PENGARUH PEMBIAYAAN KELOMPOK KERJA GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU : Studi Tentang Hubungan Antara Pembiayaan Kelompok Kerja Guru dengan Produktivitas Kelompok Kerja Guru (KKG) di Kotamadya Bandung.

PENGARUH PEMBIAYAAN KELOMPOK KERJA GURU
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU
(Studi Tentang Hubungan Antara Pembiayaan Kelompok Kerja Guru dengan
Produktivitas Kelompok Kerja Guru (KKG) di Kotamadya Bandung)

Tesis

Diajukan untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh gelar magister pendidikan
pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

Dady Muhtadi
989560/S2

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000


IV
erihal

Permohonan menempuh
Ujian Tahap I

ampiran

Dial" Tesis
6 Eks

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia

di Bandung

Yang bertanda tangan di bawah ini
N a m a

H. DADY MUHTADI


N I M

898560

Angkatan Tahun
Program Studi
Program

1988

Alamat

Adminislrasi Pendidikan/Perencanaan Pendidikan
Magisler

Depok Desa Tanjungmekar Kec. Tanjungkerla
Sumedang

dengan ini mengajukan permohonan untuk menempuh ujian tahap I.

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan :
1. Tesis yang telah disetujui dan ditandatangani oleh pembimbing;
2. Fotocopy hasil ujian komprehensif;
3. Laporan hasil perkuliahan;

4. Fotokopi kartu pelaksanaan bimbingan;
5. Keterangan lunas pembayaran biaya pendidikan.

Besar harapan saya, bahwa permohonan ini dapat dikabulkan dalam waklu
dekat ini.

Atas perhatian dan persetujuan Bapak, saya ucapkan terima kasih.
Bandung,

Menyetujui
Ketua Program

Prof. Dr,

November 2000


Permoh»Han,

yamsuddin Makmun, MA

H. Dady Muhtadi

Disetuji oleh

Pembimbing I

suddin Makmun. M.A.

Pembimbing II

*W-&r*»
Prof. Dr. H Djam'an Satori. M.A

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000

ABSTRAK

Dady Muhtadi : PENGARUH PEMBIAYAAN

KELOMPOK KERJA GURU

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

{Studi tentang hubungan antara Pembiayaan kelompok kerja guru dengan produktivitas
kelompok kerja guru di Kotamadya Bandung)
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang pengaruh pembiayaan
kelompok kerja guru terhadap peningkatan produktivitas kerja guru pada guru-guru

anggota KKG di Kotamadya Bandung, dengan mengungkap : (1) kadar hubungan antara
variabel-variabel subsidi kelompok kerja guru dengan produktivitas kerja guru, (2)


sumbangan latar belakang belakang pendidikan guru dengan tingkat produktivitas kerja
guru, (3) perbedaan yang menyangkut variabel produktivitas kelompok kerja guru
sesudah memperhitungkan latar belakang pendidikan dan latar belakang tempat kerja.
Mengacu pada tujuan penelitian dan untuk menguji hipotesis serta menjawab
pertanyaan penelitian yang diajukan, penelitian ini telah dilakukan dengan mempergunakan
metode deskriptif analisis, deskriptif korelasional. Pengumpulan data mengenai ;
produktivitas kelompok, pembiayaan kelompok, latar belakang pendidikan, jenis kelamin
dan latar belakang tempat kerja guru dilakukan melalui penyebaran angket. Disamping itu
juga dilakukan wawancara sebagai upaya melengkapi data dan informasi yang
memerlukan pendalaman. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 143 guru, yang tersebar
pada tiga kategori 76 guru atau 13 kelompok untuk Guru Sekolah Dasar, 60 Guru
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau 10 kelompok dan 57 Guru Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas atau 9 Kelompok. Teknik analisis yang dipergunakan adalah anahsis
korelasional dan uji F (ANOVA) untuk melihat perbedan variabel dalam kelompok yang
berbeda.

Hasil penelitian ini secara umum menyimpulkan ; (1) Kelompok Kerja Guru
merupakan salah satu wadah yang berfiingsi untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas kerja guru, dalam hal produktivitasnya Kelompok Kerja Guru dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor subsidi kelompok, latar belakang

pendidikan dan latar belakang tempat kerja guru itu sendiri. (2) Pembiayaan kelompok
kerja guru sebagai faktor eksteraal, secara signifikan memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap peningkatan produktivitas kelompok kerja guru. Produktivitas kelompok
kerja guru tersebut di dalamnya berupa kualitas pekerjaan yang dihasilkan kelompok,
kuantitas (jumlah) pekerjaan yang dihasilkan kelompok dan ketepatan waktu dalam
penyelesaian pekerjaan, serta berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang dihasilkan
kelompok kerja guru. (3) Dalam Kelompok Kerja Guru, tingginya tingkat pendidikan guru
sebagai anggota KKG secara signifikan tidak dapat membedakan produktivitas kerja guru
dalam Kelompok Kerja Guru. Analisis tingkat pendidikan ini dilihat dari latar belakang
pendidikan guru mulai latar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Atas Keguruan (SPG,
SGO), Diploma 2, Diploma 3 dan Sarjana (SI). (4)

Dengan memperhatikan latar belakang pekerjaan dimana guru itu mengajar, temyata
secara signifikan faktor ini memberikan sumbangan positif bagi tingginya produktivitas
guru dalam keanggotaannya di kelompok kerja guru. Hasil analisis ini terbukti dari adanya
kecenderung perbedaan produktivitas kerja yang dihasilkan guru-guru dalam kelompok
kerja guru manakala latar belakang pekerjaan dimana guru itu mengajar diperhitungkan.
(5). Faktor lain yang terungkap dari hasil penelitian ini adalah latar belakang pekerjaan
guru dimana mereka mengajar, sangat menentukan terjadinya kekompakan (keeratan)
diantara mereka, yang sekaligus faktor tersebut mempengeruhi produktivitas kelompok

kerja guru.

DAFTARISI
Halaman

ABSTRAK

I..

KATAPENGANTAR

U1

DAFTARISI

v.

