KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN (TKPI) YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI.

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Batasan Masalah ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kejuruan ... 12

1. Lulusan SMK ... 15

2. Kompetensi ... 22

3. Teknika Kapal Penangkap Ikan ... 26

4. Basic Safety Training (BST) ... 33

B. Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI) Pasangan TKPI ... 54

1. Industri Strategis ... 54

2. Pelabuhan ... 57

3. Dok dan Galangan Kapal ... 59

4. Kapal Perikanan ... 64

5. Persepsi DUDI terhadap Lulusan SMK ... 67

C. Potensi Perikanan Laut Indonesia ... 72

D. International Maritime Organization (IMO) ... 75

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 83

B. Data dan Sumber Data Penelitian ... 86

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 87

D. Teknik Pengumpulan Data ... 90

E. Alat Pengumpul Data ... 93

F. Teknik Analisis Data ... 94

G. Reliabilitas ... 98


(2)

vii

vii

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data ... 100

B. Reduksi Data ... 101

C. Display Data ... 103

D. Deskripsi atau Verifikasi Data ... 103

E. Pembahasan ... 110

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 121

B. Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Perhitungan Kebutuhan Jumlah Guru Produktif ... 131

B. Alat Pengumpul Data ... 133

C. Data Penelitian ... 145

D. Dokumentasi Penelitian ... 202


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta didik dari jenjang manapun, baik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun Madrasah Aliyah. Walaupun terdapat diantara mereka yang berwirausaha dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, tetap saja mereka akan mencari peluang kerja setelah mereka lulus. Pendidikan kewirausahaan memang diajarkan kepada peserta didik di sekolahnya masing-masing, akan tetapi hanya sebagian kecil dari mereka yang mampu menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Dengan demikian kompetensi akademik peserta didik harus juga dibarengi dengan kemampuan mengatasi persaingan kerja diantara para pencari kerja.

Persaingan kerja semakin lama semakin ketat. Bukti nyata ketatnya persaingan diantara para pencari kerja dapat dilihat saat diadakan bursa kerja. Seiring dengan bertambahnya jumlah lulusan dari berbagai lembaga pendidikan tanpa dibarengai dengan jumlah lapangan kerja yang seimbang, maka akan timbul sistem seleksi tenaga kerja yang ketat. Dunia Usaha atau Dunia Industri (DUDI) secara otomatis menaikan standar penerimaan calon tenaga kerja yang akan mereka rekrut, dan kompetensi kerja para pelamar masih merupakan salah satu syarat utama dalam penyeleksiannya.


(4)

2

Kompetensi kerja para pelamar benar-benar diuji dan menjadi sorotan DUDI. Walaupun sistem penyeleksian DUDI masih membingungkan bagi satuan pendidikan antara mencari lulusan yang “siap pakai” atau “siap latih”, namun intinya adalah DUDI mencari lulusan atau pencari kerja yang memiliki potensi kerja yang baik. Sebagian DUDI hanya menyeleksi dengan cara seleksi secara tertulis, sedangkan sebagian lagi dengan cara melihat langsung kemampuan para pelamar dalam bekerja atau keterampilannya dalam menggunakan suatu perangkat kerja seperti komputer atau mesin tertentu. Oleh sebab itu, para pencari kerja atau lulusan satuan pendidikan harus memiliki kompetensi kerja yang memadai guna memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan DUDI dan juga untuk mengalahkan para pencari kerja lainnya di mana kompetensi tadi sebagian besar dipelajari di satuan pendidikan.

Satuan pendidikan yang bertugas menyiapkan lulusan-lulusan yang mampu memasuki dunia kerja adalah SMK. Sekolah kejuruan ini melatih dan mengajarkan kepada para peserta didiknya kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan dunia kerja yang tertuang dalam Spektrum yang berisikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) tiap Kompetensi Keahlian di SMK. Walaupun pencari kerja berasal dari Kompetensi Keahlian yang sama, jika mereka lulusan dari SMK yang berbeda belum tentu mereka akan bersaing dengan ketat saat mencari kerja karena memiliki kompetensi yang tidak seimbang. Perbedaan kompetensi tadi dipengaruhi berbagai faktor yang kesemuanya berkenaan dengan kondisi sekolah asal mereka. SMK yang tergolong baru, biasa disebut dengan SMK kecil, dituntut harus dapat


(5)

menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang serupa dengan SMK besar atau sekolah yang sudah mapan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dibutuhkan strategi lain yang harus dilakukan oleh SMK kecil agar lulusannya dapat bersaing dengan lulusan SMK besar saat mencari kerja.

Proses pembelajaran di sekolah guna mencapai standar kompetensi lulusan yang baik sering terhambat dikarenakan keterbatasan sekolah itu sendiri. Mulai dari jumlah tenaga pengajar yang tidak seimbang dengan jumlah siswa, sarana yang sangat terbatas, sampai sistem sekolah yang belum mengarah kepada penyiapan lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Hal tersebut terbukti dengan jumlah lulusan SMK yang mendominasi pengangguran seperti yang diungkapkan Wiranto selaku Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal) Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Wiranto menginformasikan bahwa dari total pengangguran di Indonesia, pengangguran SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebanyak 17,26% pada tahun 2009 dan 14,59% pada tahun 2008. Sedangkan pengangguran dari tingkat SMA sebanyak 14,01% pada tahun 2009 dan 14,5% pada tahun 2008.

SMK Negeri 1 Kandanghaur merupakan salah satu sekolah yang tergolong SMK kecil yang terdapat di Kabupaten Indramayu. Sekolah yang didirikan tahun 2004 ini diharapkan dapat mendukung potensi lokal di bidang perikanan laut khususnya di Kecamatan Kandanghaur dan sekitarnya dengan membuka Kompetensi Keahlian Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI). Seperti halnya dengan sekolah-sekolah lain, Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah ini sama dengan di SMK-SMK lain walaupun dengan segala keterbatasan sekolah kecil.


(6)

4

Akan tetapi, terdapat hal yang membuat penulis resah berkaitan dengan lulusannya. Dari tahun ke tahun lulusan TKPI yang terserap DUDI semakin berkurang, bahkan ada agen pencari kerja untuk awak kapal asing yang tidak lagi mencari calon Anak Buah Kapal (ABK) ke sekolah ini sehingga banyak diantara lulusan TKPI yang mencoba mencari kerja di luar Kompetensi Keahlian mereka. Gambaran keterserapan lulusan SMK Negeri 1 kandanghaur terhadap DUDI sampai Bulan Desember 2010 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1. Keterserapan Lulusan TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur oleh DUDI

No. Tahun Lulus Jumlah

Lulusan

Jumlah Masuk DUDI

Persentase Masuk DUDI

Jumlah Masuk Kapal

Persentase Masuk Kapal

1 2007 34 30 88 15 44

2 2008 39 20 51 6 15

3 2009 34 17 50 3 9

4 2010 24 9 38 5 21

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa lulusan TKPI yang terserap DUDI semakin tahun semakin berkurang. Berkurangnya keterserapan lulusan TKPI oleh DUDI merupakan suatu hal yang sangat ironis mengingat Indonesia adalah negara bahari yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Persentase keterserapan lulusan pada tabel 1.1 di atas merupakan bukti bahwa terdapat kelemahan yang harus segera dibenahi. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya daya saing kerja lulusan TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur dibandingkan dengan lulusan dari sekolah lain, beberapa diantaranya adalah kualitas input peserta didik yang rendah, sarana praktikum yang tidak tersedia, keterbatasan jumlah guru produktif, lemahnya gaya kepemimpinan satuan pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pendidik, dan lain-lain. Bukti nyata keterbatasan yang paling menonjol yang


