Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni Dan Zn) Terlarut Dan Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta.

VARIABILITAS SENYAWA LOGAM BERAT
(Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) TERLARUT DAN SEDIMEN DI
PERAIRAN TELUK JAKARTA

ANMA HARI KUSUMA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Variabilitas Senyawa
Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Anma Hari Kusuma
NIM C551130061

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

RINGKASAN
ANMA HARI KUSUMA. Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan
Zn) Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Dibimbing oleh TRI
PRARTONO, AGUS SALEH ATMADIPOERA dan TASLIM ARIFIN.
Teluk Jakarta telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan
oleh masukan dari berbagai kegiatan didaratan yang semakin tinggi dari waktu ke
waktu. Teluk Jakarta termasuk ke dalam wilayah yang relatif tertutup sebagai
tempat bermuara 13 sungai yang mengalir melalui kawasan padat industri dan
pemukiman. Hal ini mengakibatkan perairan Teluk Jakarta sangat rentan terhadap
berbagai tekanan ekologis dan membahayakan bagi kehidupan masyarakat yang
ada disekitarnya. Salah satu materi yang dapat membahayakan adalah logam

berat. Di suatu perairan logam berat sangat bervariasi baik secara spasial dan
temporal maupun mengalami spesiasi membentuk senyawa yang komplek. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi profil distribusi dari logam
berat di suatu perairan khususnya Teluk Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menjelaskan proses dan sumber logam berat terlarut dan sedimen di
perairan Teluk Jakarta. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan April hingga
September 2014 di perairan Teluk Jakarta dengan menggunakan metode APHA
(2012).
Pola arus saat pasang, arus pasut masuk ke dalam teluk dari mulut teluk
bagian Timur menuju daerah pantai Teluk Jakarta dan akhirnya keluar melalui
mulut teluk bagian Barat. Pola distribusi salinitas dan derajat keasaman (pH)
mengindikasikan kondisi hidro-oseanografi Teluk Jakarta sebagian besar
dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan. Pola distribusi logam berat sedimen lebih
mampu mengindikasikan sumber dari logam berat dibandingkan dengan yang ada
di kolom air. Hal ini karena kolom air bersifat dinamis akibat variasi sirkulasi arus
laut sedangkan sedimen bersifat relatif stabil. Pola logam berat terlarut yang
diperkuat dengan pola logam berat sedimen menunjukkan sumber dari logam
berat Pb, Cu dan Zn berasal dari daratan sedangkan Cd dan Ni sudah ada dari laut
itu sendiri..
Kata kunci : Teluk Jakarta, sirkulasi laut, logam berat terlarut dan logam berat

sedimen

SUMMARY
ANMA HARI KUSUMA. Variability of Heavy Metal Compound (Pb, Cd, Cu, Ni
and Zn) Dissolved and Sediment in Jakarta Bay. Supervised by TRI PRARTONO,
AGUS SALEH ATMADIPOERA and TASLIM ARIFIN.
Jakarta Bay have experience environmental degradation result from input
from a variety of activities from terrestrial which excelsior over time. Jakarta Bay
is included in region relatively closed as the place empties 13 rivers flowing
through region over industrial and settlement areas. In this case effected Jakarta
Bay very susceptible about a variety of ecological pressure and endangered for the
scocety life around. One of material that may be harmful is heavy metal. In waters
heavy metal is very have variation in spatial and temporal although experience
speciation make complex compound. Therefore,it is very important to know
condition profile ditribution of heavy metal in Jakarta Bay. The purpose of this
research is to explain the process and the source of heavy metal through pattern
dissolved heavy metals and sediment in the Jakarta Bay. This research has been
conducted from April to September 2014 in the Jakarta Bay by using a method of
APHA ( 2012).
The pattern of tidal current in the Jakarta Bay included mouth bay from

east and exit from west. The distribution of salinity and acidity (pH) to indicate
condition of hydro-oceanography in the Jakarta Bay a considerable part
influenced input supply from the terrestrial. The distribution of heavy metals in
the sediments more than capable of indicated the source heavy metals than in the
water column. It is because in the water column is dynamic effetct hidrooceanography while in the sediment is relatively stable. The distribution of
dissolved heavy metals were support with distribution heavy metals in sediment to
indicate the source of heavy metals for Pb, Cu and Zn are from the terrestrial,
while for Cd and Ni from the sea.
Keywords : Jakarta Bay, sea circulation, disolved heavy metal and heavy metal in
sediment

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


VARIABILITAS SENYAWA LOGAM BERAT
(Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) TERLARUT DAN SEDIMEN DI
PERAIRAN TELUK JAKARTA

ANMA HARI KUSUMA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sigid Haryadi, MSc


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya berupa kesehatan dan keluangan waktu sehingga penelitian
tesis mengenai Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn)
Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tri Prartono MSc, Bapak
Dr Ir Agus Saleh Atmadipoera DESS dan Bapak Dr Ir Taslim Arifin selaku
pembimbing, serta Bapak Tri Hartanto MSi yang telah banyak memberi saran. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Ramdan
dan Bapak Lesmana Hadi Wijaya, Dewa Adyatama yang telah membantu selama
pengumpulan data penelitian. Penelitian ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP)-Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP). Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
perbaikan dimasa mendatang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015


Anma Hari Kusuma

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian

1
1
1
2
3
3
3

2 METODE
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Sumber Data
Pengukuran Parameter Hidro-Oseanografi
Pengambilan Contoh Air Laut
Pengambilan Contoh Sedimen
Analisis Partikel Tersuspensi (TSS)

Analisis Logam Berat Terlarut
Analisis Logam Berat Sedimen
Analisis Data

5
5
6
7
7
7
8
8
8
8
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan April
dan Bulan September

9
Konsentrasi Logam Berat Terlarut di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan
April dan Bulan September
23
Hubungan Logam Berat Terlarut dengan Salinitas pada Bulan
April dan Bulan September
29
Konsentrasi Logam Berat Sedimen di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan
April dan Bulan September
31
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

40
40
40

DAFTAR PUSTAKA


41

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

50

DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
2 Sumber data yang digunakan dalam penelitian

