TINJUAN MAQAṢIDU AL SHARIAH TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK.
TINJUAN MAQĀṢIDU AL-SHARIAH TERHADAP
PELAKSANAAN PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1
TAHUN 1974 TENTANG PENCATATAN PERKAWINAN DI
KUA KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
ABDULLAH HASAN ASYAZALI
NIM: C91212135
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM HUKUM KELUARGA ISLAM
SURABAYA
2016
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul ‚Tinjuan Maqa>sidu Al-Shari>ah Terhadap Pelaksanaan
Pasal 2 Ayat 2 Undang Undang No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan Gresik‛
adalah hasil penelitian field research untuk menjawab pertanyaan tentang: (1)
Bagaimana pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan
Gresik?, dan (2) Bagaimana tinjauan Maqa>sidu Al-Shari>ah terhadap pelaksanaan
pasal 2 ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan Gresik?.
Jenis penelitian ini adalah dekriftif analisis Data yang diperlukan dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, oservasi, dokumentasi,
dan pustaka. Setelah data terkumpul, data diolah dengan tiga tahapan yaitu
editing, organizing, dan analyzing yang bertujuan
untuk memperoleh
kesimpulan yang khusus dan dianalisis menurut hukum pidana Islam.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan pasal 2
ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 di KUA kecamatan gresik kabupaten
gresik, (2) Untuk mengetahui tinjauan Maqa>sidu Al-Shari>ah terhadap
pelaksanaan pasal 2 ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 di KUA
kecamatan gresik kabupaten gresik.
Hasil penelitian adalah: (1)Pencatatan perkawinan yang tercantum dalam
pasal 2 ayat 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan
perkawinan oleh KUA di daerah Kecamatan Gresik sangat diterapkan di tengahtengah masyarakat. Hal ini membuktikan pencatatan perkawinan efektif
diterapkan dan sesuai dengan tujuan dari maqa>sid al-shari>ah yaitu untuk
merealisasikan kemaslahatan hidup manusia dengan mendatangkan manfaat dan
menghindari dari kemaslahatan, selain itu penerapan pencatatan perkawinan
menjadikan kepastian hukum terhadap masyarakat ketika menikah. Namun
pemahaman ini bagi masyarakat awam kurang begitu dipedulikan sehingga dari
pihak KUA sendiri kadang kala menemukan masyarakat yang masih menikah
sirri dalam artian mereka menikah sesuai dengan prosedur agama namun belum
sesuai dengan kebijakan pemerintah, (2) Shari>at Islam pasal 2 ayat 2 Undangundang nomer 1 tahun 1974 dibuat dan diimplementasikan dengan tujuan
memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindarkan kerusakan,
baik di dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan tersebut akan dijabarkan sesuai
dengan pelaksanaan pasal 2 ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974.
vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... . x
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................... 8
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 9
D. Kajian Pustaka ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
F. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 12
G. Definisi Operasional ........................................................................ 13
H. Metode Penelitian ............................................................................ 13
I. Sistematika Pembahasan ................................................................. 17
BAB II MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ............................................................... 19
A. MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ........................................................... 19
1. Definisi Maqa>Sidu Al-Shari>Ah .................................................. 19
2. Tujuan Penerapan Al-Shari>Ah ................................................... 21
3. Pokok – Pokok Kemaslahatan dalam Maqa>Sidu Al-Shari>Ah ... 25
B. PRINSIP – PRINSIP DASAR MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ......... 32
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III DESKRIPSI PENCATATAN PENCATATAN PERKAWINAN KUA
KECAMATAN GRESIK ……………................................................ . 36
A. KUA KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK ............... 36
1. Profil KUA Kecamatan Gresik ................................................... 36
2. Letak Geografis .......................................................................... 39
3. Tugas Dan Wewenang Kantor Urusan Agama Kecamatan Gresik
.......................................................................................................... 41
4. Struktur Organisani KUA ............................................................ 43
B. PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN GRESIK ............................................................... 41
1. Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Di Kua Kecamatan Gresik
.................................................................................................... 41
2. Tata Cara Dan Prosedur Perkawinan Di KUA Kecamatan Gresik
.......................................................................................................... 47
BAB IV ANALISIS
MAQA>SIDU
AL-SHARI>AH
TERHADAP
PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN GRESIK....................................................................... 51
A. EFEKTIFITAS PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1
TAHUN 1974 ................................................................................. 51
B. MAQA>SIDU AL-SHARI>AH TERHADAP PELAKSANAAN
PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1 TAHUN 1974
TENTANG PENCATATAN NIKAH DI KUA KECAMATAN
GRESIK .......................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 60
A. Simpulan ................................................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu perbuatan yang suci adalah perkawinan, karena dalam
perkawinan terdapat hubungan yang tidak hanya didasarkan pada ikatan
lahiriyah semata, melainkan juga ikatan bathiniyah. Perkawinan merupakan
hal yang penting dalam realita kehidupan manusia. Perkawinan adalah salah
satu sunnatullah yang umum berlaku pada makhluk tuhan, baik pada manusia,
hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.1
Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2
Tujuan pokok dari kehidupan rumah tangga, bahwa rumah tangga itu
dibangun di atas landasan cinta dan kasih sayang di antara suami istri serta di
atas prinsip keadilan dan saling pengertian, dimana masing-masing pihak dari
suami istri harus melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya, sehingga
kehidupan rumah tangga berdiri kokoh.3 sebagaimana Allah SWT berfirman:
1
Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshari Az, Problematika Hukum Islam Kontemporer
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), 56.
2
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), 9.
3
Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Menyingkap Tabir Perceraian, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa,
2005), 19.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Artinya: ‚Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang.‛4
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi dalam arti
majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan
halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang
wanita. (hanafi). Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis
manusia yang wajar, dan dalam ajaran nabi, perkawinan ditradisikan menjadi
sunnah beliau.5 Pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang
mampu untuk segera melaksanakannya. Karena dengan perkawinan, dapat
mengurangi maksiat penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Oleh
karena itu, bagi mereka yang berkeinginanuntuk menikah, sementara
pembekalan untuk memasuki perkawinan belum siap, dianjurkan berpuasa.
Menurut undang-undang nomer 1 tahun 1974 (pasal1), perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan
kekal bedasarkan ketuhanan yang maha esa. pertimbangannya ialah sebagai
Negara yang berdasarkan pancasila di mana sila yang pertamanya ialah
ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat
sekali dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai
4
5
QS. Al-Ru>m: 21.
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997), 70
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peran yang
penting.6
Perkawinan dalam islam tidaklah semata-mata sebagai atau kontrak
keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka, amatlah
tepat jika kompilasi menegaskannya sebagi yang amat kuat (mitha>qan
gha>liz}an) untuk menaati perintah allah, dan melaksanakannya merupakan
ibadah (ps. 2KHI).
Rukun nikah yang menjadikan sah dan tidaknya nikah sangat
memungkinkan terjadinya perubahan ke arah perbaikan karena dipandang
kurang sesuai dalam menghadapi isu-isu tentang pernikahan zaman modern.
Menurut Imam Syaukani, bahwa rukun nikah yang ditetapkan oleh para pakar
ahli fiqih misalnya Imam Syafi’i itu sudah tidak relevan jika diterapkan di
Indonesia pada era sekarang, karena kurang memberi keadilan pada pihak istri.
Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa rukun nikah hasil pemikiran para
imam mujtahid mutlak harus ditambah dengan pencatatan administrasi yang
dilakukan oleh wakil dari pejabat Negara yang mengurusi tentang nikah atau
PPN (Pegawai Pencatat Nikah).7
Untuk sahnya suatu perkawinan yang ditinjau dari sudut keprdataan
adalah adalah bilamana perkawinan sudah dicatat atau didaftarkan di Kantor
Urusan Agama atau kantor catatan sipil
sesuai agama yang dianutnya.
Selama perkawinan ini belum terdaftar perkawinan ini belum terdaftar secara
6
Ramulyo idris, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: bumu askara, 1996), 3
Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), 257
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
hukum Negara sekalipun sekalipun mereka sudh memenuhi prosedur dan tata
cara menurut ketentuan agama. Sedangkan bilamana yang ditinjau sebagai
satu perbuatan keagamaan pencatatan nikah hanyalah sekedar memenuhi
administrasi perkawinan saja yang tidak menentukan sah atau tidaknya suatu
perkawinan.8
Pencatatan nikah adalah kegiatan menulis yang dilakukan oleh pasangan
mempelai sebab buku nikah nikah yang mereka peroleh adalah bukti autentik
tentang keabsahan pernikahan itu baik secara agama maupun Negara. Dengan
adanya buku nikah itu, mereka dapat membuktikan pula keturunan sah yang
dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh hak-haknya sebagai ahli
waris.9
Dalam kehidupan modern seperti saat ini yang sangat kompleks maka
ketertiban tentang pencatatan perkawinan harus diatur karna mengingat
masyarakat yang terlalu banyak akan meniumbulkan berbagai masalah jika
pencatatan perkawinan tidak dilakukan karna memungkinkan banyaknya
sengketa dikemudian hari setelah terjadinya perkawinan seperti, status anak
yang dilahirkan, hak dan kewajiban suami dan istri. Peraturan mengenai
pencatatan perkawinan diatur dalam Undang-undang perkawinan No.1 tahun
1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 2 dan kompilasi hukum islam pasal 5
8
9
Syahrani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Bandung: Alumni, Tth), 10.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
ayat 1 yang berbunyi ‚agar terjamin ketertiban perkawinan perkawinan bagi
masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatat‛.10
Perkawinan yang tidak dicatat (perkawinan sirri) termasuk perkawinan
yang kurang dikehendaki oleh Undang-Undang, meskipun sah secara agama
tetapi pernikahan yang tidak tercatat tidak akan mendapatkan perlindungan
hukum. Hal ini boleh jadi sebagian masyarakat muslim masih ada yang
memahami ketentuan perkawinan lebih menekankan prespektif fiqih sentris.