(7)

penulis rasakan di SMK Negeri 1 Kandanghaur adalah sangat kurangnya jumlah guru produktif. Jumlah guru ideal untuk tiap mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran sebenarnya dapat diketahui dengan melakukan perhitungan perencanaan kebutuhan guru. Jumlah guru produktif yang dibutuhkan suatu Kompetensi Keahlian dapat diketahui melalui perhitungan yang dijelaskan Direktorat Profesi Pendidik. Perhitungan kebutuhan jumlah guru produktif dapat dilihat di lampiran.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa guru mata pelajaran produktif yang dibutuhkan kompetensi keahlian TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur berjumlah enam sampai tujuh orang. Sampai dengan tahun pelajaran 2010/2011 guru yang tersedia hanya berjumlah tiga orang saja. Jumlah guru yang hanya setengah dari kebutuhan merupakan kondisi yang sangat sulit untuk dapat menciptakan kondisi PBM yang nyaman dan menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki daya saing kerja tinggi mengingat jumlah mata pelajaran produktif Kompetensi Keahlian TKPI yang harus diajarkan tiga orang guru tadi, berdasarkan spektrum tahun 2011, berjumlah 25 mata pelajaran. Dengan demikian sangat dibutuhkan suatu cara guna membekali para lulusan saat mencari kesempatan kerja.

Peraturan Pemerintah (Permen) nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa “Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan”. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat diketahui bahwa cara yang paling efektif untuk mengatasi persaingan kerja memasuki DUDI adalah dengan mencari informasi tentang kebutuhan kompetensi calon


(8)

6

tenaga kerja dari DUDI itu sendiri. Dengan mencari informasi langsung ke DUDI maka akan didapat keterangan tentang kebutuhan DUDI yang sebenarnya.

Keterangan standar kompetensi pencari kerja yang didapat dari DUDI akan dijadikan sebagai acuan para guru produktif dalam mengajar. Dengan tetap mengacu pada spektrum yang berlaku, para guru akan lebih menekankan pada Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi “kebutuhan” DUDI. Dengan demikian, walaupun dengan keterbatasan jumlah guru mata pelajaran produktif di SMK Negeri 1 Kandanghaur masih dapat mengarahkan dan menyiapkan para peserta didiknya untuk memasuki persaingan di dunia kerja saat mereka lulus kelak. Akan tetapi, kompetensi-kompetensi apa sajakah yang diperlukan DUDI dari lulusan Kompetensi Keahlian TKPI? Hal inilah yang membuat penulis merasa resah dan merasa sangat perlu dilakukan penelitian, mengingat semakin lama lulusan SMK semakin banyak dan persaingan kerja semakin ketat. Selain daripada itu, kami selaku tenaga pendidik di lingkungan SMK dituntut oleh para orang tua peserta didik, selaku stakeholder satuan pendidikan, untuk terus melakukan upaya-upaya yang bersifat inovatif, kreatif, dan aplikatif dalam pendidikan agar putra-putri mereka dapat menjawab tantangan kerja di masa depan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas dapat memberi gambaran bahwa lulusan TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur Kabupaten Indramayu, yang notabene kota pesisir, belum dapat memberi kontribusi yang berarti terhadap pengelolaan potensi daerah di bidang perikanan laut. Segala


(9)

kendala dan keterbatasan sekolah dalam rangka menyiapkan para peserta didiknya guna menjawab tuntutan daerah menjadi masalah seluruh pengelola sekolah. Sarana pembelajaran dan pelatihan yang tidak memadai serta jumlah tenaga pendidik mata pelajaran produktif yang kurang merupakan penghambat para guru dalam memenuhi tuntutan kualitas lulusan dari DUDI dan para orang tua peserta didik. Ditambah lagi DUDI memiliki standar kompetensi yang tersendiri yang secara umum tiap perusahaan atau industri mempunyai standar yang berbeda-beda. Maka dari itu dapat diidentifikasi bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Kompetensi dan persyaratan apa saja yang dibutuhkan DUDI dari lulusan TKPI dalam rangka menyiapkan lulusan dengan daya saing kerja yang tinggi?”. Agar mempermudah dalam menganalisa permasalahan yang akan diteliti, maka permasalahan pokok di atas dirinci lagi ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kompetensi lulusan TKPI seperti apa yang dibutuhkan oleh kapal penangkap ikan lokal dan asing untuk menjadi ABK?

2. Kompetensi lulusan TKPI seperti apa yang dibutuhkan oleh pelabuhan? 3. Kompetensi lulusan TKPI seperti apa yang dibutuhkan oleh dok?

4. SKKD produktif TKPI apa saja yang harus lebih ditingkatkan berdasarkan masukan dari DUDI?

5. Persyaratan apa saja yang menjadi standar penerimaan ABK untuk lulusan TKPI di kapal penangkap ikan asing?


(10)

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI dari lulusan TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur dengan uraian sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis kompetensi serta persyaratan yang dibutuhkan DUDI.

b. Mendeskripsikan implementasi kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI di sekolah.

Tujuan khusus setelah penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui gambaran nyata kompetensi lulusan TKPI yang dibutuhkan oleh kapal penangkap ikan lokal dan asing untuk menjadi ABK.

b. Untuk mengetahui gambaran nyata kompetensi lulusan TKPI yang dibutuhkan oleh pelabuhan.

c. Untuk mengetahui gambaran nyata kompetensi lulusan TKPI yang dibutuhkan oleh dok.

d. Untuk mengetahui SKKD produktif TKPI yang harus lebih ditingkatkan berdasarkan masukan dari DUDI.

e. Untuk mengetahui gambaran nyata persyaratan yang menjadi standar penerimaan ABK untuk lulusan TKPI di kapal penangkap ikan asing


(11)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat, yaitu manfaat secara umum dan manfaat secara khusus. Manfaat penelitian secara umum diharapkan dapat memberi sumbangan praktis pada pengembangan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan terutama di bidang penangkapan ikan. Sedangkan manfaat penelitian secara khusus diharapkan dapat memberi masukan kepada:

a. Satuan pendidikan SMK Negeri 1 Kandanghaur, yaitu:

1) Memberi gambaran nyata kepada pengelola pendidikan tentang kondisi dunia kerja bidang kelautan.

2) Memberi masukan kepada tenaga pendidik, khususnya mata pelajaran produktif, mengenai materi atau bahan ajar (SKKD) yang akan diberikan kepada para peserta didik.

3) Memberi masukan kepada Wakil Kepada Sekolah Urusan Hubungan Dunia Industri (Hubdin) mengenai kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin).

4) Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam melaksanakan pembelajaran praktikum yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kompetensi yang dibutuhkan DUDI. 5) Memberi masukan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan

pengelolaan pembelajaran mata pelajaran produktif dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan sehingga memiliki kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.


(12)

10

b. Dinas Pendidikan, yaitu memberi gambaran nyata mengenai kondisi SMK Pelayaran sebagai penyedia SDM terutama di kabupaten Indramayu. c. Peminat penelitian, yaitu memberi acuan mengenai kompetensi dan

persyaratan yang dibutuhkan DUDI dari para lulusan SMK Kompetensi Keahlian TKPI.