6
7

DAFTAR GAMBAR
1 Skema kerangka pemikiran
2 Peta lokasi penelitian
3 Kondisi pasang surut pada saat (a) pengambilan sampel pada bulan
April (b) pengambilan sampel pada bulan September di perairan Teluk
Jakarta
4 Validasi data arus simulasi (a) dengan data arus pengukuran lapang (b)
pada bulan April di perairan Teluk Jakarta
5 Validasi data arus dengan data tinggi muka laut (SSH) pada bulan
September di perairan Teluk Jakarta
6 Validasi arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan September (b)
di perairan Teluk Jakarta
7 Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level) menuju
pasang tertinggi (a) dan pasang tertinggi (b) di perairan Teluk Jakarta
pada bulan April
8 Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level) menuju
surut terendah (a) dan surut terendah (b) di perairan Teluk Jakarta pada
bulan April
9 Hasil simulasi pola arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan
September (b) di perairan Teluk Jakarta
10 Kondisi suhu permukaan bulan (a) April dan (b) September, salinitas
permukaan bulan (c) April dan (d) September, derajat keasaman (pH)
permukaan bulan (e) April dan (f) September
11 Kondisi partikel tersuspensi (TSS) permukan bulan (a) April dan (b)
September serta kekeruhan permukaan bulan (c) April dan (f)
September
12 Pb terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
13 Cd terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
14 Cu terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
15 Ni terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
16 Zn terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
17 Hubungan (a) Pb, (b) Cd, (c) Cu, (d) Ni dan (e) Zn terlarut dengan
salinitas permukaan pada bulan April dan bulan September
18 Pb sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
19 Cd sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta

4
5

10
11
12
13

15

17
19

21

22
24
25
26
27
28
31
33
34

20 Cu sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
21 Ni sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta
22 Zn sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan
Teluk Jakarta

36
37
38

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan partikel tersuspensi
(TSS) bulan April 2014 di perairan Teluk Jakarta
2 Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut bulan April 2014
di perairan Teluk Jakarta
3 Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn sedimen bulan April 2014
di perairan Teluk Jakarta
4 Data suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan partikel tersuspensi
(TSS) bulan September 2014 di perairan Teluk Jakarta
5 Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut bulan September 2014 di
perairan Teluk Jakarta
6 Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn sedimen bulan September 2014
di perairan Teluk Jakarta
7 Dokumentasi penelitian

46
46
47
47
48
48
49

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Teluk Jakarta telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan
oleh masukan dari berbagai kegiatan di daratan yang semakin tinggi dari waktu ke
waktu. Berbagai penelitian mengenai Teluk Jakarta telah dilakukan cukup lama
mulai dari Yatim et al. (1979) diikuti dengan berbagai penelitian lain hingga saat
ini seperti Hutagalung (1996), Williams et al. (2000), Lestari dan Edward (2004),
Sanusi et al. (2005), Sutisna (2007) Arifin dan Fadlina (2009), Hamzah dan
Setiawan (2010) dan Mustarudin (2013). Degradasi Teluk Jakarta diindikasikan
dengan berbagai peristiwa seperti semakin sering terjadinya peristiwa blooming
fitoplankton (Wardiatno et al. 2004), penurunan kualitas hidup pada kerang hijau
(Jalius et al. 2008) dan kerusakan ekosistem terumbu karang (Estradivarti et al.
2007). Teluk Jakarta termasuk ke dalam wilayah yang relatif tertutup sebagai
tempat bermuara 13 sungai yang mengalir dengan melalui berbagai kawasan padat
industri dan pemukiman. Hal ini mengakibatkan perairan Teluk Jakarta sangat
rentan terhadap berbagai tekanan ekologis dan membahayakan bagi kehidupan
masyarakat yang ada disekitarnya.
Salah satu materi yang dapat membahayakan adalah logam berat (logam
dengan berat massa atom lebih dari 5 gr/cm3) (Buffle dan Vitre 1994). Logam
berat sangat berbahaya karena bersifat toksik dan akumulatif. Logam berat
mampu membentuk ikatan komplek yang sulit terlepas saat masuk ke dalam tubuh
organisme (Palar 1994). Di suatu perairan logam berat sangat bervariasi baik
secara spasial dan temporal maupun mengalami spesiasi membentuk senyawa
yang komplek. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi profil
distribusi dari logam berat di suatu perairan khususnya Teluk Jakarta. Berbagai
penelitian mengenai logam berat telah banyak dilakukan, mulai dari logam berat
dalam bentuk terlarut (Lestari dan Edward 2004), dalam organisme (Riyani 2010)
dan dalam sedimen (Rochyatun dan Razak 2007) namun masih bersifat
menggambarkan konsentrasi logam berat masih sangat bervariasi dari waktu ke
waktu. Penelitian ini memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap logam berat
baik terlarut maupun sedimen seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu),
nikel (Ni) dan seng (Zn) yang berkaitan dengan pasokan input materi dan
pengaruhnya terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta.
Perumusan Masalah
Teluk Jakarta merupakan perairan yang terletak pada posisi 5º 56’ 15’’-6º 55’
30’’ LS dan 106º 43’ 00’’-106º 59’ 30’’ BT di sebelah utara kawasan metropolis
Ibukota Jakarta yang padat dengan berbagai aktivitas. Perairan Teluk Jakarta
dibatasi oleh dua Tanjung, yaitu Tanjung Pasir di sebelah barat dan Tanjung
Karawang di sebelah timur yang memiliki panjang teluk sekitar 40 km dengan
luas sekitar 490 km2 (Ilahude 1995). Terdapat tiga sistem sungai besar yang
mengontrol wilayah perairan Teluk Jakarta yaitu Sungai Cisadane di bagian Barat,
Sungai Ciliwung di bagian Tengah dan Sungai Citarum di bagian Timur dengan
luas area tangkapan 6000 km2. Hal yang membuat Teluk Jakarta menarik untuk