Menurut pemahaman versi ini, perkawinan telah cukup, apabila syarat dan
rukun telah terpenuhi, tanpa diikutin pencatatan, apalagi akta nikah, kondisi
semacam ini dipraktekkan sebagian masyarakat dengan menghidupkan
praktek nikah sirri tanpa melibatkan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sebagai
petugas resmi yang diserahi tugas itu. Belum lagi, apabila ada oknum yang
memanfaatkan
peluang
ini
untuk
kepentingan
pribadi,
tanpa
mempertimbangkan sisi dan nilai keadilan yang merupakan misi utama sebuah
perkawinan, seperti poligami liar tanpa izin istri pertama, atau tanpa izin
pengadilan agama. Kenyataan semacam ini, menjadi hambatan besar
suksesnya pelaksanaan undang-undang perkawinan tersebut.11
Dalam hal pencatatan perkawinan ini dimaksudkan agar semua pihak
dapat lebih mengerti dan menyadari betapa penting nilai nilai keadilan dan
ketertiban dalam sebuah perkawinan yang menjadi pilar tegaknya pilar
10
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:
Departemen Agama, 2001), 15.
11
Rofiq Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 109
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
kehidupan rumah tangga. Akan halnya pencatatan perkawinan kompilasi
menjelaskan dalam pasal 5:
1. Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam, setiap
perkawinan harus dicatatat
2. Pencatatan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 22 tahun 946 jo.Undangundang Nomor 32 Tahun 1954.12
Teknis pelaksanaannya dijelaskan dalam pasal 6 ayat menyebutkan:
1. Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan Pegawai Pencatatan
Nikah.
2. Perkawinan yang dilakukan di luar pegawai pencatat Nikah tidak
mempunyai kekuatan hukum.13
Pencatatan perkawinan yang atau pembuatan akta nikah, secara syariat
bukanlah rukun atau syarat yang menentukan syahnya pernikahan/ namun
adanya bukti otentik yang tertulis dapat menjadi salah satu alat memperkuat
komitmen yang dibangun oleh pasangan suami istri tersebut. Walaupun
memperkuat komitmen tidak terbatas pada aktanya, karena akta sendiri bisa
dibatalkan melalui gugatan perceraian .14
12
13
Ibid., 5.
Ibid., 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Dengan adanya bukti pencatatan perkawinan, perkawinan yang
dilangsungakan oleh seseorang akan memiliki kekuatan yuridis. Sebagaimana
sebagaimana yang disebutkan pada pasal 7 ayat 1 kompilasi hukum islam
(KHI), perkawinan ‚hanya‛ dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat
oleh pegawai pencatat nikah. Dengan demikian, mencatatkan perkawinan
adalah merupakan kewajiban bagi mereka yang akan melakukan perkawinan.15
Pencatatan nikah mempunyai relevansinya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Dengan adanya kesadaran hukum dari masyarakat, maka
ketentuan pencatatan nikah dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat,
namun demikian juga sebaliknya, tanpa adanya kesadaran hukum dari
masyarakat mustahil ketentuan mengenai pencatatan nikah dapat diterapkan
dimasyarakat.16
Islam merupakan agama yang memberikan secara penuh terhadap siapa
saja yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari siapapun. Untuk itu,
islam menjadikan ajaran-ajaran hukum kepada lima prinsip dasar hukum untuk
kemaslahatan manusia. Lima prinsip itu adalah memelihara agama (h}ifz}hu al-
di>n), memelihara jiwa (h}ifz}hu an-nafs), memelihara akal h}ifz}hu al-aqli),
memelihara harta (h}ifz}hu al-ma>l), memelihara keturunan (h}ifz}hu al-nas).17 Jadi
dalam konteks hukum islam pencatatan perkawinan merupakan upaya dalam
membentuk tujuan sakinah mawadah warahmah dalam prinsip lima dasar itu.
15
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1995), 15.
Happy Susanto, Nikah Sirri ApaUntungnya?, (Jakarta: Visimedia, 2007), 100.
17
Zainudin Ali, Pengantar Ilmu Huku Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 12.
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Lebih tegasnya bahwasanya perkawinan harus tunduk pada Undangundang nomor 1 tahun 1974 sebagai hukum positif, namun demikian yang
diharapkan dan menjadi tujuan Unadang-undang nomor 1 tahun 1974 belum
sepenuhnya secara bulat, seperti halnya di kecamatan gresik walaupun
sebagian penduduknya belum mematuhi aturan melakukan perkawinan menrut
Undang-undang nomor 1 tahun 1974.
Walaupun Undang-undang nasional sudah merumuskan secara tegas
tentang pencatatan perkawinan tetapi didalam prakteknnya pencatatan
perkawinan masih menjadikan suatu problem.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik membahas lebih
lanjut dalam skripsi yang berjudul ‚Tinjauan Maqa>ṣi} du Al-Shari>’ah Terhapad
pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 Tentang
Pencatatan Perkawinan Di KUA Kecamatan Gresik‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan diatas, maka
dapat ditulis identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pencatatan perkawinan menurut pasal 2 ayat 2 UU no 1 tahun
1974
2. Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah
3. Dasar hukum pencatatan nikah
4. Upaya yang dilaksanakan KUA dalam menekan angka nikah sirri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
5. Peran KUA kecamatan gresik dalam mengimplementasikan pasal 2 ayat 2
UU no 1 tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan.
Dari identifikasi masalah diatas untuk lebih jelasnya penulis membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan
nikah di KUA kecamatan gresik
2. Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU
nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis, maka permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 Di KUA
Kecamatan Gersik?
2. Bagaimana Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan Pasal 2
Ayat 2 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Nikah Di KUA
Kecamatan Gresik?
D. Kajian pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian penelitian yang
sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian penelitian yang pernah ada. Penulis telah melakukan
kajian tentang berbagai hal yang berkaitan tentang pencatatan perkawinan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Namun, skripsi yang peneliti bahas sangat berbeda dari skripsi-skripsi yang
ada. Hal ini dilihat dari judul-judul skripsi yang ada, walaupun mempunyai
kesamaan tema, tetapi berbeda dari titik fokus pembahasannya, lebih jelasnya
penulis akan kemukakan beberapa skripsi yang mempunyai bahasan dalam
satu yang dapat peneliti jumpai, antara lain:
1. Skripsin yang berjudul ‚Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah
(SIMKAH) Online Di KUA Surabaya Dalam Perspektif PMA Nomor 11
Tahun 2007‛.18 Skripsi ini membahas tentang intruksi dari Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/369 Tahun 2013 Tentng
Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah (SIMKAH), dengan adanya
simkah ini apakah bisa membantu menerapkan PMA nomor 11 tahun 2007
yang kebanyakan dilakukan secara manual. Perbedaan antara ini dengan
skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah
(SIMKAH) online di KUA Surabaya dalam perspektif PMA Nomor 11
tahun 2007, penelitian ini mengarah pada penerapan pada sistem
menejemen niakh online. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti lebih
mengarah pada pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang
pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik dan Tinjauan maqa>s}idu alshari>’ah terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974
tentang pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik
18
Ade Ani Satriani ‚Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah) Online Di KUA
Kota Surabaya Dalam Prespektif PMA Nomor 11 Tahun 2007‛(skripsi UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2014), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2. Skripsi yang berjudul ‚Prosedur Pencatatan Perkawinan Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Jo. Peratutan Menteri Agama No. 11 Tahun
2007(Studi Kasus Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon‛.19 skripsi ini membahas tentang penelitian ini adalah
bagaimana prosedur pencatatan perkawinan menurut Undang-undang No. 1
tahun 1974 jo. Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 serta
bagaimana prosedur administrasi pencatatan perkawinan di KUA
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon karena dalam realitanya yang
tertulis pada skripsi ini banyak masyarakat yang tidak mau mencatatatkan
perkawinannya hanya karna prosedur administrasinya yang berbelit belit.
Perbedaan dengan skripsi penelitian yang penulis lakuakan adalah
pencatatan nikah kembali setelah nikah sirri di KUA keamatan gresik.
3. Skripsi yang berjudul ‚Pencatatan Perkawinan Dalam Kitab Fikih Dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Analisis
Prespektif Maqa>S}Idu Al-Shari>’Ah)20, yang membahas tentang pencatatan
perkawinan dalam kitab fikih dan UU Nomor 1 tahun 1974 dengan
menggunkan analisis Maqa>s}idu al-shari>’ah, tetapi skripsi ini memakai
penelitian kepustakaan.21
19
Ahmad Yusron ‚Prosedur Pencatatan Perkawinan Menurut Undang - Undang No. 1 Tahun
1974 Jo. Peratutan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007(Studi Kasus Kantor Urusan Agama (Kua)
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon‛ (skripsi—IAIN Syekh Nurjati Cirebon), 6.
20
21
Sehabudin ‚pencatatan perkawinan dalam kitab fikih dan undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan (analisis prespektif Maqa>s}idu al-shari>’ah‛ (skripsi—UIN sunan kalijaga
Surabaya),1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pencatatan perkawinan di KUA
Kecamatan Gersik.
2. Untuk mengetahui Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan
pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan nikah di KUA
Kecamatan Gresik.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian memuat uraian yang mempertegas bahwa
masalah penelitian itu bermanfaat, baik dari segi teoritis atau praktis untuk
dijawab melalui penelitian. Maka dari penelitian ini diharapkan ada nilai guna
pada dua aspek:
1. Secara akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperdalam dan
memperluas wawasan keilmuan mengenai pasal 2 ayat 2 UU no 1 tahun
1974 tentang pectatan perkawinan kususnya tentang pelaksanaan
pencatatan di KUA serta pelaksanaan dalam kajian maqa>s}idu al-shari>’ah
dan dapat memberikan kontribusi terhadap lembaga-lembaga yang
bergerak dalam bidang perkawinan, baik istitui agama maupun Negara,
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang
bertujuan dengan perumusan dan implementasi hukum.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
b. Hasil temuan dari penelitian ini diharapkan menjadi refrensi bagi
lembaga-lembaga pendidikan akademik, terutama ditingkat perguruan
tinggi.