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN



mu
1X

BAB

1

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

8


C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
F. Paradigma Model Hubungan Antara Variabel Penelitian

11
12
13
15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretis

19

19

a. Konsep Biaya Pendidikan dan Pembiayaan KKG

b. Kelompok Kerja Guru dan Konsep Kelompok
l.Teori Tentang Terbentuknya Kelompok
c. Peran Guru Anggota KKG Sebagai Enterprenur Inovasi
1. Pengambilan Keputusan Inovasi oleh Guru Anggota KKG

19
22
30
35
38

2. Guru dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah
d. Peroduktivitas Kelompok

41
48

1. Faktor yang Berasal dari Individu
2. Faktor yang Berasal dari Kelompok
B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

BAB IH PROSEDUR PENELITIAN

52
56
60

62

A. Metode Penelitian

°2

B. TeknikPengumpulanData

63

C. Rincian Variabel-variabel Penelitian

64

D. Instrumen Pengumpulan Data
E. Populasi dan Sampel

65
66

F. Prosedur Pengumpulan Data
G. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data
H. Teknik Pengolahan Data

67
68
69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

73

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
B. Pengujian Hipotesis

73
84

C. Pembahasan HasilPenelitian

88

BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASIDANREKOMENDASI

98

A. Kesimpulan
B. Implikasi Hasil Penelitian

98
99

C. Rekomendasi

103

DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN

1°6
1°9

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Nomor

4.1

Penyebaran Sampel dilihat dari latar belakang pendidikan dan

74

bidang studi yang dibidanginya

4.2

Latar belakang pendidikan guru dan tempat kerja

4.3

Rangkuman hasil analisis varians

4.4

Invers Matrix XI - X3 dan Y

4.5

Hasil Pengujian hipotesis perbedaan skor F variabel latar belakang

76

81

83

86

pendidikan dan produktivitas kerja

4.6

Hasil Pengujian hipotesis perbedaan skor Fvariabel latar belakang
tempat kerja dan produktivitas kerja

VII

87

DAFTAR GAMBAR
llalaman

Nor'rlOr

1.1

Model Penjelasan Produktivitas dan Penghasilan Kerja

14

1.2

Paradigma Model Hubungan antar Variabel Penelitian

1->

2.1

Tahapan Pembentukan Kelompok

35

3.1

Struktur Hubungan Kausal Variabel Penelitian

72

4.1

Diagram Harga Korelasi Masing-masing Variabel

84

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Alat Ukur Penelitian
2. Hasil Perhitungan Validitas Alat Ukur Penelitian
3. Hasil Perhitungan Regresi dan Korelasi
4. Surat Keputusan Pembimbing
5. Surat Izin Penelitian

IX

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, dengan jumlah penduduk

terpadat No. 4 di dunia, merupakan prospek bagi pengembangan pendidikan, khususnya
sekolah. Dengan jumlah penduduk hampir mencapai ±200.000.000 jiwa, dan jumlah anak
usia Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi mencapai 25 % dari jumlah tersebut,
merupakan tantangan bagi kiprah guru di dalamnya.

Guru sebagai sosok manusia yang memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan,

merupakan tumpuan utama dalam membentuk watak peserta didik dengan jalan

pengembangan dan peningkatan kepribadian dan nilai-nilai moral yang diinginkan. Untuk
mendukung keberhasilan peran dan tugas tersebut di atas, maka profesionahsasi guru

memiliki tiga fungsi strategis, fungsi-fungsi tersebut meliputi : (a) fungsi sebagai pengajar,

(b) guru sebagai pendidik, dan (c) guru sebagai pengelola kelas. Mohammad Fakry Gaffar
dalam Dedi Supriadi (1998: XV)) menyatakan bahwa :

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dan
dimensi tersebut, peranan guru sulit untuk diganti oleh yang lain. Dipandang dan
dimensi pembelajaran , peranan guru di negara Indonesia tetap dominan sekahpun
teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang dengan
cepat.

Sehubungan dengan pernyataan tersebut di atas, peran g

berarti guru memiliki kewajiban memberikan dan menyampaikan

kurikulum yang beriaku, untuk diserap dan diterima oleh murid-muridnya sehingga

pengetahuan dan keterampilannya meningkat. Sebagai pendidik guru berfungsi sebagai
pembimbing dan suri tauladan (contoh) bagi murid-muridnya. Oleh karena itu guru
dituntut untuk berperilaku baik, yang diharapkan dapat ditiru oleh murid-muridnya.

Sebagai pendidik guru berfungsi : (1) sebagai penerjemah nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari, (2) sebagai seorang yang ahli dalam bimbingan dan penyuluhan, (3) sebagai

seorang penegak displin, (4) guru sebagai pengasih anak didiknya, dan (5) sebagai teladan
anak didiknya. Fungsi guru sebagai pengelola kelas berarti dituntut memiliki kemampuan

sebagai "manager" kelas. Dengan arahan agar kegiatan belajar-mengajar berjalan lancar.
Sehubungan dengan hal tersebut Hadari Nawawi (1985:115) mengemukakan bahwa :

Program kelas akan berkembang bilamana guru/wali kelas mendayagunakan secara
maksimal potensi kelas... Usaha atau kegiatan tersebut merupakan kegiatan
managemen atau pengelolaan keas yang dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam pendayagunaan potansi kelas berupa pemberian kesempatan yang

seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif
dan terarh sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid.

Ketiga fungsi beserta sub fungsi guru tersebut di atas, sampai saat ini belum
terlaksana sepenuhnya. Ada bebarapa faktor yang dapat mempengaruhi penerapannya,
diantaranya adalah kemampuan, keterampilan dan daya dukung lainnya.

Peningkatan kemampuan dan keterampilan guru agar lebih profesional, dilakukan
melalui berbagai bentuk kegiatan diantaranya adalah melalui, program penyetaraan guru

(PPG), pembentukan kelompok kerja guru (KKG), serta bentuk latihan dan penataran

lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut Dedi Supriadi (1998) mengemukakan ada tiga
sarana yang digunakan untuk membina dan meningkatkan mutu guru yang telah bertugas

di sekolah. Beberapa program yang telah dan sedang dikembangkan saat ini diantaranya

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan sikap guru dalam
menghadapi siswa, dalam mengahadapi masyarakat dan kemajuan. Program tersebut
diantaranya berupa :

(1) Program penyetaraan untuk meningkatkan kualifikasi guru. Program ini

diprioritaskan untuk guru SD hingga setara D-II dan SLTP hingga setara D-III yang
dimulai sejak tahun 1992/1993. Pelaksanaan ini bertahap mengingat besarnya jumlah guru

yang memerlukan peningkatan kualifikasi. Pada tahun 1995, dari sekitar 1,2 juta guru SD,
sebanyak 78 % atau 900 ribu belum berkualifikasi D-II. ... Di tingkat SLTP, sekitar
56.000 guru telah mengikuti program penyetaraan D-III. Masih terdapat sekitar 75.000

guru SLTP yang mengikuti program D-III yang latar belakang pendidikan terakhirnya
SLTA sampai D-II;

(2) peningkatan kemampuan guru yang sifatnya khusus, dilakukan penataran-

penataran. Setiap tahun berjenis-jenis penataran-penataran diselenggarakan di Pusat dan
Wilayah yang diikuti para guru SD,SLTP dan SLTA. Dalam tahun-tahun terakhir,
perhatian yang sungguh-sungguh diberikan kepada usaha membenahi materi dan metoda
penataran agar mempunyai dampak yang nyata terhadap peningkatan kemampuan guru.