2

dikaji dibandingkan dengan teluk lainnya adalah Teluk Jakarta merupakan tempat
bermuaranya dari 13 sistem sungai baik besar maupun kecil sehingga menjadikan
kapasitas beban yang dapat ditampung menjadi sangat berat dibandingkan dengan
teluk lainnya. Kegiatan industri, perikanan, pelabuhan dan perkapalan merupakan
sektor yang memberi kontribusi meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi penduduk di kawasan Teluk Jakarta. Namun disisi lain kegiatan tersebut
memberi dampak pengaruh negatif terhadap lingkungan. Masalah yang timbul
dari adanya berbagai hal tersebut adalah penggunaan logam berat sebagai
pengemulsi atau katalis dalam kegiatan industri yang berpotensi sebagai
penyumbang limbah yang mengalir menuju Teluk Jakarta.
Perkembangan industri yang terus meningkat di kawasan pesisir Teluk
Jakarta secara langsung maupun tidak langsung akan berpotensi meningkatkan
konsentrasi logam berat di Teluk Jakarta. Hal ini mengakibatkan hingga sampai
saat ini masih belum diketahui secara pasti konsentrasi logam berat terlarut dan
sedimen di perairan Teluk Jakarta sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Di
suatu perairan logam berat sangat bervariasi baik secara spasial dan temporal.
Selain itu logam berat juga mengalami proses seperti adveksi-difusi dan disolusideposisi. Adanya proses ini mengakibatkan konsentrasi logam berat disuatu
perairan ini akan mengalami pengurangan atau penambahan. Untuk melihat
proses ini biasanya dilakukan dengan cara menghubungkan konsentrasi logam
berat dengan salinitas. Salinitas dapat digunakan karena bersifat konservatif
dimana tidak dipengaruhi oleh reaksi kimia dan biologi namun lebih banyak
dikontrol oleh proses percampuran antara massa air sungai dan laut. Oleh karena
itu penelitian ini untuk menjawab beberapa pertanyaan.
1. Apakah pola distribusi tiap jenis logam berat terlarut dan sedimen sama di
perairan Teluk Jakarta ?
2. Bagaimana pola ditribusi logam berat terlarut berdasarkan salinitas di
perairan Teluk Jakarta ?
Kerangka Pemikiran
Teluk Jakarta merupakan kawasan dekat daratan yang sarat dengan
permasalahan pencemaran laut karena menjadi tempat bekumpulnya berbagai
senyawa yang sangat berbahaya dari limbah sisa hasil industri dan pelabuhan
yang berada di sekitar kawasan dekat daratan sehingga menimbulkan dampak
negatif bagi perairan Teluk Jakarta. Salah satu materi yang bersifat berbahaya
tersebut adalah logam berat. Banyak sekali kasus mengenai dampak kontaminasi
logam berat di Teluk Jakarta. Arifin (2008) menyatakan pola kandungan logam
berat dalam sedimen di Teluk Jakarta pada umumnya meningkat dalam 20 tahun
terakhir. Dampak dari kontaminasi logam berat ini terlihat pada fauna bentik
seperti karang dan kerang hijau (Ress et al. 1999; Rachelo-Dolmen dan Cleary
2007 dan Jalius et al. 2008). Di dalam suatu perairan, logam berat terdapat dalam
berbagai macam bentuk seperti dalam bentuk terlarut, teradsorpsi dalam partikel
tersuspensi (TSS), terabsorbsi oleh fitoplankton dan terakumulasi dalam sedimen.
Di dalam penelitian ini fokus pada logam berat dalam bentuk terlarut dan sedimen
di perairan Teluk Jakarta. Di suatu yang masih alami logam berat memang namun
masih berada dalam kisaran yang masih dalam batas konsentrasi yang masih dapat
ditoleransi dimana sumber logam berat hanya berasal dari dua jenis yaitu dari

3

aloton (allothoneous) dan autoton (autothoneous) (Sanusi 2006). Sumber aloton
merupakan sumber yang berasal dari luar sistem perairan melalui sungai maupun
atmosfer seperti proses pelapukan, erupsi gunung berapi dan presipitasi sedangkan
sumber autoton merupakan sumber yang berasal dari laut itu sendiri seperti proses
adveksi, pengadukan, biodegradasi bahan organik dan disolusi. Kondisi perairan
yang masih alami tidak tercermin dari perairan Teluk Jakarta karena sumber
logam berat yang masuk ke dalam perairan Teluk Jakarta bukan saja berasal dari
sumber alami namun juga dari antropogenik yang berasal dari aktivitas industri
dan pelabuhan yang membuang limbahnya secara langsung maupun melalui
sungai menuju kawasan dekat daratan Teluk Jakarta (Gambar 1). Pada penelitian
ini dilakukan analisa sampel air dan sedimen untuk dianalisa logam berat (Pb, Cd,
Cu, Ni dan Zn) terlarut dan sedimen pada bulan April dan September. Perbedaan
waktu dan lokasi penelitian diperkirakan akan memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap proses dan sumber dari logam di perairan Teluk Jakarta. Informasi mengenai
proses dan sumber logam berat terlarut dan sedimen ini diharapkan mampu untuk
menggambarkan kondisi terkini sehingga mampu memberikan solusi dalam
menyelesaikan permasalahan lingkungan dekat daratan khususnya perairan Teluk
Jakarta.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan proses dan sumber logam berat melalui perbandingan pola
distribusi logam berat terlarut dan sedimen pada bulan April dan bulan
September di Perairan Teluk Jakarta.
2. Menentukan distribusi dan pola konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn
terlarut ditinjau dari salinitas pada bulan April dan bulan September di Perairan
Teluk Jakarta.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
informasi mengenai sebaran logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut dan
sedimen pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta, sehingga
dapat digunakan bagi perencanaan, pengelolaan dan pengkajian wilayah dekat
daratan secara berkelanjutan oleh pihak yang berkepentingan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Pola distribusi logam berat terlarut pada bulan April dan bulan September
sangat dipengaruhi oleh pola arus di wilayah perairan Teluk Jakarta.
2. Sumber logam berat terlarut dan sedimen di wilayah perairan Teluk Jakarta
berasal dari daratan.

4
4

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran

5

2

METODE

Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Desember 2014. Waktu
dan lokasi pengambilan sampel pada bulan April dilakukan pada tanggal 1-3 April
2014 sedangkan pada bulan September dilakukan pada tanggal 10-12 September
2014 di perairan Teluk Jakarta. Analisis logam berat terlarut dan sedimen pada
bulan April dilakukan pada tanggal 4 April 2014 sedangkan pada bulan
September dilakukan pada tanggal dilakukan pada tanggal 13 September 2014 di
Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen MSP-IPB sedangkan untuk
pengolahan data dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimiawi Departemen
ITK-IPB. Peta Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

6

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Van Dorn, Van Veen,
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) dan Atomic Absorbtion
Spectofotometer (AAS) sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain akuades, HNO3, MIBK dan APDC. Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Alat

Bahan

Nama

Spesifikasi

Nama

Spesifikasi

GPS

Garmin Map 76

Kertas Saring

Whatman 41

Van Dorn

Philip BL 1516

Akuades

(PA)

Van Veen

Precisa XT 220 A

Alumium Foil

Klinpak 8 m X 30 cm

TOAA

U 50 Series

Larutan Buffer

(PA)

ADCP

AWAC Nortek

NH4Cl

(PA)

Refraktometer

XY-8765

MIBK

(PA)

pH meter

Stabech AT- 9533

HCl

(PA)

Turbidimeter

D-600

APDC

(PA)

Oven

EYELA NDO-400

NaNO3

(PA)

Penangas

Sanken 562221

H2O2

(PA)

Pompa Vakum

Model VE115N

HNO3

(PA)