2. Secara Praktisi
a. Sebagai masukan bagi para pejabat yang berkompeten dalam menangani
dan melaksanakan tugasnya terutama di KUA kecamatan Gresik.
b. Dapat memotivasi para calon peneliti untuk mengembangkan penelitian
ini
G. Devinisi oprasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah kunci dalam
penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
Maqa>s}idu al-shari>’ah
: tujuan dibentuknya hukum dalam islam
Pelaksanaan
: suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah di susun matang dan
terperinci.
Pasal 2 ayat 2 Undang- : tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
undang nomer 1 tahun
perundang-undangan yang berlaku
1974
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
H. Metode penelitian
Jenis penelitian adalah field research, yaitu penelitian yang datanya
dihimpun dari lapangan untuk kemudian dianalisis sampai pada kesimpulan.
Untuk menganalisis datanya menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pola pikir induktif. Yakni mengemkakan fakta-fakta yang ada pada
masyarakat di kecamatan gresik kabupaten gresik tentang pelaksanaan
pencatatan perkawinan dan ditinjau melalui Maqa>si} du al-shari>’ah, setelah itu
ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam penyusunan skripsi ini untuk memperoleh data yang mengarah
pada tujuan, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Data yang dikumpilkan
Data yang dikumpulkan untuk menjawab masalah dalam penelitian
ini adalah data-data yang memuat tentang: Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang
Nomer 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan dan maqashid al
syariah
2. Sumber data
Menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber primer yang merupakan sumber data utama dalam penelitian ini
adalah kepala KUA Kecamatan Gresik yakni Ahmad Samsul Huda
Penghulu KUA Kecamatan Gresik yakni Mutohari Lutfi.
b. Sumber data sekunder adalah data yang diambil dan diperoleh dari
bahan pustaka dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
catatan harian lainya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan
data sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini,
yaitu:
1) Kompilasi Hukum Islam.
2) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3) Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1997)
4) Idris ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta,bumi askara,1999).
5) Fathurrahman djalil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta, logos wacana
ilmu, 1997)
6) Abdul manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia,
(jakarta: kencana,2006
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid penulis menggunakan beberapa
teknik diantaranya:
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna suatu
topik tertentu.22 Oleh Karena itu penulis wawancara langsung kepada
piha-pihak yang dapat memberikan informasi yang jelas tentang
Pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
22
Sugiyono, Metode Penilitian Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012) 231.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Tentang Pencatatan Perkawinan di KUA kecamatan gresik dalam kajian
maqa>s}idu al-shari>’ah .
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data
dengan mencari data
tentang hal hal yang dibutuhkan peneliti untuk menyediakan berbagai
informasi yang berkaitan dengan tema tinjauan maqasid al-shariah
terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam menekan angka nikah sirri
di KUA Kecamatan Gresik.
c. Pustaka
Pustaka yaitu memperoleh data teoritis dengan cara membaca,
mempelajari literature-literatur yang ada hubungannya dengan Pasal 2
Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan
perkawinan di KUA kecamatan gresik dan maqasid al-shariah.
4. Teknik pengolahan data
Setelah data seluruh data terkumpul kemudian dianalisi dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:23
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna,
keselarasan dan kesesuaian antara data primer maupun data sekunder
tentang kajian maqashid al syariah
23
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarata: PT. Sinar Grafika, 1996), 50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
b. Oragizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data yang telah
diperoleh tentang kajian maqa>s}idu al-shari>’ah .
c. Analyzing, yakni meganalisis efektivitas pasal 2 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan Perkawinan di KUA
kecamatan gresik dengan kajian maqa>s}idu al-shari>’ah .
5. Teknik Analisis data
Analisis data adalah proses pencarian dan pendataan terhadap catatan
hasil wawancara ataupun pengumpulan bahan informasi cetak dan
elektronik secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman penulis
terahadap obyek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif analisi yaitu menjelaskan atau memparkan data-data yang
diperoleh secara jelas dan apa adanya dengan kajian maqashid al-shariah
dengan menggunakan pola piker induktif yaitu pola piker yang berangkat
dari variable yang bersifatv khusus yaitu kasus pelaksanaan pasal 2 ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan di
KUA kecamatan Gresik kemudian dianalisi dan ditarik kesimpulan yang
bersifat umum.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab yang akan
penulis uraikan menjadi sub subbab. Antara bab yang satu dengan bab yang
lain saling berkaitan, demikian pula sub babnya. Adapun sistematika
penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang didalamnya termuat latar
belakang masalah, dari permasalahan tersebut kemudian diidentifikasi dan
diberi batasan masalah kemudian dimunculkan rumusan masalah serta
ditambahi kajian pustaka untuk membedakan penelitian-penelitian yang lain
selain itu juga diberikan tujuan dandan kegunaan hasil penelitian agar
bermanfaat suatu penelitian tersebut, selain itu juga diberikan definisi
oprasional sehingga lebih jelas variable-variabel pembahasannya, metode
penelitian untuk memecahkan suatu masalah yang ada dan sistematika
pmbahasan untuk lebih jelas pembahasan yang diuraikan.
Bab kedua, landasan teori yang memuat tentang maqa>s}idu al-shari>’ah
mengenai tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah tentang pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam
menekan angka nikah sirri di KUA kecamatan gresik
Bab ketiga, merupakan data penelitian yang berisi sekilas tentang KUA
kecamatan gresik, profil KUA, letak georrafis wilayah dan struktur organisasi.
Serta mendeskripsikan temuan dilapangan masalah yang dikaji yaitu
pelaksanaan KUA kecamatan gresik dalam menerapkan Pasal 2 Ayat 2
Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
KUA kecamatan gresik dan kondisi masyarakat yang sebelumnya melakukan
pernikahan sirri.
Keempat, yaitu bagian analisis atau menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni, bagaimana pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan dalam menekan angka
nikah sirri di KUA Kecamatan Gresik, dan bagaimana tinjauan maqa>s}idu al-
shari>’ah terhadap pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam menekan angka nikah sirri
di KUA Kecamatan Gresik.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari
penelitian ini, dan saran, yang merupakan tindak lanjut dari apa yang sudah
diteliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
MAQA> IDU AL-SHARĪ’AH
A. Maqa> idu Al-Shar ’ah
1. Definisi Maqᾱ idu al-Shar ’ah
Maqᾱṣidu al-Sharī’ah terdiri dari dua kata, yakni Maqᾱṣidu dan alSharī’ah. Maqᾱṣidu adalah bentuk jamak dari maqsudu yang berarti
kesengajaan atau tujuan. Sharī’ah Al-Sharī’aSharī’ahsecara bahasa berarti
al-Sharī’ahyang berarti jalan menuju sumber air.Jalan menuju sumber air ini
dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan.1Dari segi
bahasa Maqᾱṣidu Al-Sharī’ah berarti maksud atau tujuan disyariatkan hukum
Islam.
Makna Maqᾱṣidu menurut Abdullah Yusuf Ali dalam The holly
Quran, Maqᾱṣidu adalah segala apa yang digunakan atau ditetapkan oleh Allah
SWT dalam agama untuk pengaturan hidup hamba-hamba-Nya. Akhmad alRaisuni dalam Nazhariyat al-Maqᾱṣidu‘Inda al-Syatibi, dari segi bahasa Al-
Sharī’ah berarti maksud atau tujuan disyari’atkan hukum Islam.Karena itu,
yang menjadi bahasan utama didalamnya adalah masalah hikmat dan ilat
ditetapkannya suatu hukum. Dalam perkembangan berikutnya, kajian ini
1
Asafri Jaya Bakri, Konnsep Maqashid Syari’ah Menurut Al-Syatibi, (Jakarta Pt Raja Grafindo
Persada, 1996), 61.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
merupakan kajian utama dalam filsafat hukum Islam. Sehingga dapat
dikatakan bahwa istilah Maqᾱṣidu Al-Sharī’ahidentik dengan istilah filsafat
hukum Islam.2
Tujuan hukum harus diketahui oleh mujtahid dalam rangka
mengembangkan pemikiran hukum dalam Islam secara umum dan menjawab
persoalan-persoalan hukum kontemporer yang kasusnya tidak diatur secara
eksplisit oleh Al-Qur’an dan Hadits. Lebih dari itu tujuan hukum harus
diketahui dalam rangka mengetahui, apakah suatu kasus data diterapkan
berdasarkan satu ketentuan hukum, karena adanya perubahan sosial, hukum
tersebut tidak dapat diterapkan. Dengan demikian pengetahuan tentang
maqa>s}id al-shari>’ah menjadi kunci sebagai keberhasilan mujtahid dalam
ijtihadnya, tentu yang dimaksud dengan persoaan waktu disini adalah hukum
yang menyangkut bidang mu’amalah.
Tujuan hukum Islam itu menjadi arah setiap perilaku dan tindakan
manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan hidupnya dengan mentaati
semua hukum-hukum-Nya. Tujuan tersebut hendak dicapai melalui taklif, yang
pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama,
yakni al-Qur’an dan Hadits. Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan di dunia
dan di akhirat, berdasarkan penelitian para ushul fikih, ada lima unsur pokok
2
Fathurrahman Djamil, Fisaafat Hukum Islam (Jakarta: Wacana Ilmu, 1997), 123
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
yang harus dipelihara dan diwujudkan, kelima pokok tersebut adalah agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta.3
Tujuan
Allah
SWT
mensyariatkan
hukumnya
adalah
untuk
memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadat,
baik di dunia maupun di akhirat. Ungkapan tersebut tersurat dalam al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 201-202.4
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Qs. al-Baqarah :
201-202).5
Guna memperoleh gambaran yang utuh tentang teori Maqᾱṣidu Al-
Sharī’ah, berikut ini akan dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan
perigkatnya masing-masing. Uraian ini bertitik tolak dari kelima pokok
kemaslahatan, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kemudian
masing-masing dari kelima pokok itu akan dilihat berdasarkan kepentingan
dan kebutuhannya.
