Tipe & Size (, 222K) edisi2 pdf 2a
Transkip Wawancara dengan Bupati Kabupaten Sukabumi
H. Sukmawijaya
BUTARU
: Kabupaten Sukabumi telah
menjadi
kota
minapolitan
pertama,
bagaimana sejarahnya?
SUKMA
: Bila ditanyakan sejarahnya, tentu
saja tidak lepas dari banyak ragam dan faktor.
Namun demikian, secara alamiah memang Palabuhan
Ratu sudah menjadi penghasil perikanan tangkap
yang paling berpotensi di Jawa Barat bagian selatan
sejak lama. Apalagi, setelah dibangunnya Pelabuhan
Perikanan tahun 1991 dan diresmikan tahun 1993,
intensitas dan kapasitas produksi perikanan tangkap
semakin besar dan menjadi sumber perekonomian
masyarakat. Sejak lama Palabuhan Ratu dikenal
sebagai penghasil ikan segar dengan komoditas
utama antara lain ikan tuna, layur, cakalang dan
udang lobster. Selain itu dikenal juga sebagai
penghasil pindang ikan cakalang dan tongkol. Faktor
lainnya, kedudukan fasilitas penunjang yang berada dalam satu area, merupakan
bentuk ciri sebuah kota minapolitan. Sehingga wajar, kalau akhirnya kita dalam hal
ini pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sukabumi, menyandang gelar sebagai kota
minapolitan. Tapi tentunya, keberhasilan tidak hanya sekedar untuk dibanggakan, tapi
terus ditingkatkan dan dipertanggungjawabkan secara bijaksana sehingga gelar
sekarang ini benar-benar menjadi sebuah semangat baru untuk mengembangkan
Palabuhan Ratu, menjadi daerah terdepan dalam membangun kawasan pesisir.
BUTARU
: Bagaimana perasaan Bapak, setelah Kabupaten Sukabumi
menyandang gelar sebagai Kota Minapolitan yang Pertama
di
Indonesia?
SUKMA
: Tentu saja bangga tapi kebanggan itu bukan hanya milik saya sendiri,
tapi milik semua warga Kabupaten Sukabumi khususnya dan masyarakat Jawa Barat
pada umumnya. Dalam hal ini, kita patut memanjatkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas dicanangkannya Palabuhan Ratu sebagai Kota Minapolitan berbasis
perikanan tangkap. Karena ke depan akan terjadi peningkatan pembangunan baik
intensitas maupun kapasitasnya yang terkait dengan perikanan tangkap khususnya
juga sektor lainnya yang menunjang pembangunan kota Minapolitan.
Persasaan bangga yang kini tentu sedang dirasakan semua lapisan masyarakat
Kabupaten Sukabumi, seyogyanya akan terus memompa semangat membangun
Kabupaten Sukabumi secara menyeluruh dalam sektor perikanan. Penghargaan yang
sekarang sudah dicapai, akan menjadi titik awal pencapaian yang baru terutama dalam
sektor bahari. Kita (Pemerintah Kabupaten) telah mempunyai program jangka
menengah daerah yang di dalamnya telah terstruktur semua pola pembangunan
sehingga Insyaallah, Palabuhan Ratu ini, tidak hanya sebagai kota minapolitan tapi
kota untuk semua yang memberikan kemaslahatan dan kenyamanan bagi
masyarakatnya.
BUTARU
: Apakah keberhasilan itu merupakan bagian dari rencana
pembangunan yang tertuang dalam Visi dan Misi Kabupaten Sukabumi?
SUKMA
: Visi Kabupaten Sukabumi adalah Terwujudnya Perubahan
Kabupaten Sukabumi Menuju Masyarakat yang Berakhlak Mulia, Produktif dan
Sejahtera. Visi ini ditopang dengan tiga misi, yakni ‘Membangun SDM yang
berakhlak Mulia’, ‘Memantapkan Kinerja Pemerintah Daerah’ dan yang terakhir
‘Menumbuhkembangkan Perekonomian Daerah yang Bertumpu Pada Sektor
Unggulan (Basis) dan Perekonomian Rakyat’.
Dari visi dan misi tersebut, jelas bisa dilihat begitu eratnya keberhasilan yang kita
capai saat ini merupakan satu mata rantai pembangunan. Khususnya di kawasan
Pelabuhan Ratu, pembangunan diarahkan atas dasar historis dan topografi daerah
yang merupakan daerah pesisir pantai selatan yang kaya hasil perikanan laut.
Pembangunan terus digalakan sesuai dengan konsep terutama sejak 10 tahun terakhir
saat saya masih menjabat Bappeda waktu itu, hingga lima tahun ini ketika saya
menjadi Bupati.
Kalau menjawab apakah keberhasilan sekarang tertuang dalam Visi dan Misi, tentu
saja tidak bisa hanya dilihat dari susunan kata yang ada. Tapi harus secara luas
termasuk melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
utuh. Di sana sangat terbuka bagaimana kami betul-betul memprioritaskan
pembangunan dalam semua sektor di wilayah selatan ini. Ya alhamdullilah, saat ini
kerja keras kita bisa dirasakan dengan terpilihnya Kabupaten Sukabumi sebagai Kota
Minapolitan Pertama Berbasis Perikanan Tangkap di Indonesia.
BUTARU
: Dalam mewujudkan sebuah kota Minapolitan, tentunya
bukan hal yang mudah bagi Bapak dan segenap masyarakat Sukabumi.
Dalam kaitan ini, bagaimana Bapak bisa mengharmoniskan kebutuhan
masyarakat majemuk dengan keberadaan kota minapolitan itu sendiri?
SUKMA
: Pembangunan kota Minapolitan ini melibatkan semua sektor, tidak
hanya perikanan saja, jadi keseluruhan lapisan masyarakat tersentuh oleh
pembangunan tersebut (semua OPD telibat secara aktif dalam pembangunan ini).
Dimana masyarakat dan pemerintah saling bersinergi dan berperan aktif, dimana
aspirasi dan peran serta masyarakat diperhatikan serta dilibatkan dalam pembangunan
kota Minapolitan.
Minapolitan ini adalah sebutan atau gelar yang kami terima. Pada prinsipnya,
pembangunan tentu saja tidak bisa satu arah. Kemajemukan masyarakat di Kabupaten
Sukabumi adalah salah satu yang menjadi pilar pembangunan. Dalam hal ini
bagaimana pemerintah daerah dapat mewujudkan pembangunan yang berkeadilan
bagi semua lapisan masyarakat. Di Sukabumi tidak hanya masyarakat nelayan tapi
terdiri dari ragam etnis dan keturunan. Begitupula dengan sektor usaha, di Sukabumi
ini tidak hanya bertumpu pada perikanan tapi masih banyak lainnya yang juga
kedudukan dan potensinya hampir sama dengan sektor bahari. Sebut saja sektor
industri, di mana di beberapa tempat berdiri industri besar yang mampu menyerap
tenaga kerja cukup banyak.
