ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR ipi324645
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 973
ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR
Agus Darmuki
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Bojonegoro
[email protected]
Abstract:
This research aims at revealing a clear depiction of figurative language, literature
psychology and educational values of Novel Small Letters to God, Davonar Agnes’ work. It is
kind of descriptive qualitative research method. And the source of data is by using Novel
Small Letters to God, of Davonar Agnes’ work. The data which is used is the result of the
researched annotation in the form of sentences containing figurative language and
educational values of Novel Small Letters to God. Furthermore, the data collection was
carried out by using literature technique or document. The analysis activity is begun from
data reduction that allows the researcher to discharge and enter the useful data as well as
triangulation which allows researcher to acquire the validity of the data. Thus, the reduced
data as well as triangulation will provide a clear depiction and facilitate researchers for
collecting the further data. Based on the research findings, it can be concluded that Novel
Small Letters To God has psychology, figurative language and educational values. Novel
Small Letters To God, of Agnes Davonar’s work is found to have id, ego and super-ego. This
novel uses figurative language as follows: hyperbole, personification, climax, irony,
antithesis, satire, litotes, anastrophe, paronomasia, periphrasis, paralipsis, apostrophe, and
contains the educational values, including religious, moral, and social value.
Key word : Novel, Figurative Language, Psychology, and Educational Values
Karya sastra adalah suatu hasil cipta
manusia yang berdasarkan kenyataandan
diberi imajinasi pribadi lewat media lisan
maupun tulisan. Membahas masalah karya
sastra ada beberapa persoalan yang
muncul, antara lain : kurangnya
kemampuan pembaca dalam memahami
karya sastra yang bersifat kompleks, unik
dan
tidak
langsungdalam
pengungkapannya. Hal inilah antara lain
yang menyebabkan sulitnya pembaca
dalam menafsirkan karya sastra. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro
(1995:31-32) yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab sulitnya pembaca
dalam menafsirkan karya sastra, yaitu
dikarenakan novel merupakan sebuah
struktur yang kompleks, unik serta
mengungkapkan sesuatu secara tidak
langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suatu usaha kritik terhadap karya sastra
untuk menjelaskannya dengan disertai
bukti-bukti hasil karya analisis.
Menurut Kosasih (2012:1) karya sastra
memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
hiburan sedangkan disisi lain berusaha
memberikan nilai-nilai yang bermanfaat
bagi kehidupan. Fungsi karya sastra bagi
hidup dan kehidupan ke dalam lima
kelompok, yaitu : (1) Fungsi rekreatif yaitu
karya sastra dapat memberikan rasa
senang, gembira, serta menghibur para
pembaca. (2) Fungsi estetis yaitu karya
sastra itu indah, secara otomatis karya
sastra akan memberi keindahan bagi
penikmatnya. (3) Fungsi didaktif yaitu
karya sastra yang baik biasanya mampu
mengarahkan dan mendidik para pembaca
karena
nilai-nilai
kebenaran
yang
terkandung di dalamnya. (4) Fungsi
moralitas artinya karya sastra yang baik
biasanya selalu mengandung nilai-nilai
moral yang tinggi. Dengan begitu pembaca
akan tahu bagaimana moral yang baik dan
buruk bagi dirinya. (5) Fungsi religiusitas
yaitu karya sastra mengandung ajaran-
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 974
ajaran agama yang harus dan wajib
diteladani oleh para penikmatnya.
Pada dasarnya karya sastra yang
dihasilkan sastrawan selalu menampilkan
tokoh yang memiliki karakter sehingga
karya sastra juga mengggambarkan
kejiwaan manusia. Analisis unsur intrinsik
sastra akan mengkaji tentang tema, alur,
tokoh, latar, point of view dan gaya bahasa
dalam sebuah sastra. Dalam hal ini,
pengarang berusaha mengungkapkan
pemikiran dan gejolak batin yang biasa
dialami manusia. Oleh karena itu, ada
hubungan antara sastra dengan psikologi
sastra yang meliputi hubungan psikologis
tokoh dalam karya sastra, psikologis
pembaca sebagai penikmat karya sastra,
dan psikologis penulis pada saat
melakukan proses kreatifitas yang
tergambar lewat karangannya (Hidayati,
2012:3).
Dalam penciptaan karya sastra
selalu
terdapat
tendensi
nilai-nilai
pendidikan yang sudah diselipkan saat
proses pembuatan sastra itu berlangsung
sebagai bentuk pendidikan melalui jalur
membaca sastra. Meskipun sastra pada era
sekarang lebih bebas dan tidak terikat
tetapi tendensi sastra tetap ada yang
mendasari terciptanya karya sastra. Nilainilai pendidikan dalam karya sastra
meliputi pendidikan agama, moral, dan
karakter. Tendensi yang disampaikan
pengarang dalam nilai-nilai sastra baik
tersirat maupun tersurat dapat memberikan
kemanfaatan bagi
penikmat sastra
(pembaca)
berupa
motivasi
dan
contoh-contoh
baik
yang
dapat
diimplementasikan
dalam
kehidupan
nyata.
Pendidikan sebagai keseluruhan
yang kompleks sangat berhubungan
dengan akal budi dalam kehidupan
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Proses pendidikan di masyarakat bersifat
membudaya.
Nilai-nilai
pendidikan
tersebut perlu di tanamkan, dilestarikan,
dan dilaksanakan oleh seluruh anggota
masyarakat. Keseluruhan proses tersebut
disebut budaya, dengan demikian manusia
hidup itu selalu beriringan dengan
kebudayaan. Nilai budaya dikelompokkan
menjadi lima macam, yaitu: (1) nilai
keagamaan, (2) nilai ilmu pengetahuan, (3)
nilai sosial, (4) nilai ekonomi, dan (5) nilai
politik.
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
merupakan sebuah novel yang sangat
mendidik, di dalamnya menceritakan
tentang kisah nyata perjuangan seorang
gadis remaja melawan penyakit kanker
ganas. Dia seorang gadis yang cantik dan
pintar dan pantang menyerah. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengangkat judul “ Analisis
Psikologi Sastra, Gaya Bahasa dan Nilai –
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar”.
Untuk mendapatkan gambaran jelas
tentang psikologi tokoh, gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.
Atas
dasar
itu
kajian
ini
mempertanyakan bagaimanakah gaya
bahasa dalam novel Surat Kecil Untuk
Tuhan
Karya
Agnes
Davonar?;
Bagaimanakah psikologi tokoh dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya
Agnes Davonar?; Bagaimana nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel
Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes
Davonar?
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian deskripsi kualitatif.
Dalam menganalisis Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar,
peneliti menggunakan metode diskripsif
kualitatif
yang
bertjuan
untuk
mendeskripsikan atau melukiskan tentang
novel tersebut melalui kata-kata atau
kalimat-kalimat, gambar, bukan angkaangka. Penelitian deskripsi umumnya
dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik obyek atau subyek yang
diteliti secara tepat. Menurut Kirk dan
Miller (dalam Prastowo, 2012:22),
penelitan deskripsi kualitatif adalah tradisi
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 975
tertentu dalam ilmu pengetahuan social
yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannya
,atupun
dalam
peristilahannya. Sedangkan menurut Bog
dan Taylor (dalam Prastowo, 2012:22),
metode
kualitatif
adalah
prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif kualitatif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Data dalam penelitian ini berupa
hasil catatan telaah dokumen novel Surat
Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.
Catatan lapangan (fieldnote) yang terdiri
dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan
bagian
refleksi.
Bagian
deskripsi
merupakan usaha untuk merumuskan
objek yang sedang diteliti, sedangkan
bagian refleksi merupakan renungan pada
saat penelaahan. Catatan lapangan yang
dibuat antara lain : struktur novel (gaya
bahasa), analisis psikologi tokoh dan
nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya
Agnes Davonar tersebut.
PEMBAHASAN DAN HASIL
PEMBAHASAN
Psikologi Sastra
Psikoanalisa
Sigmun
Freeud
memandang kepribadian yang meliputi
tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego dan
super ego. Ketiga sistem ini saling
berkaitan serta membentuk totalitas dan
tingkah laku manusia yang merupakan
produk interaksi ketiganya.Id (das es)
adalah sistem kepribadian yang paling
dasar. Id adalah aspek kepribadian yang
“gelap“ dalam bawah sadar manusia yang
berisi insting dan nafsu-nafsu tidak kenal
nilai dan agaknya berupa “energi buta”.
Dalam
perkembanganya
tumbuhlah
egosuper ego berkembang mengontrol
dorongan-dorongan „buta” id tersebut.Hal
ini berarti ego (das ich) merupakan system
kepribadian implementatif, yaitu berupa
kontak dengan dunia luar. Adapun super
ego(das ueber ich) adalah suatu
kepribadian yang berisi nilai-nilai atau
aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut
baik buruk).
Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak
Sadar
Lapisan jiwa tidak sadar yang
dalam bahasa Inggris disebut the id ;
dalam bahasa Jerman disebut das es. Das
esberfungsi sebagai sumber atau reservoir
segala tenaga atau energi jiwa dan
menyediakan seluruh energi atau daya
untuk menjalankan sistem ego dan sistem
super egodalam membangun tingkah laku
manusia.Dan das esberhubungan erat
dengan
proses-proses
jasmaniah
(metabolisme)
untuk
memperoleh
energinya.
Sistem Ego : Lapisan Kesadaran
Fungsi ego atas amanat das es,
sebagai transaktor, eksekutor, organisator
dan regulator dalam mengelola tugas-tugas
dari das es untuk berhubungan dengan
dunia nyata.
Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran
Moral
Super ego sebagai suatu sistem
yang ketiga dari sistem kepribadian secara
totalitas.Super ego adalah kepribadian
yang ketiga dan yang terakhir yang
dikonsepsikan oleh Freud.Super ego
adalah perwujudan internal dari nilai-nilai
dan cita-cita tradisional masyarakat
sebagaimana diterangkan oleh orang tua
kepada anak-anak.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau adalah cara
pengarang
atau
seseorang
dalam
mempergunakan bahasa sebagai alat
mengekspresikan perasaan dan buah
pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
dipergunakan untuk meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal yang lebih
umum. Pendek kata penggunaan gaya
bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa “gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 976
memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga
unsur berikut : kejujuran, sopan-santun,
dan menarik (Keraf, 1985:113).
Hakikat Nilai
Pengertian Nilai menurut Darsono
(1986:31) adalah sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Sedangkan
menurut Schwaitz (1994:21) bahwa nilai
adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan
cara bertingkah laku, atau tujuan akhir
tertentu, melampaui situasi spesifik,
mengarahkan seleksi atau evaluasi
terhadap tingkah laku, individu dan
kejadian – kejadian serta tersusun
berdasarkan
derajat
kepentingannya.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan
dengan penegasan Pancasila sebagai
ideology terbuka. Perumusan Pancasila
dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4
dinyatakan sebagai nilai dasar dan
penjabarannya sebagai nilai instrumental.
Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh
diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai
dasar yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional.
Artinya kita belum dapat menjabarkannya
secara langsung dalam kehidupan sehari –
hari.
Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan berkaitan dengan
sastra, Edy (1983:121) memaparkan
sebagai berikut :
“Sastra harus bersifat mendidik.
Tetapi dalam perannya sebagai alat
mendidik masyarakat tidaklah
harus menggurui atau menunjukkan
apa yang hendak dituju oleh
seorang atau masyarakat seperti
halnya yang terdapat dalam sastra
propaganda atau sastra slogan
Lekra. Ia dapat berupa sesuatu yang
menjadi alat untuk membangkitkan
rasa semangat,
memulihkan kepercayaan diri
sendiri
dan
melepaskan
ketegangan-ketegangan
batin.
Disini letak edukatif karya sastra.”
Nilai-nilai pendidikan sangat erat
kaitannya dengan karya sastra. Setiap
karya sastra yang baik (termasuk novel)
selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur
yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai
pendidikan yang diamaksud dapat
mencakup nilai pendidikan moral, agama,
sosial, maupun estestis ( keindahan ). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Waluyo
(1990 : 27) bahwa nilai sastra berarti
kebaikan yag ada dalam makna karya
sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat
berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai
final (yang dikejar seseorang), nilai
kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama.
Makna nilai dalam sastra menurut
Waluyo, (1992 : 28) adalah “kebaikan
yang ada dalam makna karya sastra bagi
kehidupan seseorang”. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya berbagai wawasan
yang dikandung dalam karya sastra
khususnya novel, menunjukkan bahwa
pada dasarnya suatu karya sastra akan
selalu mengandung
bermacam-macam
nilai kehidupan yang akan sangat
bermanfaat bagi pembaca.
Dari beberapa pendapat tentang
nilai pendidikan yang terdapat dalam karya
sastra diatas ditarik kesimpulan bahwa ada
beberapa nilai pendidikan yang bisa
diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini
novel). Nilai pendidikan itu diantaranya
adalah yang berhubungan dengan moral,
agama, budaya, sosial, dan sebagainya.
Novel
Sebutan novel dalam bahasa
inggris berasal dari bahasa Itali novella,
dalam bahasa Jerman novelle berarti
sebuah barang baru yang kecil, dan
kemudian diartikan sebagai cerita pendek
dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah
novella
dan
novelle
mengandung
pengertian yang sama dengan istilah
Indonesia novelet ( Inggris : novelette )
yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang
tidak terlalu panjang namun juga tidak
terlalu pendek. Menurut Kosasih (2012:60)
Novel adalah karya imajinatif yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 977
mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa orang
tokoh. Novel merupakan bentuk karya
sastra yang paling populer di dunia.
Bentuk sastra ini paling beredar, karena
daya komunikasinya yang luas pada
masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
sastra serius dan sastra hiburan bisa
disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah
novel serius bukan saja dituntut menjadi
karya yang indah, menarik dan juga
memberikan hiburan kepada pembacanya,
tetapi lebih dari itu. Syarat utama novel
adalah harus menarik, menghibur dan
mendatangkan rasa puas setelah orang
selesai membacanya.
PEMBAHASAN
Gaya bahasa yang terdapat dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan, dijelaskan
sebagai berikut:
Berdasarkan Struktur kalimat dapat
dijadikan
sebagai landasan
untuk
menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud
dengan struktur kalimat di sini adalah
kalimat bagaimana tempat sebuah unsur
kalimat yang dipentingkan dalam kalimat
tersebut, maka dapat diperoleh gaya
bahasa sebagai berikut.
Data 1
“ Suara kicau burung di pagi hari,
terdengar menembus langit-langit
kamarku.”
“Oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan
dalam keluarga kami.
“Air mata yang selama ini tidak pernah
aku tunjukkan kepada orang lain, kali ini
tumpah ruah.”
Gaya bahasa dari contoh tersebut
jenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan
yang
berlebih-lebihan
kemampuannya, ukurannya atau sifatnya
dengan maksud memberi penjelasan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan
kata-kata, frase, atau kalimat. Dengan
demikian kalimat tersebut disebut gaya
bahasa pertentangan sebagai wujud gaya
bahasa hiperbola.
Data 2
“Tapi bila aku terus tertidur, matahari
akan marah padaku.”
“,tapi tak kuasa menahan sinar matahari
yang terus berbayang-bayang di
wajahku.”
“ Indahnya pagi beserta cahaya matahari
pagi juga mulai menyentuh seluruh isi
ruangan kamarku yang cukup besar.”
Gaya bahasa dari contoh tersebut
jenis gaya bahasa personifikasi yang
tujuannya adalah melukiskan suatu benda
dengan memberikan sifat – sifat manusia
kepada benda – benda mati sehingga
seolah – olah mempunyai sifat seperti
manusia atau benda hidup.
Data 3
“dan al-hamdulillah hanya dalam
hitungan bulan aku dapat membaca alquran. itu karena peran serta banyak
orang, diantaranya guru agamaku.”
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
dapat disebut gaya basa kalimaks dan
kalimat yang bersifat periodik. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan-urutan pikiran yang
setiap
kali
semakin
meningkat
kepentingannya dan gagasan-gagasan
sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi.
Istilah ini dipakai sebagai istilah umum
yang sebenamya merujuk kepada tingkat
atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu
terbentuk dan beberapa gagasan yang
berturut-turut
semakin
tinggi
kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
Data 4
“wah, kak kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam, hehehehehe….”
“keke mimpi apa sih sampai telat gitu?
pegel tau nggak nunggu kamu lama
amat!” “aduh maag...aku kesiangan..
maag ya..”
Gaya
bahasa
tuturan
yang
mengandung
makna
kiasan
yang
menyatakan pertentangan, dengan maksud
mengolok-olok. Maksud ini dapat dicapai
dengan menggemukkan makna yang
berlawanan
dengan
makna
yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 978
sebenarnya, ketidaksesuaian antara aura
yang ditengahkan dan kenyataan yang
mendasarinya dan ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan. Dari tuturan
tersebut
mempunyai
makna
ketidaksesuaian antara aura dengan
kenyataan seperti “Keke mimpi apa sih
sampai telat gitu?” dan “ wah, kak kiki
jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria
baja hitam, hehehehehe….”. Kalimat
tersebut gaya bahasa ironi.
Data 5
“Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam...hehehe..”
Gaya bahasa kalimat tersebut
secara alamaih bermakana lawan yang
tepat atau pertentangan yang benar-benar.
Dapat juga diartikan sebagai jenis gaya
bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua natonim yaitu “
Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam...hehehe..”. katakata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan, ini bentuk gaya bahasa
antithesis.
Data 6
“Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada
trendsetter. Boleh berkacamata hitam di
kelas!” kata Angel pada sahabatnya, Lia.
Gaya bahasa pada kalimat tersebut
bermakna ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu, mengandung kritik
tentang kelamahan manusia seperti “
Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada
trendsetter. Hal ini mempunyai tujuan agar
adanya perbaikan secara etis maupun
estika. Selain itu dapat berupa jenis
argumen yang beraksi secara tidak
langsung, terkadang secara aneh bahkan
ada kalanya dengan cara yang cukup lucu
yang menimbulkan tertawa dan kalimat
tersebut diartikan sebagai gaya bahasa
satrie. Kalimat tersebut juga termasuk
gaya bahasa Ironi, yang maksudnya untuk
menyindir atau sindiran.
Data 7
“Keke tidak sakit parah, itu kan yang ayah
bilang. Kalau Keke Cuma sakit flu, Keke
masih bisa sekolah.. Keke mau sekolah!!”
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
pengungkapannya menyatakan sesuatu
yang positif dengan bentuk yang negatif
atau bentuk yang bertentangan. Gaya
bahasa pada tuturan tersebut kebalikan dari
hiperbola, jenis bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikurangi dari kenyataan
yang sebenarnya. Gaya bahasa tuturan
tersebut adalah litotes.
Data 8
Saya percaya Keke sanggup... saya tau
dia anak yang kuat! Dia pasti bisa!”