D. Batasan Masalah

Pembatasan dalam penelitian dilakukan agar pokok permasalahan dapat dibahas secara mendalam. Bertitik tolak dari rumusan masalah di atas dan agar penelitian lebih terarah, maka batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya sampai eksplorasi, yaitu berfokus pada pencarian informasi tentang kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI dari lulusan TKPI SMK Negeri 1 Kandanghaur di pelabuhan, dok, serta kapal penangkap ikan lokal dan asing.

2. Penelitian ini dilakukan di DUDI yang telah menjalin kerjasama, atau biasa disebut dengan industri atau instansi pasangan, dengan SMK Negeri 1 Kandanghaur dan praktisi bidang perikanan laut yang dianggap kompeten.


(13)

E. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif di mana peneliti akan mencari data dan informasi dari lokasi dan subjek penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif. Dengan kata lain, penulis akan berupaya untuk memperoleh, mengumpulkan, dan mendeskripsikan data dari lapangan. Penggunaan metode kualitatif ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara nyata kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI dari para pencari kerja lulusan TKPI. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi nonpartisipasif, dan studi dokumentasi.


(14)

83 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, hal ini sesuai dengan pendapat Creswell dalam Herdiansyah (2010: 15) yang mengemukakan salah satu alasan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu:

“Kita memilih penelitian kualitatif karena pertanyaan penelitian yang kita ajukan. Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian sering kali dimulai dengan kata “how” dan atau “what”. Kata-kata tersebut mengarah kepada suatu alur berpikir “Apa yang terjadi…”, “Bagaimana bisa terjadi…”. Alur berpikir tersebut tentu saja menginginkan informasi yang berkaitan dengan alasan dan penjabaran dari suatu fenomena yang terjadi yang menggelitik penulis untuk mencari tahu secara mendalam dari fenomena tersebut.”

Pengertian penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 18). Definisi penelitian kualitatif lainnya adalah sebagai berikut:


(15)

Qualitative research is multimethod in focus, involving an interpretive naturalistic approach to its subject matter. This means that qualitative researcher study things in their natural settings, attempting to make sense of or interpret phenomena in terms of the meanings people bring to them. Qualitative research involves the studied use and collection of a variety of empirical materials – case study, personal experience instrospective, life story, interview, observational, historical, interactional, and visual texts – that describe routine and problematic moments and meaning in individual lives. (Denzin and Lincoln dalam Herdiansyah, 2010: 7)

Snape and Spencer (2003: 3) memberikan definisi penelitian kualitatif berdasarkan tujuannya, yaitu “… aims which are directed at providing an in-depth and interpreted understanding of the social world of research participants by learning about their social and material circumstances, their experiences, perspectives and histories”. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka peneliti akan mencari data dan informasi dari lokasi dan subjek penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif. Dengan kata lain, penulis akan berupaya untuk memperoleh, mengumpulkan, dan mendeskripsikan data dari lapangan. Penggunaan metode kualitatif ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara nyata kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI dari lulusan TKPI, karena esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut pandang orang lain, dan memahami sebuah fenomena (central phenomenon) berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar alamiah. Guna mengefektifkan pelaksanaan pengumpulan data, maka peneliti akan terjun langsung ke lokasi penelitian untuk menggali informasi secara langsung dari sumber data atau informan kemudian menarik kesimpulan dari informasi-informasi yang didapat.


(16)

85

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak mengungkap atau mengeksplorasi informasi tentang kompetensi dan persyaratan di DUDI, maka penelitian kualitatif ini menggunakan model studi kasus. Creswell dalam Herdiansyah (2010: 76) menyatakan bahwa:

Studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.

“Sistem yang terbatas” merupakan salah satu ciri dari penelitian kualitatif model studi kasus. Herdiansyah menerangkan bahwa yang dimaksud dengan “sistem yang terbatas” atau bounded system adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian). Stake dalam Herdiansyah (2010: 78-79) mengungkapkan tiga jenis studi kasus berdasarkan tujuan penelitian, yaitu:

1. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study), yaitu studi kasus yang dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus.

2. Studi kasus instrumental (instrumental case study), yaitu studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan untuk mengetahui hakekat kasus tersebut. Studi kasus jenis ini digunakan seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada.


(17)

3. Studi kasus kolektif (collective case study), yaitu studi kasus untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus jenis ini ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang bermaksud untuk mendapatkan informasi tentang kompetensi dan persyaratan lulusan TKPI yang dibutuhkan DUDI yang bersifat aplikatif guna meningkatkan daya saing lulusan dalam mencari kerja, maka jenis studi kasus penelitian ini adalah studi kasus intrinsik.

B. Data dan Sumber Data Penelitian

Data adalah ‘Keterangan-keterangan tentang suatu hal yang dapat berupa sesuatu yang diketahui atau berupa anggapan atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, dan sebagainya’ (Hasan, 2004: 19). Data adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu metode pengumpulan data yang akan diolah dan akan dianalisi dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan sesuatu (Herdiansyah, 2010: 116). Berdasarkan kedua pendapat tadi, maka data dari penelitian ini adalah informasi mengenai kompetensi dan persyaratan yang harus dimiliki peserta didik Kompetensi Keahlian TKPI guna meningkatkan daya saing mencari kerja. Arikunto (1998: 114) mengungkapkan pengertian sumber data, yaitu “Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data


(18)

87

dapat diperoleh”, maka yang menjadi sumber data penelitian ini adalah DUDI pasangan SMK Negeri 1 Kandanghaur Kompetensi Keahlian TKPI sampai dengan tahun pelajaran 2010/2011.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa (Creswell dalam Herdiansyah, 2010: 103), sedangkan Arikunto (1998: 115) mendefinisikan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan kedua definisi populasi tadi maka populasi penelitian ini adalah DUDI pasangan SMK Negeri 1 Kandanghaur Kompetensi Keahlian TKPI sampai dengan tahun pelajaran 2010/2011, yaitu:

1. Pelabuhan Eretan Kabupaten Indramayu. 2. Pelabuhan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. 3. PT. Pantai Mulya Semesta Kabupaten Tegal. 4. PT. Pelindo I Tanjung Priok Jakarta.

5. PT. Koja Bahari Jakarta. 6. PT. Puji Utami Tanggerang.

7. PT. Agaru Jaya Gabus Wetan Kabupaten Indramayu.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan merepresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi (Neuman dalam Herdiansyah, 2010: 104). Agar sampel yang dipilih dapat mewakili populasi dan hasil yang dikenakan pada sampel dapat


(19)

digeneralisasikan kepada populasi, maka dibutuhkan suatu teknik tertentu dalam pemilihan sampel yang disesuaikan dengan kondisi serta kepentingan penelitian. Teknik sampling secara garis besar dibagi menjadi dua yang masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa teknik yang lebih spesifik. Kedua teknik sampling tersebut adalah:

1. Sampling acak (random sampling atau probability sampling), yaitu metode pemilihan sampel di mana setiap sampel dalam populasi memiliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk terpilih. Metode sampling acak ini terbagi menjadi lima teknik khusus yaitu simple random sampling, systematic random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, dan multi-stage sampling.