Dalam hal ini, kesinergisan dalam pembangunan, justru membuat daerah ini semakin
besar, kuat dan semakin bisa membuktikan sebagai daerah yang mapan. Apalagi, kita
semua tahu, kalau Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki daerah
paling luas se Jawa – Bali.
BUTARU
: Sebagai kota minapolitan, tentunya bantalan utamanya
adalah sektor perikanan. Bisa Bapak jelaskan, bagaimana potensi bahari
yang ada di Kabupaten Sukabumi sebagai penggerak ekonomi daerah
baik secara pendapatan, dalam hal ini pasokan hasil perikanan terhadap
pendapatan asli daerah, maupun sebagai tulang punggung ekonomi
masyarakat Kabupaten Sukabumi?
SUKMA
: Untuk pendapatan asli daerah dari Dinas Kelautan dan Perikanan
relatif kecil, tetapi efek ekonomi yang ditimbulkannya relatif besar bagi kehidupan
masyarakat.
Potensi Perikanan Tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi ini meliputi :
•
Panjang Pantai 117 Km (9 Kec Pesisir), Fishing Ground
702 Km2
•
Potensi lestari 14.592 Ton / Th
•
RTP Nelayan 12. 368 Orang
•
Pelabuhan Perikanan Nusantara 1 Unit
•
PPI 1 Unit
•
TPI 5 Unit
•
Armada Penangkapan
- Perahu tanpa motor 75 Unit
- Perahu motor 845 Unit
- Kapal motor 280 Unit
•
RTP Pengolah 1.457 Orang
•
6 unit PT (pengusaha) (penanganan ikan segar)
38 KUB pengolahan
116 KUB perikanan tangkap
31 KUB budidaya
Komoditas ungguluan : Tuna, cakalang , layur, lobster dll
• Produktivitas MSY= 14 592 ton/ tahun
• Produktivitas JTB = 80 % X 14 592 = 11 673 ton/ tahun
BUTARU
: Sektor industri perikanan apa saja yang sudah bergerak
dan ada di Kabupaten Sukabumi, baik sekala internasional maupun
nasional?
SUKMA
: Banyak sekali industri perikanan yang sudah beroperasi di Kabupaten
Sukabumi, khususnya di wilayah Palabuhan Ratu. Bahkan untuk beberapa industri
perikanan telah melakukan ekspor ke beberapa negara. Perusahaan-perusahaan yang
ada dan telah beskala internasional untuk komoditas ikan layur masing-masing :
1. PT. AGB Palabuhan Ratu dengan kapasitas ekspor sebanyak 800 Ton /tahun
2. PT. Jiko Gantung Power 700 Ton /tahun
3. PT. Ratu Prima 700 Ton /Tahun
4. CV. Bahari ekspres 600 Ton /Tahun
5. PT. Topmed 750 Ton /Tahun
Total ekspor untuk satu tahun mencapai 3.550 ton. Jumlah ini cukup baik untuk
membuktikan kalau memang sektor bahari di Palabuhan Ratu sangat menjanjikan.
Setidaknya, jumlah ini akan merangsang banyak investor lain terutama dari luar
negeri untuk datang dan menanamkan investasinya di Palabuhan Ratu.
Sementara untuk skala nasional, beberapa industri yang telah berdiri berupa industri
galangan kapal, industri pengolahan hasil perikanan. Tidak hanya itu, gerak usaha
nelayan kecil tradisional juga merupakan potret kalau industri bahari kecil dan besar
berjibaku dan berkompetisi secara sehat mencapai sasaran usaha yang baik dan bisa
menjadi bagian penting roda perekonomian di Kabupaten Sukabumi ini.
BUTARU
: Bagaimana gerak Usaha Kecil Menengah (UKM) sektor
perikanan setelah Kabupaten Sukabumi menjadi kota Minapolitan?
SUKMA
: Berbicara soal UKM, tentu akan luas. Khusus di sektor perikanan,
gerak usaha kecil kerakyatan ini semakin berkembang mengikuti permintaan pasar,
baik UKM yang bergerak pada penjualan ikan segar, penyimpanan/ pendinginan
(coldstorage) maupun pengolahan hasil perikanan. Kita melihat banyak sekali UKM
yang sekarang bermunculan di Kabupaten Sukabumi dan bergerak di pengolahan
perikanan. Kita sebut pengolahan kerupuk kulit ikan. Industri rumahan ini, ternyata
mampu bertahan di saat krisis melanda tanah air ini dan mampu memberdayakan
sumber daya manusia yang tidak sedikit.
Jadi kalau saya sebut, UKM di Kabupaten Sukabumi ini tidak kalah dengan daerah
lain bahkan mungkin lebih. Setiap saya keliling ke beberapa tempat selalu saja saya
temukan industri rumahan yang mengelola hasil perikanan. Para pengusaha ini, selalu
mengaku kalau mereka tetap bertahan dalam kondisi apapun. Kita sebagai
pemnerintah tentunya sangat bangga. Tapi tidak hanya itu, saya sebagai Bupati juga
memberikan perhatian khusus pada UKM ini. Karena saya berpikiran sektor ini
menjadi roda utama usaha rumahan yang mampu memberikan solus terbaik dalam
membantu mengentaskan persoalan pengangguran yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Saya justru berharap, kedepannya gerak UKM ini mampu lebih baik lagi dan bisa
berdaya saing tinggi dengan produk industri besar lainnya. Pemerintah akan selalu
memberikan dukungan yang maksimal terhadap pelaku usaha kecil ini sehingga
mereka menjadi bagian dan partner pemerintah dalam mengembangkan wilayah,
tentunya di bidang ekonomi.
Sebenarnya perlu diketahui kalau jumlah UKM di Kabupaten Sukabumi ini ada
sekitar 17.135 UKM dengan volume usaha mencapai 34,645 miliyar. Adapun jenis
usaha yang digeluti tidak hanya bidang perikanan namun banyak hal lainnya seperti
Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kerajinan, Logam, Batu Aji, Percetakan,
Konveksi, Genteng dan Batako, Transportasi, Catering, Las, Warung dan Toko serta
Perkebunan.
BUTARU
: Bagaimana keharmonisan gerak usaha pengusaha kecil
dan menengah dengan pengusaha besar, apakah ada kerjasama terpadu
sehingga menciptakan pola kerjasama usaha kelautan yang terpadu?