Pada saat yang sama dilakukan pemetaan kembali jenis-jenis penataran dengan tujuan
untuk meningkatkan efektivitas dan efeisiensinya;

(3) Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru melalui wadah
KKG/PKG (Kelompok Kerja Guru/Pemantapan Kerja Guru dan Kelompok kerja Kepala

Sekolah (KKKS) yang di beberapa daerah dikombinasikan dengan sistem gugus. melalui

wadah ini para guru diarahkan untuk dapat berbagai pengalaman mengenai cara mengajar
dan materi ajar.

Ketiga konsepsi dalam meningkatkan kemampuan guru tersebut di atas,
dimaksudkan untuk lebih memacu gairah guru dalam mengajar di kelas, dalam memahami

materi-materi pelajaran, serta memahami strategi dan metoda mengajar, agar berjalan
efektif dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dengan demikian di masa yang akan

datang diperkirakan mutu dan jumlah guru yang profesional akan lebih meningkat lagi,
terutama dengan adanya kebijakan penyetaraan kualifikasi guru. Keadaan ini di satu

pihak akan menguntungkan dalam arti meningkatnya kualitas sumber daya manusia
(khususnya guru), akan tetapi di pihak lain akan menimbulkan masalah baru terutama
dalam hal penyiapan sarana dan pembiayaan untuk penyelenggaraannya. Mengapa

demikian karena apabila biaya penyetaraan tersebut dibebankan kepada guru sepenuhnya

atau sebagian pembiayaan tentu akan menyulitkan bagi guru itu sendiri. Gaji guru di
Indonesia merupakan gaji terendah di Asia Tenggara, sehingga sangat mustahil apabila gaji

guru yang rendah ditambah dengan beban biaya untuk studi lanjutan. Begitu pula apabila
beban biaya tersebut ditangani sepenuhnya oleh pemerintah maka anggaran biaya

pendidikan khususnya subsidi (tunjangan pendidikan) akan semakin meningkat. Dedi
Supriadi melaporkan (1998) bahwa, dari sekitar 4 juta pegawai negeri sipil, sekitar

separohnya adalah guru. Dari jumlah guru yang mencapai 2juta orang itu, sebagian besar
guru SD (60%), 37 % guru SLTP, dan SLTA dan 3 % dosen.

Untuk mengimbangi masalah tersebut pemerintah mencoba membuat bentuk lain

yakni melalui penataran dan pelatihan (PPPG) dan BPG (Balai Peningkatan Guru).

Dengan potensi sarana dan prasarana (fasilitas, instruktur) yang memadai, PPPG dan BPG
diharapkan mampu menunjang progra-program peningkatan mutu guru dilingkungan

Ditjen Dikdasmen. Baik secara kuantitatif (jumlah guru yang dilayani) maupun kualitatif
(mutu penataran). Dalam kenyataan, saat ini sejumlah PPPG dan BPG belum maksimal
pemanfaatannya, baik sarana maupun instrukturnya. Dedi Supriadi (1998:240-241)
Bentuk lain di samping kedua hal tersebut di atas, untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan guru di dalam kelas agar lebih profesional, yakni dilakukan
melalui pembentukan Kelompok Kerja Guru (KKG). Pada pelaksanaannya pembentukan
kelompok ini di beberapa daerah dikombinasikan dengan sistem gugus. Melalui kelompok
kerja ini guru diharapkan dapat meningkatkan interaksi dan kerjasama dengan guru lain
dalam mengembangkan dan memecahkan masalah-masalah yang ditemukan di sekolah,
atau sampai pada kemampuan menemukan dan mengembangkan model-model mengajar
baru yang lebih menunjang keberhasilan murid-muridnya. Kelompok kerja guru diarahkan
untuk mampu dan dapat berbagi pengalaman mengenai cara mengajar dan materi ajar.

Apa yang guru peroleh dari kelompok tersebut kemudian diterapkan di kelas. Dedi
Supriadi (1998:240) melaporkan bahwa di beberapa daerah, pembinaan seperti ini cukup
efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, sementara di

sejumlah lokasi lainnya masih ditemukan kendala yang berkaitan dengan akses guru ke
PKG. Padahal menurut teori kelompok bahwa

the produktivity of work group can be greatly increased by methods of work
organization and supervision which give more responsibility to work groups, which

allow for fuller participation in important decisions, and which make stabel groups the

firm basis for support the individual' social needs. (Coch and Freeh, 1972.77)

Jack Mazirow (1972) dalam Mustofa Kamil (1997:112) menyatakan "Learning in

group is generally the most effective means for bringing about change in attitude and
behavior". Kedua teori tersebut memberikan arahan bahwa dengan berkelompok

kreatifitas dan aktivitas anggota akan semakin produktif, karena dengan berkelompok

berarti tingkat hubungan (interaksi) individu (anggota) kelompok juga ikut meningkat
(terjadi proses saling belajar).

Model pembinaan dan peningkatan mutu guru melalui kelompok (kelompok kerja

guru), meskipun secara teoretis memiliki keterandalan, baik dalam kerjasama maupun
dalam meningkatkan profesionalisme (keterikatan hubungan korps), namun pada

pelaksanaannya masih tetap belum menggembirakan, dimana banyak kelompok kerja yang
belum efektif melakukan pertemuan atau kegiatan, atau Kelompok Kerja guru sama sekali

belum berperan dalam tugasnya. Ada beberapa faktor sementara yang dapat dianalisis di
antaranya adalah : (1) tidak adanya kesesuaian minat dan kebutuhan, diantara anggota

kelompok sehingga program belum mencapai titik kesamaan. (2) banyak guru yang
mengeluh karena kurang sarana dan prasaran pendukung. (3) kurangnya rasa tanggung
jawa diantara anggota.

Permasalahan belum berfungsinya kelompok kerja guru tidak hanya dirasakan oleh

guru itu sendiri, akan tetapi oleh kepala sekolah dan pengawas dan oleh pihak-pihak
terkait lainnya. Secara teoretis upaya mengubah perilaku guru merupakan pendekatan

yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan mengajar, kemampuan
mengembangkan diri yang sekaligus berdampak bagi kemampuan kerja (kinerja).
Upaya yang dilakukan untuk mendorong agar kelompok kerja guru mampu

meningkatkan produktivitas kerjanya secara efektif, maka pemerintah mencoba melalui
pendekatan lain yakni pemberian bantuan berupa pembiayaan kelompok. Pembiayaan
tersebut diberikan dalam bentuk biaya langsung (direct cost) bagi kelompok. Kenyataan

menunjukkan bahwa, pada waktu sebelum biaya dikucurkan ada beberapa kelompok yang
aktif merasa kesulitan untuk mengembangkan hasil temuan atau hasil karya kelompoknya.