2. Sampling tidak acak (non-probability sampling), yaitu metode sampling di mana setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih dan terdapat pertimbangan-pertimbangan tertentu yang mendasari pemilihan sampel. Metode sampling tidak acak ini dispesifikasikan menjadi tiga teknik, yaitu accidental sampling, quota sampling, dan purposeful sampling atau purposive sampling yang terbagi lagi menjadi sembilan strategi sampling.

Berdasarkan penjelasan sampel di atas, tujuan penelitian, keterbatasan biaya dan waktu pengerjaan, metode penelitian serta pemilihan sampel yang dilakukan sebelum pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan teknik sampling tidak acak atau non-probability sampling dengan strategi sampling yang bersifat


(20)

89

homogen (homogeneous sampling). Pemilihan jenis sampling ini sesuai dengan pendapat Ritchie (2003: 78) yang menyatakan bahwa “Probability sampling is generally held to be the most rigorous approach to sampling for statistical research, but is largely inappropriate for qualitative research”. Homogeneous sampling adalah strategi dalam teknik purposeful sampling di mana peneliti memilih subjek penelitian atau lokasi penelitian atas dasar adanya kesamaan sifat atau karakteristik dari kelompok atau populasinya. Berdasarkan definisi homogeneous sampling tadi, maka sampel penelitian dari ketujuh instansi yang menjadi populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelabuhan Eretan Kabupaten Indramayu, instansi ini memiliki karakteristik yang sama dengan pelabuhan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, PT Pelindo I Tanjung Priok Jakarta, dan PT. Koja Bahari Jakarta di mana sama-sama memiliki akses ke kapal-kapal penangkap ikan.

2. PT. Agaru Jaya Gabus Wetan Kabupaten Indramayu, instansi ini memiliki karakteristik yang sama dengan PT. Pudji Utami Tanggerang yang bergerak di bidang penyaluran tenaga kerja khusus ABK kapal penangkap ikan.

3. PT. Pantai Mulya Semesta, instansi ini bergerak di bidang produksi, perawatan, dan perbaikan kapal laut (docking).


(21)

D. Teknik Pengumpulan Data

Bentuk data dari penelitian kualitatif berupa kalimat atau narasi dari subjek penelitian yang diperoleh melalui suatu teknik pengumpulan data yang kemudian data tersebut akan dianalisis dan diolah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang akan menghasilkan suatu temuan dalam rangka menjawab rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan:

1. Wawancara, yaitu sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan atau memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan (Stewart and Cash dalam Herdianyah, 2010: 118). Mishler and Spradley (dalam Hatch, 2002: 91) menjelaskan tentang wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu “Qualitative interviews are special kinds of conversations or speech events that are used by researchers to explore informants’ experiences and interpretations”. Wawancara dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga bentuk yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur dengan ciri-ciri antara lain:


(22)

91

a. Menggunakan pertanyaan terbuka tetapi ada batasan tema dan alur pembicaraan, artinya responden lebih bebas mengemukakan jawaban sepanjang tidak keluar dari konteks yang diajukan peneliti.

b. Menggunakan pedoman wawancara yang fleksibel, artinya isi yang tertulis pada pedoman wawancara hanya berupa topik-topik pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral yang telah ditetapkan. Peneliti dapat berimprovisasi dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi dan alur alamiah yang terjadi tetapi tetap dalam topik yang telah ditentukan.

Alasan lain menggunakan teknik wawancara semi terstruktur ini adalah untuk mengetahui kompetensi dan persyaratan yang dibutuhkan DUDI tetapi tidak tertuang secara mendetail dalam SKKD atau spektrum kejuruan yang digunakan sekolah.

2. Observasi, yaitu suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati, serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu (Cartwright & Cartwright dalam Herdiansyah, 2010: 131). Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat. Terdapat lima metode dalam observasi yang sering digunakan untuk penelitian, yaitu anecdotal record, behavioral checklist, participation chart, rating scale, dan behavioral tallying and charting. Berdasarkan rumusan


(23)

masalah, maka metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah behavioral checklist yaitu metode yang memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberi tanda cek ( ) jika perilaku yang diobservasi muncul.

Alasan menggunakan teknik observasi metode behavioral record ini adalah untuk mengetahui perilaku yang muncul sekaligus menyaring SKKD yang benar-benar dibutuhkan DUDI yang tertuang dalam spektrum kejuruan sekolah. Dengan kata lain, metode ini untuk memilah SKKD apa saja yang dibutuhkan dan SKKD apa saja yang “tidak” dibutuhkan DUDI. 3. Studi dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data kualitatif dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Moleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu; Pertama, dokumen pribadi yang terdiri dari catatan harian (diary), surat pribadi, dan autobiografi. Kedua, dokumen resmi yang terdiri dari dua kategori, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dikarenakan sampel penelitian ini adalah instansi resmi, maka teknik studi dokumentasi yang digunakan adalah dokumentasi resmi internal, yaitu dokumen yang berupa catatan seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga, sistem yang diberlakukan, notulensi rapat pimpinan, dan lain sebagainya.


(24)

93

E. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam mencari informasi yang diperlukan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian ini adalah peneliti sendiri. Maka dari itu peneliti diharuskan terjun langsung ke lokasi-lokasi penelitian guna mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan. Akan tetapi, mengingat adanya keterbatasan kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi serta pentingnya nilai objektifitas, keutuhan, dan kevalidan data yang dikumpulkan, maka peneliti harus menggunakan alat atau instrumen pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah direncanakan. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat atau instrumen pengumpulan data yang dipakai berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi berupa tabel behaviour checklist.

Proses wawancara yang dilakukan akan disertai dengan alat perekam yang kemudian hasil wawancara tersebut akan dituangkan dalam verbatim wawancara lalu tabel akumulasi tema. Verbatim wawancara adalah suatu format yang berisikan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggambarkan pula segala kondisi dan situasi yang terjadi saat wawancara, sedangakan tabel akumulasi tema merupakan rekapitulasi tema-tema yang muncul saat wawancara berdasarkan hasil verbatim wawancara sehingga hasil wawancara akan lebih mudah untuk dianalisis. Dengan menggunakan kedua alat pengumpul data tersebut di atas, diharapkan pelaksanaan penelitian dapat lebih terarah sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang benar-benar menunjukan kompetensi dan persyaratan calon tenaga kerja terbaru yang dibutuhkan DUDI dari lulusan


(25)

TKPI. Pedoman wawancara, format verbatim wawancara, format tabel akumulasi tema, dan tabel behavioural checklist dapat dilihat di lampiran.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal penelitian. Dengan demikian, diharapkan terdapat konsistensi analisis secara keseluruhan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 20) yang membagi analisis ke dalam empat bagian, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data atau display data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.

Gambar 3.1. Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles and Huberman (Herdiansyah, H., 2010: 164)

Reduksi Data

Pengumpulan Data

Display Data

Kesimpulan/ Verifikasi


(26)

95

1. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data ini dilaksanakan peneliti dengan melakukan pendekatan dan menjalin hubungan dengan subjek-subjek penelitian sembari menggali segala informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan alat pengumpul data atau instrumen penelitian yang telah disiapkan. Proses pendekatan dan penggalian informasi tersebut merupakan proses pengumpulan data yang hasilnya adalah data yang akan diolah. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisa, maka tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.

2. Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Dengan kata lain, hasil wawancara, hasil observasi, dan hasil studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Hasil dari rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil observasi dan temuan di lapangan akan diformat menjadi tabel hasil observasi. Hasil studi dokumentasi akan diformat menjadi skrip analisis dokumen. Maka dari itu, proses reduksi data adalah mengubah segala bentuk data hasil penelitian menjadi bentuk tulisan (script) apapun formatnya.

Verbatim wawancara dibuat setelah proses wawancara selesai dilakukan. Dalam verbatim wawancara berisikan proses wawancara yang berlangsung beserta segala situasi yang terjadi. Semua hal yang dibicarakan beserta situasinya


(27)

diubah menjadi bentuk tulisan apa adanya tanpa satu katapun yang dilewatkan, dikurangi, atau diedit. Jika terdapat kata-kata atau kalimat yang dirasa kurang pantas, kurang sopan, atau terlalu sensitif, maka peneliti dapat menggantinya dengan memberikan catatan khusus dan alasan mengapa peneliti mengganti kata atau kalimat tersebut. Satu verbatim wawancara mewakili satu kali pertemuan wawancara. Format verbatim wawancara dapat dilihat pada lampiran. Setelah peneliti membuat dan menyalin seluruh hasil wawancara yang dilakukan ke dalam bentuk verbatim wawancara dan telah diberi tema yang sesuai, maka seluruh tema yang terdapat pada verbatim wawancara dikelompokkan dan disusun dalam tabel akumulasi tema beserta frekuensinya (berapa kali tema yang sama muncul). Jumlah tabel akumulasi tema ini dibuat sebanyak jumlah subjek penelitian, artinya setiap satu subjek penelitian dibuatkan satu tabel akumulasi tema berapapun jumlah wawancara yang dilakukan.

Fungsi tabel akumulasi tema adalah sebagai tabel ringkasan tema yang didapat dalam seluruh proses wawancara dengan subjek penelitian. Seluruh tema yang muncul dalam seluruh wawancara dicantumkan dan disusun sedemikian rupa agar alur tema yang didapat enak untuk dibaca dan dianalisis. Setelah tema tersusun dengan baik, maka akan memudahkan peneliti untuk memasukkan tema-tema tadi ke dalam tabel kategorisasi dan coding tema-tema wawancara sehingga akan semakin memudahkan peneliti dalam melakukan analisis tema-tema tersebut. Format tabel akumulasi tema dapat dilihat pada lampiran.


(28)

97

3. Display Data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan ke dalam suatu tabel kategorisasi sesuai tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorisasikan. Kemudian tema tadi dipecah ke dalam bentuk yang lebih sederhana yang disebut dengan sub tema yang diakhiri dengan memberikan kode (coding) dari sub tema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang telah dilakukan. Jadi, secara sistematis akan terdapat tiga tahap dalam display data, yaitu kategori tema, sub kategori tema, dan pengodean. Ketiga tahap tersebut saling terkait satu sama lain. Format tabel kategorisasi dan pengodean tema wawancara dapat dilihat pada lampiran.

4. Kesimpulan

Kesimpulan atau verifikasi data dalam rangkaian analisis data kualitatif ini berisi tentang uraian dari seluruh sub kategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang telah selesai dilakukan disertai dengan kutipan wawancaranya. Setiap sub kategorisasi tema dan pengodean kemudian disimpulkan secara spesifik dan mengerucut, begitu seterusnya hingga seluruh sub kategori yang tercantum dalam tabel kategorisasi dan pengodean selesai diuraikan. Langkah selanjutnya adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan berdasarkan hasil temuan dan hasil penelitian dengan memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan.


(29)

G. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai tingkat kesesuaian antara data yang dikemukakan subjek penelitian dengan kondisi yang sebenarnya. Dengan kata lain, seberapa jauh kesesuaian data yang dikemukakan subjek penelitian dengan situasi konkret yang ditemukan di lapangan. Untuk melihat tingkat kesesuaian tersebut diperlukan keandalan, ketelitian, dan kreatifitas peneliti dalam mengungkapnya. Beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Cek Ulang (Re-Checking)

Prosedur cek ulang merupakan teknik yang efektif dalam melihat reliabilitas data yang ditemukan. Peneliti akan melakukan pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh subjek penelitian sesuai dengan situasi konkret yang ditemukan di lapangan.

2. Melakukan Teknik Penggalian Data yang Bervariasi dan Komprehensif Teknik ini pada prinsipnya adalah “jangan mudah merasa puas dengan data yang telah diperoleh”. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data dengan harapan tingkat reliabilitas penelitian ini tinggi. Peneliti akan berupaya untuk memaksimalkan metode pengumpulan data yang diajukan.

3. Menambah Jumlah Subjek Penelitian

Jumlah subjek penelitian yang banyak dapat memberikan banyak data dan perspektif sehingga dapat lebih memperkaya temuan di lapangan dan hasil analisis temuan. Maka dari itu, peneliti akan menggali juga informasi dari


(30)

99

pihak-pihak yang dirasa kompeten, yang biasa disebut dengan informan, mengenai tema yang muncul dalam pelaksanaan penelitian di mana jawaban yang didapat dijadikan sebagai data sekunder atau data pendukung untuk meningkatkan reliabilitas data penelitian.

H. Validitas

Validitas dapat diartikan sebagai kesesuaian antara alat ukur dengan sesuatu yang hendak diukur, sehingga hasil ukur yang didapat akan mewakili ukuran yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian kualitatif validitas biasa disebut dengan autentisitas atau keaslian. Autentisitas diartikan sebagai jujur, adil, seimbang, dan sesuai berdasarkan sudut pandang subjek penelitian. Akan tetapi, untuk mendapatkan pernyataan yang jujur dari subjek penelitian merupakan hal yang cukup sulit karena terkadang subjek penelitian bersikap tertutup atau menjaga jarak dengan peneliti. Oleh sebab itu, peneliti memilih lokasi-lokasi penelitian yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Kandanghaur di mana subjek penelitiannya adalah orang-orang yang telah sering ditemui peneliti dengan harapan subjek penelitian benar-benar percaya dan bersikap terbuka terhadap kedatangan dan pertanyaan yang diajukan peneliti tanpa ada intervensi atau sikap mempengaruhi kepada subjek penelitian dari peneliti. Dengan demikian, hal-hal yang mengancam keautentikan data penelitian dapat dikurangi dan tingkat validitas penelitianpun tinggi.


(31)

121 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil simpulan yang berkenaan dengan pertanyaan penelitian yang hendak dijawab, yaitu sebagai berikut:

1. Kompetensi Lulusan TKPI yang Dibutuhkan oleh Kapal Penangkap Ikan Lokal dan Asing untuk Menjadi ABK

Kompetensi yang dibutuhkan kapal penangkap ikan lokal (tradisional) dengan kapal penangkap ikan asing memiliki perbedaan yang cukup besar, walaupun pada dasarnya sama-sama sebagai kapal penangkap ikan. Kapal asing, terutama kapal Jepang, membutuhkan kompetensi dasar yang kuat dari para calon ABK, sedangkan untuk kapal lokal kompetensi dasar tidak terlalu menjadi pertimbangan saat melakukan perekrutan ABK. Kompetensi dasar yang dimaksud yaitu teknik bertahan hidup di laut (personal survival techniques), penanganan api (fire prevention and fire fighting), pertolongan pertama pada kecelakaan (elementary first aid), serta keselamatan diri dan tanggung jawab sosial di atas kapal (personal safety and social responsibilities). Keempat kompetensi tersebut dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat BST. Kompetensi lain yang menjadi pertimbangan kapal asing dalam melakukan perekrutan ABK adalah mengenai alat tangkap baik penggunaan maupun perawatannya seperti cara menambal jaring, serta memahami jenis-jenis jaring dan pancing.