3
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum…, 125.
Zainuddin Ali, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), 10.
5
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Penerbit Mahkota, 2001), 45.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
2. \Tujuan Penerapan Al-Shar ’ah
Tujuan umum dari hukum syariah adalah untuk merealisasikan
kemaslahatan hidup manusia dengan mendatangkan manfaat dan menghindari
madharat. Para ulama mengemukakan, bahwa ada tiga macam tujuan shari>ah
atau tingkatan Maqᾱṣidu. Uuntuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
dariMaqᾱṣidu Al-Sharī’ah, maka berikut ini akan dijelaskan kelima pokok
kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing, sebagaimana dijelaskan
oleh Fathurrrahman Djamil. Uraian ini bertitik tolak dari kelima pokok
kemaslahatan yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kemudian dari
kelima pokok itu akan dilihat berdasarkan tingkat kepentingan atau
kebutuhannya masing-masing.6
1) Al-Umu>r Daruri>yat, (primer)
Yang dimaksud dengan darruriyat yaitu masalah yang harus dipelihara
dan ditingkatkan dalam kehidupan manusia dharuriyat itu terdiri dari
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.7Tujuan primer dalam hukum islam
ialah tujuan hukum yang mesti ada demi adanya kehidupan manusia.
apabila tujuan itu tidak dicapai, maka akan menimbulkan ketidaktejagan
kemaslahatan hidup manusia di dunia dan di akhirat, bahkan merusak
kehidupan itu sendiri.
6
7
Ibid.,227.
Nazar Bakri, Fiqih Dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996), 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Kebutuhan hidup yang primer ini hanya bisa dicapai bila
terpeliharanya lima tujuan hukum Islam yang disebut al-daruri>yat al-
kha>misah, kelima tujuan itu ialah, memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta.8
2) Al-Umur Hajjiyat, (sekunder)
Yang dinamakan kebutuhan hajjiyat adalah kebutuhan yang dapat
menghindarkan manusia dari kesulitan dalam hidupnya.Tujuan sekunder
dalam hukum Islam ialah terpeliharanya tujuan kehidupan manusia yang
terdiri atas berbagai kebutuhan sekunder hidup manusia itu. Kebutuhan
hidup sekunder ini bila tidak terpenuhi atau terpelihara akan menimbulkan
kesempitan yang mengakibatkan kesulitan hidup manusia. Untuk memenuhi
kebetuhan yang dapat menghindarkan dari kesulitan dalam hidupnya. Tidak
terpeliharanya kelompok ini tidak mengancam eksistensi kelima pokok
diatas, tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan bagi mukallaf.9Kebutuhan
hidup yang bersifat sekunder ini terdapat dalam hal adat, muamalah, ibadah,
uqubah, dan jinayat.
Dalam bidang adat, seperti diperbolehkan berburu memakan yang
sedap dan lezat asalkan halal, memakai pakaian yang baik, mendiami rumah
yang baik dan memakai kendaraan yang baik.
8
9
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum…, 101.
Ibid., 127.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Dalam bidang muamalah, Islam memberikan bermacam-macam
hukum tentang aqad, antara lain jual beli, kemudian menetapkan juga
hukum rukhsah, seperti akad pesan-memesan.
Dalam masalah ibadah, Islam menetapkan beberapa keringanan untuk
meringankan beban mukallaf apabila ada kesulitan dalam melaksanakan
hokum, seperti berbuka puasa pada siang hari di bulan Ramadhan bagi
orang yang sakit atau didalam bepergian.
Dalam bidang uqubah, Islam menetapkan hukum qis}a>s, hudu>d dan lain
sebagainya, Dalam bidang jinayat, seperti adanya sistem sumpah dan denda
dalam proses pembuktian dan pemberian sanksi hukum atas pelaku tindak
pidana.
3) Al-UmurTahsini>yat (tersier)
Yang dinamakan kebutuhan tahsini>yat adalah bertitik tolak
kepada segala sesuatu yang membuat indah keadaan manusia, dan membuat
hal itu sebagai dengan tuntutan norma dan akhlak mulia. Tujuan tersier
dalam
hukum
Islam ialah tujuan
hukum
yang ditujukan
untuk
menyempurnakan hidup manusia dengan cara melaksanakan apa-apa yang
baik dan yang paling layak menurut kebiasaan dan menghindari hal-hal
yang tercela menurut akal sehat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Dalam bidang ibadah, Islam mensyariatkan bersuci (taha>rah) untuk
badan, pakaian, tempat, menutup aurat.Islam menganjurkan berhias ketika
hendak pergi ke masjid dan sebagainya.
Dalam bidang muamalah, Islam mengharamkan memalsu,
menipu, melampaui batas, menggunakan setiap yang najis dan bahaya juga
melarang seseorang menyaingi secara tidak sehat atas jual beli orang lain
dan sebagainya.10
Tidak terwujud aspek darruriyat dapat merusak kehidupan manusia
dunia dan dan akhirat secara keseluruan. Pengabaian terhadap aspek
hajiyyat, tidak sampai merusak lima unsur pokok, akan tetapi tetapi hanya
akan
membawa
kesulitan
bagi
manusia
sebagai
mukallaf
dalam
merealisasikannya. Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyyat, membawa
upaya memelihara lima unsur pokok tidak sempurna. Sebagai contoh, dalam
memelihara unsure agama unsure darruriyyat antara lain mendirikan shalat,
keharusan menghadap kiblat adalah aspek hajiyyat dan menutup aurat
adalah aspek tahsiniyyat11
10
Ibid.,255.
Asafri Jaya Bakri, konnsep maqashid syari’ah menurut al-syatibi, (Jakarta PT raja grafindo persada,
1996), 72.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
3. Pokok-Pokok Kemaslahatan DalamMaqᾹ idu Al-Shar ’ah
Pada hakikatnya, baik kelompok darruriyyat, hajiyyat, maupun
tahsiniyyat, dimaksudkan memelihara ataupun mewujudkan kelima pokok
seperti yang disebutkan diatas. Hanya saja peringkat kepentingannya berbeda
satu sama lain. MenurutAl-Syatibi, penetapan kelima pokok diatas didasarkan
atas dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits. Dalil-dalil tersebut berfungsi sebagai al-
qawa’id al-kulliyatdalam menetapkan al-kulliyat al-hams.Guna memperoleh
gambaran yang utuh tentang teori Maqᾱṣidu Al-Sharī’ah, berikut ini akan
dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing.
a. Memelihara Agama (Hifzh al-din)
Menjaga atau memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat:12
1) Memelihara agama dalam peringkat daruriyyat, yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat primer,
seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat itu diabaikan,
maka akan terancamlah eksistensi agama.
2) Memelihara agama dalam peringkat hajiyyat, yaitu melaksanakan
ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan, seperti shalat
jamak dan shalat qashar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau
ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak akan mengancam eksistensi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
agama,
melainkan
hanya
akan
mempersulit
bagi
orang
yang
melakukannya.
3) Memelihara agama dalam peringkat tahsiniyyat, yaitu mengikuti
petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia, sekaligus
melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap tuhan.13
Agama merupakan persatuan antara aqidah, dalam hal amaliyah, Islam
mewajibkan mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, dan ibadah
haji.Sedangkan dalam hal khuluqiyah, Islam mewajibkan anak berbakti kepada
kedua orang tuanya, tidak boleh sombong dan angkuh.14
b. Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)
Memelihara
jiwa,
berdasarkan
tingkat
kepentingannya,
dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat:
1) Memelihara jiwa dalam peringkat daruriyyat, seperti memenuhi
kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. Kalau
kebutuhan pokok ini diabaikan, maka akan berakibat terancamnya
eksistensi jiwa manusia.
2) Memelihara jiwa, dalam peringkat hajiyyat, seperti diperbolehkan
berburu binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal. Kalau
13
Ibid., 128.
Miftahul Arifin, Usul Fiqih Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam, (Surabaya:Citra Media, 1997),
250.
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
kegiatan ini diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi manusia,
melainkan hanya mempersulit hidupnya.
3) Memelihara jiwa dalam peringkat tah{si>niyyat, seperti ditetapkannya tata
cara makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan dan etika, sama sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa
manusia, ataupun mempersulit kehidupan seseorang.15
Untuk melestarikan jiwa, Islam mensyariatkan perkawinan untuk
kelangsungan keturunan serta kelanggengan jenis manusia.Dan juga dengan
memelihara jiwa, Islam mensyariatkan hukum qishas atau hukum setimpal,
diyat atau denda, dan kafarah atau tebusan terhadap orang yang menganiaya
jiwa.16
c. Memelihara Akal (Hifzh al-‘Aql)
Memelihara akal, dilihat dari segi kepentingannya, dapat dibedakan
menjadi tiga peringkat:
1) Memelihara akal dalam peringkat daruriyyat, seperti diharamkan
meminum minuman keras. Jika ketentuan ini tidak dijalankan maka akan
berakibat terancamnya eksistensi akal.
2) Memelihara akal dalam peringkat hajiyyat, seperti dianjurkannya
menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya hal itu dilakukan, maka tidak
15
16
Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum…, 129.
Miftahul Arifin, Usul Fiqh…, 251.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
akan merusak akal, tetapi akan mempersulit diri seseorang, dalam
kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
3) M
PELAKSANAAN PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1
TAHUN 1974 TENTANG PENCATATAN PERKAWINAN DI
KUA KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
ABDULLAH HASAN ASYAZALI
NIM: C91212135
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM HUKUM KELUARGA ISLAM
SURABAYA
2016
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul ‚Tinjuan Maqa>sidu Al-Shari>ah Terhadap Pelaksanaan
Pasal 2 Ayat 2 Undang Undang No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan Gresik‛
adalah hasil penelitian field research untuk menjawab pertanyaan tentang: (1)
Bagaimana pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan
Gresik?, dan (2) Bagaimana tinjauan Maqa>sidu Al-Shari>ah terhadap pelaksanaan
pasal 2 ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 di KUA Kecamatan Gresik?.
