DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Pb,Cd, DAN Cu DALAM SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN LAUT DANGKAL PULAU SUMBAWA ipi29517

Marina Chimica Acta, Oktober 2003, hal. 2-5
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin

Vol. 4 No.2
ISSN 1411-2132

DISTRIBUSI KUANTITATIF LOGAM BERAT Pb,Cd, DAN Cu
DALAM SEDIMEN DI SEKITAR PERAIRAN LAUT DANGKAL PULAU SUMBAWA
Erma Suryani1) dan Syarifuddin Liong2)
Program Studi Kimia Pascasarjana Unhas
2)
Jurusan Kimia FMIPA Unhas

1)

ABSTRACT
This research is aimed to explore the distribution of some heavy metal such Pb, Cd, and Cu in sediment
around the area of shallow water sea of Sumbawa Island with variety of sediment particles diameter as
follow : < 0 25 mm (fraction 1); 0,25 050 mm (fraction 2 ); and > 50 mm (fraction 3). The concentration of
these metals was determined with Atomic Absorption Spectrophotometer which gave a range of minimum
and maximum Concentration of Pb, Cd, dan Cu in unit mg/kg dry sediment such follow : 5.64-78.48; 0.7411.05 ; 4.47-31.86. Among those 3 (three) observed metals, Cd shown a critical value because this value is

above the maximum tolerance in all sampling location. Further, in the aspect of the sampling area Maluk has
to put into consideration because in thi area the concentration of all observed heavy metals was already
higher the tolerance values.
Keywords : Heavy metal, sediment, analysis, Sumbawa island

limbah utama dari beberapa sumber buangan besar
yang berasal dari dalam kota. Akibat buangan tersebut
baik yang berasal dari aktivitas manusia maupun yang
berasal dari kegiatan industri disekitar pantai, secara
bertahap akan mengalami sedimentasi dan mengendap
ke dasar perairan

PENDAHULUAN
Pencemaran laut oleh logam berat bukan lagi
merupakan suatu masalah baru yang mengancam
kesejahteraan hidup manusia. Karena laut telah lama
dipandang sebagai tempat akhir yang cocok untuk
pembuangan limbah yang dihasilkan oleh manusia,
dengan anggapan bahwa volume lautan di dunia ini
sangat luas yang mempunyai kemampuan tidak

terbatas untuk menyerap segala sesuatu yang dibuang
ke dalamnya baik disengaja maupun yang tidak.
Namun pada dekade terakhir ini kita telah mengetahui
dengan jelas bahwa laut tidak mempunyai kemampuan
yang besar untuk menyerap semua limbah yang
dimasukkan ke dalamnya, meskipun jumlahnya sedikit
sekali, tetapi dapat memberikan pengaruh yang nyata
terhadap komunitas dan jenis biota laut. Dalam jumlah
yang besar dan di daerah teluk yang agak tertutup
pengaruhnya
dapat
membinasakan
organisme
(Nybakken, 1988).

Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
khususnya di Pulau Sumbawa dikenal mempunyai
potensi bahan galian, mineral yang sangat besar.
Usaha penambangan telah dilakukan oleh PT.
Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) yang menghasilkan mineral berharga berupa konsentrat tembaga

dan emas (Djajadiningrat, 2001). Di samping
menghasilkan kedua logam berharga tersebut
perusahaan ini juga menghasilkan ampas (tailing).
Meskipun tailing ini ditempatkan pada perairan sekitar
3,25 km dari lepas pantai dengan menggunakan sistem
penempatan tailing bawah laut (SPTBL) atau
Submarine Tailing Placement (STP), bukanlah suatu
hal yang tidak mungkin bahwa pada suatu saat tailing
ini akan sampai ke daerah pesisir, akibat adanya arus
laut yang disebut up welling. Jika hal ini terjadi maka
tidak menutup kemungkinan akan terjadi pencemaran
sebagai akibat dari kegiatan pertambangan tersebut.

