268 pasar produk ukm kembali terancam 98

Pasar produk UKM kembali terancam
Written by Artikel
Wednesday, 02 June 2010 13:52 - Last Updated Wednesday, 09 June 2010 19:50

JAKARTA Pasar produk usaha kecil mikro (UKM) di DKI kembali terancam pemasarannya
setelah kembali maraknya produk impor ilegal yang masuk ke Jakarta belakangan ini.

Kepala Dinas UKM dan Perdagangan DKI Ade Soeharsono mengatakan diperkirakan barang
impor ilegal itu berasal dari China dan Korea yang masuk melalui celah pelabuhan kecil di
Jakarta Utara.
Menurut dia, kemungkinan barang-barang impor tersebut diselundupkan bersama dengan kapal
penumpang saat arus balik Lebaran baru-baru ini, yang sebelumnya didrop di Batam sebelum
dikirim ke Jakarta.
Ade menyebutkan keberadaan produk impor ilegal ini sangat merugikan pasar tradisional,
karena umumnya barang tersebut dijual sangat murah. Seperti, misalnya, baju dan celana dijual
dengan harga hanya RplO.000 hingga Rpl5.000.
Apalagi, katanya, di salah satu pusat perbelanjaan dan pasar tradisional Jakarta Pusat, produk
tersebut sudah dipasarkanbersama produk dalam negeri. Kenyataan yang sama juga banyak
ditemukan di Jakarta Selatan.
Untuk mencegah masuknya barang impor ilegal lebih lanjut, Dinas UKM dan Perdagangan DKI
akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat, bea dan cukai serta aparat kepolisian, untuk

menindak kegiatan yang bertentangan dengan Keputusan Menteri Perdagangan No.29 yang
menyebutkan masuknya barang impor melalui pelabuhan kecil dilarang keras.
Menurut dia, penyisiran produk impor ilegal akan terus dilakukan di sejumlah kawasan di
Jakarta secara rutin, setelah proses inventarisasi dan pemisahan kawasan yang diduga terjadi
kegiatan penjualan barang impor ilegal selesai. Selanjutnya, bersama aparat, Dinas UKM dan
Perdagangan akan menyisir satu per satu produk ilegal yang telah beredar.
Sementara itu, ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Hasan Basri
mengatakan munculnya produk impor membuat produk dalam negeri terpojok, terutama
produk-produk UKM yang umumnya dikerjakan dengan proses pabrik rumahan.

 

Sumber : Bisnis Indonesia

1/1