Jenis penelitian ini adalah dekriftif analisis Data yang diperlukan dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, oservasi, dokumentasi,
dan pustaka. Setelah data terkumpul, data diolah dengan tiga tahapan yaitu
editing, organizing, dan analyzing yang bertujuan
untuk memperoleh
kesimpulan yang khusus dan dianalisis menurut hukum pidana Islam.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan pasal 2
ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 di KUA kecamatan gresik kabupaten
gresik, (2) Untuk mengetahui tinjauan Maqa>sidu Al-Shari>ah terhadap
pelaksanaan pasal 2 ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974 di KUA
kecamatan gresik kabupaten gresik.
Hasil penelitian adalah: (1)Pencatatan perkawinan yang tercantum dalam
pasal 2 ayat 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan
perkawinan oleh KUA di daerah Kecamatan Gresik sangat diterapkan di tengahtengah masyarakat. Hal ini membuktikan pencatatan perkawinan efektif
diterapkan dan sesuai dengan tujuan dari maqa>sid al-shari>ah yaitu untuk
merealisasikan kemaslahatan hidup manusia dengan mendatangkan manfaat dan
menghindari dari kemaslahatan, selain itu penerapan pencatatan perkawinan
menjadikan kepastian hukum terhadap masyarakat ketika menikah. Namun
pemahaman ini bagi masyarakat awam kurang begitu dipedulikan sehingga dari
pihak KUA sendiri kadang kala menemukan masyarakat yang masih menikah
sirri dalam artian mereka menikah sesuai dengan prosedur agama namun belum
sesuai dengan kebijakan pemerintah, (2) Shari>at Islam pasal 2 ayat 2 Undangundang nomer 1 tahun 1974 dibuat dan diimplementasikan dengan tujuan
memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindarkan kerusakan,
baik di dunia maupun di akhirat. Kemaslahatan tersebut akan dijabarkan sesuai
dengan pelaksanaan pasal 2 ayat 2 undang-undang nomor 1 tahun 1974.
vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... . x
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................... 8
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 9
D. Kajian Pustaka ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
F. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 12
G. Definisi Operasional ........................................................................ 13
H. Metode Penelitian ............................................................................ 13
I. Sistematika Pembahasan ................................................................. 17
BAB II MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ............................................................... 19
A. MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ........................................................... 19
1. Definisi Maqa>Sidu Al-Shari>Ah .................................................. 19
2. Tujuan Penerapan Al-Shari>Ah ................................................... 21
3. Pokok – Pokok Kemaslahatan dalam Maqa>Sidu Al-Shari>Ah ... 25
B. PRINSIP – PRINSIP DASAR MAQA>SIDU AL-SHARI>AH ......... 32
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III DESKRIPSI PENCATATAN PENCATATAN PERKAWINAN KUA
KECAMATAN GRESIK ……………................................................ . 36
A. KUA KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK ............... 36
1. Profil KUA Kecamatan Gresik ................................................... 36
2. Letak Geografis .......................................................................... 39
3. Tugas Dan Wewenang Kantor Urusan Agama Kecamatan Gresik
.......................................................................................................... 41
4. Struktur Organisani KUA ............................................................ 43
B. PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN GRESIK ............................................................... 41
1. Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Di Kua Kecamatan Gresik
.................................................................................................... 41
2. Tata Cara Dan Prosedur Perkawinan Di KUA Kecamatan Gresik
.......................................................................................................... 47
BAB IV ANALISIS
MAQA>SIDU
AL-SHARI>AH
TERHADAP
PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN DI KUA
KECAMATAN GRESIK....................................................................... 51
A. EFEKTIFITAS PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1
TAHUN 1974 ................................................................................. 51
B. MAQA>SIDU AL-SHARI>AH TERHADAP PELAKSANAAN
PASAL 2 AYAT 2 UNDANG UNDANG NO 1 TAHUN 1974
TENTANG PENCATATAN NIKAH DI KUA KECAMATAN
GRESIK .......................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 60
A. Simpulan ................................................................................................... 60
B. Saran ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu perbuatan yang suci adalah perkawinan, karena dalam
perkawinan terdapat hubungan yang tidak hanya didasarkan pada ikatan
lahiriyah semata, melainkan juga ikatan bathiniyah. Perkawinan merupakan
hal yang penting dalam realita kehidupan manusia. Perkawinan adalah salah
satu sunnatullah yang umum berlaku pada makhluk tuhan, baik pada manusia,
hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.1
Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2
Tujuan pokok dari kehidupan rumah tangga, bahwa rumah tangga itu
dibangun di atas landasan cinta dan kasih sayang di antara suami istri serta di
atas prinsip keadilan dan saling pengertian, dimana masing-masing pihak dari
suami istri harus melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya, sehingga
kehidupan rumah tangga berdiri kokoh.3 sebagaimana Allah SWT berfirman:
1
Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshari Az, Problematika Hukum Islam Kontemporer
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), 56.
2
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), 9.
3
Butsainah As-Sayyid Al-Iraqi, Menyingkap Tabir Perceraian, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa,
2005), 19.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Artinya: ‚Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang.‛4
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi dalam arti
majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan
halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang
wanita. (hanafi). Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis
manusia yang wajar, dan dalam ajaran nabi, perkawinan ditradisikan menjadi
sunnah beliau.5 Pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang
mampu untuk segera melaksanakannya. Karena dengan perkawinan, dapat
mengurangi maksiat penglihatan, memelihara diri dari perbuatan zina. Oleh
karena itu, bagi mereka yang berkeinginanuntuk menikah, sementara
pembekalan untuk memasuki perkawinan belum siap, dianjurkan berpuasa.
Menurut undang-undang nomer 1 tahun 1974 (pasal1), perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan
kekal bedasarkan ketuhanan yang maha esa. pertimbangannya ialah sebagai
Negara yang berdasarkan pancasila di mana sila yang pertamanya ialah
ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat
sekali dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai
4
5
QS. Al-Ru>m: 21.
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997), 70
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peran yang
penting.6
Perkawinan dalam islam tidaklah semata-mata sebagai atau kontrak
keperdataan biasa, akan tetapi ia mempunyai nilai ibadah. Maka, amatlah
tepat jika kompilasi menegaskannya sebagi yang amat kuat (mitha>qan
gha>liz}an) untuk menaati perintah allah, dan melaksanakannya merupakan
ibadah (ps. 2KHI).
Rukun nikah yang menjadikan sah dan tidaknya nikah sangat
memungkinkan terjadinya perubahan ke arah perbaikan karena dipandang
kurang sesuai dalam menghadapi isu-isu tentang pernikahan zaman modern.
Menurut Imam Syaukani, bahwa rukun nikah yang ditetapkan oleh para pakar
ahli fiqih misalnya Imam Syafi’i itu sudah tidak relevan jika diterapkan di
Indonesia pada era sekarang, karena kurang memberi keadilan pada pihak istri.
Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa rukun nikah hasil pemikiran para
imam mujtahid mutlak harus ditambah dengan pencatatan administrasi yang
dilakukan oleh wakil dari pejabat Negara yang mengurusi tentang nikah atau
PPN (Pegawai Pencatat Nikah).7
Untuk sahnya suatu perkawinan yang ditinjau dari sudut keprdataan
adalah adalah bilamana perkawinan sudah dicatat atau didaftarkan di Kantor
Urusan Agama atau kantor catatan sipil
sesuai agama yang dianutnya.
Selama perkawinan ini belum terdaftar perkawinan ini belum terdaftar secara
6
Ramulyo idris, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: bumu askara, 1996), 3
Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), 257
7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
hukum Negara sekalipun sekalipun mereka sudh memenuhi prosedur dan tata
cara menurut ketentuan agama. Sedangkan bilamana yang ditinjau sebagai
satu perbuatan keagamaan pencatatan nikah hanyalah sekedar memenuhi
administrasi perkawinan saja yang tidak menentukan sah atau tidaknya suatu
perkawinan.8
Pencatatan nikah adalah kegiatan menulis yang dilakukan oleh pasangan
mempelai sebab buku nikah nikah yang mereka peroleh adalah bukti autentik
tentang keabsahan pernikahan itu baik secara agama maupun Negara. Dengan
adanya buku nikah itu, mereka dapat membuktikan pula keturunan sah yang
dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh hak-haknya sebagai ahli
waris.9
Dalam kehidupan modern seperti saat ini yang sangat kompleks maka
ketertiban tentang pencatatan perkawinan harus diatur karna mengingat
masyarakat yang terlalu banyak akan meniumbulkan berbagai masalah jika
pencatatan perkawinan tidak dilakukan karna memungkinkan banyaknya
sengketa dikemudian hari setelah terjadinya perkawinan seperti, status anak
yang dilahirkan, hak dan kewajiban suami dan istri. Peraturan mengenai
pencatatan perkawinan diatur dalam Undang-undang perkawinan No.1 tahun
1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 2 dan kompilasi hukum islam pasal 5
8
9
Syahrani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Bandung: Alumni, Tth), 10.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
ayat 1 yang berbunyi ‚agar terjamin ketertiban perkawinan perkawinan bagi
masyarakat islam setiap perkawinan harus dicatat‛.10
Perkawinan yang tidak dicatat (perkawinan sirri) termasuk perkawinan
yang kurang dikehendaki oleh Undang-Undang, meskipun sah secara agama
tetapi pernikahan yang tidak tercatat tidak akan mendapatkan perlindungan
hukum. Hal ini boleh jadi sebagian masyarakat muslim masih ada yang
memahami ketentuan perkawinan lebih menekankan prespektif fiqih sentris.