Logam berat merupakan salah satu bahan
pencemar yang sangat berbahaya bagi organisme
karena dapat memberikan pengaruh letal dan subletal.
Pengaruh subletal tersebut dapat berupa gangguan
terhadap morfologi atau histologi, fisiologi
(pertumbuhan, perkembangan, kemampuan untuk
berenang, pernapasan, sirkulasi), biokimia (keadaan

kimia darah, kegiatan enzim dan endokrinologi),
perilaku atau neurofisiologi dan perkembangbiakan
atau reproduksi.

Seiring dengan kegiatan tersebut di atas maka
terjadi juga perubahan pola hidup masyarakat
setempat, seperti percepatan mobilitas pekerja
tambang dan masyarakat sekitar area pertambangan,
semakin berkembangnya lalulintas laut dan darat yang
meliputi pengangkutan antar pulau dan antar negara.

Kawasan pantai merupakan daerah yang
sangat rawan terhadap pencemaran terutama pada
daerah perkotaan karena menjadi tempat pembuangan

Keadaan tersebut di atas dengan sendirinya
akan memberikan pengaruh dan tekanan yang kuat
terhadap lingkungan pantai, yang juga sebagai tempat

2


Erma Suryani dan Syarifuddin Liong

Mar. Chim Acta

mayoritas buangan kota yang pada akhirnya akan
memberikan dampak negatif terhadap ekosistem di
sekitar Pulau Sumbawa seperti terumbu karang,
populasi ikan, dan akumulasi logam berat di dalam
sedimen sekitar pantai.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data kondisi perairan di sekitar laut dangkal
Pulau Sumbawa sebagai berikut :
Tabel 1.
Kondisi Perairan di Sekitar Laut Dangkal Pulau Sumbawa

Untuk mengetahui ada tidaknya cemaran
logam berat pada kawasan pulau Sumbawa, telah
dilakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan

sedimen permukaan untuk menentukan distribusi
kuantitatif logam berat Pb, Cd, dan Cu pada kawasan
Lunyuk, Maluk, Benete, Utan, Marungi, dan Kunil.
Lokasi ini dapat memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang status logam berat di sekitar
perairan laut dangkal pulau Sumbawa.

Lokasi

pH

Luyuk
Maluk
Benete
Utan
Marungi
Kunil

8,06
8,20

8,20
7,95
8,07
8,07

Turbiditas
Skala NTU
6
8,2
8,6
10
26
20

Konduktivitas
(ms/cm)
52,7
52,2
46,9
32,9

67,4
50,9

Salinitas
(o/oo)
35,0
58,0
20,0
20,2
46,5
33,4

Parameter
pH
pada
semua
lokasi
pengambilan sampel masih memenuhi kriteria kualitas
air laut untuk keperluan perikanan yang berada pada
rentang 6,5 8,5. Begitu juga turbiditas masih berada

pada rentang yang diperbolehkan yaitu kurang dari 50
skala NTU. Konduktivitas untuk semua lokasi juga
masih memenuhi kriteria sesuai dengan peraturan
MNKLH : Baku Mutu Air Golongan B untuk
keperluan perikanan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
distribusi dan konsentrasi rata-rata logam berat Pb, Cd,
dan Cu pada tiga ukuran fraksi sedimen di sekitar
perairan laut dangkal pulau Sumbawa serta
menentukan status konsentrasi ketiga logam tersebut

METODE PENELITIAN
Lokasi pengambilan sampel sedimen
dilakukan di Pulau Sumbawa, pada daerah sekitar
perairan : 1) Lunyuk; 2) Maluk; 3) Benete; 4) Utan;
5) Marungi; dan 6) Kunil. Penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih delapan bulan mulai bulan Januari
sampai dengan Agustus 2003.