(32)

122

2. Kompetensi Lulusan TKPI yang Dibutuhkan oleh Pelabuhan

Kompetensi pegawai yang menjadi kebutuhan di pelabuhan secara umum adalah pemahaman mengenai hukum-hukum laut, jenis-jenis peralatan keselamatan kerja kapal, dan bangunan kapal. Kompetensi lain yang disyaratkan adalah kompetensi di bidang kepelabuhan yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat keahlian yang diperoleh setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepelabuhan. Kompetensi di bidang kepelabuhan tersebut didominasi oleh kompetensi manajemen kepelabuhan, yaitu manajemen perencanaan, operasional, pemanduan, bongkar muat, trayek kapal, operasional kapal, dan kontraktual atau perjanjian.

3. Kompetensi Lulusan TKPI yang Dibutuhkan oleh Dok

Kompetensi yang dibutuhkan galangan kapal dan dok didominasi oleh kompetensi dalam penggunaan peralatan dan mesin perkakas. Kompetensi lain yang juga dibutuhkan adalah pemahaman mengenai mesin kapal baik perawatan maupun perbaikan, kelistrikan kapal, bangunan kapal, dan soft skill yang baik seperti motivasi dan dedikasi kerja yang tinggi.

4. SKKD Produktif TKPI yang Harus Lebih Ditingkatkan Berdasarkan Masukan dari DUDI

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui kompetensi-kompetensi yang harus ditingkatkan sekolah dalam proses pembelajaran agar lulusannya mampu memasuki dunia kerja sesuai kompetensi keahlian siswa. Dikarenakan bahan ajar


(33)

di sekolah menggunakan SKKD yang dikeluarkan pemerintah, maka kompetensi-kompetensi yang harus ditingkatkan adalah SKKD pemerintah yang telah dikerucutkan berdasarkan temuan-temuan penelitian yang tersusun pada tabel 4.5. Bahan ajar atau SKKD hasil pengerucutan meliputi kompetensi mengenai hukum laut, bangunan kapal, kelistrikan kapal, mesin kapal, keselamatan kerja, kerja bengkel (kerja bangku), dan alat tangkap ikan.

5. Persyaratan yang Menjadi Standar Penerimaan ABK untuk Lulusan TKPI di Kapal Penangkap Ikan Asing

Selama melaksanakan penelitian, penulis tidak menemukan persyaratan penerimaan terbaru yang dibutuhkan kapal asing dari para calon ABK. Hal tersebut berarti bahwa persyaratan yang dibutuhkan kapal asing sejak subjek penelitian menangani perekrutan ABK untuk perusahaan kapal penangkap ikan asing, terutama kapal penangkap ikan Jepang, tidak ada perubahan. Persyaratan penerimaan ABK di kapal asing terbagi menjadi dua, yaitu persyaratan yang bersifat admnistratif dan persyaratan yang bersifat teknis.

a. Syarat Administratif

Kompetensi yang dibutuhkan kapal penangkap ikan didominasi oleh kompetensi tingkat dasar seperti pengetahuan cara menambal jaring serta pengetahuan tentang jenis-jenis jaring dan pancing. Kompetensi dasar tersebut merupakan salah satu tes yang akan dikenakan kepada para calon ABK. Sedangkan kompetensi utama (syarat primer) seperti cara menggunakan alat keselamatan diri di laut, cara memadamkan api berdasarkan bahan pembentuk api,


(34)

124

prosedur keadaan darurat, penanganan kecelakaan kerja, dan lain-lain, dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat keahlian yang diberi nama BST (Basic Safety Training). Materi BST memang diajarkan pada pembelajaran di sekolah tetapi sekolah (SMK Negeri 1 Kandanghaur) belum memiliki kewenangan mengeluarkan sertifikat tersebut. Untuk mendapatkan BST calon ABK atau lulusan SMK Pelayaran harus mengikuti pelatihan selama kurang lebih sepuluh hari di lembaga yang telah memiliki izin seperti di PT. Pertamina (Persero), sekolah tinggi pelayaran, atau bahkan di tingkat sekolah menengah seperti di SMK Negeri 1 Mundu Cirebon.

b. Syarat Teknis

Kompetensi lain yang harus dimiliki ABK kemampuan teknis dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang ABK yang ditandai dengan kesempurnaan fisik dan soft skill yang baik seperti kedisiplinan yang tinggi dan mampu bekerja secara tim walaupun berasal dari negara yang berbeda. Kesempurnaan fisik merupakan syarat yang sering menjadi batu sandungan para lulusan SMK saat perekrutan. Hal ini dikarenakan saat penerimaan siswa baru, sekolah hanya berorientasi pada jumlah siswa yang harus diterima tanpa menerapkan persyaratan kondisi fisik yang ditetapkan perusahaan kapal penangkap ikan. Salah satu kondisi fisik yang tidak diperbolehkan adalah bentuk kaki yang membentuk huruf “O” atau “X”, hal ini dikarenakan bentuk kaki yang membentuk huruf tersebut mengindikasikan bahwa seseorang tidak tahan dalam mengangkat atau menahan beban berat. Oleh sebab itu salah satu tes yang harus dilalui para calon ABK adalah tes angkat beban (barbel). Kondisi fisik lainnya


(35)

yang menjadi penilaian adalah kebersihan badan seperti tidak bertato, tidak mengenakan anting atau tidak ada bekas tindik, dan tidak memiliki penyakit kulit seperti panu.

Secara ideal proses pembelajaran yang harus dilakukan dan dikondisikan di sekolah (SMK) atau dengan kata lain menyiapkan para siswa kompetensi keahlian TKPI untuk memasuki DUDI serta memberi jalan atau mengarahkan siswa untuk memasuki DUDI di bidang penangkapan ikan tidaklah terlalu sulit. Hal tersebut dikarenakan segala syarat yang ditetapkan untuk masuk ke kapal penangkap ikan, baik lokal maupun asing, sudah tercantum pada Standar Pengawakan yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan yang di dalamnya memuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan atau disyaratkan bagi calon awak kapal untuk semua jenis kapal (termasuk kapal penangkap ikan) berdasarkan daerah pelayaran, tipe kapal, ukuran kapal, jenis dan besarnya tenaga penggerak kapal. Standar tersebut mengacu pada STCW-78, yang berfokus pada pengetahuan, dan STCW-95 yang berfokus pada keterampilan seorang pelaut. Berdasarkan standar-standar di dalam Standar Pengawakan tersebut, maka dapat diketahui kompetensi apa saja yang dibutuhkan lulusan TKPI untuk masuk ke kapal penangkap ikan yang berlaku secara internasional.