Menurut pemahaman versi ini, perkawinan telah cukup, apabila syarat dan
rukun telah terpenuhi, tanpa diikutin pencatatan, apalagi akta nikah, kondisi
semacam ini dipraktekkan sebagian masyarakat dengan menghidupkan
praktek nikah sirri tanpa melibatkan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sebagai
petugas resmi yang diserahi tugas itu. Belum lagi, apabila ada oknum yang
memanfaatkan
peluang
ini
untuk
kepentingan
pribadi,
tanpa
mempertimbangkan sisi dan nilai keadilan yang merupakan misi utama sebuah
perkawinan, seperti poligami liar tanpa izin istri pertama, atau tanpa izin
pengadilan agama. Kenyataan semacam ini, menjadi hambatan besar
suksesnya pelaksanaan undang-undang perkawinan tersebut.11
Dalam hal pencatatan perkawinan ini dimaksudkan agar semua pihak
dapat lebih mengerti dan menyadari betapa penting nilai nilai keadilan dan
ketertiban dalam sebuah perkawinan yang menjadi pilar tegaknya pilar
10
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta:
Departemen Agama, 2001), 15.
11
Rofiq Ahmad, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 109
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
kehidupan rumah tangga. Akan halnya pencatatan perkawinan kompilasi
menjelaskan dalam pasal 5:
1. Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam, setiap
perkawinan harus dicatatat
2. Pencatatan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah
sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 22 tahun 946 jo.Undangundang Nomor 32 Tahun 1954.12
Teknis pelaksanaannya dijelaskan dalam pasal 6 ayat menyebutkan:
1. Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan Pegawai Pencatatan
Nikah.
2. Perkawinan yang dilakukan di luar pegawai pencatat Nikah tidak
mempunyai kekuatan hukum.13
Pencatatan perkawinan yang atau pembuatan akta nikah, secara syariat
bukanlah rukun atau syarat yang menentukan syahnya pernikahan/ namun
adanya bukti otentik yang tertulis dapat menjadi salah satu alat memperkuat
komitmen yang dibangun oleh pasangan suami istri tersebut. Walaupun
memperkuat komitmen tidak terbatas pada aktanya, karena akta sendiri bisa
dibatalkan melalui gugatan perceraian .14
12
13
Ibid., 5.
Ibid., 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Dengan adanya bukti pencatatan perkawinan, perkawinan yang
dilangsungakan oleh seseorang akan memiliki kekuatan yuridis. Sebagaimana
sebagaimana yang disebutkan pada pasal 7 ayat 1 kompilasi hukum islam
(KHI), perkawinan ‚hanya‛ dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat
oleh pegawai pencatat nikah. Dengan demikian, mencatatkan perkawinan
adalah merupakan kewajiban bagi mereka yang akan melakukan perkawinan.15
Pencatatan nikah mempunyai relevansinya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Dengan adanya kesadaran hukum dari masyarakat, maka
ketentuan pencatatan nikah dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat,
namun demikian juga sebaliknya, tanpa adanya kesadaran hukum dari
masyarakat mustahil ketentuan mengenai pencatatan nikah dapat diterapkan
dimasyarakat.16
Islam merupakan agama yang memberikan secara penuh terhadap siapa
saja yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari siapapun. Untuk itu,
islam menjadikan ajaran-ajaran hukum kepada lima prinsip dasar hukum untuk
kemaslahatan manusia. Lima prinsip itu adalah memelihara agama (h}ifz}hu al-
di>n), memelihara jiwa (h}ifz}hu an-nafs), memelihara akal h}ifz}hu al-aqli),
memelihara harta (h}ifz}hu al-ma>l), memelihara keturunan (h}ifz}hu al-nas).17 Jadi
dalam konteks hukum islam pencatatan perkawinan merupakan upaya dalam
membentuk tujuan sakinah mawadah warahmah dalam prinsip lima dasar itu.
15
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1995), 15.
Happy Susanto, Nikah Sirri ApaUntungnya?, (Jakarta: Visimedia, 2007), 100.
17
Zainudin Ali, Pengantar Ilmu Huku Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 12.
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Lebih tegasnya bahwasanya perkawinan harus tunduk pada Undangundang nomor 1 tahun 1974 sebagai hukum positif, namun demikian yang
diharapkan dan menjadi tujuan Unadang-undang nomor 1 tahun 1974 belum
sepenuhnya secara bulat, seperti halnya di kecamatan gresik walaupun
sebagian penduduknya belum mematuhi aturan melakukan perkawinan menrut
Undang-undang nomor 1 tahun 1974.
Walaupun Undang-undang nasional sudah merumuskan secara tegas
tentang pencatatan perkawinan tetapi didalam prakteknnya pencatatan
perkawinan masih menjadikan suatu problem.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik membahas lebih
lanjut dalam skripsi yang berjudul ‚Tinjauan Maqa>ṣi} du Al-Shari>’ah Terhapad
pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 Tentang
Pencatatan Perkawinan Di KUA Kecamatan Gresik‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan diatas, maka
dapat ditulis identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pencatatan perkawinan menurut pasal 2 ayat 2 UU no 1 tahun
1974
2. Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah
3. Dasar hukum pencatatan nikah
4. Upaya yang dilaksanakan KUA dalam menekan angka nikah sirri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
5. Peran KUA kecamatan gresik dalam mengimplementasikan pasal 2 ayat 2
UU no 1 tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan.
Dari identifikasi masalah diatas untuk lebih jelasnya penulis membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan
nikah di KUA kecamatan gresik
2. Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU
nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis, maka permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 UU No 1 Tahun 1974 Di KUA
Kecamatan Gersik?
2. Bagaimana Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan Pasal 2
Ayat 2 UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Nikah Di KUA
Kecamatan Gresik?
D. Kajian pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian penelitian yang
sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian penelitian yang pernah ada. Penulis telah melakukan
kajian tentang berbagai hal yang berkaitan tentang pencatatan perkawinan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Namun, skripsi yang peneliti bahas sangat berbeda dari skripsi-skripsi yang
ada. Hal ini dilihat dari judul-judul skripsi yang ada, walaupun mempunyai
kesamaan tema, tetapi berbeda dari titik fokus pembahasannya, lebih jelasnya
penulis akan kemukakan beberapa skripsi yang mempunyai bahasan dalam
satu yang dapat peneliti jumpai, antara lain:
1. Skripsin yang berjudul ‚Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah
(SIMKAH) Online Di KUA Surabaya Dalam Perspektif PMA Nomor 11
Tahun 2007‛.18 Skripsi ini membahas tentang intruksi dari Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/369 Tahun 2013 Tentng
Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah (SIMKAH), dengan adanya
simkah ini apakah bisa membantu menerapkan PMA nomor 11 tahun 2007
yang kebanyakan dilakukan secara manual. Perbedaan antara ini dengan
skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Informasi Menejemen Nikah
(SIMKAH) online di KUA Surabaya dalam perspektif PMA Nomor 11
tahun 2007, penelitian ini mengarah pada penerapan pada sistem
menejemen niakh online. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti lebih
mengarah pada pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang
pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik dan Tinjauan maqa>s}idu alshari>’ah terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974
tentang pencatatan nikah di KUA kecamatan gresik
18
Ade Ani Satriani ‚Penerapan Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah) Online Di KUA
Kota Surabaya Dalam Prespektif PMA Nomor 11 Tahun 2007‛(skripsi UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2014), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2. Skripsi yang berjudul ‚Prosedur Pencatatan Perkawinan Menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Jo. Peratutan Menteri Agama No. 11 Tahun
2007(Studi Kasus Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon‛.19 skripsi ini membahas tentang penelitian ini adalah
bagaimana prosedur pencatatan perkawinan menurut Undang-undang No. 1
tahun 1974 jo. Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 serta
bagaimana prosedur administrasi pencatatan perkawinan di KUA
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon karena dalam realitanya yang
tertulis pada skripsi ini banyak masyarakat yang tidak mau mencatatatkan
perkawinannya hanya karna prosedur administrasinya yang berbelit belit.
Perbedaan dengan skripsi penelitian yang penulis lakuakan adalah
pencatatan nikah kembali setelah nikah sirri di KUA keamatan gresik.
3. Skripsi yang berjudul ‚Pencatatan Perkawinan Dalam Kitab Fikih Dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Analisis
Prespektif Maqa>S}Idu Al-Shari>’Ah)20, yang membahas tentang pencatatan
perkawinan dalam kitab fikih dan UU Nomor 1 tahun 1974 dengan
menggunkan analisis Maqa>s}idu al-shari>’ah, tetapi skripsi ini memakai
penelitian kepustakaan.21
19
Ahmad Yusron ‚Prosedur Pencatatan Perkawinan Menurut Undang - Undang No. 1 Tahun
1974 Jo. Peratutan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007(Studi Kasus Kantor Urusan Agama (Kua)
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon‛ (skripsi—IAIN Syekh Nurjati Cirebon), 6.
20
21
Sehabudin ‚pencatatan perkawinan dalam kitab fikih dan undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan (analisis prespektif Maqa>s}idu al-shari>’ah‛ (skripsi—UIN sunan kalijaga
Surabaya),1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pencatatan perkawinan di KUA
Kecamatan Gersik.
2. Untuk mengetahui Tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah terhadap pelaksanaan
pasal 2 ayat 2 UU nomor 1 tahun 1974 tentang pencatatan nikah di KUA
Kecamatan Gresik.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian memuat uraian yang mempertegas bahwa
masalah penelitian itu bermanfaat, baik dari segi teoritis atau praktis untuk
dijawab melalui penelitian. Maka dari penelitian ini diharapkan ada nilai guna
pada dua aspek:
1. Secara akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperdalam dan
memperluas wawasan keilmuan mengenai pasal 2 ayat 2 UU no 1 tahun
1974 tentang pectatan perkawinan kususnya tentang pelaksanaan
pencatatan di KUA serta pelaksanaan dalam kajian maqa>s}idu al-shari>’ah
dan dapat memberikan kontribusi terhadap lembaga-lembaga yang
bergerak dalam bidang perkawinan, baik istitui agama maupun Negara,
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang
bertujuan dengan perumusan dan implementasi hukum.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
b. Hasil temuan dari penelitian ini diharapkan menjadi refrensi bagi
lembaga-lembaga pendidikan akademik, terutama ditingkat perguruan
tinggi.
