D., Suarya, L.M.K.S. (2013).
Terapi Modalitas Pada Usia Lanjut.
Being Successful Aging, Sure We
Can. Dalam Karya Unud Untuk Anak
Bangsa (11-16). Bali: Universitas
Udayana.
Levy, B., &Myers, L.M. (2004). Preventive
Health Behaviors Influenced By
Self-Perception of Aging. Preventive
Medicine, 39, 625-629.
Maasoumi, R., Lamyian, M., Montazeri, A.,
Azin, S.A., Aquilar-Vafai, M.E., &
Hajidah, E. (2013). The Sexual
Quality of Life-Female (SQOL-F)
Questionnaire:
Translation
and
Psychometric Properties of The
Iranian
Version.
ReproductiveHealth Journal. 10(25), 1-6.
Macia, E., Lahman, A., Baali, A., Boetsch,
G., & Chapuis-Lucciani, N. (2009).
Perception of Age Stereotypes and
Self-Perception of Aging: A
Comparison of French and Moroccan
Populations. Journal of Cross
Cultural Gerontology, 24, 391-410.
Doi 10.1007/s10823-009-9103-0.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati,
Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal
Usia
Lanjut
dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Matlin, M.W. (2008). The Psychology of
Women. 6th ed. USA: Thomson
Wadsworth.
Obrien-Suric, N. (2013). A Cross-National
Comparison of Perception of Aging
and Older Adults Discussion of
Comparative Analysis and Findings
of the Five Countries: Parts 2. Care
Management Journal, 14(2), 89 –
107.
Papalia, D.E., Strerns, H.L., Feldman, R.D.,
& Camp, C.J. (2007). Adult
Development and Aging. 3rd ed. New
York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
Peterson, C., Park, N., & Seligman, M.E.P.
(2005). Orientations to Happiness
and Life Satisfaction: The Full Life
Versus The Empty Life. Journal of
Happiness Studies, 6, 25-41.
Peterson, C. (2006). A Primer in Positive
Psychology. New York: Oxford University
Press.
Seligman, M.E.P. (2002). Authentic
Happiness. New York: Free Press.
11
Suardiman, S.P. (2011). Psikologi Usia
Lanjut.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
12