Seperti dalam pembuatan modul, melakukan uji coba metoda mengajar, uji coba model
evaluasi dan diseminasi inovasi teknik-tekinik mengajar. Keadaan di atas sangat mungkin

berhubungan dengan masih adanya keraguan dari berbagai pihak, terutama pihak Kanwil

Departemen Pendidikan Nasional, tentang efektivitas dan produktivitas kelompok kerja
guru, dalam arti memberikan keuntungan atau tidak baik bagi guru itu sendiri maupun
bagi sekolah khususnya dalam peningkatan kemampuan siswa. Melihat kenyataam tersebut

penulis tertarik untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana keterhubungan antara faktor
pembiayaan kelompok sebagai faktor eksternal yang dianggap berpengaruh terhadap
produktivitas kerja guru. Hal tersebut didukung oleh suatu teori yang menyatakan bahwa :
"Manajemen biaya adalah menjadi dasar untuk pengendalian, motivasi, dan
memberi penghargaan (reward) kepada upaya dan efektifitas manajer dan karyawan
dalam pengelolaan dan produktivitas kerja. Konsep biaya kunci dapat diterapkan untuk
fungsi manajemen ini termasuk kemampuan mengendaUkan risiko". (Edward, J.
Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin 2000:96)

Sehubungan dengan itu Peran dan fungsi kelompok secara teoretis

produktivitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor eksternal dan
faktor internal (Gerald Zaltman 1972 Principle 3, dan David Krech, 1972). Pemberian

biaya ini diharapkan mampu memotivasi kemampuan dan produktivitas kerja guru, baik
itu dalam kelompok kerjanya maupuan dalam instansi sekolahnya, juga dengan biaya ini

diharapkan dapat membantu menambah penghasilan guru saat ini. August W. Smith
(1982:393) menyatakan "performence atau kinerja merupakan

output drive from

processes, human or otherwise", atau dengan kata lain kinerja merupakan hasil kerja dari
suatu proses. Secara tegas H. Nainggolan (1985:123) mengatakan, bahwa prestasi kerja
adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya. Hasil penelitian Edward, J. Blocher (2000:96) dalam catatan

kakinya menyebutkan bahwa, biaya secara signifikan dapat mempengaruhi berbagai faktor
yang berkaitan dengan tanggung jawab, dan jumlah biaya dalam satu periode tertentu.
Atas dasar hal itu penulis mencoba mengkaji permasalahan penelitian ini melalui

pertanyaan masalah : Apakah faktor eksternal berupa pembiavaan bagi kelompok kerja
guru berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru ?
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Di muka telah diajukan fokus permasalahan penelitian ini yakni apakah faktor
eksternal khususnva pembiavaan kelompok keria guru berpengaruh terhadap produktivitas
kerja guru ?

Secara teoretis untuk menelusuri berbagai faktor tersebut dapat ditinjau dari sudut

pandang teori. David Krech (1972) mengungkapkan bahwa faktor yang datang dari dalam
kelompok dan dianggap menonjol mempengaruhi produktivitas serta aktivitasnya adalah
interaksi dan beberapa kecenderungan lain yang datang dari luar dan bersifat rangsangan.
serta keeratan hubungan individu sebagai faktor yang ada di dalam.

Seperti diungkapkan Frederck Hezbergh (1968) dalam teorinya menyebutkan
bahwa, kelompok dan kreativitasnya dapat dikaji melalui teori antar faktor, di mana

diungkapkan bahwa untuk melihat produktivitas kelompok terutama perilaku yang
ditimbulkannya dalam hal ini kemampuan kerja, dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor eksternal dan faktor internal atau independent dan intermediate variable.

Sehubungan dengan hal itu variabel independent yang berhubungan dengan kelompok

kerja guru adalah faktor yang datang dari luar, dalam penelitian ini meliputi variabel biaya

yang dikeluarkan untuk meningkatkan kreatifitas dan produktivitas Kelompok Kerja
Guru. Faktor lain yang juga diperhitungkan adalah struktur kelompok, lingkungan, dan

tugas yang dibebankan pada guru anggota KKG. Sedangakan variabel intermediate adalah
faktor yang ada dalam kelompok itu sendiri terutama berhubungan dengan motivasi, dan
interaksi antar anggota.

Lebih jauh Paul Mali (1978:6-7), dalam Uyu Wahyudin (1998:62) menyebutkan,

bahwa produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan

jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumberdaya secara efisien. Oleh karena itu
produktivitas seringkali diartikan sebagai ratio antara keluaran dan masukan dalam suatu
aktivitas tertentu. Disamping itu pula Whitemore (1979:2) mengungkapkan "productivity
is a measure of the use of the resources of an organization and is usually expressed as a

ratio : the out put obtained by the use resources to the amount of resources employed".
Jadi Whitemore memandang produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan

sumberdaya alam suatu oraganisasi yang biasanya dinyatakan sebagai suatu ratio dari out

put yang daicapai dengan sumberdaya yang digunakan. Nanang Fatah (1996:5)
mengartikan bahwa konsep produktivitas berkembang dari pengertian teknik sampai pada

10

pengertian perilaku. Secara lebih tegas National Productivity Board (NPB) dalam Uyu
Wahyudin, (1996:61) menyatakan bahwa

Produktivias adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat

untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudan sikap mental dalam berbagai hal
antara lain : (1) yang bverkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui :
pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya peribadi, dan kerukunan kerja. (2) yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat dilakukan melalui : managemen dan metode

kerja yang lebih baik, penghematan biaya, tepat waktu, dan sistem teknologi yang lebih
baik.

Dengan memperhatikan berbagai faktor yang selama ini menjadi alasan bagi
rendahnya partisipasi anggota kelompok kerja guru, maka gambaran teori di atas dapat

dijadikan alasan yang kuat bagi peningkatan dan pemberdayaan kelompok kerja guru
sebagai wadah pengorganisasian dan sebagai pendekatan pengajaran.
Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapatlah diidentifikasi variabel-variabel yang

menjadi titik tolak dalam penelitian ini, yaitu variabel produktivitas kerja guru sebagai
variabel yang dipengamhi (variabel dependent), faktor eksternal yakni pembiayaan

kelompok kerja guru adalah sebagai variabel independent atau varaibel

berpengaruh.Variabel lain yang coba dilihat dan diasumsikan memiliki pengaruh kuat
terhadap produktivitas kerja guru, diantaranya adalah faktor latar belakang pendidikan

guru, dan sekolah atau institusi dimana guru-guru tersebut belekrja. Sehubungan dengan
hal itu penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ini melalui pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut ini:

1. Apakah variabel pembiayaan bagi kelompok kerja guru sebagai faktor eksternal
berhubungan dengan variabel produktivitas kerja guru ?