2. Secara Praktisi
a. Sebagai masukan bagi para pejabat yang berkompeten dalam menangani
dan melaksanakan tugasnya terutama di KUA kecamatan Gresik.
b. Dapat memotivasi para calon peneliti untuk mengembangkan penelitian
ini
G. Devinisi oprasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah kunci dalam
penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
Maqa>s}idu al-shari>’ah
: tujuan dibentuknya hukum dalam islam
Pelaksanaan
: suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah di susun matang dan
terperinci.
Pasal 2 ayat 2 Undang- : tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
undang nomer 1 tahun
perundang-undangan yang berlaku
1974
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
H. Metode penelitian
Jenis penelitian adalah field research, yaitu penelitian yang datanya
dihimpun dari lapangan untuk kemudian dianalisis sampai pada kesimpulan.
Untuk menganalisis datanya menggunakan metode deskriptif analisis dengan
pola pikir induktif. Yakni mengemkakan fakta-fakta yang ada pada
masyarakat di kecamatan gresik kabupaten gresik tentang pelaksanaan
pencatatan perkawinan dan ditinjau melalui Maqa>si} du al-shari>’ah, setelah itu
ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam penyusunan skripsi ini untuk memperoleh data yang mengarah
pada tujuan, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Data yang dikumpilkan
Data yang dikumpulkan untuk menjawab masalah dalam penelitian
ini adalah data-data yang memuat tentang: Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang
Nomer 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan dan maqashid al
syariah
2. Sumber data
Menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber primer yang merupakan sumber data utama dalam penelitian ini
adalah kepala KUA Kecamatan Gresik yakni Ahmad Samsul Huda
Penghulu KUA Kecamatan Gresik yakni Mutohari Lutfi.
b. Sumber data sekunder adalah data yang diambil dan diperoleh dari
bahan pustaka dengan mencari data atau informasi berupa benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
catatan harian lainya. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan
data sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan pembahasan ini,
yaitu:
1) Kompilasi Hukum Islam.
2) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3) Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1997)
4) Idris ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta,bumi askara,1999).
5) Fathurrahman djalil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta, logos wacana
ilmu, 1997)
6) Abdul manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia,
(jakarta: kencana,2006
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid penulis menggunakan beberapa
teknik diantaranya:
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna suatu
topik tertentu.22 Oleh Karena itu penulis wawancara langsung kepada
piha-pihak yang dapat memberikan informasi yang jelas tentang
Pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
22
Sugiyono, Metode Penilitian Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012) 231.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Tentang Pencatatan Perkawinan di KUA kecamatan gresik dalam kajian
maqa>s}idu al-shari>’ah .
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data
dengan mencari data
tentang hal hal yang dibutuhkan peneliti untuk menyediakan berbagai
informasi yang berkaitan dengan tema tinjauan maqasid al-shariah
terhadap pelaksanaan pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam menekan angka nikah sirri
di KUA Kecamatan Gresik.
c. Pustaka
Pustaka yaitu memperoleh data teoritis dengan cara membaca,
mempelajari literature-literatur yang ada hubungannya dengan Pasal 2
Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan
perkawinan di KUA kecamatan gresik dan maqasid al-shariah.
4. Teknik pengolahan data
Setelah data seluruh data terkumpul kemudian dianalisi dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:23
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna,
keselarasan dan kesesuaian antara data primer maupun data sekunder
tentang kajian maqashid al syariah
23
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarata: PT. Sinar Grafika, 1996), 50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
b. Oragizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data yang telah
diperoleh tentang kajian maqa>s}idu al-shari>’ah .
c. Analyzing, yakni meganalisis efektivitas pasal 2 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan Perkawinan di KUA
kecamatan gresik dengan kajian maqa>s}idu al-shari>’ah .
5. Teknik Analisis data
Analisis data adalah proses pencarian dan pendataan terhadap catatan
hasil wawancara ataupun pengumpulan bahan informasi cetak dan
elektronik secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman penulis
terahadap obyek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif analisi yaitu menjelaskan atau memparkan data-data yang
diperoleh secara jelas dan apa adanya dengan kajian maqashid al-shariah
dengan menggunakan pola piker induktif yaitu pola piker yang berangkat
dari variable yang bersifatv khusus yaitu kasus pelaksanaan pasal 2 ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan di
KUA kecamatan Gresik kemudian dianalisi dan ditarik kesimpulan yang
bersifat umum.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab yang akan
penulis uraikan menjadi sub subbab. Antara bab yang satu dengan bab yang
lain saling berkaitan, demikian pula sub babnya. Adapun sistematika
penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang didalamnya termuat latar
belakang masalah, dari permasalahan tersebut kemudian diidentifikasi dan
diberi batasan masalah kemudian dimunculkan rumusan masalah serta
ditambahi kajian pustaka untuk membedakan penelitian-penelitian yang lain
selain itu juga diberikan tujuan dandan kegunaan hasil penelitian agar
bermanfaat suatu penelitian tersebut, selain itu juga diberikan definisi
oprasional sehingga lebih jelas variable-variabel pembahasannya, metode
penelitian untuk memecahkan suatu masalah yang ada dan sistematika
pmbahasan untuk lebih jelas pembahasan yang diuraikan.
Bab kedua, landasan teori yang memuat tentang maqa>s}idu al-shari>’ah
mengenai tinjauan maqa>s}idu al-shari>’ah tentang pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam
menekan angka nikah sirri di KUA kecamatan gresik
Bab ketiga, merupakan data penelitian yang berisi sekilas tentang KUA
kecamatan gresik, profil KUA, letak georrafis wilayah dan struktur organisasi.
Serta mendeskripsikan temuan dilapangan masalah yang dikaji yaitu
pelaksanaan KUA kecamatan gresik dalam menerapkan Pasal 2 Ayat 2
Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
KUA kecamatan gresik dan kondisi masyarakat yang sebelumnya melakukan
pernikahan sirri.
Keempat, yaitu bagian analisis atau menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni, bagaimana pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan dalam menekan angka
nikah sirri di KUA Kecamatan Gresik, dan bagaimana tinjauan maqa>s}idu al-
shari>’ah terhadap pelaksanaan Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Pencatatan Perkawinan dalam menekan angka nikah sirri
di KUA Kecamatan Gresik.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari
penelitian ini, dan saran, yang merupakan tindak lanjut dari apa yang sudah
diteliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
MAQA> IDU AL-SHARĪ’AH
A. Maqa> idu Al-Shar ’ah
1. Definisi Maqᾱ idu al-Shar ’ah
Maqᾱṣidu al-Sharī’ah terdiri dari dua kata, yakni Maqᾱṣidu dan alSharī’ah. Maqᾱṣidu adalah bentuk jamak dari maqsudu yang berarti
kesengajaan atau tujuan. Sharī’ah Al-Sharī’aSharī’ahsecara bahasa berarti
al-Sharī’ahyang berarti jalan menuju sumber air.Jalan menuju sumber air ini
dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan.1Dari segi
bahasa Maqᾱṣidu Al-Sharī’ah berarti maksud atau tujuan disyariatkan hukum
Islam.
Makna Maqᾱṣidu menurut Abdullah Yusuf Ali dalam The holly
Quran, Maqᾱṣidu adalah segala apa yang digunakan atau ditetapkan oleh Allah
SWT dalam agama untuk pengaturan hidup hamba-hamba-Nya. Akhmad alRaisuni dalam Nazhariyat al-Maqᾱṣidu‘Inda al-Syatibi, dari segi bahasa Al-
Sharī’ah berarti maksud atau tujuan disyari’atkan hukum Islam.Karena itu,
yang menjadi bahasan utama didalamnya adalah masalah hikmat dan ilat
ditetapkannya suatu hukum. Dalam perkembangan berikutnya, kajian ini
1
Asafri Jaya Bakri, Konnsep Maqashid Syari’ah Menurut Al-Syatibi, (Jakarta Pt Raja Grafindo
Persada, 1996), 61.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
merupakan kajian utama dalam filsafat hukum Islam. Sehingga dapat
dikatakan bahwa istilah Maqᾱṣidu Al-Sharī’ahidentik dengan istilah filsafat
hukum Islam.2
Tujuan hukum harus diketahui oleh mujtahid dalam rangka
mengembangkan pemikiran hukum dalam Islam secara umum dan menjawab
persoalan-persoalan hukum kontemporer yang kasusnya tidak diatur secara
eksplisit oleh Al-Qur’an dan Hadits. Lebih dari itu tujuan hukum harus
diketahui dalam rangka mengetahui, apakah suatu kasus data diterapkan
berdasarkan satu ketentuan hukum, karena adanya perubahan sosial, hukum
tersebut tidak dapat diterapkan. Dengan demikian pengetahuan tentang
maqa>s}id al-shari>’ah menjadi kunci sebagai keberhasilan mujtahid dalam
ijtihadnya, tentu yang dimaksud dengan persoaan waktu disini adalah hukum
yang menyangkut bidang mu’amalah.
Tujuan hukum Islam itu menjadi arah setiap perilaku dan tindakan
manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan hidupnya dengan mentaati
semua hukum-hukum-Nya. Tujuan tersebut hendak dicapai melalui taklif, yang
pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama,
yakni al-Qur’an dan Hadits. Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan di dunia
dan di akhirat, berdasarkan penelitian para ushul fikih, ada lima unsur pokok
2
Fathurrahman Djamil, Fisaafat Hukum Islam (Jakarta: Wacana Ilmu, 1997), 123
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
yang harus dipelihara dan diwujudkan, kelima pokok tersebut adalah agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta.3
Tujuan
Allah
SWT
mensyariatkan
hukumnya
adalah
untuk
memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadat,
baik di dunia maupun di akhirat. Ungkapan tersebut tersurat dalam al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 201-202.4
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang
mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Qs. al-Baqarah :
201-202).5
Guna memperoleh gambaran yang utuh tentang teori Maqᾱṣidu Al-
Sharī’ah, berikut ini akan dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan
perigkatnya masing-masing. Uraian ini bertitik tolak dari kelima pokok
kemaslahatan, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kemudian
masing-masing dari kelima pokok itu akan dilihat berdasarkan kepentingan
dan kebutuhannya.