SUKMA
: Saya selaku Bupati terus berusaha membangun jembatan kemitraan
antara usaha perikanan tangkap yang berskala kecil dengan yang lebih besar dimana
antara usaha kecil, menengah dan besar terdapat suatu hubungan saling membutuhkan
dan keterkaitan yang saling menguntungkan.
Pola ini sangat penting untuk membangun sebuah sinergisitas yang baik dalam
mencipatkan keharmonisan usaha. Industri besar, harus mampu menjadi bapak bagi
pengusaha di bawahnya, sehingga jurang pemisaha antara pengusaha besar dan kecil
sudah tidak ada lagi.
BUTARU
: Setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan Pertama di
Indonesia, pembangunan apa saja yang akan mendapat prioritas utama
baik infrasruktur maupun non infrastruktur?
SUKMA
: Prioritas utama dalam pembangunan tentu saja infrastruktur jalan
raya penghubung kota minapolitan dengan daerah lain dan jalan di dalam kawasan
minapolitan. Panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Sukabumi adalah 1.915,71 KM
dengan jalan nasional sepanjang 49,932 KM, Jalan Provinsi 428, 448 KM dan Jalan
Kabupaten sepanjang 428, 448 KM. Kondisi jalan saat ini kurang lebih 62,89 %
beraspal baik dan 37,11 % kerikil dan tanah.
Pembangunan jalan ini diharapkan akan terus terjadi sepanjang tahun sesuai dengan
kemampuan APBD pemerintah daerah. Tentu saja, pembangunan ini untuk
menunjung semua aktivitas kegiatan terutama yang meyangkut transportasi hilir
mudik komoditas bahari yang melalui jalur darat, karena kondisi jalan sangat
mempengaruhi kualitas dan berimbas pada harga jual produk yang dihasilkan.
Selain infrastruktur jalan yang menjadi keutaman pembangunan, ada beberapa hal
penting dalam pembangunan seperti pembangunan sarana dan prasarana yang
berkaitan perikanan tangkap antara lain alabuhan perikanan/ pangkalan pendaratan
ikan, kapal perikanan dan alat tangkap.
Sarana penunjang ini sangat penting karena menurut riset perikanan tangkap dan
pusat penelitian dan pengembangan oseanologi tahun 2005, kelompok ikan pelagis
besar di perairan Samudera Hindia (WWP) 9 yang merupakan daerah fishing ground
nelayan Palabuhan Ratu, masih besar peluang untuk dimanfaatkan. Karena saat ini
baru termanfaatkan sebesar 188.280 ton atu 51,41 % dari potensi sebesar 366.260 ton/
tahun. Begitu juga untuk kelompok ikan pelagis kecil, baru dimanfaatkan sebesar
264.560 ton atau 50,44 % dari potensi sebesar 526.570 ton/ tahun.
Sementara fasilitas dan kondisi PPNP saat ini, bisa saya jelaskan sesuai dengan
fasilitas yang telah dibangun sejak operasionalnya pada tahun 1993 terbagi dari
dermaga I dengan fasilitas pokok berupa Dermaga dengan volume 500 meter,
Dermaga Tambat 310 meter, Dermaga Pendaratan 93 meter, Dermaga Perbekalan 106
meter dengan luas kolam dermaga keseluruhan seluas 3 ha dan semuanya dengan
kondisi baik. Di Dermaga II terdapat dermaga dengan luas 410 meter, Dermaga
Tambat, Dermaga Pendaratan, Dermaga Perbekalan dengan kolam yang memiliki luas
dua hektar ditambah Break Water I disebelah utara sepanjang 125 meter dan Break
Water II di sebelah selatan sepanjang 294 meter serta alur masuk sepanjang 294
meter.
Selain sarana yang disebutkan tadi, ada prioritas pembangunan utama lainnya seperti
sarana pendidikan, kesehatan dan pembangunan pasar di beberapa tempat untuk
menunjang aktivitas usaha perdagangan lokal di Kabupaten Sukabumi.
Adapun pembangunan yang bersifat non infrastruktur yaitu sikap mental semua pihak
yang terkait dengan pembangunan minapolitan yaitu dukungan partisipasi
masyarakat, aparatur pemerintah yang terkait agar tetap memiliki keseriusan,
kepedulian dan kemauan yang kuat untuk membangun kota minapolitan
BUTARU
: Bagaimana dengan tata ruang Kabupaten Sukabumi
setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan?
SUKMA
: Tata ruang ini sangat penting. Kita semua tahu setelah keluarnya
Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka semua daerah
dalam hal ini Provinsi/ Kota/ Kabupaten wajib merampungkan Perda Rencana Tata
Ruang Wilayah. Makanya, kami terus bekerja ekstra cepat untuk menyiapkan
rancangan tata ruang atau RUTRW yang definitif sambil menunggu proses
penyusunan tata ruang dari Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Sukabumi ini cukup luas dengan luasan wilayah 412.519,92 ha dengan
berbatasan langsung untuk wilayah utara dengan Kabupaten Bogor, di Selatan
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, di Barat berbatasan langsung dengn
Kabupaten Lebak dan di wilayah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten
Cianjur.
Dengan karakteristik tersebut, tentu pembahasan Raperda RUTRW ini harus benarbenar cermat dan jeli sehingga Perda RTRW yang dihasilkan benar-benar bisa
mengakomodir semua kepentingan lapisan masyarakat dari berbagai sudut dan arah
wilayah Kabupaten Sukabumi.
Kita saat ini benar-benar mencoba membahas Raperda ini bersama dengan DPRD
Kabupaten Sukabumi. Insyaallah dalam waktu singkat, mungkin kita bisa
merampungkannya, namun demikian kita juga menunggu dengan Perda RTRW
provinsi. Karena bagaimana pun, tetap Perda RTRW Provinisi adalah payung hukum
untuk mengeluarkan Perda Kabupaten selain Undang-undang No 26 tahun 2007
tentang Tata Ruang tadi.
Meski demikian, kaitannya dengan tata ruang ini, dalam waktu dekat Kabupaten
Sukabumi juga akan mengeluarkan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan yang merujuk kepada SK Menteri Departeman Kelautan dan Perikanan.
Dalam konsep ini juga secara utuh telah ada konsep tentang tata ruang meskipun lebih
kecil pada kawasan minapolitan saja. Pokoknya saya benar-benar memberikan
perhatian terhadap Perda Tata Ruang ini, karena tentu saja bakal bisa menciptakan
pengembangan wilayah yang baik. Saat ini kita juga sudah ada revisi untuk Perda
yang kemudian statusnya akan menunggu ketuntasan Perda Provinsi. Ya, kita
harapkan bisa secepatnya rampung.