11

2 Apakah Latar belakang pendidikan gum berhubungan dengan tingkat produktivitas
kerja gum ?

3. Apakah terdapat perbedaan produktivitas kerja jika faktor-faktor latar belakang tingkat
pendidikan gum dan latar belakang tingkat sekolah dimana gum

itu mengajar

diperhitungkan ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian

Gum yang dijadikan subyek atau populasi penelitian ini adalah gum-gum yang

berada pada jenjang pendidikan SD, SLTP dan SLTA yang tergabung dalam Kelompok
Kerja Gum (KKG) di Kotamadya Bandung. Mengacu pada kondisi subyek penelitian
tersebut, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengungkapkan data

tentang produktivitas gum sebagai anggota kelompok kerja gum beserta faktor-faktor
yang mempengamhinya.

Tujuan penelitian secara khusus difokuskan untuk :

(1) Mendapatkan gambaran tentang bentuk serta kadar hubungan antara variabel-variabel
pembiayaan kelompok kerja gum dengan produktivitas kerja gum;

(2) Mendapatkan gambaran tentang kadar hubungan antara variabel latar belakang
pendidikan gum dengan tingkat produktivitas kerja gum;

(3) Memperoleh gambaran tentang perbedaan yang menyangkut variabel-variabel

produktivitas

kelompok kerja gum sesudah memperhitungkan latar belakang

pendidikan dan latar belakang tempat kerja.

12

b. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dasar tentang tingkat

kinerja gum dan produktivitas gum di sekolah, khususnya gum-gum di Kotamadya
Bandung yang tergabung dalam Kelompok Kerja Gum (KKG), serta faktor-faktor yang

diyakini dan dijadikan pedoman, kriteria bagi pengembangan program pembinaan gum
melalui kelompok kerja. Dengan diperolehnya informasi melalui penelitian ini, maka dapat
dihasilkan model belajar kelompok

yang dapat digunakan dalam pembinaan dan

pengembangan gum lainnya. Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan perencanaan

pembinaan gum, penataran gum, yang lebih mengarah pada efisiensi dan efektifitasnya.
2. Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan data tentang pembiayaan sebagai

faktor eksternal kelompok berhubungan dengan tingkat produktivitas kelompok dan

kinerja individu anggota kelompok Adapun faktor-faktor tersebut temtama berhubungan

dengan teori ekonomi pendidikan. Sehingga secara empirik informasi yang diperoleh akan
dapat memberikan sumbangan besar bagi teori-teori pendidikan dan pembiayaan
kelompok sebagai wadah pembelajaran dan kinerja mengajar.
D. Hipotesis Penelitian

Untuk lebih mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian ini, maka diajukan
beberapa hipotesis penelitian, sebagai berikut ini

1. Terdapat hubungan signifikan antara variabel pembiayaan kelompok kerja gum
dengan variabel produktivitas kelompok kerja gum.

13

2. Terdapat kaitan hubungan signifikan antara variabel latar belakang pendidikan gum
anggota KKG dengan produktivitas kelompok kerja gum.

3. Produktivitas kelompok kerja gum memiliki perbedaan apabila latar belakang
pendidikan gum anggota KKG diperhitungkan.

4. Produktivitas kelompok kerja gum memiliki perbedaan apabila latar belakang tempat
kerja diperhitungkan.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Kelompok Kerja Guru dalam penelitian ini diartikan sebagai wadah

pengorganisasian gum, baik itu gum SD, SLTP maupun SMU, dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan mengajar, sekaligus dalam

penelitian, serta dapat berbagi pengalaman mengenai cara mengajar dan materi ajar.
Kelompok kerja ini dapat dikombinasikan dengan sistem gugus. Dedi Supriadi, (1998:240)
Pembiayaan Kelompok Kerja Gum dalam penelitian ini adalah, berupa bantuan

dana bagi kelompok kerja gum (direct cost) yang dikeluarkan pemerintah dan sebagai
faktor motivasional dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar, temtama dalam
kegiatan kelompok dan produktivitas kelompok.

Kinerja yang dimaksud kinerja dalam penelitian ini adalah : dimaksudkan sebagai
suatu kemampuan yang dimiliki oleh gum baik itu kemampuan cognitif, afektif maupun

psikomotorik, baik dalam hal mengajar, penelitian, maupun kemampuan pemahaman
materi ajar. (Dedi Supriadi 1998).

Produktivitas Kelompok dalam penelitian ini dimaksdukan sebagai sikap mental

(attitude of mined) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.

14

Perwujudan sikap mental dalam berbagai hal berkaitan dengan diri sendiri dan berkaitan
dengan pekerjaan. Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan
:Pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya peribadi dan kerukunan kerja. Yang berkaitan

dengan pekerjaan dapat berupa : managemen dan metoda kerja yang lebih baik,

penghematan biaya, tepat waktu, sistem dan teknologi yang lebih baik. (National
Produkctivity Board (NPB) Singapore (1996).

Kesejahteraan guru, salah satunya dapat diungkapkan dari peningkatan

penghasilan, penghasilan memiliki beberapa kategori yang berbeda-beda, yaitu : 1) upah
atau gaji, 2) bonus keuntungan produksi, 3) hadiah-hadiah atau biaya-biaya lain yang
diberikan. Kesejahteraan yang dikaitkan dengan penghasilan kerja yang dimaksudkan

dalam pembahasan ini berhubungan dengan teroi human capital yang meliputi keselumhan

kategori atau merupakan penjumlahan dari jenis-jenis penghasilan tersebut di atas. Teori
dasarnya bisa di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1.

Model Penjelasan Produktivitas dan Penghasilan Kerja
Revianto, (1985:46)

TT

F. Paradigma Model Hubungan AntaraVariabel Penelitian
Berdasarkan Hipotesis dan definisi operasional variabel penelitian, maka
disusunlah keraneka berpikir tentang hubungan antara variabel penelitian sebagai berikut

Variabel Terikat

Variabel Bebas

Pembiayaan
Kelompok

Produktivitas

Tingkat an

Kerja Gum

Sekolah

Latar Belakang
Pendidikan

Gambar 1.2.