Hasil penelitian ini telah memunculkan sepuluh SKKD mata pelajaran produktif (berdasarkan spektrum 2011) hasil pengerucutan dari 25 mata pelajaran produktif berdasarkan kebutuhan kompetensi di tiga lokasi penelitian. Selain daripada itu, perlu ditambahkan juga proses pembentukan fisik yang baik oleh guru mata pelajaran Penjaskes dan penanaman pola hidup sehat serta disiplin oleh


(36)

126

seluruh pengelola sekolah terutama guru BK (Bimbingan dan Konseling) dan Pembina OSIS/Ketarunaan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi untuk beberapa pihak sebagai berikut:

1. Untuk Pengelola SMK, yaitu:

a) Kepada Kepala Program TKPI untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan lagi proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah terutama pada pembelajaran sepuluh SKKD hasil pengerucutan berdasarkan penelitian ini.

b) Kepada Wakasek Kurikulum agar lebih memperhatikan masukan dan saran Kepala Program TKPI dalam mengatur SKKD dan jumlah jam pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa.

c) Kepada Wakases Kesiswaan untuk lebih selektif dalam menerima calon siswa baru dengan mengacu pada syarat fisik yang ditetapkan DUDI demi karir siswa itu sendiri di masa depan dan tidak hanya berorientasi pada jumlah siswa yang harus diterima.

d) Kepada Wakasek Hubungan Dunia Industri (Hubdin) dan Wakasek Kurikulum agar mengalokasikan waktu Prakerin selama enam bulan. e) Kepada pengelola sekolah khususnya Wakasek Hubungan Dunia


(37)

mandiri agar lulusan sekolah dapat lebih terpantau dalam pencarian kerja.

f) Kepada guru mata pelajaran Penjaskes di SMK pelayaran khususnya pada Kompetensi Keahlian TKPI untuk lebih menekankan pada pembentukan fisik siswa yang kuat agar lebih mudah dalam memasuki kapal penangkap ikan terutama kapal asing.

g) Kepada seluruh pengelola sekolah agar lebih menanamkan kedisiplinan kepada para siswa-siswanya sebagai ajang menyiapkan mereka dengan kebiasaan di DUDI yang sebenarnya.

h) Kepada seluruh pengelola sekolah agar menggunakan cara berkomunikasi yang baik saat menjalankan tugas-tugasnya terutama saat berhubungan dengan pihak DUDI.

2. Untuk Dinas Pendidikan agar memberi proporsi kebijakan tingkat dinas kabupaten dalam mengembangkan SMK pelayaran sebagai unggulan penyedia SDM kelautan di Kabupaten Indramayu yang memiliki potensi bahari yang tinggi.

3. Untuk Peminat penelitian, dikarenakan penelitian ini dilakukan di lokasi-lokasi yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Kandanghaur di mana hasilnya tentu akan lebih sesuai bagi lulusan SMK Negeri 1 Kandanghaur maka penulis merekomendasikan kepada pengelola sekolah pelayaran lain untuk melakukan penelitian serupa di lokasi (DUDI) lain yang lebih sesuai untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret mengenai kompetensi yang dibutuhkan DUDI dari para lulusan.


(38)

128

DAFTAR PUSTAKA

Adi, D.B.S., et.al. (2008). Nautika Kapal Penangkap Ikan untuk SMK (Second ed.). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Banta, T.W. (2001). “Assessing Competence in Higher Education”, dalam Assessing Student Competence in Accredited Diciplines. Virginia: Stylus Publising.

BC Assessment Human Resources Department. (2007). How to Prepare for a Competency (Behavioural) Based Interview Appraisal Competition. [Online]. Tersedia: http://www.quintcareers.com/sample_behavioral.html [5 April 2011]

Brundrett, M., Silcock, P. (2002). Achieving Competence Success and Excellence in Teaching. London: Routledge Falmer

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor KEP.10/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2011 tentang Sistem Standar Mutu Pendidikan dan Pelatihan, Ujian, serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Konsep Dasar Perkapalan: Jenis Dok dan Fungsinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(39)

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Perhubungan Republik Indonesia. (2005). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Ujian serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan. Jakarta: Dinas Perhubungan.

Direktorat Profesi Pendidik. (2007). Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Fitriyah, A.N. (2006). “Problematika Indonesia dalam Memajukan Lembaga Pendidikan Berbasis Kelautan sesuai Ketentuan IMO dan SCTW 1978 Amandemen 1995”. Perspektif Hukum. 6, (2), 91-103.

Grace. (2011). Pemetaan Kebutuhan Kerja Penting bagi Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2011/6/23/penyelarasan-pendidikan.aspx [25 Juni 2011]

Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Education Settings. New York:

State University of New York Press, Albany.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Ike. (-). Industri Strategis Indonesisa. [online]. Tersedia: http://id.voi.co.id/voi-dignitorial/3079-industri-strategis-indonesia-.html [21 April 2011]

Masbow. (2009). Apa Itu Persepsi? [Online]. Tersedia: http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html [29 April 2010] Organisasion for Economic Co-Operation and Development. (2010). Learning for

Job: Systhesis Report of the OECD Reviews of Vocational Education and Training. France: OECD Publising.

Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesisa Nomor 61 tentang Kepelabuhan. Jakarta: -.


(40)

130

Ritchie, J. et al. (2003). “Designing and Selecting Samples”, dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Student and Researcher. London: SAGE Publications Ltd.

Samidjo. (2008). “Sekolah Kejuruan dan Permasalahannya”. Wacana Akademika. 3, (4), 305-392.

Sanghi, S. (2007). The Handbook of Competency Mapping: Understanding, Designing and Implementing Competency Models in Organizations (Second ed.). New Delhi: Response Books.

Schmieder, R.A. and Framw, M.C. (2007). “Competency Modeling”, dalam Encyclopedia of Industrial and Organizational Psychology. California: SAGE Publications Inc.

Siombo, M.R. (2010). Hukum Perikanan Nasional dan Internasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Skilbeck, M. et al. (2002). The Vocational Quest: New Direction in Education and Training. New York: Routledge.

Snape, D. and Spencer, L. (2003). “The Foundations of Qualitatif Research”, dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Student and Researcher. London: SAGE Publications Ltd.

Sulisworo, D. (2010). Redefinisi Industri Strategis. [Online]. Tersedia: http://sulisworo.wordpress.com/2010/08/03/redefinisi-industri-strategis/ [21 April 2011]

Tanuatmadja, D. (2008). “Isu Mutakhir: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Tantangan Pengangguran dan Entrepreneurship”. Jurnal Pendidikan Penabur. 11, 100-104.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: -.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tentang Perikanan. Jakarta:-.

Wenrich, R.C., Wenrich, J.W. (1974). Leadership in Administration of Vocational and Technical Education. Ohio: A Bell & Howell Company.


(1)

125

yang menjadi penilaian adalah kebersihan badan seperti tidak bertato, tidak mengenakan anting atau tidak ada bekas tindik, dan tidak memiliki penyakit kulit seperti panu.

Secara ideal proses pembelajaran yang harus dilakukan dan dikondisikan di sekolah (SMK) atau dengan kata lain menyiapkan para siswa kompetensi keahlian TKPI untuk memasuki DUDI serta memberi jalan atau mengarahkan siswa untuk memasuki DUDI di bidang penangkapan ikan tidaklah terlalu sulit. Hal tersebut dikarenakan segala syarat yang ditetapkan untuk masuk ke kapal penangkap ikan, baik lokal maupun asing, sudah tercantum pada Standar Pengawakan yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan yang di dalamnya memuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan atau disyaratkan bagi calon awak kapal untuk semua jenis kapal (termasuk kapal penangkap ikan) berdasarkan daerah pelayaran, tipe kapal, ukuran kapal, jenis dan besarnya tenaga penggerak kapal. Standar tersebut mengacu pada STCW-78, yang berfokus pada pengetahuan, dan STCW-95 yang berfokus pada keterampilan seorang pelaut. Berdasarkan standar-standar di dalam Standar Pengawakan tersebut, maka dapat diketahui kompetensi apa saja yang dibutuhkan lulusan TKPI untuk masuk ke kapal penangkap ikan yang berlaku secara internasional.