Desikator

Thermolyne MAXI

Kertas Label

Mariko 18 mm X 38 mm

Pipet Volumetrik

Pyrex

Tissue

Paseo

Perangkat Lunak

Surfer 8

Perangkat Lunak
Perangkat Lunak

Microsoft Excel
2007
MATLAB 2010

Perangkat Lunak

LINUX

Laptop

Acer Aspire 4736

Atomic Absorbtion
Spectofotometer (AAS)

Pin Aacle 900 H

Keterangan : PA = Jenis prinsip analisis

7

Sumber Data
Data arus, pasang surut, suhu, salinitas, kekeruhan, derajat keasaman (pH),
partikel tersuspensi (TSS), logam berat baik terlarut maupun sedimen
menggunakan data primer atau data hasil pengukuran lapang sedangkan untuk
data model arus digunakan data sekunder P3SDLP Balitbang-KP. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sumber data yang digunakan dalam penelitian
Jenis Data
Arus

Sifat Data
Primer




Model Arus

Pasang Surut



Suhu



Kekeruhan



Salinitas



Derajat
Keasaman (pH)
Partikel
Tersuspensi
(TSS)
Logam Berat
Terlarut
Logam Berat
Sedimen






Sumber Data

Satuan

Survei Lapang
2014
P3SDLP
Balitbang-KP dan
Regional Ocean
Modeling
Simulation
(ROMS)
P3SDLP
Balitbang-KP
Survei Lapang
2014
Survei Lapang
2014
Survei Lapang
2014
Survei Lapang
2014
Survei Lapang
2014

m/s

Sekunder

Survei Lapang
2014
Survei Lapang
2014

cm/s

m
⁰C

NTU
psu
mg/l

mg/l
mg/kg

Pengukuran Parameter Hidro-Oseanografi
Parameter hidro-oseanografi untuk fisika perairan meliputi suhu, arus dan
pasang surut menggunakan data lapang dan sekunder tahun 2014 dari P3SDLP
Balitbang-KP. Untuk kimia perairan yang dilakukan pengukuran di lapangan
meliputi salinitas, kekeruhan dan derajat keasaman (pH) dilakukan menggunakan
alat TOAAU 50 Series sedangkan logam berat dilakukan pengambilan contoh air
dan sedimen untuk dianalisis di laboratorium melalui penjelasan sebagai berikut.
Pengambilan Contoh Air Laut
Contoh air laut diambil menggunakan Van Dorn Water Sampler dengan
volume 2 liter yang terbuat dari bahan Poly Vinyl Clorida (PVC). Contoh air laut
dimasukkan ke dalam botol polyetilen bersih sesuai standar APHA (2012) dengan

8

volume 1 liter dan disimpan di dalam kotak es selama proses transportasi menuju
laboratorium untuk dilakukan analisis.
Pengambilan Contoh Sedimen
Contoh sedimen diambil menggunakan Van Veen Grab. Contoh sedimen
dimasukkan ke dalam botol polyetilen bersih sesuai standar APHA (2012) dengan
volume 250 ml dan disimpan di dalam kotak es selama proses transportasi menuju
laboratorium untuk dilakukan analisis.
Analisis Partikel Tersuspensi (TSS)
Analisis partikel tersuspensi mengikuti prosedur APHA (2012) yang
secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh air laut sebanyak 100 ml disaring
menggunakan filter selulosa dengan ukuran 0.45 (bersih, kering dan ditimbang
berat awal). Filter selulosa hasil penyaringan selanjutnya dikeringkan dalam oven
103 °C sampai 105 °C selama 1 jam. Filter selulosa didinginkan dalam desikator
dan ditimbang untuk didapatkan berat akhir.
Analisis Logam Berat Terlarut
Analisis logam berat terlarut mengikuti prosedur APHA (2012) yang
secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh air laut sebanyak 250 ml disaring
menggunakan filter selulosa dengan ukuran 0.45 µm dan selanjutnya ditambahkan
asam nitrat (HNO3) pekat sampai pH < 2 lalu diekstraksi dengan 5 ml APDC dan
25 ml MIBK. Hasil ekstraksi dalam fase organik selanjutnya dilarutkan kembali
dengan menambahkan 2 ml asam nitat (HNO3) pekat sehingga terbentuk ion
logam yang larut dalam fase air. Konsentrasi logam berat diukur nilainya dengan
mengguankan AAS Pin Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 ppm.
Analisis Logam Berat Sedimen
Analisis logam berat dalam sedimen mengikuti prosedur APHA (2012)
yang secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh sedimen sebanyak 50 gr
dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 103-105 °C selama 1 hari.
Contoh sedimen didinginkan pada desikator dan ditimbang sebanyak 1 gr. Contoh
sedimen dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan 5 ml HNO3
dan dipanaskan diatas penangas hingga volume berkurang menjadi 1 ml. Contoh
sedimen ditambahkan lagi 10 ml HNO3 dan 10 ml HClO4 hingga menjadi larutan.
Larutan dipanaskan kembali hingga volume berkurang menjadi 5 ml sampai tidak
ada asap putih yang muncul. Larutan didinginkan dan disaring dengan filter
selulosa dengan ukuran 0.45 µm kemudian dibilas dengan akuades sampai volume
100 ml. Larutan dimasukkan ke dalam botol sampel dan diinjeksi dengan
menggunakan AAS Pin Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 ppm.