Paradigma Model Hubungan Antara Variabel Penelitian
a. Hubungan Pembiayaan Kelompok dengan Produktivitas

Kelompok kerja gum, sebagai kelompok yang memiliki aturan dan norma

kelompok yang jelas dan berdasarkan pada bidang studi yang dibina oleh gum-gum

sebagai anggota kelompoknya, akan menjadi kelompok dengan standar produktivitas
tinggi, apabila anggota kelompok sadar terhadap norma, aturan yang beriaku dalam

lb

kelompok itu sendiri. Salah satu faktor yang coba menjadi acuan bagi peningkatan

produktivitas kelompok kerja gum di satu sisi dan di sisi lain kemampuan kerja gum
sebagai akumulasi dari kehidupan kelompok adalah adanya pembiayaan khusus bagi
kelompok kerja gum Hal tersebut dilakukan semata-mata bukan hanya sekedar
meningkatkan kesejahteraan bagi gum-gum sebagai anggota kelompok akan tetapi hal
tersebut dilakukan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab gum-gum sebagai anggota

KKG dalam meningkatkan kemampuan, keterampilan dan dalam mengembangkan bidang

studi yang menjadi garapannya. Hal tersebut juga dilakukan sebagai pemberian motivasi
bagi anggota kelompok kerja gum agar mencapai suatu prestasi yang sebaik-baiknya
dalam kelompok. Prestasi dan produktivitas kelompok sebagai tujuan mempakan suatu

kebutuhan yang disadari oleh gum-gum sebagai anggota KKG, sehingga hal tersebut

diharapkan menjadi motivasi berprestasi tinggi untuk dipenuhi atau dicapai dalam dan
bersama kelompoknya

Produktivitas kelompok kerja gum di satu sisi adalah mempakan perwujudan dari

sebuah prestasi individu sebagai anggota kelompok, dan mempakan prestasi kerja yang

perlu mendapat perhatian secara seksama. Individu sebagai anggota kelompok yang

mempunyai kinerja tinggi dalam kelompoknya cendemng mendapat penghargaan tinggi

pula. Ini berarti bahwa kelompok dengan prestasi kerja tinggi atau produktivitas tinggi
mempakan akumulasi dari dinamika dan kesejahteraan dalam kelompoknya. Dari uraian di
atas dapat diduga bahwa produktivitas kelompok mempunyai hubungan dengan
pembiayaan kelompok

1/

b. Hubungan Pendidikan dengan Produktivitas

Pendidikan sebagai usaha sadar selalu memiliki oraganisasi dan sistematika tertentu.

Oleh karena itu setiap upaya pendidikan selalu direncanakan dengan menentukan tujuan

yang ingin dicapai terlebih dahulu secara jelas, serta rencana pelaksanaan untuk
mendukung tercapainya tujuan tersebut. Secara umum tujuan dari upaya-upaya pendidikan
diorientasikan pada pembentukan dan atau pengembangan tiga ranah utama, yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. dengan terbentuk dan atau berkembangnya ketiga ranah
iini diharapkan setiap individu mempunyai investasi dalam bentuk sejumlah kemampuan
untuk dikembangkan dan diaplikasikan sesuai dengan bentuk dan jenis keuntungan yang
ingin dicapai diperoleh dari investasi tersebut.

Pendidikan secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam pendidikan sekolah dan

luar sekolah. Diantara keduanya dapat dilihat persamaan, perbedaan dan interaksinya.

Sebagai upaya pendidikan, keduanya mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan secara
umum. Akan tetapi sebagai suatu bagian dari upaya pendidikakn masing-masing
mempunyai bagian sendiri.

Pendidikan sekolah yang ditata berdasarkan jenjang, masing-masing jenjang

mempunyai penekanan tujuan tertentu sebagai lembaga (tujuan institusional). Tujuan

pendidikan sekolah pada umumnya ditekankan pada pembentukan kemampuan akademis
dengan bagian ranah kognitif dan afektif yang lebih besar.

Dengan kemampuan akademik yang berwawasan umum dan teoretik, para lulusan

pendidikan sekolah diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan kemudian
memberikan sumbangan terhadap perkembangan lingkungan masyarakat secara umum. Di

situlah seseorang akan merasakan keuntungan dari investasi yang telah ditanamkannya
selama sekolah, dan bahkan bukan hanya individu itu saja yang menikmatinya, akan tetapi
juga masyarakat lingkungannya.

Dengan pendidikan inilah, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan anggota

suatu kelompok, mempakan modal dalam membina kemampuan bekerjasama dan

kemampuan memecahkan persoalan-persoalan yang berkait erat dengan tugas kelompok.
Demikian pula kemampuan memahami norma dan nilai yang beriaku dalam kelompoknya
akan mudah dipahami dan mudah dijabarkan secara mendalam oleh individu sebagai
anggota kelompok.

Mengacu pada pembahasan di atas Kelompok Kerja Gum (KKG) sebagai suatu

kelompok formal dan profesional, dimana latar belakang pendidikan anggota sebagai dasar

bagi pengembangan kelompok,

maka dalam menjabarkan berbagai tugas dan

permasalahan yang dibebankan pada kelompok akan sangat mudah untuk dipecahkan.
Oleh karena itu

keterampilan serta sikap yang dibina dalam kelompok, maka setiap

anggota kelompok kerja gum diharapkan mempunyai sejumlah kemampuan yang
dikemudian hari dapat dijadikan modal untuk mengembangkan kelompoknya sehingga

menjadi kelompok yang berhasil dalam membina bidang studi yang menjadi garapannya.

Dengan kata lain, terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan anggota kelompok
kerja gum dengan produktivitas kelompoknya.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipandang paling memadai dengan
metode deskriptif, "ex post fakto", dan

penelitian ini adalah

analitik. Isaac dan Michael (1992 : 42)

menjelaskan bahwa metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

Metode "ex post facto", bertujuan untuk meneliti kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara mengamati terhadap akibat yang ada dengan mencari faktor yang

mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Metode analitik bertujuan unmk
menghubungkan dunia teori dengan faktual. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif karena bertujuan unmk menggambarkan karakteristik program kelompok
kerja gum yang dikembangkan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional.
Penelitian ini pun memakai metode "ex post facto" karena bertujuan unmk

meneliti hubungan sebab akibat dengan cara mengamati kesejahteraan gum dan kinerja
gum, dengan mencari faktor yang mempengamhi (penyebabnya) dilihat dari latar

pendidikan, tingkatan sekolah, produktivitas kelompok dan pembiayaan yang diberikan.
Selain itu penelitian ini pun menggunakan pula metode analitik karena bemsaha unmk

menghubungkan teori perilaku dan teori belajar dengan data empirik kekuatan,
kelemahan, tantangan dan peluang apa yang dihadapi oleh gum-gum dalam kelompoknya.