Hasil penelitian ini telah memunculkan sepuluh SKKD mata pelajaran produktif (berdasarkan spektrum 2011) hasil pengerucutan dari 25 mata pelajaran produktif berdasarkan kebutuhan kompetensi di tiga lokasi penelitian. Selain daripada itu, perlu ditambahkan juga proses pembentukan fisik yang baik oleh guru mata pelajaran Penjaskes dan penanaman pola hidup sehat serta disiplin oleh


(2)

seluruh pengelola sekolah terutama guru BK (Bimbingan dan Konseling) dan Pembina OSIS/Ketarunaan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi untuk beberapa pihak sebagai berikut:

1. Untuk Pengelola SMK, yaitu:

a) Kepada Kepala Program TKPI untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan lagi proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah terutama pada pembelajaran sepuluh SKKD hasil pengerucutan berdasarkan penelitian ini.

b) Kepada Wakasek Kurikulum agar lebih memperhatikan masukan dan saran Kepala Program TKPI dalam mengatur SKKD dan jumlah jam pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa.

c) Kepada Wakases Kesiswaan untuk lebih selektif dalam menerima calon siswa baru dengan mengacu pada syarat fisik yang ditetapkan DUDI demi karir siswa itu sendiri di masa depan dan tidak hanya berorientasi pada jumlah siswa yang harus diterima.

d) Kepada Wakasek Hubungan Dunia Industri (Hubdin) dan Wakasek Kurikulum agar mengalokasikan waktu Prakerin selama enam bulan. e) Kepada pengelola sekolah khususnya Wakasek Hubungan Dunia


(3)

127

mandiri agar lulusan sekolah dapat lebih terpantau dalam pencarian kerja.

f) Kepada guru mata pelajaran Penjaskes di SMK pelayaran khususnya pada Kompetensi Keahlian TKPI untuk lebih menekankan pada pembentukan fisik siswa yang kuat agar lebih mudah dalam memasuki kapal penangkap ikan terutama kapal asing.

g) Kepada seluruh pengelola sekolah agar lebih menanamkan kedisiplinan kepada para siswa-siswanya sebagai ajang menyiapkan mereka dengan kebiasaan di DUDI yang sebenarnya.

h) Kepada seluruh pengelola sekolah agar menggunakan cara berkomunikasi yang baik saat menjalankan tugas-tugasnya terutama saat berhubungan dengan pihak DUDI.

2. Untuk Dinas Pendidikan agar memberi proporsi kebijakan tingkat dinas kabupaten dalam mengembangkan SMK pelayaran sebagai unggulan penyedia SDM kelautan di Kabupaten Indramayu yang memiliki potensi bahari yang tinggi.

3. Untuk Peminat penelitian, dikarenakan penelitian ini dilakukan di lokasi-lokasi yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Kandanghaur di mana hasilnya tentu akan lebih sesuai bagi lulusan SMK Negeri 1 Kandanghaur maka penulis merekomendasikan kepada pengelola sekolah pelayaran lain untuk melakukan penelitian serupa di lokasi (DUDI) lain yang lebih sesuai untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret mengenai kompetensi yang dibutuhkan DUDI dari para lulusan.


(4)

128

DAFTAR PUSTAKA

Adi, D.B.S., et.al. (2008). Nautika Kapal Penangkap Ikan untuk SMK (Second ed.). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Banta, T.W. (2001). “Assessing Competence in Higher Education”, dalam Assessing Student Competence in Accredited Diciplines. Virginia: Stylus Publising.

BC Assessment Human Resources Department. (2007). How to Prepare for a Competency (Behavioural) Based Interview Appraisal Competition. [Online]. Tersedia: http://www.quintcareers.com/sample_behavioral.html [5 April 2011]

Brundrett, M., Silcock, P. (2002). Achieving Competence Success and Excellence in Teaching. London: Routledge Falmer

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor KEP.10/MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2011 tentang Sistem Standar Mutu Pendidikan dan Pelatihan, Ujian, serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2003). Konsep Dasar Perkapalan: Jenis Dok dan Fungsinya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(5)

129

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Perhubungan Republik Indonesia. (2005). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Ujian serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan. Jakarta: Dinas Perhubungan.

Direktorat Profesi Pendidik. (2007). Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Fitriyah, A.N. (2006). “Problematika Indonesia dalam Memajukan Lembaga Pendidikan Berbasis Kelautan sesuai Ketentuan IMO dan SCTW 1978 Amandemen 1995”. Perspektif Hukum. 6, (2), 91-103.

Grace. (2011). Pemetaan Kebutuhan Kerja Penting bagi Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2011/6/23/penyelarasan-pendidikan.aspx [25 Juni 2011]

Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Education Settings. New York:

State University of New York Press, Albany.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Ike. (-). Industri Strategis Indonesisa. [online]. Tersedia: http://id.voi.co.id/voi-dignitorial/3079-industri-strategis-indonesia-.html [21 April 2011]

Masbow. (2009). Apa Itu Persepsi? [Online]. Tersedia: http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html [29 April 2010] Organisasion for Economic Co-Operation and Development. (2010). Learning for

Job: Systhesis Report of the OECD Reviews of Vocational Education and Training. France: OECD Publising.

Pemerintah Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesisa Nomor 61 tentang Kepelabuhan. Jakarta: -.


(6)

Ritchie, J. et al. (2003). “Designing and Selecting Samples”, dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Student and Researcher. London: SAGE Publications Ltd.

Samidjo. (2008). “Sekolah Kejuruan dan Permasalahannya”. Wacana Akademika. 3, (4), 305-392.

Sanghi, S. (2007). The Handbook of Competency Mapping: Understanding, Designing and Implementing Competency Models in Organizations (Second ed.). New Delhi: Response Books.

Schmieder, R.A. and Framw, M.C. (2007). “Competency Modeling”, dalam Encyclopedia of Industrial and Organizational Psychology. California: SAGE Publications Inc.

Siombo, M.R. (2010). Hukum Perikanan Nasional dan Internasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Skilbeck, M. et al. (2002). The Vocational Quest: New Direction in Education and Training. New York: Routledge.

Snape, D. and Spencer, L. (2003). “The Foundations of Qualitatif Research”, dalam Qualitative Research Practice: A Guide for Social Science Student and Researcher. London: SAGE Publications Ltd.

Sulisworo, D. (2010). Redefinisi Industri Strategis. [Online]. Tersedia: http://sulisworo.wordpress.com/2010/08/03/redefinisi-industri-strategis/ [21 April 2011]

Tanuatmadja, D. (2008). “Isu Mutakhir: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Tantangan Pengangguran dan Entrepreneurship”. Jurnal Pendidikan Penabur. 11, 100-104.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: -.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tentang Perikanan. Jakarta:-.

Wenrich, R.C., Wenrich, J.W. (1974). Leadership in Administration of Vocational and Technical Education. Ohio: A Bell & Howell Company.