Saya juga bersyukur karena selama ini, pihak DPRD cukup aktif berpartisipasi dalam
merancang Perda RTRW ini. Kami sering berdiskusi baik secara formal dalam sidang
maupun tidak formal dalam obrolan ringan. Kita berharap Perda Provinisi Jawa Barat
tentang Tata Ruang ini segera selesai sehingga bisa secepatnya diikuti oleh daerah.
BUTARU
: Tantangan terbesar apa saja yang menurut Bapak akan
dihadapi dalam mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai daerah
terdepan dalam sektor perikanan?
SUKMA
: Kesiapan sumber daya manusia, baik pengetahuan dan keterampilan,
dalam menghadapi pembangunan minapolitan, khususnya menghadapi perubahan
palabuhan perikanan nusantara menjadi palabuhan perikanan samudera. Faktor ini
sangat penting, karena kesiapan sumber daya akan sangat berdampak luas pada
perkembangan daerah. Hal ini menyangkut dengan karakter budaya dan cara pandang
masyarakat terhadap sebuah perubahan.
Karena itu, kami sebagai pemerintah daerah terus berupaya melakukan langkahlangkah dan terobosan secara simultan baik itu melalui informasi atau penerangan
langsung ke tiap-tiap dusun yang ada di Kabupaten Sukabumi khusunya di Palabuhan
Ratu. Salah satu langkah yang sedang kita lakukan adalah pembinaan keterampilan
yang melibatkan banyak elemen masyarakat terutama kalangan usia produktif melalui
pelatihan-pelatihan. Kegiatan ini tidak hanya mencakup pelatihan budidaya ikan
melainkan pemahaman secara luas tentang teknologi yang selama ini berkembang dan
sering digunakan di kapal ikan tangkap.
Ya, saya berharap, tindakan ini akan mampu memberikan arti banyak bagi
perkembangan daerah ini sebagai daerah yang baru mendapat gelar Kota Minapolitan.
Tentu saja, dengan kesiapan SDM yang berkualitas dan berdayaguna tinggi akan
membentuk sebuah daerah yang berkembang dan bermanfaat bagi semua
masyarakatnya.
Kita juga selalu memberikan arahan dan pengertian tentang makna dan hakekat Kota
Minapolitan, sehingga masyarakat tidak memandang sempit arti sebuah Kota
Minapolitan tersebut. Ini penting agar masyarakat paham betul dan dapat menerima
dengan baik gelar Kota Minapolitan tersebut hingga membentuk sebuah karakter
masyarakat yang sehat dan sejahtera dan ramah terhadap siapapun pendatang yang
datang ke Pelabuhan Ratu.
Kedua, sumber daya buatan dan teknologi untuk mendukung dan menunjang kota
minapolitan. Kedepannya hal ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah daerah.
Sehingga kita harus sudah merintis bagaimana menghadapi tantangan sehingga tidak
menjadi sebuah hambatan yang berarti dan menghalang laju perkembangan kota
minapolitan.
Dalam hal sumber daya buatan dan teknologi ini, saya sendiri telah memerintahkan
Dinas untuk melakukan sebuah kajian bahkan terobosan agar kendala ini bisa segera
diatasi. Hal-hal yang bisa diambil dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga untuk
melakukan pemenuhuan kebutuhan sumber daya buatan yang mampu menopang
seluruh aktivitas kota minapolitan, atau jika memungkinkan bisa membuat sendiri
dengan menggandeng banyak tenaga ahli yang mumpuni di bidangnya.
Ketiga, keseriusan dan kesungguhan pemangku jabatan dalam rangka menunjang
perkembangan kota minapolitan. Dalam hal ini, tentu saya sendiri harus berkomitmen
untuk bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat membangun Kota
Minapolitan ini menjadi lebih baik ke depannya. Pemangku jabatan dan kebijakan ini
tentu saja tidak hanya sendiri sebagai Bupati, tapi semua pihak di tatanan pemerintah
Kabupaten Sukabumi. Semuanya harus terlibat aktif baik secara pekerjaan maupun
sumbang saran untuk memajukan kota minapolitan.
Jika ini tidak terbentuk, maka sudah pasti Kota Minapolitan ini hanya sebagai
sandangan gelar saja dan itu sangat memprihatinkan. Saya sebagai Bupati tidak akan
membiarkan itu terjadi. Sekuat tenaga saya akan berusaha bersama semua lapisan
terus bangkit dan membangun Kota Minapolitan ini.
BUTARU
: Sebagai Putra Daerah, perkembangan apa saja yang
Bapak harapkan? Apalagi Bapak mempunyai banyak pengamalam di
Pemerintahan.
SUKMA
: Tentunya banyak yang saya harapkan dari Kabupaten Sukabumi.
Salah satunya, saya ingin mewujudkan daerah ini sebagai daerah termaju dalam
segala bidang. Dulu sebelum saya menjabat sebagai Bupati, saya pernah menjadi
Camat hingga Kepala Bappeda, sehingga saya merasakan betul bagaimana keinginan
masyarakat di bawah. Bersama itu, saya sadar betul dengan jabatan saya sekarang,
bukan sekedar jabatan tapi amanah untuk mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai
daerah yang memiliki nilai pembangunan berkeadilan bagi semua pihak.
Tentunya dalam hal ini saya harus mampu meramu semua keinginan masyarakat
Sukabumi menjadi satu bentuk pembangunan yang mengarah pada semua
kepentingan. Pada tataran ini, kita (Pemerintah Kabupaten.red) telah memiliki
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang di dalamnya
merupakan kebijakan-kebijakan arah pembangunan. Bersama semua komponen
termasuk pihak DPRD, RPJMD itu disusun dan menjadi garis merah pembangunan
yang mudah-mudahan benar-benar mewakili karakter dan culture Kabupaten
Sukabumi.
BUTARU
: Keseriusan Bapak dalam mewujudkan pemerintahan yang
bisa mengakomodir semua kepentingan, tentunya sangat membutuhkan
banyak waktu. Bagaimana dukungan keluarga terhadap Bapak selama
ini?
SUKMA
: Saya telah mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak lama. Tentu
saja keluarga tahu betul konsekuensi seorang pekerja pemerintahan. Selama ini,
keluarga selalu mendukung apa yang saya lakukan. Bahkan, keluarga kerap kali
mengingatkan saya kalau ada yang kurang berkenan. Di sinilah saya merasakan begitu
mendukungnya keluarga terhadap apa yang saya lakukan sekarang ini. Mudahmudahan dukungan keluarga itu berbuah sebuah hasil yang maksimal tentu saja bukan
sekedar untuk diri sendiri tapi untuk semua masyarakat Kabupaten Sukabumi.