Gaya bahasa tuturan tersebut
semacam gaya bahasa retoris yang
diperoleh dengan pembalikan susunan kata
yang biasa dalam kalimat. Dengan kata
lain perubahan urutan subjek dengan
predikat. Dari perubahan urutan tersebut
tuturan dinamakan gaya bahasa anastrof.
Data 9
Keke tetap anak Tuhan yang cantik,
ayah?” tanyaku.
Gaya bahasa kalimat percakapan
tersebut berisi penjajaran kata-kata yang
berbunyi sama tetapi bermakna lain “
Keke tetap anak Tuhan yang cantik,
ayah?” tanyaku. Kata “anak Tuhan” katakata yang sama dengan “anak ayah” akan
tetapi artinya berbeda. Hal ini menjelaskan
bahwa Tuhan tidak mempunyai anak akan
tetapi kasih sayang yang Tuhan pada
hambanya. Gaya bahasa kalimat tersebut
adalah paronomasia.
Data 10
“Untuk sahabat kami, Keke. Kami selalu
ada di hatimu. Dan selalu bersamamu
untuk
selamanya.
Di
sini
kami
menunggumu untuk kembali”.
“ kalian adalah sahabat yang paling
berarti dalam hirupku”.
Gaya bahasa tuturan dalam
percakapan tersebut sejenis gaya bahasa
yang mirip dengan pleonasme hal ini
menggunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Walaupun
begitu terdapat perbedaan yang penting
antara pleonasme dengan periphrasis. Pada
gaya bahasa perphrasis, kata-kata yang
berlebihan itu pada prinsipnya dapat
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 979
diganti dengan sebuah kata saja. Gaya
bahasa tersebut adalah periphrasis.
Data 11
“Keke, kamu ngapain jalan kayak gitu?”
tanya ayah.
“gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni...
lucu kan? Hehehe...” ujarku berbohong.
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
merupakan suatu formula yang digunakan
sebagai sarana untuk menerangkan bahwa
seseorang tidak mengatakan apa yang
tersirat dalam kalimat itu sendiri seperti
“gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni...
lucu kan? Hehehe...”. gaya bahasa tesebut
tida menerangkan apa yang sebenarnya
terjadi akan tetapi menggambarkan
sesuatu, gaya bahasa ini adala paralipsis.
Data 12
“Ya Tuhan... kakak kan malaikat yang ada
di mimpi Keke dulu!” ujarku.
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
sejenis gaya bahasa yang merupakan
pengalihan amanat dari yang hadir kepada
yang tidak hadir seperti Ya Tuhan... kakak
kan malaikat yang ada di mimpi Keke
dulu!” dimana kata-kata “kakak kan
malaikat” ini pengalihan amanat bahwa
kakak
seolah-olah
malaikat
yang
mendapatkan tugas dari Tuhan, gaya
bahasa ini adalah apostrof.
Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak
Sadar
Das
esmerupakan
sistem
kepribadian yang bersifat asli, kodrati
yakni
sebagai
sistem
kepribadian
pembawaan.Artinya, sudah sejak bayi lahir
di dunia ini.
Misalnya :
“Suara kicau burung di pagi hari,
terdengar menembus langit-langit
kamarku.Aku masih terbaring,
malas untuk bangun. Tapi,
sepertinya bila aku terus tertidur,
matahari akan marah padaku. Aku
mencoba untuk tidur kembali, tapi
tak kuasa menahan sinar matahari
yang yang terus terbayang-bayang
di wajahku”
“Aku hanya tersenyum.Pak Iyus
membawakan tasku.Kami pun
berjalan, sepanjang perjalanan
semua
mata
memandangiku
dengan
aneh.Sobat,
tahukah
bagaimana perasaanku ketika
semua orang mulai melihatku
dengan aneh? Ya, semua mulai
berpikir dengan apa yang terjadi.
Keke yang biasanya tampil ceria
dan cantik, kini menjadi sosok aneh
dengan bola tenis di wajahnya.”
Sistem Ego : Lapisan Kesadaran
Ego merupakan subsistem kedua
kepribadian.Ego dibentuk oleh das es.Ego
itu terbentuk karena individu sebagai
organisme
mempunyai
kebutuhankebutuhan yang memerlukan transaksitransaksi (hubungan-hubungan kerja) yang
sesuai dengan dunia kenyataan yang
objektif.
Misalnya :
“Dengan
malu-malu,
aku
mendekati ayah yang sedang
membaca
koran
di
ruang
kerjanya.Ketika
berhadapan
dengan ayah yang melihatku
dengan aneh, aku maju dan
berbisik pelan ditelinganya.”
“Aku mulai merasa tambah sulit
bernafas
sehingga
harus
menggunakan mulutku sebagai
bantuan. Ayah langsung berkata,
bahwa mungkin aku terkena sinus.
Setelah tiba dirumah sakit, kami
langsung diterima oleh dr. Adi
kusuma yang juga merupakan
dokter pribadi keluarga kami. Aku
hanya terdiam.dr. Adi mulai
memeriksa mulut dan mataku
melalui senter kecil”.
Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran
Moral
Super ego adalah perwujudan
internal dari nilai-nilai dan cita-cita
tradisional
masyarakat
sebagaimana
diterangkan oleh orang tua kepada anakanak.Misalnya :
“Awalnya aku merasa risih juga
sekolah di tempat yang baru.Tapi
setelah berdiskusi dan setelah
berulangkali ayah membujuk kami
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 980
untuk sekolah, akhirnya kami pun
luluh.Dengan mengucapkan syukur
dengan Nawaitu lalu berdo’a
Bismillai tawakaltu ‘Alallah, kami
memutuskan
untuk
kembali
sekolah. Ternyata doa kami
terkabulkan. Pilihan ini tidak
salah..Aku sangat bahagia dapat
menjadi bagian di Yayasan Pondok
Pesantren Al Kamal sebagai siswi
disana”
“Dan Alhamdulillah hanya dalam
hitungan
bulan
aku
dapat
membaca Al-Qur’an. Itu karena
peran
serta
banyak orang,
diantaranya guru agamaku. Aku
bersyukur, sebagai seorang anak
aku dapat menjalankan semuanya
dengan
penuh
kebahagiaan.
Terkadang aku berbagi bersama
sahabat-sahabatku tentang apa
yang
aku
bisa
termasuk
mengajarkan cara membaca AlQur’an kepada teman-temanku
yang belum bisa.”
Nilai Pendidikan Regelius
Nilai religius merupakan sudut
pandang yang mengikat manusia dengan
Tuhan pencipta alam dan seisinya.
Berbicara tentang hubungan manusia dan
Tuhan tidak terlepas dari pembahasan
agama. Agama merupakan pegangan hidup
bagi manusia. Agama dapat pula bertindak
sebagai
pemacu
faktor
kreatif,
kedinamisan hidup, dan perangsang atau
pemberi makna kehidupan. Melalui
agama,
manusia
pun
dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat
agar hidup dalam pola kemasyarakatan
yang telah tetap sekaligus menuntun untuk
meraih masa depan yang lebih baik.
Seperti dalam kutipan di bawah ini.
Tuhan....
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di
dunia ini
Tuhan...
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal
yang sama terjadi padaku,
Kutipan
tersebut
mempunyai
kandungan nilai pendidikan religius karena
secara jelas disampaikan penulis melalui
gaya bahasa Pars pro toto yang digunakan
terlihat pada kata “Tuhan” yang berarti
tentang keyakinan Keke terhadap sang
khalik, dalam keadaan sakit tidak lupa
terhadap Tuhan dan menyerahkan diri
pada-Nya. Pars pro toto adalah gaya
bahasa yang melukiskan sebagian dari
keseluruhan, berarti kata tersebut dalam
kutipan yang hidup penuh dengan
perjuangan adalah Keke.
Selain hal terebut, juga terkandung
dalam novel ini adalah nilai agama Islam,
terlihat dari tempat sekolah Keke yakni
Pesantren Al-Hikmah, adanya kebiasaan
ayah Keke melakukan sholat tahajud,
adanya hari Ramadhan dan Idul Fitri serta
adanya hadist-hadist Islam dalam novel ini
yang sarat dengan pesan moral.
Sebuah
karya
sastra
yang
mengangkat sebuah kemanusiaan yang
berdasarkan kebenaran akan menggugah
hati nurani dan akan memberikan
kemungkinan pertimbangan baru pada diri
penikmatnya. Oleh karena itu, cukup
beralasan apabila sastra dapat berfungsi
sebagai peneguh batin pembaca dalam
menjalankan
keyakinan
agamanya,
termasuk yang ada pada novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar,
seperti kutipan di bawah ini.
Ketika aku mulai pasrah Tuhan
menjemputku, Aku hanya berdoa
berharap kepada Tuhan agar ia
memberikan aku waktu lebih lama
di dunia ini untuk mengucapkan
selama berpisah dengan sahabat,
kekasihku dan terutama untuk
membuat ayahku bahagia lebih
lama. Disaat itu aku tidak mampu
berdiri dan mengalami kritis.