9

Analisis Data
Analisis data arus dan pasang surut dilakukan dengan melihat arah,
kecepatan dan tinggi elevasi menggunakan Matlab 9, sedangkan suhu, salinitas,
derajat keasaman (pH), partikel tersuspensi (TSS), kekeruhan, logam berat terlarut
dan sedimen dilakukan dengan melihat pola distribusi konsentrasi menggunakan
Microsoft Excel.
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan April dan
Bulan September
Perairan Teluk Jakarta merupakan perairan yang relatif dangkal sehingga
sangat dipengaruhi oleh kondisi hidro-oseanografi (Hadikusumah 2007). Nilai
elevasi pasang surut pada saat pengambilan sampel pada bulan April
menunjukkan tunggang pasang surut (pasut) mencapai 0.5 m dengan pasang
tertinggi 0.9 m dan surut terendah 0.4 m (Gambar 3a) sedangkan pada saat
pengambilan sampel pada bulan September menunjukkan tunggang pasut juga
mencapai 0.3 m dengan pasang tertinggi 0.7 m dan surut terendah 0.4 m (Gambar
3b). Pasang surut di Teluk Jakarta bersifat tunggal dengan kisaran pasang tertinggi
0.4-1.54 m dan surut terendah 0.02-0.86 m (Ilahude dan Lisaputra 1980; Indriani
et al. 2010; Lubis dan Yosi 2012 dan Newyeara et al. 2014). Pengambilan sampel
pada tanggal 1 April 2014 untuk stasiun 13 pada jam 11:01 pada saat surut,
stasiun 10 pada jam 12:45 pada saat surut, stasiun 7 pada jam 15:50 pada saat
surut menuju pasang, stasiun 4 pada jam 16:20 pada saat surut menuju pasang dan
satsiun 1 pada jam 16:57 pada saat surut menuju pasang. Titik pengambilan
sampel tanggal 2 April 2014 untuk stasiun 14 pada jam 11:52 pada saat surut,
stasiun 11 pada jam 12:28 pada saat surut, stasiun 8 pada jam 14:01 pada saat
surut, stasiun 5 pada jam 14:32 pada saat surut menuju pasang dan stasiun 2 pada
jam 15:01 pada saat surut menuju pasang. Untuk titik pengambilan sammpel pada
3 April 2014 untuk stasiun 15 pada jam 11:27 pada saat surut, stasiun 12 pada jam
11:57 pada saat surut, stasiun 9 pada jam 12:25 pada saat surut, stasiun 6 pada jam
12:53 pada saat surut dan stasiun 3 pada jam 13:25 pada saat surut. Kondisi
pasang surut pada saat pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan April
sebagian besar berada dalam kondisi muka air surut.
Pada bulan September titik pengambilan sampel yang dilakukan pada
tanggal 10 September 2014 untuk stasiun 15 pada jam 10:07 pada saat pasang,
stasiun 12 pada jam 11:40 pada saat pasang, stasiun 9 pada jam 13:14 pada saat
pasang, stasiun 6 pada jam 13:51 pada saat pasang dan stasiun 3 pada jam 14:24
pada saat pasang. Titik pengambilan sampel tanggal 11 September 2014 untuk
stasiun 14 pada jam 09:45 pada saat pasang, stasiun 11 pada jam 10:23 pada saat
pasang, stasiun 8 pada jam 11:40 pada saat pasang, stasiun 5 pada jam 13:55 pada
saat pasang dan stasiun 2 pada jam 14:14 pada saat pasang. Untuk titik
pengambilan sampel pada 12 September 2014 untuk staisun 13 pada jam 09:13
pada saat pasang, stasiun 10 pada jam 09:47 pada saat pasang, stasiun 7 pada jam
10:39 pada saat pasang, stasiun 4 pada jam 11:15 pada saat pasang dan stasiun 1
pada jam 11:50 pada saat pasang. Kondisi pasang surut pada saat pengambilan

10

sampel yang dilakukan pada bulan September sebagian besar berada dalam
kondisi muka air pasang. Pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan April
pada saat kondisi surut dan pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan
September pada saat kondisi pasang berkaitan dengan perbedaan pola sirkulasi
arus pasang surut di perairan Teluk Jakarta. Hal ini diduga yang menyebabkan
perbedaan variasi konsentrasi logam berat di perairan Teluk Jakarta. Kondisi
pasang surut perairan Teluk Jakarta saat penelitian pada bulan April dan bulan
September dapat dilihat pada Gambar 3a dan 3b.

(a)

(b)
Gambar 3 Kondisi pasang surut pada saat kondisi (a) pengambilan sampel pada
bulan April (b) pengambilan sampel pada bulan September di perairan
Teluk Jakarta.

11

Validasi arus hasil simulasi perlu dilakukan agar dapat diketahui sejauh
mana penyimpangan dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Suatu hasil simulasi
dapat dikatakan valid jika hasil simulasi memiliki pola yang konsisten dengan
data lapangan. Validasi arus pasang surut pada bulan April dilakukan dengan
membandingkan arus hasil simulasi pada grid yang terpilih dengan data
pengukuran lapangan pada tanggal 15-18 April 2014 dengan koordinat 6.0853 LS
dan 106.7701 BT. Kecepatan minimum, rata-rata dan maksimum arus hasil
simulasi adalah sebesar 0 cm/s, 1.6 cm/s dan 5.2 cm/s, sedangkan kecepatan
minimum, rata-rata dan maksimum arus total hasil pengukuran lapang sebesar 0
cm/s, 7.6 cm/s dan 18 cm/s. Hasil validasi data arus hasil simulasi dengan arus
total pengukuran lapang untuk arah arus sebagian besar dominan sama namun
untuk kecepatan arus terdapat perbedaan. Kecepatan arus hasil pengukuran lapang
jauh lebih besar dibandingkan kecepatan arus hasil simulasi. Perbedaan hasil
kecepatan arus pengukuran lapang dibandingkan kecepatan arus dari hasil
simulasi disebabkan karena simulasi arus yang dilakukan hanya menggunakan
pasang surut dan angin saja sebagai gaya pembangkit arus sedangkan di alam
gaya pembangkit arus sangat komplek sehingga terdapat perbedaan pola antara
data yang dihasilkan simulasi model arus dengan data pengukuran lapang. Secara
umum arah arus hasil simulasi dapat digunakan untuk melihat kondisi sirkulasi
arus di perairan Teluk Jakarta pada bulan April. Validasi data arus pasang surut
pada bulan April di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 4a dan 4b.

(a)

(b)
Gambar 4 Validasi data arus pasang surut simulasi (a) dengan data arus
pengukuran lapang (b) pada bulan April di perairan Teluk Jakarta.

12

Validasi arus pasang surut pada bulan September dilakukan dengan
membandingkan tinggi muka muka laut dari hasil simulasi Regional Ocean
Modelling System (ROMS) dengan data tinggi muka air laut Sea Surface Height
(SSH) dari satelit altimetri (AVISO). Secara keseluruhan, kenaikan muka laut dari
data satelit altimetri memiliki pola yang sama dengan tinggi muka laut dari data
hasil simulasi ROMS sehingga data arus hasil simulasi dapat digunakan untuk
melihat kondisi sirkulasi arus diperairan Teluk Jakarta September. Validasi data
arus pasang surut pada bulan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat
pada Gambar 5.

Gambar 5

Validasi data arus pada bulan September di perairan Teluk Jakarta
(Atmadipoera AS 11 Juni 2015, komunikasi pribadi).