Konsentrasi-konsentrasi Logam
Timbal (Pb)
Konsentrasi logam timbal (Pb) yang
diperoleh dari hasil analisis disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Analisis Timbal pada Berbagai Lokasi

Sampel sedimen yang diambil dengan
menggunakan corer sampler, selanjutnya dimasukkan
dalam wadah plastik yang bebas logam, kemudian
dikeringkan
sebelum
dilakukan
pemisahan
berdasarkan ukuran partikel. Selanjutnya dilakukan
proses peleburan dan analisis. Analisis logam
dilakukan dengan metode spektrofotometer serapan
atom, dengan pengukuran serapan larutan standar dan
contoh. Hasil pengukuran standar kemudian dibuat
kurva kalibrasi. Konsentrasi sampel dihitung melalui

kurva kalibrasi tersebut.

Lokasi
Lunyuk

Maluk

Benete

Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer
Serapan Atom merek Shimadzu tipe AA-6200,
konduktometer Orion tipe 162 A, pH meter tipe Hach,
spektrofotometer Hach tipe DR 2010, dan corer
sampler, ayakan, neraca digital Mettler AE 100,
pemanas listrik, desikator, kertas saring Whatman,
sumbat karet, alat-alat gelas yang umum dipakai di
laboratorium.

Utan

Marungi

Kunil

Fraksi
L1
L2
L3
Ma1
Ma2
Ma3
B1
B2
B3
U1
U2
U3
Mg1
Mg2
Mg3
K1
K2
K3

Konsentrasi
(mg/kg berat kering)
18,94
21,94
32,74
28,82
26,38
59,51
39,43
5,64
35,12
14,74
19,11
27,85
75,96
54,45
61,78
41,86
45,10
78,48

Rata-rata
24,94

38,23

26,73

20,56

64,06

55,15

Data hasil analisis menunjukkan bahwa
konsentrasi rata-rata tertinggi pada lokasi Marungi
(64,06 mg/kg sedimen kering) dan terendah pada
lokasi Utan (20,56 mg/kg sedimen kering). Hasil
analisis berdasarkan ukuran partikel konsentrasi

Bahan yang digunakan adalah Sampel
sedimen, akuades, HCl pekat, HNO3 pekat, Pb(NO3)2 ,
CdCl2.3H2O, dan CuCl2.2H2O ,

3

Vol 4 No. 2

Distribusi Kuantitatif Logam Berat Pb, Cd, dan Cu ...

Menurut Febris dan Warner (1994), yaitu
konsentrasi paling tinggi logam kadmium yang dapat
ditoleransi dalam sedimen adalah 1 mg/kg dan
konsentrasi yang menimbulkan efek negatif adalah 8,6
mg/kg. Jika dilihat hasil analisis kadmium maka
konsentrasinya telah melampaui batas toleransi yang
diperbolehkan untuk semua lokasi. Meskipun
konsentrasinya belum sampai pada tahap yang
membahayakan atau belum dapat menimbulkan efek
negatif. Seperti kita ketahui bahwa logam kadmium
akan mengalami biotransformasi dan bioakumulasi
dalam organisme hidup. Dalam tubuh biota perairan
jumlah logam yang terakumulasi akan terus
mengalami peningkatan dengan adanya proses
biomagnifikasi di perairan.

tertinggi terdapat pada lokasi Kunil fraksi 3 yaitu
78,48 mg/kg sedimen kering, sedangkan konsentrasi
terendah berada pada lokasi Benete fraksi 2 dengan
kadar 5,64 mg/kg sedimen kering. Secara umum
lokasi Marungi dan Kunil mengandung logam Pb
lebih besar dibanding dengan lokasi lainnya untuk
semua fraksi 1, 2, dan 3. Sedangkan di Maluk fraksi 3
mengandung 59,51 mg/kg sedimen kering. Jika kita
mengacu pada petunjuk kualitas sedimen yang
bersumber dari Febris dan Warner (1994), yaitu
konsentrasi paling tinggi dari logam Pb yang dapat
ditoleransi dalam sedimen adalah 33 mg/kg dan kadar
yang dapat menimbulkan efek negatif adalah 170
mg/kg, maka konsentrasi logam Pb pada lokasi
Marungi dan Kunil telah melampaui batas toleransi.
Begitu juga untuk lokasi Maluk khususnya fraksi 3.
Hasil analisis ini juga memberikan informasi bahwa
konsentrasi logam Pb pada semua lokasi belum
memberikan efek negatif tetapi khusus pada lokasi
Marungi dan Kunil diharapkan dapat dipantau secara
teratur karena konsentrasinya telah mendekati batas
yang menimbulkan efek negatif.