Tuhan mendengar doaku, disaat
itulah aku mendapatkan sebuah
mujizat,
seorang
dokter
menyelamatkanku dari penyakit itu
disaat-saat terakhir hidupku. aku
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 981
sembuh dan kanker diwajahku
menghilang secara ajaib.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral sering disamakan
dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang
menjadi ukuran patut tidaknya manusia
bergaul dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral merupakan tingkah laku atau
perbuatan manusia yang dipandang dari
nilai individu itu berada. Sikap terhadap
sesama tidak hanya dilakukan dalam hal
beribadah saja, tetapi dalam segala hal,
sikap yang saling menghargai, saling
peduli terhadap sesama akan menghasilkan
kebaikan. Seperti halnya jika dalam
agama, jika seorang hamba tidak
meninggalkan shalat akan mendapat
pahala lebih banyak, demikian juga jika
berbuat kebaikan dengan sesama akan
mendapatkan kebahagian yang hakiki,
seperti pada kutipan berikut.
Kami saling bersalaman dan sejak
itulah permusuhan antara kami
selesai. Satu lah yang aku
dapatkan saat aku sakit dulu,
kebencian hanya menimbulkan
duka yang tak ternilai. Walaupun
kami bersaing tapi saat aku sakit,
aku sadar kami bersatu dan saling
mendukung.
Tuhan
telah
mengajarkan aku tentang arti
persahabatan dan kebersamaan.
Suatu yang tidak mungkin aku
dapatkan bila aku tidak sakit dulu.
Kutipan
tersebut
mempunyai
kandungan nilai pendidikan moral karena
secara
jelas
disampaikan
penulis
bagaimana persahabatan Keke, Tuhan
memberikan sakit padanya membuka
hatinya untuk menghilangkan rasa
permusuhan dengan temannya yang
bersaing dalam memperebutkan juara
kelas.
Selain hal tersebut, nilai moral
yang terkandung dalam novel ini sangat
banyak, yakni dapat terlihat dari sikap
sopan ramah, keikhlasan dan kasih sayang.
Kesopanan dan kasih sayang Keke (pelaku
utama) kepada ayahnya. Seperti contoh di
bawah ini.
“oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan
dalam keluarga kami. Dia ini adalah raja
di istana kami. Ayahku, sekaligus pacar
abadiku.”
“Ayahku juga selalu mengingatkan
kepadaku untuk tidak berlaku sombong”
“Ayah sangat bijaksana. Aku bangga
padanya, karena selain berperan sebagai
ayah, ia juga berperan sebagai ibu yang
baik untukku”
Sikap
ramah,
kelembutan,
bersahaja dan penuh kasih sayang yang
ditunjukkan oleh Keke kepada sahabat,
teman-teman dan kepada semua orang
yang pernah hadir dalam kehidupannya.
Hal itu terlihat dari contoh ini. “Walaupun
terkadang kami sering berselisih paham
tapi tidak ada dendam diantara kami”
Serta
keikhlasannya
dalam
menerima cobaan yang berat dari Tuhan.
Juga tercermin dari perjuangan Keke untuk
tetap hidup dan memberikan senyuman
kepada semua orang. Novel ini
mengajarkan
banyak
hal
tentang
kehidupan seperti kesabaran, kepasrahan,
ketabahan,
ketegaran,
kelembutan,
semangat, kerukunan, saling kasih dan
sayang. Seperti dalam kutipan di bawah
ini.
” Ayah menangis disampingku.
Aku tau bagaimana hancur dan
kecewanya
ayah.
Senyumku
menjadi senyum yang kuharapan
tidak membuat semua menjadi
lebih buruk. Aku sadar, mengapa
Tuhan memberikan ujian ini
padaku. Ujian ini adalah sebuah
pesan kepada dunia bahwa kelak
ada orang-orang hebat yang bisa
lepas dari hal yang sama seperti
yang terjadi dalam hidupku. Aku
tidak boleh merasa sedih dan
takut, karena bila itu terjadi
bagaimanakah dengan ayah,
teman-temanku, Andi? Semua
perjuangan dan doa mereka yang
mencintaiku.”
Terlihat jelas bahwa Keke adalah
anak yang sangat tegar, semangat, dan
anak yang kuat dalam menjalani cobaan
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 982
yang diberikan kepadanya. Dia berusaha
untuk
selalu
tersenyum
dalam
ketakutannya, tersenyum agar orang-orang
di sekitarnya tidak bersedih.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial merupakan hikmah
yang dapat diambil dari perilaku sosial dan
tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan
emosi yang relatif lestari terhadap suatu
objek, gagasan, atau orang juga termasuk
di dalamnya. Karya sastra berkaitan erat
dengan nilai sosial, karena karya sastra
dapat pula bersumber dari kenyataankenyataan yang terjadi di dalam
masyarakat. Nilai sosial mencakup
kebutuhan hidup bersama, seperti kasih
sayang, kepercayaan, pengakuan, dan
penghargaan. Nilai sosial yang dimaksud
adalah kepedulian terhadap sesama.
Kepedulian
tersebut
dapat
berupa
perhatian maupun berupa nasehat. Seperti
pada kutipan berikut.
”Untuk sahabat kami, Keke. Kami
selalu ada di hatimu. Dan selalu
bersamamu selamanya. Di sini
kami menunggumu untuk kembali”.
”Kalian adalah sahabat yang
paling berarti dalam hidupku”.
“
Ayahku
juga
selalu
mengingatkan kepadaku untuk
tidak berlaku sombong”.
Kutipan di atas dapat dilihat secara
jelas mengandung nilai pendidikan sosial,
sifat membalas budi atas kebaikan orang
lain pada nilai sosial sangatlah penting.
Sifat tersebut juga bertujuan untuk
membangun sikap saling peduli dan saling
peka antar sesama. Nilai sosial berkenaan
dengan kemanusiaan dan mengembangkan
kehidupan bersama, seperti kasih sayang,
penghargaan, kerja sama, perlindungan,
dan sifat-sifat yang ditujukan untuk
kepentingan kemanusiaan lainnya yang
merupakan kebiasaan yang diwariskan
secara turun temurun. Saling membantu
dan memberi dukungan kepada kawan dan
siapapun yang ada di sekitar kita.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang
terkandung didalam novel ”Surat Kecil
Untuk Tuhan” dapat simpulkan. Sikap
sabar, tabah, dan selalu berdoa dalam
menghadapi segala cobaan dan penyakit
yang diberikan oleh Tuhan kepada keke.
Tidak mudah putus asa dalam menghadapi
masalah. Kehidupan yang gigih dan selalu
bersifat
optimis.
Menerima
suatu
kenyataan yang terjadi pada diri tokoh.
Selalu menjaga persahabatkan walau
berjuang demi mendapatkan kesembuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh kesimpulan bahwa Novel Surat
Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar
menggunakan gaya bahasa gaya hiperbola,
personifikasi, klimaks, ironi, antithesis,
satire, litotes, anastrof, paronomasia,
periphrasis, paralipsis, apostrof. Selain itu,
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya
Agnes Davonar mengandung nilai-nilai
pendidikan, diantaranya nilai religius, nilai
moral dan nilai sosial.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
penulis dapat memberikan beberapa saran
yang mungkin dapat berguna bagi pihakpihak yang terkait. Adapun saran-saran
tersebut antara lain: 1) bagi peneliti,
diharapkan
untuk
tidak
hanya
memperhatikan gaya bahasa dan nilai-nilai
pendidikan saja. Sehingga dihasilkan
analisis yang lebih sempurna; 2) bagi
pembaca, diharapkan untuk lebih cermat
lagi dalam menganalisis gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan
pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; 3) bagi mahasiswa, diharapkan
dapat lebih memahami gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar; 4)
bagi guru, hendaknya lebih meningkatkan
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia,
khususnya tentang gaya bahasa dan nilainilai pendidikan. Dengan memberikan
tugas rumah yaitu mencari gaya bahasa
dan nilai-nilai pendidikan dalam karya
sastra.
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 983
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zaenal. ( 2010). Metodologi
Penelitian pendidikan. Surabaya:
lentera cendekia.
Davonar, Agnes. (2011). Surat Kecil
Untuk Tuhan. Jakarta : Inandra
Published.
Hidayati, Nur Alfin. (2012). Analisis
Psikologi
dan
Nilai-Nilai
Pendidikan Dalam Novel Hafalan
Shalat Delisa Karya Tere Liye.
Surakarta: UNS Press.
Keraf, Gorys. (1994). Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Kosasih,
E,
(2012).
Dasar-dasar
ketrampilan bersastra. Bandung :
CV YRAMA WIDYA.
Meleong, Lexy j. (2009). Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Moeliono, Anton M. (1984). Diksi atau
Pilihan Kata (suatu spesifikasi
dalam kosakata). Jakarta: PPGB.
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori
kajian fiksi. Yogyakarta : UGM
Press.
Prastowo, andi. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Purwanto, Ngalim. M. (1986). Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Bandung:
Remaja
Karya.
Sugiono. (2008). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tarigan,
Henry
Guntur.
Pengajaran
Gaya
Bandung: Angkasa.
(1985).
Bahasa.
Waluyo, Herman J.. (2002). Apresiasi dan
Pengkajian Cerita Fiksi. Salatiga:
Widya Sari Press.
Waluyo, H.J. dan Ekowardani, N. (2009).
Pengkajian dan Apresiasi Prosa
Fiksi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Warsiman, (2007). Kaidah Bahasa
Indonesia Yang Benar. Bandung:
Dewa Rucci.
(http://sheltercloud.blogspot.com/2010/01/
sastra-lisan-dan-sastra-tulisan.html
diakses pada tanggal 28 Maret
2013, pada pukul 13:17 WIB).
ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR
Agus Darmuki
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Bojonegoro
[email protected]
Abstract:
This research aims at revealing a clear depiction of figurative language, literature
psychology and educational values of Novel Small Letters to God, Davonar Agnes’ work. It is
kind of descriptive qualitative research method. And the source of data is by using Novel
Small Letters to God, of Davonar Agnes’ work. The data which is used is the result of the
researched annotation in the form of sentences containing figurative language and
educational values of Novel Small Letters to God. Furthermore, the data collection was
carried out by using literature technique or document. The analysis activity is begun from
data reduction that allows the researcher to discharge and enter the useful data as well as
triangulation which allows researcher to acquire the validity of the data. Thus, the reduced
data as well as triangulation will provide a clear depiction and facilitate researchers for
collecting the further data. Based on the research findings, it can be concluded that Novel
Small Letters To God has psychology, figurative language and educational values. Novel
Small Letters To God, of Agnes Davonar’s work is found to have id, ego and super-ego. This
novel uses figurative language as follows: hyperbole, personification, climax, irony,
antithesis, satire, litotes, anastrophe, paronomasia, periphrasis, paralipsis, apostrophe, and
contains the educational values, including religious, moral, and social value.
Key word : Novel, Figurative Language, Psychology, and Educational Values
Karya sastra adalah suatu hasil cipta
manusia yang berdasarkan kenyataandan
diberi imajinasi pribadi lewat media lisan
maupun tulisan. Membahas masalah karya
sastra ada beberapa persoalan yang
muncul, antara lain : kurangnya
kemampuan pembaca dalam memahami
karya sastra yang bersifat kompleks, unik
dan
tidak
langsungdalam
pengungkapannya. Hal inilah antara lain
yang menyebabkan sulitnya pembaca
dalam menafsirkan karya sastra. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro
(1995:31-32) yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab sulitnya pembaca
dalam menafsirkan karya sastra, yaitu
dikarenakan novel merupakan sebuah
struktur yang kompleks, unik serta
mengungkapkan sesuatu secara tidak
langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suatu usaha kritik terhadap karya sastra
untuk menjelaskannya dengan disertai
bukti-bukti hasil karya analisis.
Menurut Kosasih (2012:1) karya sastra
memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
hiburan sedangkan disisi lain berusaha
memberikan nilai-nilai yang bermanfaat
bagi kehidupan. Fungsi karya sastra bagi
hidup dan kehidupan ke dalam lima
kelompok, yaitu : (1) Fungsi rekreatif yaitu
karya sastra dapat memberikan rasa
senang, gembira, serta menghibur para
pembaca. (2) Fungsi estetis yaitu karya
sastra itu indah, secara otomatis karya
sastra akan memberi keindahan bagi
penikmatnya. (3) Fungsi didaktif yaitu
karya sastra yang baik biasanya mampu
mengarahkan dan mendidik para pembaca
karena
nilai-nilai
kebenaran
yang
terkandung di dalamnya. (4) Fungsi
moralitas artinya karya sastra yang baik
biasanya selalu mengandung nilai-nilai
moral yang tinggi. Dengan begitu pembaca
akan tahu bagaimana moral yang baik dan
buruk bagi dirinya. (5) Fungsi religiusitas
yaitu karya sastra mengandung ajaran-
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 974
ajaran agama yang harus dan wajib
diteladani oleh para penikmatnya.
Pada dasarnya karya sastra yang
dihasilkan sastrawan selalu menampilkan
tokoh yang memiliki karakter sehingga
karya sastra juga mengggambarkan
kejiwaan manusia. Analisis unsur intrinsik
sastra akan mengkaji tentang tema, alur,
tokoh, latar, point of view dan gaya bahasa
dalam sebuah sastra. Dalam hal ini,
pengarang berusaha mengungkapkan
pemikiran dan gejolak batin yang biasa
dialami manusia. Oleh karena itu, ada
hubungan antara sastra dengan psikologi
sastra yang meliputi hubungan psikologis
tokoh dalam karya sastra, psikologis
pembaca sebagai penikmat karya sastra,
dan psikologis penulis pada saat
melakukan proses kreatifitas yang
tergambar lewat karangannya (Hidayati,
2012:3).
Dalam penciptaan karya sastra
selalu
terdapat
tendensi
nilai-nilai
pendidikan yang sudah diselipkan saat
proses pembuatan sastra itu berlangsung
sebagai bentuk pendidikan melalui jalur
membaca sastra. Meskipun sastra pada era
sekarang lebih bebas dan tidak terikat
tetapi tendensi sastra tetap ada yang
mendasari terciptanya karya sastra. Nilainilai pendidikan dalam karya sastra
meliputi pendidikan agama, moral, dan
karakter. Tendensi yang disampaikan
pengarang dalam nilai-nilai sastra baik
tersirat maupun tersurat dapat memberikan
kemanfaatan bagi
penikmat sastra
(pembaca)
berupa
motivasi
dan
contoh-contoh
baik
yang
dapat
diimplementasikan
dalam
kehidupan
nyata.
Pendidikan sebagai keseluruhan
yang kompleks sangat berhubungan
dengan akal budi dalam kehidupan
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Proses pendidikan di masyarakat bersifat
membudaya.
Nilai-nilai
pendidikan
tersebut perlu di tanamkan, dilestarikan,
dan dilaksanakan oleh seluruh anggota
masyarakat. Keseluruhan proses tersebut
disebut budaya, dengan demikian manusia
hidup itu selalu beriringan dengan
kebudayaan. Nilai budaya dikelompokkan
menjadi lima macam, yaitu: (1) nilai
keagamaan, (2) nilai ilmu pengetahuan, (3)
nilai sosial, (4) nilai ekonomi, dan (5) nilai
politik.
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
merupakan sebuah novel yang sangat
mendidik, di dalamnya menceritakan
tentang kisah nyata perjuangan seorang
gadis remaja melawan penyakit kanker
ganas. Dia seorang gadis yang cantik dan
pintar dan pantang menyerah. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengangkat judul “ Analisis
Psikologi Sastra, Gaya Bahasa dan Nilai –
Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar”.
Untuk mendapatkan gambaran jelas
tentang psikologi tokoh, gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.
Atas
dasar
itu
kajian
ini
mempertanyakan bagaimanakah gaya
bahasa dalam novel Surat Kecil Untuk
Tuhan
Karya
Agnes
Davonar?;
Bagaimanakah psikologi tokoh dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya
Agnes Davonar?; Bagaimana nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel
Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes
Davonar?
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan penelitian deskripsi kualitatif.
Dalam menganalisis Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar,
peneliti menggunakan metode diskripsif
kualitatif
yang
bertjuan
untuk
mendeskripsikan atau melukiskan tentang
novel tersebut melalui kata-kata atau
kalimat-kalimat, gambar, bukan angkaangka. Penelitian deskripsi umumnya
dilakukan dengan tujuan utama, yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik obyek atau subyek yang
diteliti secara tepat. Menurut Kirk dan
Miller (dalam Prastowo, 2012:22),
penelitan deskripsi kualitatif adalah tradisi
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 975
tertentu dalam ilmu pengetahuan social
yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia, baik dalam
kawasannya
,atupun
dalam
peristilahannya. Sedangkan menurut Bog
dan Taylor (dalam Prastowo, 2012:22),
metode
kualitatif
adalah
prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif kualitatif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
Data dalam penelitian ini berupa
hasil catatan telaah dokumen novel Surat
Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.
Catatan lapangan (fieldnote) yang terdiri
dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan
bagian
refleksi.
Bagian
deskripsi
merupakan usaha untuk merumuskan
objek yang sedang diteliti, sedangkan
bagian refleksi merupakan renungan pada
saat penelaahan. Catatan lapangan yang
dibuat antara lain : struktur novel (gaya
bahasa), analisis psikologi tokoh dan
nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya
Agnes Davonar tersebut.
PEMBAHASAN DAN HASIL
PEMBAHASAN
Psikologi Sastra
Psikoanalisa
Sigmun
Freeud
memandang kepribadian yang meliputi
tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego dan
super ego. Ketiga sistem ini saling
berkaitan serta membentuk totalitas dan
tingkah laku manusia yang merupakan
produk interaksi ketiganya.Id (das es)
adalah sistem kepribadian yang paling
dasar. Id adalah aspek kepribadian yang
“gelap“ dalam bawah sadar manusia yang
berisi insting dan nafsu-nafsu tidak kenal
nilai dan agaknya berupa “energi buta”.
Dalam
perkembanganya
tumbuhlah
egosuper ego berkembang mengontrol
dorongan-dorongan „buta” id tersebut.Hal
ini berarti ego (das ich) merupakan system
kepribadian implementatif, yaitu berupa
kontak dengan dunia luar. Adapun super
ego(das ueber ich) adalah suatu
kepribadian yang berisi nilai-nilai atau
aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut
baik buruk).
Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak
Sadar
Lapisan jiwa tidak sadar yang
dalam bahasa Inggris disebut the id ;
dalam bahasa Jerman disebut das es. Das
esberfungsi sebagai sumber atau reservoir
segala tenaga atau energi jiwa dan
menyediakan seluruh energi atau daya
untuk menjalankan sistem ego dan sistem
super egodalam membangun tingkah laku
manusia.Dan das esberhubungan erat
dengan
proses-proses
jasmaniah
(metabolisme)
untuk
memperoleh
energinya.
Sistem Ego : Lapisan Kesadaran
Fungsi ego atas amanat das es,
sebagai transaktor, eksekutor, organisator
dan regulator dalam mengelola tugas-tugas
dari das es untuk berhubungan dengan
dunia nyata.
Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran
Moral
Super ego sebagai suatu sistem
yang ketiga dari sistem kepribadian secara
totalitas.Super ego adalah kepribadian
yang ketiga dan yang terakhir yang
dikonsepsikan oleh Freud.Super ego
adalah perwujudan internal dari nilai-nilai
dan cita-cita tradisional masyarakat
sebagaimana diterangkan oleh orang tua
kepada anak-anak.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau adalah cara
pengarang
atau
seseorang
dalam
mempergunakan bahasa sebagai alat
mengekspresikan perasaan dan buah
pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
dipergunakan untuk meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal yang lebih
umum. Pendek kata penggunaan gaya
bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa “gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 976
memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga
unsur berikut : kejujuran, sopan-santun,
dan menarik (Keraf, 1985:113).
Hakikat Nilai
Pengertian Nilai menurut Darsono
(1986:31) adalah sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia. Sedangkan
menurut Schwaitz (1994:21) bahwa nilai
adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan
cara bertingkah laku, atau tujuan akhir
tertentu, melampaui situasi spesifik,
mengarahkan seleksi atau evaluasi
terhadap tingkah laku, individu dan
kejadian – kejadian serta tersusun
berdasarkan
derajat
kepentingannya.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan
dengan penegasan Pancasila sebagai
ideology terbuka. Perumusan Pancasila
dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4
dinyatakan sebagai nilai dasar dan
penjabarannya sebagai nilai instrumental.
Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh
diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai
dasar yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional.
Artinya kita belum dapat menjabarkannya
secara langsung dalam kehidupan sehari –
hari.
Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan berkaitan dengan
sastra, Edy (1983:121) memaparkan
sebagai berikut :
“Sastra harus bersifat mendidik.
Tetapi dalam perannya sebagai alat
mendidik masyarakat tidaklah
harus menggurui atau menunjukkan
apa yang hendak dituju oleh
seorang atau masyarakat seperti
halnya yang terdapat dalam sastra
propaganda atau sastra slogan
Lekra. Ia dapat berupa sesuatu yang
menjadi alat untuk membangkitkan
rasa semangat,
memulihkan kepercayaan diri
sendiri
dan
melepaskan
ketegangan-ketegangan
batin.
Disini letak edukatif karya sastra.”
Nilai-nilai pendidikan sangat erat
kaitannya dengan karya sastra. Setiap
karya sastra yang baik (termasuk novel)
selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur
yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai
pendidikan yang diamaksud dapat
mencakup nilai pendidikan moral, agama,
sosial, maupun estestis ( keindahan ). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Waluyo
(1990 : 27) bahwa nilai sastra berarti
kebaikan yag ada dalam makna karya
sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat
berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai
final (yang dikejar seseorang), nilai
kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama.
Makna nilai dalam sastra menurut
Waluyo, (1992 : 28) adalah “kebaikan
yang ada dalam makna karya sastra bagi
kehidupan seseorang”. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya berbagai wawasan
yang dikandung dalam karya sastra
khususnya novel, menunjukkan bahwa
pada dasarnya suatu karya sastra akan
selalu mengandung
bermacam-macam
nilai kehidupan yang akan sangat
bermanfaat bagi pembaca.
Dari beberapa pendapat tentang
nilai pendidikan yang terdapat dalam karya
sastra diatas ditarik kesimpulan bahwa ada
beberapa nilai pendidikan yang bisa
diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini
novel). Nilai pendidikan itu diantaranya
adalah yang berhubungan dengan moral,
agama, budaya, sosial, dan sebagainya.
Novel
Sebutan novel dalam bahasa
inggris berasal dari bahasa Itali novella,
dalam bahasa Jerman novelle berarti
sebuah barang baru yang kecil, dan
kemudian diartikan sebagai cerita pendek
dalam bentuk prosa. Dewasa ini istilah
novella
dan
novelle
mengandung
pengertian yang sama dengan istilah
Indonesia novelet ( Inggris : novelette )
yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang
tidak terlalu panjang namun juga tidak
terlalu pendek. Menurut Kosasih (2012:60)
Novel adalah karya imajinatif yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 977
mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa orang
tokoh. Novel merupakan bentuk karya
sastra yang paling populer di dunia.
Bentuk sastra ini paling beredar, karena
daya komunikasinya yang luas pada
masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
sastra serius dan sastra hiburan bisa
disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah
novel serius bukan saja dituntut menjadi
karya yang indah, menarik dan juga
memberikan hiburan kepada pembacanya,
tetapi lebih dari itu. Syarat utama novel
adalah harus menarik, menghibur dan
mendatangkan rasa puas setelah orang
selesai membacanya.
PEMBAHASAN
Gaya bahasa yang terdapat dalam
novel Surat Kecil Untuk Tuhan, dijelaskan
sebagai berikut:
Berdasarkan Struktur kalimat dapat
dijadikan
sebagai landasan
untuk
menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud
dengan struktur kalimat di sini adalah
kalimat bagaimana tempat sebuah unsur
kalimat yang dipentingkan dalam kalimat
tersebut, maka dapat diperoleh gaya
bahasa sebagai berikut.
Data 1
“ Suara kicau burung di pagi hari,
terdengar menembus langit-langit
kamarku.”
“Oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan
dalam keluarga kami.
“Air mata yang selama ini tidak pernah
aku tunjukkan kepada orang lain, kali ini
tumpah ruah.”
Gaya bahasa dari contoh tersebut
jenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan
yang
berlebih-lebihan
kemampuannya, ukurannya atau sifatnya
dengan maksud memberi penjelasan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan
kata-kata, frase, atau kalimat. Dengan
demikian kalimat tersebut disebut gaya
bahasa pertentangan sebagai wujud gaya
bahasa hiperbola.
Data 2
“Tapi bila aku terus tertidur, matahari
akan marah padaku.”
“,tapi tak kuasa menahan sinar matahari
yang terus berbayang-bayang di
wajahku.”
“ Indahnya pagi beserta cahaya matahari
pagi juga mulai menyentuh seluruh isi
ruangan kamarku yang cukup besar.”
Gaya bahasa dari contoh tersebut
jenis gaya bahasa personifikasi yang
tujuannya adalah melukiskan suatu benda
dengan memberikan sifat – sifat manusia
kepada benda – benda mati sehingga
seolah – olah mempunyai sifat seperti
manusia atau benda hidup.
Data 3
“dan al-hamdulillah hanya dalam
hitungan bulan aku dapat membaca alquran. itu karena peran serta banyak
orang, diantaranya guru agamaku.”
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
dapat disebut gaya basa kalimaks dan
kalimat yang bersifat periodik. Klimaks
adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan-urutan pikiran yang
setiap
kali
semakin
meningkat
kepentingannya dan gagasan-gagasan
sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi.
Istilah ini dipakai sebagai istilah umum
yang sebenamya merujuk kepada tingkat
atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu
terbentuk dan beberapa gagasan yang
berturut-turut
semakin
tinggi
kepentingannya, maka ia disebut anabasis.
Data 4
“wah, kak kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam, hehehehehe….”
“keke mimpi apa sih sampai telat gitu?
pegel tau nggak nunggu kamu lama
amat!” “aduh maag...aku kesiangan..
maag ya..”
Gaya
bahasa
tuturan
yang
mengandung
makna
kiasan
yang
menyatakan pertentangan, dengan maksud
mengolok-olok. Maksud ini dapat dicapai
dengan menggemukkan makna yang
berlawanan
dengan
makna
yang
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 978
sebenarnya, ketidaksesuaian antara aura
yang ditengahkan dan kenyataan yang
mendasarinya dan ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan. Dari tuturan
tersebut
mempunyai
makna
ketidaksesuaian antara aura dengan
kenyataan seperti “Keke mimpi apa sih
sampai telat gitu?” dan “ wah, kak kiki
jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria
baja hitam, hehehehehe….”. Kalimat
tersebut gaya bahasa ironi.
Data 5
“Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam...hehehe..”
Gaya bahasa kalimat tersebut
secara alamaih bermakana lawan yang
tepat atau pertentangan yang benar-benar.
Dapat juga diartikan sebagai jenis gaya
bahasa yang mengadakan komparasi atau
perbandingan antara dua natonim yaitu “
Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi
kayak Satria baja hitam...hehehe..”. katakata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang bertentangan, ini bentuk gaya bahasa
antithesis.
Data 6
“Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada
trendsetter. Boleh berkacamata hitam di
kelas!” kata Angel pada sahabatnya, Lia.
Gaya bahasa pada kalimat tersebut
bermakna ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu, mengandung kritik
tentang kelamahan manusia seperti “
Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada
trendsetter. Hal ini mempunyai tujuan agar
adanya perbaikan secara etis maupun
estika. Selain itu dapat berupa jenis
argumen yang beraksi secara tidak
langsung, terkadang secara aneh bahkan
ada kalanya dengan cara yang cukup lucu
yang menimbulkan tertawa dan kalimat
tersebut diartikan sebagai gaya bahasa
satrie. Kalimat tersebut juga termasuk
gaya bahasa Ironi, yang maksudnya untuk
menyindir atau sindiran.
Data 7
“Keke tidak sakit parah, itu kan yang ayah
bilang. Kalau Keke Cuma sakit flu, Keke
masih bisa sekolah.. Keke mau sekolah!!”
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
pengungkapannya menyatakan sesuatu
yang positif dengan bentuk yang negatif
atau bentuk yang bertentangan. Gaya
bahasa pada tuturan tersebut kebalikan dari
hiperbola, jenis bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikurangi dari kenyataan
yang sebenarnya. Gaya bahasa tuturan
tersebut adalah litotes.