3
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum…, 125.
Zainuddin Ali, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika, 2006), 10.
5
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Penerbit Mahkota, 2001), 45.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
2. \Tujuan Penerapan Al-Shar ’ah
Tujuan umum dari hukum syariah adalah untuk merealisasikan
kemaslahatan hidup manusia dengan mendatangkan manfaat dan menghindari
madharat. Para ulama mengemukakan, bahwa ada tiga macam tujuan shari>ah
atau tingkatan Maqᾱṣidu. Uuntuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
dariMaqᾱṣidu Al-Sharī’ah, maka berikut ini akan dijelaskan kelima pokok
kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing, sebagaimana dijelaskan
oleh Fathurrrahman Djamil. Uraian ini bertitik tolak dari kelima pokok
kemaslahatan yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kemudian dari
kelima pokok itu akan dilihat berdasarkan tingkat kepentingan atau
kebutuhannya masing-masing.6
1) Al-Umu>r Daruri>yat, (primer)
Yang dimaksud dengan darruriyat yaitu masalah yang harus dipelihara
dan ditingkatkan dalam kehidupan manusia dharuriyat itu terdiri dari
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.7Tujuan primer dalam hukum islam
ialah tujuan hukum yang mesti ada demi adanya kehidupan manusia.
apabila tujuan itu tidak dicapai, maka akan menimbulkan ketidaktejagan
kemaslahatan hidup manusia di dunia dan di akhirat, bahkan merusak
kehidupan itu sendiri.
6
7
Ibid.,227.
Nazar Bakri, Fiqih Dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996), 84.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Kebutuhan hidup yang primer ini hanya bisa dicapai bila
terpeliharanya lima tujuan hukum Islam yang disebut al-daruri>yat al-
kha>misah, kelima tujuan itu ialah, memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta.8
2) Al-Umur Hajjiyat, (sekunder)
Yang dinamakan kebutuhan hajjiyat adalah kebutuhan yang dapat
menghindarkan manusia dari kesulitan dalam hidupnya.Tujuan sekunder
dalam hukum Islam ialah terpeliharanya tujuan kehidupan manusia yang
terdiri atas berbagai kebutuhan sekunder hidup manusia itu. Kebutuhan
hidup sekunder ini bila tidak terpenuhi atau terpelihara akan menimbulkan
kesempitan yang mengakibatkan kesulitan hidup manusia. Untuk memenuhi
kebetuhan yang dapat menghindarkan dari kesulitan dalam hidupnya. Tidak
terpeliharanya kelompok ini tidak mengancam eksistensi kelima pokok
diatas, tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan bagi mukallaf.9Kebutuhan
hidup yang bersifat sekunder ini terdapat dalam hal adat, muamalah, ibadah,
uqubah, dan jinayat.
Dalam bidang adat, seperti diperbolehkan berburu memakan yang
sedap dan lezat asalkan halal, memakai pakaian yang baik, mendiami rumah
yang baik dan memakai kendaraan yang baik.
8
9
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum…, 101.
Ibid., 127.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Dalam bidang muamalah, Islam memberikan bermacam-macam
hukum tentang aqad, antara lain jual beli, kemudian menetapkan juga
hukum rukhsah, seperti akad pesan-memesan.
Dalam masalah ibadah, Islam menetapkan beberapa keringanan untuk
meringankan beban mukallaf apabila ada kesulitan dalam melaksanakan
hokum, seperti berbuka puasa pada siang hari di bulan Ramadhan bagi
orang yang sakit atau didalam bepergian.
Dalam bidang uqubah, Islam menetapkan hukum qis}a>s, hudu>d dan lain
sebagainya, Dalam bidang jinayat, seperti adanya sistem sumpah dan denda
dalam proses pembuktian dan pemberian sanksi hukum atas pelaku tindak
pidana.
3) Al-UmurTahsini>yat (tersier)
Yang dinamakan kebutuhan tahsini>yat adalah bertitik tolak
kepada segala sesuatu yang membuat indah keadaan manusia, dan membuat
hal itu sebagai dengan tuntutan norma dan akhlak mulia. Tujuan tersier
dalam
hukum
Islam ialah tujuan
hukum
yang ditujukan
untuk
menyempurnakan hidup manusia dengan cara melaksanakan apa-apa yang
baik dan yang paling layak menurut kebiasaan dan menghindari hal-hal
yang tercela menurut akal sehat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Dalam bidang ibadah, Islam mensyariatkan bersuci (taha>rah) untuk
badan, pakaian, tempat, menutup aurat.Islam menganjurkan berhias ketika
hendak pergi ke masjid dan sebagainya.
Dalam bidang muamalah, Islam mengharamkan memalsu,
menipu, melampaui batas, menggunakan setiap yang najis dan bahaya juga
melarang seseorang menyaingi secara tidak sehat atas jual beli orang lain
dan sebagainya.10
Tidak terwujud aspek darruriyat dapat merusak kehidupan manusia
dunia dan dan akhirat secara keseluruan. Pengabaian terhadap aspek
hajiyyat, tidak sampai merusak lima unsur pokok, akan tetapi tetapi hanya
akan
membawa
kesulitan
bagi
manusia
sebagai
mukallaf
dalam
merealisasikannya. Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyyat, membawa
upaya memelihara lima unsur pokok tidak sempurna. Sebagai contoh, dalam
memelihara unsure agama unsure darruriyyat antara lain mendirikan shalat,
keharusan menghadap kiblat adalah aspek hajiyyat dan menutup aurat
adalah aspek tahsiniyyat11
10
Ibid.,255.
Asafri Jaya Bakri, konnsep maqashid syari’ah menurut al-syatibi, (Jakarta PT raja grafindo persada,
1996), 72.
11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
3. Pokok-Pokok Kemaslahatan DalamMaqᾹ idu Al-Shar ’ah
Pada hakikatnya, baik kelompok darruriyyat, hajiyyat, maupun
tahsiniyyat, dimaksudkan memelihara ataupun mewujudkan kelima pokok
seperti yang disebutkan diatas. Hanya saja peringkat kepentingannya berbeda
satu sama lain. MenurutAl-Syatibi, penetapan kelima pokok diatas didasarkan
atas dalil-dalil al-Qur’an dan Hadits. Dalil-dalil tersebut berfungsi sebagai al-
qawa’id al-kulliyatdalam menetapkan al-kulliyat al-hams.Guna memperoleh
gambaran yang utuh tentang teori Maqᾱṣidu Al-Sharī’ah, berikut ini akan
dijelaskan kelima pokok kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing.
a. Memelihara Agama (Hifzh al-din)
Menjaga atau memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat:12
1) Memelihara agama dalam peringkat daruriyyat, yaitu memelihara dan
melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat primer,
seperti melaksanakan shalat lima waktu. Kalau shalat itu diabaikan,
maka akan terancamlah eksistensi agama.
2) Memelihara agama dalam peringkat hajiyyat, yaitu melaksanakan
ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan, seperti shalat
jamak dan shalat qashar bagi orang yang sedang bepergian. Kalau
ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak akan mengancam eksistensi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
agama,
melainkan
hanya
akan
mempersulit
bagi
orang
yang
melakukannya.
3) Memelihara agama dalam peringkat tahsiniyyat, yaitu mengikuti
petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia, sekaligus
melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap tuhan.13
Agama merupakan persatuan antara aqidah, dalam hal amaliyah, Islam
mewajibkan mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, dan ibadah
haji.Sedangkan dalam hal khuluqiyah, Islam mewajibkan anak berbakti kepada
kedua orang tuanya, tidak boleh sombong dan angkuh.14
b. Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs)
Memelihara
jiwa,
berdasarkan
tingkat
kepentingannya,
dapat
dibedakan menjadi tiga peringkat:
1) Memelihara jiwa dalam peringkat daruriyyat, seperti memenuhi
kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. Kalau
kebutuhan pokok ini diabaikan, maka akan berakibat terancamnya
eksistensi jiwa manusia.
2) Memelihara jiwa, dalam peringkat hajiyyat, seperti diperbolehkan
berburu binatang untuk menikmati makanan yang lezat dan halal. Kalau
13
Ibid., 128.
Miftahul Arifin, Usul Fiqih Kaidah-Kaidah Penerapan Hukum Islam, (Surabaya:Citra Media, 1997),
250.
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
kegiatan ini diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi manusia,
melainkan hanya mempersulit hidupnya.
3) Memelihara jiwa dalam peringkat tah{si>niyyat, seperti ditetapkannya tata
cara makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan dan etika, sama sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa
manusia, ataupun mempersulit kehidupan seseorang.15
Untuk melestarikan jiwa, Islam mensyariatkan perkawinan untuk
kelangsungan keturunan serta kelanggengan jenis manusia.Dan juga dengan
memelihara jiwa, Islam mensyariatkan hukum qishas atau hukum setimpal,
diyat atau denda, dan kafarah atau tebusan terhadap orang yang menganiaya
jiwa.16
c. Memelihara Akal (Hifzh al-‘Aql)
Memelihara akal, dilihat dari segi kepentingannya, dapat dibedakan
menjadi tiga peringkat:
1) Memelihara akal dalam peringkat daruriyyat, seperti diharamkan
meminum minuman keras. Jika ketentuan ini tidak dijalankan maka akan
berakibat terancamnya eksistensi akal.
2) Memelihara akal dalam peringkat hajiyyat, seperti dianjurkannya
menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya hal itu dilakukan, maka tidak
15
16
Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum…, 129.
Miftahul Arifin, Usul Fiqh…, 251.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
akan merusak akal, tetapi akan mempersulit diri seseorang, dalam
kaitannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan.
3) M