Validasi data simulasi pola arus rata-rata pada bulan April dan September
di perairan Teluk Jakarta dilakukan dengan membandingkan data tinggi muka laut
dari simulasi Regional Ocean Modelling System (ROMS) dengan data data tinggi
muka air laut Sea Surface Height (SSH) dari satelit altimetri (AVISO) tahun
2005-2010. Data satelit altimetri dirata-ratakan mingguan dalam periode bulanan.
Sebagai perbandingan adalah data tinggi muka laut (zeta) simulasi Regional
Ocean Modelling System (ROMS) pada tahun ke 5. Data simulasi ROMS
memiliki rataan harian. Kedua data ini dibuatkan nilai anomali atau datum Mean
Sea Level (MSL) sehingga nilai tinggi muka laut dapat dibandingkan. Hail
validasi menunjukka nilai tinggi muka laut dari data satelit altimetri menunjukkan
tinggi muka laut pada bulan April dominan besar berada di bawah nol atau ratarata muka laut Mean Sea Level (MSL) sedangkan pada bulan September tinggi
muka laut dominan besar di atas nol atau rata-rata muka laut Mean Sea Level
(MSL). Hal yang sama ditunjukkan juga pada hasil simulasi ROMS. Data
simulasi ROMS memiliki rataan harian sehingga fluktuasi muka laut lebih banyak
terjadi pada data hasil simulasi tersebut. Secara keseluruhan, kenaikan tinggi
muka laut dalam periode bulanan data dari satelit altimetri memiliki pola yang
sama dengan tinggi muka laut dari data hasil simulasi ROMS. Secara umum data
arus hasil simulasi dapat digunakan untuk melihat kondisi sirkulasi arus rata-rata
bulanan diperairan Teluk Jakarta pada bulan April dan September. Validasi arus

13

rata-rata pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat
pada Gambar 6a dan 6b.

(a)

(b)
Gambar 6

Validasi arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan September (b)
di perairan Teluk Jakarta (Atmadipoera AS 11 Juni 2015,
komunikasi pribadi).

14

Simulasi sirkulasi arus pasang surut pada bulan April dan September di
perairan Teluk Jakarta dilakukan berdasarkan pada kondisi pasang dan surut. Pada
kondisi pasang terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu pada saat muka air
(mean sea level) menuju pasang tertinggi dan pada saat muka air berada pada
pasang tertinggi. Pada saat surut terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu
pada saat muka air (mean sea level) menuju surut terendah dan pada saat muka air
berada pada surut terendah. Data arus hasil simulasi yang dihasilkan merupakan
nilai kecepatan arus rata-rata untuk seluruh kolom perairan yang telah
diintegrasikan terhadap kedalaman dari dasar sampai ke permukaaan bebas. Pola
arus bulan April pada saat kondisi muka air (mean sea level) menuju pasang
tertingi arus masuk ke dalam teluk dari bagian mulut teluk sebelah Timur dan
selanjutnya bergerak ke dalam teluk melewati daerah pantai Teluk Jakarta yang
akhirnya keluar teluk melalui mulut teluk bagian Barat (Gambar 7a). Pada daerah
tengah teluk terlihat kecepatan arus lebih besar dibandingkan dengan dekat pantai.
Hal ini terjadi akibat adanya perubahan kedalaman dari arah mulut teluk ke arah
pantai yang semakin dangkal sehingga kecepatan arus akan semakin kecil akibat
adanya pengaruh gesekan dasar perairan yang akan mengurangi kecepatan arus.
Pola arus bulan September yang dihasilkan dari Regional Ocean Modelling
System (ROMS) pada saat kondisi muka air (mean sea level) menuju pasang
tertingi menunjukkan hasil yang konsisten dengan bulan April dimana arus masuk
ke dalam teluk dari bagian mulut teluk sebelah Timur dan selanjutnya bergerak ke
dalam teluk melewati daerah pantai Teluk Jakarta yang akhirnya keluar teluk
melalui mulut teluk bagian Barat (Atmadipoera AS 11 Juni 2015, komunikasi
pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air (mean sea level) menuju pasang
tertinggi di perairan Teluk Jakarta arus masuk ke dalam teluk dari Timur melewati
pantai dan akhirnya keluar melalui bagian Barat dengan kecepatan rata-rata
sebesar 0.098-18 cm/s (Putri dan Mihardja 1999; Suriwati et al. 2004; Sanusi et
al. 2005 dan Newyeara et al. 2014). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang
tertinggi telihat pola arus tidak beraturan dan kecepatan arus mulai berkurang
(Gambar 7b). Pola arus bulan September yang dihasilkan dari Regional Ocean
Modelling System (ROMS) pada saat kondisi muka air (mean sea level) pasang
tertingi menunjukkan hasil yang konsisten dengan bulan April dimana telihat pola
arus tidak beraturan dan kecepatan arus mulai berkurang (Atmadipoera AS 11
Juni 2015, komunikasi pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang
tertinggi telihat pola arus tidak beraturan dengan kecepatan sebesar 7.7 cm/s
(Suriwati et al. 2004). Besarnya kecepatan arus pada saat kondisi muka air saat
pasang tertinggi berbeda dengan saat muka air (mean sea level) menuju pasang
tertinggi. Kecepatan arus pada saat muka air (mean sea level) menuju pasang
tertinggi lebih besar dengan pola yang lebih teratur dibandingkan dengan muka air
pada saat pasang tertinggi yang tidak teratur. Hal ini karena pada saat kondisi
muka air pasang tertinggi terdapat keadaan yang hampir setimbang atau sama rata
di atas posisi duduk tengah (mean sea level) terhadap muka air sehingga
perbedaan gradien tekanan sangat kecil atau hampir tidak ada perbedaan gradien
terhadap muka air. Kecilnya perbedaan gradien tekanan membuat pergerakan
masa air juga menjadi semakin kecil sehingga pada kondisi ini kecepatan arus
sangat kecil sekali dengan arah arus yang tidak beraturan. Kondisi sebaliknya
terjadi pada saat muka air (mean sea level) menuju pasang tertinggi. Pada kondisi
ini terdapat perbedaan gradien tekanan yang cukup besar sehingga membuat

15

pergerakan massa air semakin besar juga sehingga pada kondisi ini kecepatan arus
sangat besar dengan arah yang beraturan bergerak dari Timur masuk ke dalam
teluk melewati pantai dan keluar melalui Barat. Hasil simulasi pola arus pada saat
muka air (mean sea level) menuju pasang tertinggi dan pada saat muka air berada
pada pasang tertinggi pada bulan April dapat dilihat pada Gambar 7a dan 7b.

(a)

(b)
Gambar 7

Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level) menuju
pasang tertinggi (a) dan pasang tertinggi (b) di perairan Teluk
Jakarta pada bulan April (Pranowo et al. 2014).