H. Sukmawijaya
BUTARU
: Kabupaten Sukabumi telah
menjadi
kota
minapolitan
pertama,
bagaimana sejarahnya?
SUKMA
: Bila ditanyakan sejarahnya, tentu
saja tidak lepas dari banyak ragam dan faktor.
Namun demikian, secara alamiah memang Palabuhan
Ratu sudah menjadi penghasil perikanan tangkap
yang paling berpotensi di Jawa Barat bagian selatan
sejak lama. Apalagi, setelah dibangunnya Pelabuhan
Perikanan tahun 1991 dan diresmikan tahun 1993,
intensitas dan kapasitas produksi perikanan tangkap
semakin besar dan menjadi sumber perekonomian
masyarakat. Sejak lama Palabuhan Ratu dikenal
sebagai penghasil ikan segar dengan komoditas
utama antara lain ikan tuna, layur, cakalang dan
udang lobster. Selain itu dikenal juga sebagai
penghasil pindang ikan cakalang dan tongkol. Faktor
lainnya, kedudukan fasilitas penunjang yang berada dalam satu area, merupakan
bentuk ciri sebuah kota minapolitan. Sehingga wajar, kalau akhirnya kita dalam hal
ini pemerintah dan masyarakat Kabupaten Sukabumi, menyandang gelar sebagai kota
minapolitan. Tapi tentunya, keberhasilan tidak hanya sekedar untuk dibanggakan, tapi
terus ditingkatkan dan dipertanggungjawabkan secara bijaksana sehingga gelar
sekarang ini benar-benar menjadi sebuah semangat baru untuk mengembangkan
Palabuhan Ratu, menjadi daerah terdepan dalam membangun kawasan pesisir.
BUTARU
: Bagaimana perasaan Bapak, setelah Kabupaten Sukabumi
menyandang gelar sebagai Kota Minapolitan yang Pertama
di
Indonesia?
SUKMA
: Tentu saja bangga tapi kebanggan itu bukan hanya milik saya sendiri,
tapi milik semua warga Kabupaten Sukabumi khususnya dan masyarakat Jawa Barat
pada umumnya. Dalam hal ini, kita patut memanjatkan rasa syukur kepada Allah
SWT atas dicanangkannya Palabuhan Ratu sebagai Kota Minapolitan berbasis
perikanan tangkap. Karena ke depan akan terjadi peningkatan pembangunan baik
intensitas maupun kapasitasnya yang terkait dengan perikanan tangkap khususnya
juga sektor lainnya yang menunjang pembangunan kota Minapolitan.
Persasaan bangga yang kini tentu sedang dirasakan semua lapisan masyarakat
Kabupaten Sukabumi, seyogyanya akan terus memompa semangat membangun
Kabupaten Sukabumi secara menyeluruh dalam sektor perikanan. Penghargaan yang
sekarang sudah dicapai, akan menjadi titik awal pencapaian yang baru terutama dalam
sektor bahari. Kita (Pemerintah Kabupaten) telah mempunyai program jangka
menengah daerah yang di dalamnya telah terstruktur semua pola pembangunan
sehingga Insyaallah, Palabuhan Ratu ini, tidak hanya sebagai kota minapolitan tapi
kota untuk semua yang memberikan kemaslahatan dan kenyamanan bagi
masyarakatnya.
BUTARU
: Apakah keberhasilan itu merupakan bagian dari rencana
pembangunan yang tertuang dalam Visi dan Misi Kabupaten Sukabumi?
SUKMA
: Visi Kabupaten Sukabumi adalah Terwujudnya Perubahan
Kabupaten Sukabumi Menuju Masyarakat yang Berakhlak Mulia, Produktif dan
Sejahtera. Visi ini ditopang dengan tiga misi, yakni ‘Membangun SDM yang
berakhlak Mulia’, ‘Memantapkan Kinerja Pemerintah Daerah’ dan yang terakhir
‘Menumbuhkembangkan Perekonomian Daerah yang Bertumpu Pada Sektor
Unggulan (Basis) dan Perekonomian Rakyat’.
Dari visi dan misi tersebut, jelas bisa dilihat begitu eratnya keberhasilan yang kita
capai saat ini merupakan satu mata rantai pembangunan. Khususnya di kawasan
Pelabuhan Ratu, pembangunan diarahkan atas dasar historis dan topografi daerah
yang merupakan daerah pesisir pantai selatan yang kaya hasil perikanan laut.
Pembangunan terus digalakan sesuai dengan konsep terutama sejak 10 tahun terakhir
saat saya masih menjabat Bappeda waktu itu, hingga lima tahun ini ketika saya
menjadi Bupati.
Kalau menjawab apakah keberhasilan sekarang tertuang dalam Visi dan Misi, tentu
saja tidak bisa hanya dilihat dari susunan kata yang ada. Tapi harus secara luas
termasuk melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
utuh. Di sana sangat terbuka bagaimana kami betul-betul memprioritaskan
pembangunan dalam semua sektor di wilayah selatan ini. Ya alhamdullilah, saat ini
kerja keras kita bisa dirasakan dengan terpilihnya Kabupaten Sukabumi sebagai Kota
Minapolitan Pertama Berbasis Perikanan Tangkap di Indonesia.
BUTARU
: Dalam mewujudkan sebuah kota Minapolitan, tentunya
bukan hal yang mudah bagi Bapak dan segenap masyarakat Sukabumi.
Dalam kaitan ini, bagaimana Bapak bisa mengharmoniskan kebutuhan
masyarakat majemuk dengan keberadaan kota minapolitan itu sendiri?
SUKMA
: Pembangunan kota Minapolitan ini melibatkan semua sektor, tidak
hanya perikanan saja, jadi keseluruhan lapisan masyarakat tersentuh oleh
pembangunan tersebut (semua OPD telibat secara aktif dalam pembangunan ini).
Dimana masyarakat dan pemerintah saling bersinergi dan berperan aktif, dimana
aspirasi dan peran serta masyarakat diperhatikan serta dilibatkan dalam pembangunan
kota Minapolitan.
Minapolitan ini adalah sebutan atau gelar yang kami terima. Pada prinsipnya,
pembangunan tentu saja tidak bisa satu arah. Kemajemukan masyarakat di Kabupaten
Sukabumi adalah salah satu yang menjadi pilar pembangunan. Dalam hal ini
bagaimana pemerintah daerah dapat mewujudkan pembangunan yang berkeadilan
bagi semua lapisan masyarakat. Di Sukabumi tidak hanya masyarakat nelayan tapi
terdiri dari ragam etnis dan keturunan. Begitupula dengan sektor usaha, di Sukabumi
ini tidak hanya bertumpu pada perikanan tapi masih banyak lainnya yang juga
kedudukan dan potensinya hampir sama dengan sektor bahari. Sebut saja sektor
industri, di mana di beberapa tempat berdiri industri besar yang mampu menyerap
tenaga kerja cukup banyak.