Tembaga (Cu)
Data konsentasi logam tembaga seperti tersaji
dalam Tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Analisis Tembaga pada Berbagai Lokasi

Kadmium (Cd)
Hasil analisis logam kadmium dipaparkan
pada Tabel 3.

Lokasi
Lunyuk

Tabel 3.
Hasil Analisis Kadmium pada Berbagai Lokasi
Lokasi
Lunyuk

Maluk

Benete

Utan

Marungi

Kunil

Fraksi
L1
L2
L3
Ma1
Ma2
Ma3
B1
B2
B3
U1
U2
U3
Mg1
Mg2
Mg3
K1
K2
K3

Konsentrasi
(mg/kg sedimen kering)
1,08
1,52
1,81
3,70
3,35
4,87
2,36
2,38
3,18
11,05
1,18
0,97
1,75
1,81
2,23
0,75
1,34
1,61

Maluk

ratarata

Benete

1,47
Utan
3,97
Marungi
2,64
Kunil

Fraksi
L1
L2
L3
Ma1
Ma2
Ma3
B1
B2
B3
U1
U2
U3
Mg1
Mg2
Mg3
K1
K2
K3

Konsentrasi
(mg/kg sedimen kering)
23,08
19,45
19,58
30,88
12,53
10,00
21,22
22,23
22,34
20,81
21,39
31,86
12,77
8,67
4,48
14,31
12,68
6,75

Ratarata
20,71

17,81

21,93

24,69

8,64

11,25

4,40

Konsentrasi rata-rata logam tembaga
tertinggi pada lokasi Utan (24,69 mg/kg sedimen
kering) dan terendah pada lokasi Marungi (8,64 mg/kg
sedimen kering). Hasil analisis berdasarkan ukuran
partikel tertinggi pada lokasi Utan fraksi 3 (31,86
mg/kg sedimen kering) sedangkan terendah terdapat
pada lokasi Marungi fraksi 3 (4,48 mg/kg sedimen
kering). Konsentrasi rata-rata logam tembaga dari
semua lokasi dan fraksi masih di bawah nilai batas
toleransi yang diperbolehkan yaitu 30 mg/kg sedimen
berdasarkan petunjuk kualitas sedimen. Apalagi
konsentrasi yang dapat menimbulkan pengaruh negatif
terhadap mikro organisme adalah 200 mg/kg.

1,93

1,23

Data hasil analisis kadmium menunjukkan
bahwa konsentrasi rata-rata tertinggi pada lokasi Utan
(4,40 mg/kg sedimen kering) dan terendah pada lokasi
Kunil (1,23 mg/kg sedimen kering). Hasil analisis
berdasarkan ukuran partikel konsentrasi tertinggi pada
lokasi Utan fraksi 1 dengan kadar sebesar 11,05 mg/kg
sedimen kering dan terendah pada lokasi Kunil sebesar
0,75 mg/kg sedimen kering.
4

Erma Suryani dan Syarifuddin Liong

Mar. Chim Acta

Kandungan Logam pada Setiap Fraksi

1.

Fraksi anorganik sedimen terdiri dari pecahan
batuan dan mineral dengan berbagai macam ukuran,
mempunyai permukaan yang beragam dan aktivitas
katalitik yang dapat menurunkan bahaya pencemaran
secara cepat dengan mengembalikan komponenkomponen zat pencemar ke daur alaminya.