16

Pola arus pada saat kondisi muka air (mean sea level) menuju surut
terendah terlihat arus bergerak masuk ke dalam teluk melalui mulut teluk bagian
Barat dan bergerak ke daerah pantai Teluk Jakarta yang akhirnya keluar teluk
melalui mulut teluk bagian Timur (Gambar 8a). Pola arus bulan September yang
dihasilkan dari Regional Ocean Modelling System (ROMS) pada saat kondisi
muka air (mean sea level) menuju surut terendah menunjukkan hasil yang
konsisten dengan bulan April dimana arus terlihat arus bergerak masuk ke dalam
teluk melalui mulut teluk bagian Barat dan bergerak ke daerah pantai Teluk
Jakarta yang akhirnya keluar teluk melalui mulut teluk bagian Timur
(Atmadipoera AS 11 Juni 2015, komunikasi pribadi). Pada saat kondisi muka air
(mean sea level) menuju surut terendah di perairan Teluk Jakarta arus bergerak
masuk ke dalam teluk dari Barat melewati pantai dan akhirnya keluar melalui
bagian Timur dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.12-15 cm/s (Putri dan
Mihardja 1999; Suriwati et al. 2004; Sanusi et al. 2005 dan Newyeara et al.
2014). Pada saat muka air surut terendah pola arus kembali terlihat tidak beraturan
dan kecepatan arus juga semakin berkurang (Gambar 8b). Pola arus bulan
September yang dihasilkan dari Regional Ocean Modelling System (ROMS) pada
saat kondisi muka air (mean sea level) surut terendah menunjukkan hasil yang
konsisten dengan bulan April dimana arus arus kembali terlihat tidak beraturan
dan kecepatan arus juga semakin berkurang (Atmadipoera AS 11 Juni 2015,
komunikasi pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang tertinggi telihat
pola arus tidak beraturan dengan kecepatan sebesar 3.4 cm/s (Suriwati et al.
2004). Besarnya kecepatan dan arus rata-rata pada saat muka air saat surut
terendah juga berbeda dengan saat muka air (mean sea level) menuju surut
terendah. Kecepatan arus pada saat muka air (mean sea level) menuju surut
terendah lebih besar dengan pola teratur dibandingkan dengan muka air pada saat
surut terendah yang tidak teratur. Hal ini karena pada saat kondisi muka air pada
saat surut terendah terdapat keadaan yang hampir setimbang atau sama rata di
bawah posisi duduk tengah (mean sea level) terhadap muka air sehingga terdapat
perbedaan gradien tekanan sangat kecil atau hampir tidak ada perbedaan gradien
terhadap muka air. Kecilnya perbedaan gradien tekanan membuat pergerakan
masa air juga menjadi semakin kecil sehingga pada kondisi ini kecepatan arus
sangat kecil dengan arah yang tidak beraturan. Kondisi sebaliknya terjadi pada
saat muka air (mean sea level) menuju surut terendah. Pada kondisi ini terdapat
perbedaan gradien tekanan yang cukup besar sehingga membuat pergerakan
massa air juga semakin besar. Pada kondisi ini kecepatan arus sangat besar
dengan arah yang beraturan bergerak dari Barat masuk ke dalam teluk melewati
pantai dan keluar melalui Timur. Hasil simulasi pola arus pada saat muka air surut
(mean sea level) menuju surut terendah dan muka air surut terendah pada bulan
April dapat dilihat pada Gambar 8a dan 8b.

17

(a)

(b)
Gambar 8

Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level) menuju
surut terendah (a) dan surut terendah (b) di perairan Teluk Jakarta
pada bulan April (Pranowo et al. 2014)

18

Pola sirkulasi arus di perairan teluk dan dekat daratan biasanya
dipengaruhi oleh rambatan pasang surut. Koropitan dan Ikeda (2008) mengatakan
rambatan pasang surut di Laut Jawa didominasi oleh komponen K1 yang
merambat dari Laut Flores dibagian timur dan berakhir di Laut Jawa yang
menghasilkan resonansi yang menguatkan amplitudo pasang surut di bagian
tengah sebagai akibat dari batas tertutup Pulau Sumatera di bagian barat.
Hatayama (1996) menambahkan komponen pasang surut K1 merambat dari
Samudera Pasifik menuju Laut Jawa melalui 3 jalur yaitu melewati Laut Cina
Selatan menuju Laut Jawa, melewati Laut Sulawesi menuju Selat Makasar
kemudian berbelok ke Laut Jawa dan melewati Laut Halmahera melewati Laut
Flores menuju Laut Jawa. Fatoni (2011) menjelaskan rambatan passing surut
dengan komponen K1 di Laut Jawa merambat dari Timur ke Barat dengan
perubahan jam 20 menuju jam 24 dengan amplitudo yang rapat di sekitar Laut
Jawa sebesar 15 cm sampai 50 cm. Pasang surut di Teluk Jakarta dominan besar
dipengaruhi komponen K1 karena berbatasan langsung dengan Laut Jawa yang
merambat berasal dari Laut Flores. Pada kondisi pasang dan surut pada wilayah
teluk ditandai arah arus yang bolak-balik. Di perairan Teluk Jakarta pada saat arah
gelombang pasang ditandai dengan arah Timur menuju ke Barat sedangkan pada
saat surut ditandai dengan arah yang berkebalikan dari Barat menuju ke Timur.
Pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan April yang masih berada dalam
kisaran Musim Peralihan I terlihat pengaruh dari Musim Barat sudah mulai hilang
namun pengaruh dari Musim Timur sudah mulai muncul yang terlihat pola arus
yang melemah menuju ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 1-4 cm/s (Gambar
9a). Pola arus di perairan Teluk Jakarta pada Musim Peralihan I bergerak dominan
ke arah Timur dan Barat Daya dengan kecepatan sebesar 0.05-2.3 cm/s
(Hadikusumah 2007 dan Simanjuntak 2007). Lubis dan Yosi (2012)
menambahkan pola arus pada bulan April di perairan Teluk Jakarta dominan ke
arah Utara dan Timur Laut dengan kecepatan sebesar 0.3-7.78 cm/s. Pola arus
sirkulasi rata-rata pada bulan September yang masih berada dalam kisaran Musim
Peralihan II terlihat pengaruh dari Musim Timur masih sangat kuat dimana pola
arus terlihat dominan menuju ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 1-6 cm/s
(Gambar 9b). Simanjuntak (2007) menyatakan pola arus di perairan Teluk Jakarta
pada Musim Peralihan II bergerak dominan ke arah Barat, Barat dan Tenggara
dengan kecepatan sebesar 0.07-3.8 cm/s. Pola arus pada bulan September di
perairan Teluk Jakarta dominan ke arah Barat, Utara dan Timur Laut dengan
kecepatan sebesar 0.8-3.4 cm/s (Hadikusumah 2007 dan Newyeara et al. 2012).
Kecepatan arus bulan September lebih besar dibandingkan dengan kecepatan arus
bulan April. Wyrtki (1996) menjelaskan bahwa pola arus di Laut Jawa pada bulan
April-September bergerak ke arah Barat. Perbedaan kecepatan arus rata-rata ini
diduga mempengaruhi perbedaan profil logam berat pada bulan April dan
September di perairan Teluk Jakarta. Simulasi pola arus rata-rata pada bulan April
dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 9a dan 9b.