62

63

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang

digunakan di dalam mengumpulkan data,

teknik ini dapat bempa kuesioner, pedoman

wawancara, lembar observasi, tes atau gabungan dari beberapa atau semuanya

(Labivitz dan Hogedorn, 1992 : 68). Dari semua teknik pengumpulan data di atas maka
teknik kuesioner dinilai paling memadai untuk mengumpulkan data

tentang

kemampuan kerja gum dalam kelompoknya serta kekuatan, kelemahan, tantangan dan

peluang apa yang dihadapi oleh guru-gur dalam kelompok kerja gum di Kodya Bandung.
Kuesioner yang digunakan mempakan bentuk kuesioner tertutup. Alasan utama dipilihnya
teknik ini karena semua responden memiliki latar belakang pendidikan sekolah yang

memadai. Oleh karenya responden yang tingkat pendidikan seperti ini relatif mudah
untuk dapat mengisi kuesioner atau angket.

Penelitian terhadap teknik angket ini didasarkan pula atas pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut : (1) cocok untuk mengukur aspek-aspek pedagogik, dan

psikologik; (2) relatif mudah menyusun butir-butir pertanyaan; (3) relatif mudah unmk
menjawabnya; (4) tidak terjadi jawaban yang menyimpang; (5) relatif mempermudah

penganalisisan; (6) relatif mudah melakukan pengujian terhadap hipotesis; (7)
memungkinkan analisis kuantitatif disamping kualitatif; dan (8) hasil kesimpulannya

lebih

dapat dipercaya (Koencoroningrat, 1991 : 174; Subino, 1982 : 26, Sutrisno

Hadi, 1995 : 206). Namun teknik ini mengandung beberapa kelemahan di antaranya

(1) mungkin diisi oleh orang lain, (2) mungkin hanya mengungkap data yang kurang

64

mendalam;dan (3) relatif sulit untuk membetulkan jawaban yang tidak lengkap untuk
mendatangi kembali responden.

C. Rincian Variabel-variabel Penelitian

Berdasarakan hipotesis dan pertanyaan yang diajukan variabel-variabel yang
dilibatkan dalam penelitian inimeliputi:

1. Latar belakang pendidikan, latar belakang pendidikan dalam penelitian ini meliputi, latar

belakang pendidikan sekolah dan luar sekolah. Tingkat pendidikan yang pernah

dicapai subyek sampel dikelompokkan terdiri dari : (1) tamat Diploma 1,2,3 (sariana
muda), (2) tamat SI, (3) tamat S2 dan S3. Pendidikan luar sekolah dalam penelitian
ini dimaksudkan sebagai : (1) satuan pendidikan luar sekolah, kursus, pelatihan,

dan penataran. (2) lamanya mengikuti program pendidikan luar sekolah yang
pemah diikuti.

2. Pengalaman kerja, dalam penelitian ini pengalaman kerja dimaksudkan sebagai: (1)
lamanya keselumhan pengalaman kerja sebagai gum di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional, dihitung menumt satuan waktu tahun. (2) banyaknya jenis
materi program dalam kelompok yang dibina (Quantity ofWork).

3. Pembiayaan kelompok ; dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai skor yang

diperoleh subyek sampel dari jumlah uang yang diperoleh subyek sampel serta

penggunaannya, melalui pengukuran afektif dengan daftar isian yang telah
dikembangkan dan dimantapkan oleh peneliti melalui ujicoba instmmen.

4. Produktivitas kelompok dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai sekor yang

diperoleh subyek sampel dari hasil pengukuran,

kemampuan dan kegiatan

65

kelompok kerja gum yang dilakukan. Baik meliputi kemampuan kerjasama, frequensi
kehadiran dalam kelompok, jumlah program kelompok yang diselesaikan (kuantitas,
kualitas).

D. Instrumen Pengumpulan Data
a. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian

Instmmen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mempakan
modifikasi

dari

instmmen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian-

penelitian lain. Dalam penyusunannya telah ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan angket dengan mempertimbangkan berbagai karak-teristik
responden;

2. Menetapkan variabel-variabel penelitian yang akan dituangkan dalam angket;
3. Menyusun jenis isi pertanyaan yang berkaitan dengan setiap variabel penelitian;
4. Menyusun petunjuk untuk responden tentang cara menjawab pertanyaan;

5. Menyiapkan naskah akhir angket, kemudian didiskusikan dengan rekan dosen
lainnya;

6. Merevisi angket

dengan hasil diskusi, kemudian memperba-nyaknya untuk

diujicobakan,

7. Melakukan uji coba terhadap guru-gur dalam kelompok kerja gum (KKG),

8. Mengolah dan menganalisis data hasil uji coba angket untuk mengetahui kadar validitas
dan reliabilitasnya;

9. Merevisi angket, jika perlu dUakukan, sesuai dengan hasil analisis terhadap hasil uji
coba; dan

66

lO.Memperbanyak angket sesuai dengan jumlah sampel, karena angket tersebut dinilai
sudah menjadi teknik dan alat pengumpul data yang memadai digunakan dalam
penelitian ini.

b. Pengelompokkan dan Pemberian Skor Jawaban

Jawaban responden terhadap pertanyaan dari variabel latar belakang pendidikan,

tingkat sekolah, pembiayaan kelompok, produktivitas kelompok, dan kemampuan kerja
(Kinerja) dalam kelompok kerja gum diberi bobot dengan skor, juga untuk pernyataan

dikelompokkan ke dalam skala diskrit dan skala interval. Temtama untuk jawaban
pertanyaan tentang data kelompok, dan data sekolah.
Jawaban responden terhadap setiap pertanyaan dari variabel pembiayaan

kelompok,

produktivitas kelompok, kesejahteraan, dan kinerja diberi bobot dengan

skor. Skor unmk jawaban 1. tidak 0 % 2. Sebagian kecil (< 50 %) 3. Sebagian besar

(> 50 %) dan 4. Ya (100 %). Setiap butir pertanyaan-pertanyaan bergerak dari yang
bernada positif dan negatif. Pertanyaan yang bernada negatif ditenmkan 4,3,2, dan 1; dan
sebaliknya yaitu 1,2,3 dan 4 terhadap setiap butir pertanyaan yang bernada negatif.
E. Populasi dan Sampel
a. Populasi Penelitian

Populasi diartikan oleh Walpole (1992 : 7) sebagai "the totality ofobservations
with which we are concerned" dan Bambang Suwarno (1978 : 2) mendefinisikannya

sebagai "keselumhan unsur-unsur yang diamati atau dipelajari dan unsur mempakan
unit analisisnya". Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu gum yang tergabung
dalam Kelompok Kerja Gum SD, SLTP dan SLTA di Kodya Bandung Dengan

67

perkataan lain, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua gum-gum, SD,
SLTP dan SLTA yang tergabung dalam KKG di Kodya Bandung,
b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Walpole, 1992 : 7; Sudjana,
1995 : 5). Dalam penelitian besar ukuran sampel minimal ditenmkan berdasarkan
ukuran-ukuran yang diungkapkan Krejcie (dalam Sugiyono, 1997 : 64). Krejcie dalam

melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel

yang diperoleh im mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Herry King
dalam menghitung sampelnya tidak hanya didasarkan atas kesalahan 5% saja, tetapi
bervariasi sampai 15%. Tetapi jumlah populasi paling tinggi hanya 200. Bila populasi
lebih dari itu, kepercayaan sampel 90% atau kesalahan 10% maka jumlah sampelnya