Dalam hal ini, kesinergisan dalam pembangunan, justru membuat daerah ini semakin
besar, kuat dan semakin bisa membuktikan sebagai daerah yang mapan. Apalagi, kita
semua tahu, kalau Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki daerah
paling luas se Jawa – Bali.
BUTARU
: Sebagai kota minapolitan, tentunya bantalan utamanya
adalah sektor perikanan. Bisa Bapak jelaskan, bagaimana potensi bahari
yang ada di Kabupaten Sukabumi sebagai penggerak ekonomi daerah
baik secara pendapatan, dalam hal ini pasokan hasil perikanan terhadap
pendapatan asli daerah, maupun sebagai tulang punggung ekonomi
masyarakat Kabupaten Sukabumi?
SUKMA
: Untuk pendapatan asli daerah dari Dinas Kelautan dan Perikanan
relatif kecil, tetapi efek ekonomi yang ditimbulkannya relatif besar bagi kehidupan
masyarakat.
Potensi Perikanan Tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi ini meliputi :
•
Panjang Pantai 117 Km (9 Kec Pesisir), Fishing Ground
702 Km2
•
Potensi lestari 14.592 Ton / Th
•
RTP Nelayan 12. 368 Orang
•
Pelabuhan Perikanan Nusantara 1 Unit
•
PPI 1 Unit
•
TPI 5 Unit
•
Armada Penangkapan
- Perahu tanpa motor 75 Unit
- Perahu motor 845 Unit
- Kapal motor 280 Unit
•
RTP Pengolah 1.457 Orang
•
6 unit PT (pengusaha) (penanganan ikan segar)
38 KUB pengolahan
116 KUB perikanan tangkap
31 KUB budidaya
Komoditas ungguluan : Tuna, cakalang , layur, lobster dll
• Produktivitas MSY= 14 592 ton/ tahun
• Produktivitas JTB = 80 % X 14 592 = 11 673 ton/ tahun
BUTARU
: Sektor industri perikanan apa saja yang sudah bergerak
dan ada di Kabupaten Sukabumi, baik sekala internasional maupun
nasional?
SUKMA
: Banyak sekali industri perikanan yang sudah beroperasi di Kabupaten
Sukabumi, khususnya di wilayah Palabuhan Ratu. Bahkan untuk beberapa industri
perikanan telah melakukan ekspor ke beberapa negara. Perusahaan-perusahaan yang
ada dan telah beskala internasional untuk komoditas ikan layur masing-masing :
1. PT. AGB Palabuhan Ratu dengan kapasitas ekspor sebanyak 800 Ton /tahun
2. PT. Jiko Gantung Power 700 Ton /tahun
3. PT. Ratu Prima 700 Ton /Tahun
4. CV. Bahari ekspres 600 Ton /Tahun
5. PT. Topmed 750 Ton /Tahun
Total ekspor untuk satu tahun mencapai 3.550 ton. Jumlah ini cukup baik untuk
membuktikan kalau memang sektor bahari di Palabuhan Ratu sangat menjanjikan.
Setidaknya, jumlah ini akan merangsang banyak investor lain terutama dari luar
negeri untuk datang dan menanamkan investasinya di Palabuhan Ratu.
Sementara untuk skala nasional, beberapa industri yang telah berdiri berupa industri
galangan kapal, industri pengolahan hasil perikanan. Tidak hanya itu, gerak usaha
nelayan kecil tradisional juga merupakan potret kalau industri bahari kecil dan besar
berjibaku dan berkompetisi secara sehat mencapai sasaran usaha yang baik dan bisa
menjadi bagian penting roda perekonomian di Kabupaten Sukabumi ini.
BUTARU
: Bagaimana gerak Usaha Kecil Menengah (UKM) sektor
perikanan setelah Kabupaten Sukabumi menjadi kota Minapolitan?
SUKMA
: Berbicara soal UKM, tentu akan luas. Khusus di sektor perikanan,
gerak usaha kecil kerakyatan ini semakin berkembang mengikuti permintaan pasar,
baik UKM yang bergerak pada penjualan ikan segar, penyimpanan/ pendinginan
(coldstorage) maupun pengolahan hasil perikanan. Kita melihat banyak sekali UKM
yang sekarang bermunculan di Kabupaten Sukabumi dan bergerak di pengolahan
perikanan. Kita sebut pengolahan kerupuk kulit ikan. Industri rumahan ini, ternyata
mampu bertahan di saat krisis melanda tanah air ini dan mampu memberdayakan
sumber daya manusia yang tidak sedikit.
Jadi kalau saya sebut, UKM di Kabupaten Sukabumi ini tidak kalah dengan daerah
lain bahkan mungkin lebih. Setiap saya keliling ke beberapa tempat selalu saja saya
temukan industri rumahan yang mengelola hasil perikanan. Para pengusaha ini, selalu
mengaku kalau mereka tetap bertahan dalam kondisi apapun. Kita sebagai
pemnerintah tentunya sangat bangga. Tapi tidak hanya itu, saya sebagai Bupati juga
memberikan perhatian khusus pada UKM ini. Karena saya berpikiran sektor ini
menjadi roda utama usaha rumahan yang mampu memberikan solus terbaik dalam
membantu mengentaskan persoalan pengangguran yang ada di Kabupaten Sukabumi.
Saya justru berharap, kedepannya gerak UKM ini mampu lebih baik lagi dan bisa
berdaya saing tinggi dengan produk industri besar lainnya. Pemerintah akan selalu
memberikan dukungan yang maksimal terhadap pelaku usaha kecil ini sehingga
mereka menjadi bagian dan partner pemerintah dalam mengembangkan wilayah,
tentunya di bidang ekonomi.
Sebenarnya perlu diketahui kalau jumlah UKM di Kabupaten Sukabumi ini ada
sekitar 17.135 UKM dengan volume usaha mencapai 34,645 miliyar. Adapun jenis
usaha yang digeluti tidak hanya bidang perikanan namun banyak hal lainnya seperti
Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kerajinan, Logam, Batu Aji, Percetakan,
Konveksi, Genteng dan Batako, Transportasi, Catering, Las, Warung dan Toko serta
Perkebunan.
BUTARU
: Bagaimana keharmonisan gerak usaha pengusaha kecil
dan menengah dengan pengusaha besar, apakah ada kerjasama terpadu
sehingga menciptakan pola kerjasama usaha kelautan yang terpadu?