Distribusi spasial dan konsentrasi logam berat Pb,
Cd, dan Cu pada sedimen, tidak dipengaruhi oleh
ukuran partikel.

2.

Konsentrasi rata-rata untuk masing-masing logam
adalah : 5,64-78,48 untuk logam Pb; 0,76-11,05
untuk logam Cd; dan 4,48-31,86 untuk logam Cu
masing-masing dalam satuan mg/kg sedimen
kering.

3.

Jika kita mengacu pada petunjuk kualitas sedimen
maka konsentrasi rata-rata kadmium sudah
melampaui batas toleransi yang diperbolehkan
meskipun hasil analisis berdasarkan ukuran
partikel konsentrasinya masih di bawah nilai
toleransi, yaitu pada lokasi Kunil fraksi 1
(0,75mg/kg) dan Utan fraksi 3 (0,97mg/kg).

Data hasil analisis dari semua lokasi
pengambilan sampel menunjukkan adanya variasi
konsentrasi jerapan logam pada setiap fraksi atau
ukuran partikel. Hal ini terlihat bahwa, penjerapan atau
adsorption kation-kation logam yang berlangsung
pada permukaan sedimen, tidak hanya tergantung pada
ukuran partikel, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti : kecepatan berpindahnya
logam, mekanisme jerapan logam, pengendapan, juga
oleh waktu pada saat pengambilan sampel sedimen,
logam masih terjerap pada sedimen dengan fraksi
tertentu, lebih mampu menjerap logam dibandingkan
dengan sedimen dengan luas permukaan kecil.

SARAN
Konsentrasi logam Cd pada umumnya sudah
di atas batas toleransi maka disarankan agar logam ini
dapat dipantau secara berkala untuk mengetahui
peningkatan konsentrasi. Untuk logam Pb di beberapa
lokasi seperti
Marungi dan Kunil juga telah
melampaui batas toleransi sehingga disarankan juga
agar
lokasi
ini
dapat
dipantau
secara
berkesinambungan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis kandungan logam
berat pada sedimen di sekitar perairan laut dangkal
Pulau Sumbawa dapat disimpulkan sebagai berikut .

DAFTAR PUSTAKA
Brink, B.T.M.R. & Mecray ,EL.2001. Contaminant Distribution & Accunulation in Sediment of Long Island
Sound. Eastem Publication Group, USA
Darmono 1995. Logam Dalam sistem Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta
Day, Jr.R.A, & Underwood.A.L. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif . Erlangga, Jakarta
Diananjaya, L. 1989. Distribusi Logam Berat Cd, Cu, Cd, Zn dalam sedimen Permukaan Laut Dangkal. Skripsi
FMIPA- UNHAS
Djajadiningrat, S.T. 2001. Apa yang Dimaksud dengan Tailing dan Opsi Penempatanya. Newmont Nusa Tenggara
NTB
Febris, G.J. & Warner, G.F. 1994. Characterization of Toxicants in Sediments from Post Philips Bay : metals
Final Report. Departement of Conservation and Natural Resources Melboune, Australia
Hutabarat, S & Evans, S.M. 1990. Pengantar Oseanografi. UI-Press. Jakarta
Kunarso. 1991. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. LON, LIPI. Jakarta
Mulgrew, A., 2003. Heavy Metals. http://www.heavymetal.htm
Nybakken, J.W., 1988. Biologi laut suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Jakarta
Munarka, A.C.,1985. Analisis Beberapa Logam Berat Dalam Sedimen di Muara Sungai Tallo Kodya Ujung
Pandang (Skripsi) FMIPA-UNHAS
Palar,H.I.R. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta.Jakarta
Pannatier, E.G.,2002. Sedimentation and Contamination in The Meckenzie Delta (Northwest Territories, Canada )
France

5