Data 8
Saya percaya Keke sanggup... saya tau
dia anak yang kuat! Dia pasti bisa!”
Gaya bahasa tuturan tersebut
semacam gaya bahasa retoris yang
diperoleh dengan pembalikan susunan kata
yang biasa dalam kalimat. Dengan kata
lain perubahan urutan subjek dengan
predikat. Dari perubahan urutan tersebut
tuturan dinamakan gaya bahasa anastrof.
Data 9
Keke tetap anak Tuhan yang cantik,
ayah?” tanyaku.
Gaya bahasa kalimat percakapan
tersebut berisi penjajaran kata-kata yang
berbunyi sama tetapi bermakna lain “
Keke tetap anak Tuhan yang cantik,
ayah?” tanyaku. Kata “anak Tuhan” katakata yang sama dengan “anak ayah” akan
tetapi artinya berbeda. Hal ini menjelaskan
bahwa Tuhan tidak mempunyai anak akan
tetapi kasih sayang yang Tuhan pada
hambanya. Gaya bahasa kalimat tersebut
adalah paronomasia.
Data 10
“Untuk sahabat kami, Keke. Kami selalu
ada di hatimu. Dan selalu bersamamu
untuk
selamanya.
Di
sini
kami
menunggumu untuk kembali”.
“ kalian adalah sahabat yang paling
berarti dalam hirupku”.
Gaya bahasa tuturan dalam
percakapan tersebut sejenis gaya bahasa
yang mirip dengan pleonasme hal ini
menggunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Walaupun
begitu terdapat perbedaan yang penting
antara pleonasme dengan periphrasis. Pada
gaya bahasa perphrasis, kata-kata yang
berlebihan itu pada prinsipnya dapat
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 979
diganti dengan sebuah kata saja. Gaya
bahasa tersebut adalah periphrasis.
Data 11
“Keke, kamu ngapain jalan kayak gitu?”
tanya ayah.
“gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni...
lucu kan? Hehehe...” ujarku berbohong.
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
merupakan suatu formula yang digunakan
sebagai sarana untuk menerangkan bahwa
seseorang tidak mengatakan apa yang
tersirat dalam kalimat itu sendiri seperti
“gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni...
lucu kan? Hehehe...”. gaya bahasa tesebut
tida menerangkan apa yang sebenarnya
terjadi akan tetapi menggambarkan
sesuatu, gaya bahasa ini adala paralipsis.
Data 12
“Ya Tuhan... kakak kan malaikat yang ada
di mimpi Keke dulu!” ujarku.
Gaya bahasa pada tuturan tersebut
sejenis gaya bahasa yang merupakan
pengalihan amanat dari yang hadir kepada
yang tidak hadir seperti Ya Tuhan... kakak
kan malaikat yang ada di mimpi Keke
dulu!” dimana kata-kata “kakak kan
malaikat” ini pengalihan amanat bahwa
kakak
seolah-olah
malaikat
yang
mendapatkan tugas dari Tuhan, gaya
bahasa ini adalah apostrof.
Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak
Sadar
Das
esmerupakan
sistem
kepribadian yang bersifat asli, kodrati
yakni
sebagai
sistem
kepribadian
pembawaan.Artinya, sudah sejak bayi lahir
di dunia ini.
Misalnya :
“Suara kicau burung di pagi hari,
terdengar menembus langit-langit
kamarku.Aku masih terbaring,
malas untuk bangun. Tapi,
sepertinya bila aku terus tertidur,
matahari akan marah padaku. Aku
mencoba untuk tidur kembali, tapi
tak kuasa menahan sinar matahari
yang yang terus terbayang-bayang
di wajahku”
“Aku hanya tersenyum.Pak Iyus
membawakan tasku.Kami pun
berjalan, sepanjang perjalanan
semua
mata
memandangiku
dengan
aneh.Sobat,
tahukah
bagaimana perasaanku ketika
semua orang mulai melihatku
dengan aneh? Ya, semua mulai
berpikir dengan apa yang terjadi.
Keke yang biasanya tampil ceria
dan cantik, kini menjadi sosok aneh
dengan bola tenis di wajahnya.”
Sistem Ego : Lapisan Kesadaran
Ego merupakan subsistem kedua
kepribadian.Ego dibentuk oleh das es.Ego
itu terbentuk karena individu sebagai
organisme
mempunyai
kebutuhankebutuhan yang memerlukan transaksitransaksi (hubungan-hubungan kerja) yang
sesuai dengan dunia kenyataan yang
objektif.
Misalnya :
“Dengan
malu-malu,
aku
mendekati ayah yang sedang
membaca
koran
di
ruang
kerjanya.Ketika
berhadapan
dengan ayah yang melihatku
dengan aneh, aku maju dan
berbisik pelan ditelinganya.”
“Aku mulai merasa tambah sulit
bernafas
sehingga
harus
menggunakan mulutku sebagai
bantuan. Ayah langsung berkata,
bahwa mungkin aku terkena sinus.
Setelah tiba dirumah sakit, kami
langsung diterima oleh dr. Adi
kusuma yang juga merupakan
dokter pribadi keluarga kami. Aku
hanya terdiam.dr. Adi mulai
memeriksa mulut dan mataku
melalui senter kecil”.
Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran
Moral
Super ego adalah perwujudan
internal dari nilai-nilai dan cita-cita
tradisional
masyarakat
sebagaimana
diterangkan oleh orang tua kepada anakanak.Misalnya :
“Awalnya aku merasa risih juga
sekolah di tempat yang baru.Tapi
setelah berdiskusi dan setelah
berulangkali ayah membujuk kami
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 980
untuk sekolah, akhirnya kami pun
luluh.Dengan mengucapkan syukur
dengan Nawaitu lalu berdo’a
Bismillai tawakaltu ‘Alallah, kami
memutuskan
untuk
kembali
sekolah. Ternyata doa kami
terkabulkan. Pilihan ini tidak
salah..Aku sangat bahagia dapat
menjadi bagian di Yayasan Pondok
Pesantren Al Kamal sebagai siswi
disana”
“Dan Alhamdulillah hanya dalam
hitungan
bulan
aku
dapat
membaca Al-Qur’an. Itu karena
peran
serta
banyak orang,
diantaranya guru agamaku. Aku
bersyukur, sebagai seorang anak
aku dapat menjalankan semuanya
dengan
penuh
kebahagiaan.
Terkadang aku berbagi bersama
sahabat-sahabatku tentang apa
yang
aku
bisa
termasuk
mengajarkan cara membaca AlQur’an kepada teman-temanku
yang belum bisa.”
Nilai Pendidikan Regelius
Nilai religius merupakan sudut
pandang yang mengikat manusia dengan
Tuhan pencipta alam dan seisinya.
Berbicara tentang hubungan manusia dan
Tuhan tidak terlepas dari pembahasan
agama. Agama merupakan pegangan hidup
bagi manusia. Agama dapat pula bertindak
sebagai
pemacu
faktor
kreatif,
kedinamisan hidup, dan perangsang atau
pemberi makna kehidupan. Melalui
agama,
manusia
pun
dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat
agar hidup dalam pola kemasyarakatan
yang telah tetap sekaligus menuntun untuk
meraih masa depan yang lebih baik.
Seperti dalam kutipan di bawah ini.
Tuhan....
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di
dunia ini
Tuhan...
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal
yang sama terjadi padaku,
Kutipan
tersebut
mempunyai
kandungan nilai pendidikan religius karena
secara jelas disampaikan penulis melalui
gaya bahasa Pars pro toto yang digunakan
terlihat pada kata “Tuhan” yang berarti
tentang keyakinan Keke terhadap sang
khalik, dalam keadaan sakit tidak lupa
terhadap Tuhan dan menyerahkan diri
pada-Nya. Pars pro toto adalah gaya
bahasa yang melukiskan sebagian dari
keseluruhan, berarti kata tersebut dalam
kutipan yang hidup penuh dengan
perjuangan adalah Keke.
Selain hal terebut, juga terkandung
dalam novel ini adalah nilai agama Islam,
terlihat dari tempat sekolah Keke yakni
Pesantren Al-Hikmah, adanya kebiasaan
ayah Keke melakukan sholat tahajud,
adanya hari Ramadhan dan Idul Fitri serta
adanya hadist-hadist Islam dalam novel ini
yang sarat dengan pesan moral.
Sebuah
karya
sastra
yang
mengangkat sebuah kemanusiaan yang
berdasarkan kebenaran akan menggugah
hati nurani dan akan memberikan
kemungkinan pertimbangan baru pada diri
penikmatnya. Oleh karena itu, cukup
beralasan apabila sastra dapat berfungsi
sebagai peneguh batin pembaca dalam
menjalankan
keyakinan
agamanya,
termasuk yang ada pada novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar,
seperti kutipan di bawah ini.
Ketika aku mulai pasrah Tuhan
menjemputku, Aku hanya berdoa
berharap kepada Tuhan agar ia
memberikan aku waktu lebih lama
di dunia ini untuk mengucapkan
selama berpisah dengan sahabat,
kekasihku dan terutama untuk
membuat ayahku bahagia lebih
lama. Disaat itu aku tidak mampu
berdiri dan mengalami kritis.