SUKMA
: Saya selaku Bupati terus berusaha membangun jembatan kemitraan
antara usaha perikanan tangkap yang berskala kecil dengan yang lebih besar dimana
antara usaha kecil, menengah dan besar terdapat suatu hubungan saling membutuhkan
dan keterkaitan yang saling menguntungkan.
Pola ini sangat penting untuk membangun sebuah sinergisitas yang baik dalam
mencipatkan keharmonisan usaha. Industri besar, harus mampu menjadi bapak bagi
pengusaha di bawahnya, sehingga jurang pemisaha antara pengusaha besar dan kecil
sudah tidak ada lagi.
BUTARU
: Setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan Pertama di
Indonesia, pembangunan apa saja yang akan mendapat prioritas utama
baik infrasruktur maupun non infrastruktur?
SUKMA
: Prioritas utama dalam pembangunan tentu saja infrastruktur jalan
raya penghubung kota minapolitan dengan daerah lain dan jalan di dalam kawasan
minapolitan. Panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Sukabumi adalah 1.915,71 KM
dengan jalan nasional sepanjang 49,932 KM, Jalan Provinsi 428, 448 KM dan Jalan
Kabupaten sepanjang 428, 448 KM. Kondisi jalan saat ini kurang lebih 62,89 %
beraspal baik dan 37,11 % kerikil dan tanah.
Pembangunan jalan ini diharapkan akan terus terjadi sepanjang tahun sesuai dengan
kemampuan APBD pemerintah daerah. Tentu saja, pembangunan ini untuk
menunjung semua aktivitas kegiatan terutama yang meyangkut transportasi hilir
mudik komoditas bahari yang melalui jalur darat, karena kondisi jalan sangat
mempengaruhi kualitas dan berimbas pada harga jual produk yang dihasilkan.
Selain infrastruktur jalan yang menjadi keutaman pembangunan, ada beberapa hal
penting dalam pembangunan seperti pembangunan sarana dan prasarana yang
berkaitan perikanan tangkap antara lain alabuhan perikanan/ pangkalan pendaratan
ikan, kapal perikanan dan alat tangkap.
Sarana penunjang ini sangat penting karena menurut riset perikanan tangkap dan
pusat penelitian dan pengembangan oseanologi tahun 2005, kelompok ikan pelagis
besar di perairan Samudera Hindia (WWP) 9 yang merupakan daerah fishing ground
nelayan Palabuhan Ratu, masih besar peluang untuk dimanfaatkan. Karena saat ini
baru termanfaatkan sebesar 188.280 ton atu 51,41 % dari potensi sebesar 366.260 ton/
tahun. Begitu juga untuk kelompok ikan pelagis kecil, baru dimanfaatkan sebesar
264.560 ton atau 50,44 % dari potensi sebesar 526.570 ton/ tahun.
Sementara fasilitas dan kondisi PPNP saat ini, bisa saya jelaskan sesuai dengan
fasilitas yang telah dibangun sejak operasionalnya pada tahun 1993 terbagi dari
dermaga I dengan fasilitas pokok berupa Dermaga dengan volume 500 meter,
Dermaga Tambat 310 meter, Dermaga Pendaratan 93 meter, Dermaga Perbekalan 106
meter dengan luas kolam dermaga keseluruhan seluas 3 ha dan semuanya dengan
kondisi baik. Di Dermaga II terdapat dermaga dengan luas 410 meter, Dermaga
Tambat, Dermaga Pendaratan, Dermaga Perbekalan dengan kolam yang memiliki luas
dua hektar ditambah Break Water I disebelah utara sepanjang 125 meter dan Break
Water II di sebelah selatan sepanjang 294 meter serta alur masuk sepanjang 294
meter.
Selain sarana yang disebutkan tadi, ada prioritas pembangunan utama lainnya seperti
sarana pendidikan, kesehatan dan pembangunan pasar di beberapa tempat untuk
menunjang aktivitas usaha perdagangan lokal di Kabupaten Sukabumi.
Adapun pembangunan yang bersifat non infrastruktur yaitu sikap mental semua pihak
yang terkait dengan pembangunan minapolitan yaitu dukungan partisipasi
masyarakat, aparatur pemerintah yang terkait agar tetap memiliki keseriusan,
kepedulian dan kemauan yang kuat untuk membangun kota minapolitan
BUTARU
: Bagaimana dengan tata ruang Kabupaten Sukabumi
setelah menyandang sebagai Kota Minapolitan?
SUKMA
: Tata ruang ini sangat penting. Kita semua tahu setelah keluarnya
Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka semua daerah
dalam hal ini Provinsi/ Kota/ Kabupaten wajib merampungkan Perda Rencana Tata
Ruang Wilayah. Makanya, kami terus bekerja ekstra cepat untuk menyiapkan
rancangan tata ruang atau RUTRW yang definitif sambil menunggu proses
penyusunan tata ruang dari Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Sukabumi ini cukup luas dengan luasan wilayah 412.519,92 ha dengan
berbatasan langsung untuk wilayah utara dengan Kabupaten Bogor, di Selatan
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, di Barat berbatasan langsung dengn
Kabupaten Lebak dan di wilayah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten
Cianjur.
Dengan karakteristik tersebut, tentu pembahasan Raperda RUTRW ini harus benarbenar cermat dan jeli sehingga Perda RTRW yang dihasilkan benar-benar bisa
mengakomodir semua kepentingan lapisan masyarakat dari berbagai sudut dan arah
wilayah Kabupaten Sukabumi.
Kita saat ini benar-benar mencoba membahas Raperda ini bersama dengan DPRD
Kabupaten Sukabumi. Insyaallah dalam waktu singkat, mungkin kita bisa
merampungkannya, namun demikian kita juga menunggu dengan Perda RTRW
provinsi. Karena bagaimana pun, tetap Perda RTRW Provinisi adalah payung hukum
untuk mengeluarkan Perda Kabupaten selain Undang-undang No 26 tahun 2007
tentang Tata Ruang tadi.
Meski demikian, kaitannya dengan tata ruang ini, dalam waktu dekat Kabupaten
Sukabumi juga akan mengeluarkan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan yang merujuk kepada SK Menteri Departeman Kelautan dan Perikanan.
Dalam konsep ini juga secara utuh telah ada konsep tentang tata ruang meskipun lebih
kecil pada kawasan minapolitan saja. Pokoknya saya benar-benar memberikan
perhatian terhadap Perda Tata Ruang ini, karena tentu saja bakal bisa menciptakan
pengembangan wilayah yang baik. Saat ini kita juga sudah ada revisi untuk Perda
yang kemudian statusnya akan menunggu ketuntasan Perda Provinsi. Ya, kita
harapkan bisa secepatnya rampung.