= 7,5% dari jumlah populasi. Setelah dihitung dengan menggunakan pendapat dari

Herry King, maka dari ukuran populasi N = 1020 gum anggota KKG unmk Sekolah
Dasar adalah sebesar 0,075 x 1020 = 76,5, sedangkan untuk tingkat SLTP diperoleh

ukuran sampel sebesar 0,075 x 750 = 56,25 orang,, dan SLTA sebanyak 0,075 x 760 =
57 orang. Unmk mengatasi terjadinya kesalahan sifat random sampel, maka dari sampel
sebesar 76,5 orang diperbesar menjadi 76 orang, atau sebanyak 13 kelompok, sedangkan

untuk 56,2 menjadi 60 atau 10 kelompok, dan untuk 57 berarti 9 kelompok. Hal ini
dikarenakan tiap kelompok kerja gum memiliki 6 orang anggota.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Data tentang variabel latar belakang pendidikan, tingkat sekolah, pembiayaan

kelompok, produktivitas kelompok, dan kemampuan kerja (Kinerja) dikelompokkan

68

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyelesaikan surat izin dari Direktorat Sosial Politik Jawa Barat dan Kantor Sosial
Politik Kodya Bandung.

2. Melakukan studi penjajagan di Departemen Pendidikan Nasional Kodya Bandung
untuk memilih tempat yang akan dijadikan daerah penelitian.

3. Melakukan studi prapendahuluan untuk mengetahui populasi Kelompok Kerja Gum
(KKG) di Departemen Pendidikan Nasional Kodya Bandung.

G. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

Serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganalisis data hasil

penelitian ini, yang disadap melalui angket dari 26 responden Ketua Kelompok KKG
dan 193

responden gum sebagai anggota KKG di SD, SLTP dan SLTA Kodya

Bandung adalah sebagai berikut.

1. Memeriksa kembali semua jawaban responden untuk menentukan kelengkapan dan
kebenaran cara mengisinya. Jawaban yang betul cara mengisinya dapat diolah dan
dianalisis. Jika ada jawaban yang tidak lengkap hams disisihkan dan tidak diolah.
2. Memberikan skor unmk setiap jawaban responden terhadap setiap butir pernyataan

dari angket dan menghitung jumlah skor yang diperoleh masing-masing responden.
3. Memberikan kode unmk setiap jawaban responden dengan kode kategorisasi yang
telah ditetapkan sendiri oleh peneliti.
4. Mentabulasi data menumt frekuensi distribusi skor dari variabel penelitian.

5. Melakukan penghitungan statistik untuk setiap karakteristik yang teliti sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai, seperti penghitungan rata-rata, simpangan baku, variansi,

69

dan koefisien reliabilitas.

6. Melakukan penghitungan statistik untuk

setiap karakteristik yang teliti yang

berkaitan dengan sifat normalitas distribusi skor dan homogenitas/ heterogenitas
variansinya, sebagai dasar untuk dapat menguji persamaan/ perbedaan dua rata-rata.

7. Mendeskripsikan data yang telah diolah dan dianalisis yang berkaitan dengan
karakteristik variabel penelitian.

8. Melakukan pengujian terhadap setiap hipotesis yang diajukan dengan menggunakan
tes statistik yang relevan.

9. Membahas data yang diolah, dianalisis, disajikan, dan dikaitkan dengan hipotesis

yang diajukan ditinjau dari pendapat-pendapat, teori, dan pengalaman empirik.
lO.Menarik kesimpulan dari hasil penelitian berdasarkan hasil pengolahan, analisis,
pengujian hipotesis, danpembahasan.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini, baik dalam hal pemberian
skor, pentabulasian, maupun penghimngan-penghimngan, dilakukan dengan komputer
dengan mempergunakan program statistik komputer SPSS.

Unmk keperluan analalisis data kuantitatif dengan mempergunakan formula

statistik (khususnya yang berhubungan dengan pengujian hipotesis), maka terlebih dahulu

dimmuskan hipotesis statistik (hipotesis nol) atas dasar hipotesis teoritis sebagaimana

diajukan pada bab I, hasil dari kegiatan tersebut adalah tersusunnya hipotesis nol
dan hipotesis alternatif

70

Adapun dalam menentukan teknik analisis statistik yang tepat unmk menguji
hipotesis yang diajukan, didasarkan pada hasil uji persyaratan analisis dengan tetap

memperhitungkan berbagai potensi yang perlu dikembangkan dari keunggulankeunggulan suatu teknik analisis.

Uji persyaratan analisis dilakukan dengan memperhatikan pendapat-pendapat

sebagaimana dikemukakan para ahli statistik antara lain Kerlinger dan Pedhazur, 1973;
Klienbaum dan Kupper, 1978; Sutrisno Hadi, 1988; Sudjana, 1989; dan Harun Alrasyid,

1989), bahwa unmk melakukan teknik analisis statistik uji beda dengan menaksir

parameter ada beberapa persyaratan yang hams dipenuhi, yaitu

normalitas,

homoginitas, keacakan dalam pengambilan sampel (random sampling) dan unmk
analisis regresi, ditambah dengan uji linieritas.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan melihat kemencengan

(skewness) data yang diperoleh dari perhimngan melalui program SPSS dengan

perintah Frequencies. Dalam hal ini kriteria yang dipakai sebagaimana diajukan Anto

Dajan (1986) dalam ELih Sudiapermana "bahwa batas penerimaan normalitas data
adalah pada skewness kurang dari +/-0,5". Sedangkan uji homoginitas digunakan uji F
Barlettbox.

Nilai F hitung diperoleh dari perhitungan dengan SPSS dengan perintah oneway.

Kriterianya adalah bahwa data im homogen jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel pada

taraf kepercayaan 0,05. Uji linieritas dilakuan dengan menguji varians dari deviasi
rerata kelompok terhadap garis regresi yang diestimasikan. Kriterianya jika Fhitung
residual lebih kecil dari f tabel dengan db tertentu pada tingkat kepercayaan 0,05,

71

maka masing-masing variabel bebas dengan terikatnya dinyatakan linier Perhitungan
dilakukan melalui SPSS dengan perintah means.

Sebelum menentukan uji hipotesis, terlebih dahulu perlu diketahui normalitas

data yang diperoleh, untuk menentukan jenis persyaratan apakah menggunakan

analisis parametrik atau nonparametrik. Meskipun demikian penelitian