.

19

(a)

(b)
Gambar 9

Hasil simulasi pola arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan
September (b) di perairan Teluk Jakarta (Atmadipoera AS 11 Juni
2015, komunikasi pribadi).

20

Suhu perairan pada bulan April berkisar antara 30-31.3 °C dengan ratarata sebesar 30.6 °C (Gambar 10a) sedangkan pada bulan September berkisar
antara 28.9-30.2 °C dengan rata-rata sebesar 29.3 °C (Gambar 10b). Hasil
penelitian sebelumnya mengatakan suhu perairan Teluk Jakarta berkisar 28.9-31.2
°C (Illahude 1995; Wiliam et al. 2000; Paonganan et al. 2005; Hadikusumah 2008
dan Kusuma et al. 2014). Kondisi suhu di perairan Teluk Jakarta tidak lepas dari
pengaruh Laut Jawa yang mengalami pengingkatan yang mencapai puncaknya
pada Musim Peralihan I dan Musim Peralihan II karena pada ke dua musim ini
tiupan angin relatif lemah dan memiliki konsistensi arah yang labil sehingga
pemanasan lebih maksimal (Syahdan 2015). Illahude (1995) menambahkan suhu
di Teluk Jakarta secara normal mengalami dua kali nilai minimum dan dua kali
nilai maksimum setiap tahunnya. Nilai minimum pada bulan Februari karena
angin Musim Barat yang cukup keras dan minimum bulan Agustus yang
disebabkan oleh penguapan yang relatif tinggi oleh pengaruh angin Musim Timur.
Salinitas perairan pada bulan April berkisar 23.1-29.4 psu dengan rata-rata
sebesar 27.75 psu (Gambar 10c) sedangkan pada bulan September berkisar antara
29.5-30.6 psu dengan rata-rata sebesar 30.2 psu (Gambar 10d). Hasil penelitian
sebelumnya menunjukkan salinitas perairan Teluk Jakarta berkisar 22-32.4 psu
(Praseno dan Kastoro 1979; Illahude 1995; Mezuan 2007; Sutisna 2007;
Hadikusumah 2008 dan Kusuma et al. 2014). Salinitas di perairan Teluk Jakarta
juga tidak lepas dari pengaruh Laut Jawa yang mengalami dua kali minimum pada
bulan Februari dan September dan dua kali nilai maksimum sekitar bulan Mei dan
November (Illahude 1995). Minimum pada bulan Februari lebih rendah dari
mimimum bulan September disebabkan tambahan pengenceran oleh curah hujan
dan maksimum bulan November lebih besar dari bulan Mei disebabkan karena
massa air Laut Pasifik yang masuk dari bagian Timur tidak mengalami
pengenceran oleh sungai-sungai di bagian Timur. Derajat keasaman (pH) perairan
pada bulan April berkisar 6.98-7.48 dengan rata-rata sebesar 7.23 (Gambar 10e)
sedangkan pada bulan September berkisar antara 7.80-8.17 dengan rata-rata
sebesar 8.02 (Gambar 10f). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan derajat
keasaman (pH) perairan Teluk Jakarta berkisar 6.5-8.1 (Praseno dan Kastoro
1979; Wiliam et al. 2000; Paonganan et al. 2005; Sutisna 2007; BPLHD 2010 dan
Kusuma et al. 2014). Kondisi suhu dan salinitas perairan Teluk Jakarta pada bulan
April dan bulan September dapat dilihat pada Gambar 10.

(a)

(b)

21

(c)

(e)

(d)

(f)

Gambar 10 Kondisi suhu permukaan bulan (a) April dan (b) September, salinitas
permukaan bulan (c) April dan (d) September, derajat keasaman (pH)
permukaan bulan (e) April dan (f) September.
Partikel tersuspensi (TSS) perairan pada bulan April berkisar 27-54 mg/l
dengan rata-rata sebesar 37.26 mg/l (Gambar 11a) sedangkan pada bulan
September berkisar antara 25-68 mg/l dengan rata-rata sebesar 54.26 mg/l
(Gambar 11b). Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan partikel tersuspensi
(TSS) perairan Teluk Jakarta berkisar 5-45.2 mg/l (Pemda DKI 1999; Mezuan
2007; Sutisna 2007 dan Kusuma et al. 2014). Kekeruhan perairan pada bulan
April berkisar antara 0.49-4.64 NTU dengan rata-rata sebesar 1.04 NTU (Gambar
11c) sedangkan pada bulan September berkisar berkisar antara 0.52-3.42 NTU
dengan rata-rata sebesar 1.32 NTU (Gambar 11d). Hasil penelitian sebelumnya
mengatakan kekeruhan perairan Teluk Jakarta berkisar antara 1.58-85.05 NTU
(Dahlia 2009; Sutisna 2007 dan Madubun 2008). Secara umum hasil penelitian
menunjukkan bahwa kontribusi input masukan dari daratan yang dibawa dari

22

melalui sungai atau drainase yang masuk ke wilayah dekat daratan sangat
mempengaruhi kondisi hidro-oseanografi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta
baik pada bulan April maupun bulan September terutama suhu, salinitas, derajat
keasaman (pH) dan partikel tersuspensi (TSS) serta kekeruhan. Kondisi salinitas
dan derajat keasaman (pH) yang terlihat rendah sedangkan suhu, kekeruhan dan
partikel tersuspensi (TSS) yang terlihat tinggi di wilayah dekat daratan
membuktikan bahwa kondisi hidro-oseanografi perairan Teluk Jakarta baik pada
bulan April maupun bulan September sebagian sangat besar dipengaruhi oleh
aktivitas dari daratan. Kondisi derajat keasaman (pH), partikel tersuspensi (TSS)
dan kekeruhan perairan Teluk Jakarta pada bulan April dan bulan September
dapat dilihat pada Gambar 11.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 11 Kondisi partikel tersuspensi (TSS) permukan bulan (a) April dan (b)
September serta kekeruhan permukaan bulan