Saya juga bersyukur karena selama ini, pihak DPRD cukup aktif berpartisipasi dalam
merancang Perda RTRW ini. Kami sering berdiskusi baik secara formal dalam sidang
maupun tidak formal dalam obrolan ringan. Kita berharap Perda Provinisi Jawa Barat
tentang Tata Ruang ini segera selesai sehingga bisa secepatnya diikuti oleh daerah.
BUTARU
: Tantangan terbesar apa saja yang menurut Bapak akan
dihadapi dalam mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai daerah
terdepan dalam sektor perikanan?
SUKMA
: Kesiapan sumber daya manusia, baik pengetahuan dan keterampilan,
dalam menghadapi pembangunan minapolitan, khususnya menghadapi perubahan
palabuhan perikanan nusantara menjadi palabuhan perikanan samudera. Faktor ini
sangat penting, karena kesiapan sumber daya akan sangat berdampak luas pada
perkembangan daerah. Hal ini menyangkut dengan karakter budaya dan cara pandang
masyarakat terhadap sebuah perubahan.
Karena itu, kami sebagai pemerintah daerah terus berupaya melakukan langkahlangkah dan terobosan secara simultan baik itu melalui informasi atau penerangan
langsung ke tiap-tiap dusun yang ada di Kabupaten Sukabumi khusunya di Palabuhan
Ratu. Salah satu langkah yang sedang kita lakukan adalah pembinaan keterampilan
yang melibatkan banyak elemen masyarakat terutama kalangan usia produktif melalui
pelatihan-pelatihan. Kegiatan ini tidak hanya mencakup pelatihan budidaya ikan
melainkan pemahaman secara luas tentang teknologi yang selama ini berkembang dan
sering digunakan di kapal ikan tangkap.
Ya, saya berharap, tindakan ini akan mampu memberikan arti banyak bagi
perkembangan daerah ini sebagai daerah yang baru mendapat gelar Kota Minapolitan.
Tentu saja, dengan kesiapan SDM yang berkualitas dan berdayaguna tinggi akan
membentuk sebuah daerah yang berkembang dan bermanfaat bagi semua
masyarakatnya.
Kita juga selalu memberikan arahan dan pengertian tentang makna dan hakekat Kota
Minapolitan, sehingga masyarakat tidak memandang sempit arti sebuah Kota
Minapolitan tersebut. Ini penting agar masyarakat paham betul dan dapat menerima
dengan baik gelar Kota Minapolitan tersebut hingga membentuk sebuah karakter
masyarakat yang sehat dan sejahtera dan ramah terhadap siapapun pendatang yang
datang ke Pelabuhan Ratu.
Kedua, sumber daya buatan dan teknologi untuk mendukung dan menunjang kota
minapolitan. Kedepannya hal ini akan menjadi tantangan bagi pemerintah daerah.
Sehingga kita harus sudah merintis bagaimana menghadapi tantangan sehingga tidak
menjadi sebuah hambatan yang berarti dan menghalang laju perkembangan kota
minapolitan.
Dalam hal sumber daya buatan dan teknologi ini, saya sendiri telah memerintahkan
Dinas untuk melakukan sebuah kajian bahkan terobosan agar kendala ini bisa segera
diatasi. Hal-hal yang bisa diambil dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga untuk
melakukan pemenuhuan kebutuhan sumber daya buatan yang mampu menopang
seluruh aktivitas kota minapolitan, atau jika memungkinkan bisa membuat sendiri
dengan menggandeng banyak tenaga ahli yang mumpuni di bidangnya.
Ketiga, keseriusan dan kesungguhan pemangku jabatan dalam rangka menunjang
perkembangan kota minapolitan. Dalam hal ini, tentu saya sendiri harus berkomitmen
untuk bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat membangun Kota
Minapolitan ini menjadi lebih baik ke depannya. Pemangku jabatan dan kebijakan ini
tentu saja tidak hanya sendiri sebagai Bupati, tapi semua pihak di tatanan pemerintah
Kabupaten Sukabumi. Semuanya harus terlibat aktif baik secara pekerjaan maupun
sumbang saran untuk memajukan kota minapolitan.
Jika ini tidak terbentuk, maka sudah pasti Kota Minapolitan ini hanya sebagai
sandangan gelar saja dan itu sangat memprihatinkan. Saya sebagai Bupati tidak akan
membiarkan itu terjadi. Sekuat tenaga saya akan berusaha bersama semua lapisan
terus bangkit dan membangun Kota Minapolitan ini.
BUTARU
: Sebagai Putra Daerah, perkembangan apa saja yang
Bapak harapkan? Apalagi Bapak mempunyai banyak pengamalam di
Pemerintahan.
SUKMA
: Tentunya banyak yang saya harapkan dari Kabupaten Sukabumi.
Salah satunya, saya ingin mewujudkan daerah ini sebagai daerah termaju dalam
segala bidang. Dulu sebelum saya menjabat sebagai Bupati, saya pernah menjadi
Camat hingga Kepala Bappeda, sehingga saya merasakan betul bagaimana keinginan
masyarakat di bawah. Bersama itu, saya sadar betul dengan jabatan saya sekarang,
bukan sekedar jabatan tapi amanah untuk mewujudkan Kabupaten Sukabumi sebagai
daerah yang memiliki nilai pembangunan berkeadilan bagi semua pihak.
Tentunya dalam hal ini saya harus mampu meramu semua keinginan masyarakat
Sukabumi menjadi satu bentuk pembangunan yang mengarah pada semua
kepentingan. Pada tataran ini, kita (Pemerintah Kabupaten.red) telah memiliki
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang di dalamnya
merupakan kebijakan-kebijakan arah pembangunan. Bersama semua komponen
termasuk pihak DPRD, RPJMD itu disusun dan menjadi garis merah pembangunan
yang mudah-mudahan benar-benar mewakili karakter dan culture Kabupaten
Sukabumi.
BUTARU
: Keseriusan Bapak dalam mewujudkan pemerintahan yang
bisa mengakomodir semua kepentingan, tentunya sangat membutuhkan
banyak waktu. Bagaimana dukungan keluarga terhadap Bapak selama
ini?
SUKMA
: Saya telah mengabdi sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak lama. Tentu
saja keluarga tahu betul konsekuensi seorang pekerja pemerintahan. Selama ini,
keluarga selalu mendukung apa yang saya lakukan. Bahkan, keluarga kerap kali
mengingatkan saya kalau ada yang kurang berkenan. Di sinilah saya merasakan begitu
mendukungnya keluarga terhadap apa yang saya lakukan sekarang ini. Mudahmudahan dukungan keluarga itu berbuah sebuah hasil yang maksimal tentu saja bukan
sekedar untuk diri sendiri tapi untuk semua masyarakat Kabupaten Sukabumi.