Tuhan mendengar doaku, disaat
itulah aku mendapatkan sebuah
mujizat,
seorang
dokter
menyelamatkanku dari penyakit itu
disaat-saat terakhir hidupku. aku
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 981
sembuh dan kanker diwajahku
menghilang secara ajaib.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral sering disamakan
dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang
menjadi ukuran patut tidaknya manusia
bergaul dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral merupakan tingkah laku atau
perbuatan manusia yang dipandang dari
nilai individu itu berada. Sikap terhadap
sesama tidak hanya dilakukan dalam hal
beribadah saja, tetapi dalam segala hal,
sikap yang saling menghargai, saling
peduli terhadap sesama akan menghasilkan
kebaikan. Seperti halnya jika dalam
agama, jika seorang hamba tidak
meninggalkan shalat akan mendapat
pahala lebih banyak, demikian juga jika
berbuat kebaikan dengan sesama akan
mendapatkan kebahagian yang hakiki,
seperti pada kutipan berikut.
Kami saling bersalaman dan sejak
itulah permusuhan antara kami
selesai. Satu lah yang aku
dapatkan saat aku sakit dulu,
kebencian hanya menimbulkan
duka yang tak ternilai. Walaupun
kami bersaing tapi saat aku sakit,
aku sadar kami bersatu dan saling
mendukung.
Tuhan
telah
mengajarkan aku tentang arti
persahabatan dan kebersamaan.
Suatu yang tidak mungkin aku
dapatkan bila aku tidak sakit dulu.
Kutipan
tersebut
mempunyai
kandungan nilai pendidikan moral karena
secara
jelas
disampaikan
penulis
bagaimana persahabatan Keke, Tuhan
memberikan sakit padanya membuka
hatinya untuk menghilangkan rasa
permusuhan dengan temannya yang
bersaing dalam memperebutkan juara
kelas.
Selain hal tersebut, nilai moral
yang terkandung dalam novel ini sangat
banyak, yakni dapat terlihat dari sikap
sopan ramah, keikhlasan dan kasih sayang.
Kesopanan dan kasih sayang Keke (pelaku
utama) kepada ayahnya. Seperti contoh di
bawah ini.
“oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan
dalam keluarga kami. Dia ini adalah raja
di istana kami. Ayahku, sekaligus pacar
abadiku.”
“Ayahku juga selalu mengingatkan
kepadaku untuk tidak berlaku sombong”
“Ayah sangat bijaksana. Aku bangga
padanya, karena selain berperan sebagai
ayah, ia juga berperan sebagai ibu yang
baik untukku”
Sikap
ramah,
kelembutan,
bersahaja dan penuh kasih sayang yang
ditunjukkan oleh Keke kepada sahabat,
teman-teman dan kepada semua orang
yang pernah hadir dalam kehidupannya.
Hal itu terlihat dari contoh ini. “Walaupun
terkadang kami sering berselisih paham
tapi tidak ada dendam diantara kami”
Serta
keikhlasannya
dalam
menerima cobaan yang berat dari Tuhan.
Juga tercermin dari perjuangan Keke untuk
tetap hidup dan memberikan senyuman
kepada semua orang. Novel ini
mengajarkan
banyak
hal
tentang
kehidupan seperti kesabaran, kepasrahan,
ketabahan,
ketegaran,
kelembutan,
semangat, kerukunan, saling kasih dan
sayang. Seperti dalam kutipan di bawah
ini.
” Ayah menangis disampingku.
Aku tau bagaimana hancur dan
kecewanya
ayah.
Senyumku
menjadi senyum yang kuharapan
tidak membuat semua menjadi
lebih buruk. Aku sadar, mengapa
Tuhan memberikan ujian ini
padaku. Ujian ini adalah sebuah
pesan kepada dunia bahwa kelak
ada orang-orang hebat yang bisa
lepas dari hal yang sama seperti
yang terjadi dalam hidupku. Aku
tidak boleh merasa sedih dan
takut, karena bila itu terjadi
bagaimanakah dengan ayah,
teman-temanku, Andi? Semua
perjuangan dan doa mereka yang
mencintaiku.”
Terlihat jelas bahwa Keke adalah
anak yang sangat tegar, semangat, dan
anak yang kuat dalam menjalani cobaan
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 982
yang diberikan kepadanya. Dia berusaha
untuk
selalu
tersenyum
dalam
ketakutannya, tersenyum agar orang-orang
di sekitarnya tidak bersedih.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial merupakan hikmah
yang dapat diambil dari perilaku sosial dan
tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan
emosi yang relatif lestari terhadap suatu
objek, gagasan, atau orang juga termasuk
di dalamnya. Karya sastra berkaitan erat
dengan nilai sosial, karena karya sastra
dapat pula bersumber dari kenyataankenyataan yang terjadi di dalam
masyarakat. Nilai sosial mencakup
kebutuhan hidup bersama, seperti kasih
sayang, kepercayaan, pengakuan, dan
penghargaan. Nilai sosial yang dimaksud
adalah kepedulian terhadap sesama.
Kepedulian
tersebut
dapat
berupa
perhatian maupun berupa nasehat. Seperti
pada kutipan berikut.
”Untuk sahabat kami, Keke. Kami
selalu ada di hatimu. Dan selalu
bersamamu selamanya. Di sini
kami menunggumu untuk kembali”.
”Kalian adalah sahabat yang
paling berarti dalam hidupku”.
“
Ayahku
juga
selalu
mengingatkan kepadaku untuk
tidak berlaku sombong”.
Kutipan di atas dapat dilihat secara
jelas mengandung nilai pendidikan sosial,
sifat membalas budi atas kebaikan orang
lain pada nilai sosial sangatlah penting.
Sifat tersebut juga bertujuan untuk
membangun sikap saling peduli dan saling
peka antar sesama. Nilai sosial berkenaan
dengan kemanusiaan dan mengembangkan
kehidupan bersama, seperti kasih sayang,
penghargaan, kerja sama, perlindungan,
dan sifat-sifat yang ditujukan untuk
kepentingan kemanusiaan lainnya yang
merupakan kebiasaan yang diwariskan
secara turun temurun. Saling membantu
dan memberi dukungan kepada kawan dan
siapapun yang ada di sekitar kita.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang
terkandung didalam novel ”Surat Kecil
Untuk Tuhan” dapat simpulkan. Sikap
sabar, tabah, dan selalu berdoa dalam
menghadapi segala cobaan dan penyakit
yang diberikan oleh Tuhan kepada keke.
Tidak mudah putus asa dalam menghadapi
masalah. Kehidupan yang gigih dan selalu
bersifat
optimis.
Menerima
suatu
kenyataan yang terjadi pada diri tokoh.
Selalu menjaga persahabatkan walau
berjuang demi mendapatkan kesembuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh kesimpulan bahwa Novel Surat
Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar
menggunakan gaya bahasa gaya hiperbola,
personifikasi, klimaks, ironi, antithesis,
satire, litotes, anastrof, paronomasia,
periphrasis, paralipsis, apostrof. Selain itu,
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya
Agnes Davonar mengandung nilai-nilai
pendidikan, diantaranya nilai religius, nilai
moral dan nilai sosial.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
penulis dapat memberikan beberapa saran
yang mungkin dapat berguna bagi pihakpihak yang terkait. Adapun saran-saran
tersebut antara lain: 1) bagi peneliti,
diharapkan
untuk
tidak
hanya
memperhatikan gaya bahasa dan nilai-nilai
pendidikan saja. Sehingga dihasilkan
analisis yang lebih sempurna; 2) bagi
pembaca, diharapkan untuk lebih cermat
lagi dalam menganalisis gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan
pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; 3) bagi mahasiswa, diharapkan
dapat lebih memahami gaya bahasa dan
nilai-nilai pendidikan Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan karya Agnes Davonar; 4)
bagi guru, hendaknya lebih meningkatkan
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia,
khususnya tentang gaya bahasa dan nilainilai pendidikan. Dengan memberikan
tugas rumah yaitu mencari gaya bahasa
dan nilai-nilai pendidikan dalam karya
sastra.
Agus Darmuki, Analisis Gaya Bahasa, Psikologi dan Nilai... 983
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zaenal. ( 2010). Metodologi
Penelitian pendidikan. Surabaya:
lentera cendekia.
Davonar, Agnes. (2011). Surat Kecil
Untuk Tuhan. Jakarta : Inandra
Published.
Hidayati, Nur Alfin. (2012). Analisis
Psikologi
dan
Nilai-Nilai
Pendidikan Dalam Novel Hafalan
Shalat Delisa Karya Tere Liye.
Surakarta: UNS Press.
Keraf, Gorys. (1994). Diksi dan Gaya
Bahasa. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Kosasih,
E,
(2012).
Dasar-dasar
ketrampilan bersastra. Bandung :
CV YRAMA WIDYA.
Meleong, Lexy j. (2009). Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Moeliono, Anton M. (1984). Diksi atau
Pilihan Kata (suatu spesifikasi
dalam kosakata). Jakarta: PPGB.
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori
kajian fiksi. Yogyakarta : UGM
Press.
Prastowo, andi. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Purwanto, Ngalim. M. (1986). Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Bandung:
Remaja
Karya.
Sugiono. (2008). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tarigan,
Henry
Guntur.
Pengajaran
Gaya
Bandung: Angkasa.
(1985).
Bahasa.
Waluyo, Herman J.. (2002). Apresiasi dan
Pengkajian Cerita Fiksi. Salatiga:
Widya Sari Press.
Waluyo, H.J. dan Ekowardani, N. (2009).
Pengkajian dan Apresiasi Prosa
Fiksi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Warsiman, (2007). Kaidah Bahasa
Indonesia Yang Benar. Bandung:
Dewa Rucci.
(http://sheltercloud.blogspot.com/2010/01/
sastra-lisan-dan-sastra-tulisan.html
diakses pada tanggal 28 Maret
2013, pada pukul 13:17 WIB).