Audit kinerja Denpasar (2)

Audit kinerja
Dr. Yohanes Indrayono, Ak., MM, CA
Inspektur III Itjen Kemenristekdikti
Februari, 2016

Auditing












Financial audit
Operational audit
Compliance audit

Performance audit
Management audit
Value for money audit
General audit
Special audit
Investigative audit
Fraud audit
Forensic audit

Audit Kinerja
PP 60/2008
Audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah yang terdiri dari aspek kehematan, efisiensi,
dan efektivitas.
Standar Audit Intern Instansi Pemerintah (SAIPI 2014)
Audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang
terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta
ketaatan pada peraturan.

EKONOMI, EFISIENSI, EFEKTIVITAS

Ekonomi
Minimalisasi biaya sumber daya yang digunakan untuk suatu aktivitas/program
• Pemborosan pemakaian sumber daya yang tidak perlu untuk mencapai ouput atau outcome yang
telah ditetapkan
• Beban mewah karena sumber daya diperoleh dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada yang
dibutuhkan untuk mencapai ouput atau outcome yang telah ditetapkan
Efisiensi
Seberapa besar output (hasil) yang dihasilkan dengan input (sumber daya) yang digunakan. Berapa
besar input (sumber daya) yang digunakan pada output yang menghasilkan outcome paling banyak.
• Terjadi kerugian karena telah menggunakan sumber daya tertentu namun outcome yang diharapkan
tidak tercapai
• Kurang optimalnya rasio sumber daya terhadap outcome yang diharapkan
• Terlambatnya pemanfaatan suatu
Efektivitas
Hubungan antara dampak yang diinginkan dan dampak aktual dari suatu aktivitas/program, apakah
dampak yang diharapkan dapat tercapai.
• Penyusunan kebijakan yang salah – evaluasi kebutuhan yang tidak memadai, tidak jelas, tidak
konsisten dengan tujuan, ukuran intervensi yang tidak memadai, dan tujuan yang tidak praktis
• Kegagalan manajemen/pengelolaan – tujuan tidak tercapai dan tujuan tidak dijadikan prioritas oleh
manajemen


Sasaran Strategis Bidang Pengawasan –
Kemenristekdikti
Komisi VI – Rakornas Kemenristekdikti,
Puspiptek Serpong, Tangsel, Banten – 1 dan 2 Februari 2016

1.
2.
3.
4.
5.

Evaluasi Kebijakan BOPTN
Evaluasi Kebijakan Bea Siswa
Evaluasi Biaya Penelitian
Evaluasi Kelembagaan
Evaluasi Penerapan SPIP

Evaluasi Kebijakan BOPTN
• Penggunaan oleh penerima tidak sesuai PerMendikbud 108/2013

dan Juknis BOPTN 2014
• Alokasi BOPTN tidak sesuai dengan kriteria PerMendikbud
108/2013
• Kriteria alokasi BOPTN tidak sesuai dengan tujuan BOPTN
• Aturan pemanfaatan BOPTN (12 jenis pembiayaan sesuai
PerMendikbud 108/2013) tidak sesuai dengan tujuan BOPTN
Rekomendasi strategis kepada Menteri

Evaluasi Kebijakan Bea Siswa
a. Dosen dan pegawai Kemenristekdikti
• Pemberian bea siswa tidak sesuai kriteria
• Pengelolaan proses pelaksanaan dosen dan pegawai penerima bea
siswa
• Pemanfaatan SDM hasil bea siswa
• Kriteria penerima bea siswa dalam peraturan
 Rekomendasi strategis kepada Menteri
b. Mahasiswa
• Pemberian bea siswa tidak sesuai kriteria
• Pengelolaan proses pelaksanaan mahasiswa penerima bea siswa
• Kriteria penerima bea siswa dalam peraturan

 Rekomendasi strategis kepada Menteri

Evaluasi Biaya Penelitian
• Pemberian biaya penelitian tidak sesuai kriteria
• Pengelolaan proses pelaksanaan penelitian
• Ketaatan pengeluaran biaya penelitian terhadap peraturan
• Mekanisme biaya penelitian (penganggaran dan
pertanggungjawaban)
• Pengelolaan hasil penelitian (Pembiayaan dengan uang negara,
hasilnya masuk kas negara)
Rekomendasi strategis kepada Menteri

Evaluasi Kelembagaan
• Nawa Cita/RPJMN 2015-2019 – Renstra Kemenristekdikti –
Renstra Eselon 1 – Renstra Satker
• Kebijakan Akreditasi Prodi dan Institusi PT
• Hubungan antara unsur yang dinilai dengan tujuan akreditasi
prodi/institusi. Misal penelitian dosen tidak berhubungan
langsung dengan kualitas hasil studi tetapi dengan karir dan
sertifikasi dosen.

• Hubungan antara Borang Akreditasi dengan Laporan Kinerja dan
Sistem Pengendalian Intern/Good University Governance.
Rekomendasi kepada Menteri

Evaluasi Penerapan SPIP
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP).
• Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Pasal 2 PP60/2008
• Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan.
• Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

BOPTN
• Salah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi mahalnya biaya
pendidikan tinggi adalah menetapkan tidak ada kenaikan uang kuliah (SPP)
dan menggunakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada perguruan tinggi negeri
yang mulai berlaku mulai tahun akademik 2012/2013. Untuk mengatasi
masalah tersebut serta untuk menjaga kelangsungan proses belajar
mengajar di perguruan tinggi negeri sesuai dengan pelayanan minimal,
pemerintah meluncurkan program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Negeri (BO-PTN) dengan memberikan bantuan dana penyelenggaraan
kepada perguruan tinggi negeri.
• Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO-PTN) merupakan bantuan
biaya dari Pemerintah yang diberikan pada Perguruan Tinggi Negeri untuk
membiayai kekurangan biaya operasional yang sesuai dengan standar
pelayanan minimum.
• BO-PTN mempunyai manfaat bagi perguruan tinggi maupun masyarakat.
• Bagi Perguruan Tinggi, BOPTN bermanfaat untuk menutupi kekurangan
biaya operasional di perguruan tinggi, mendukung peningkatan mutu
layanan di perguruan tinggi, dan memperlancar proses pembelajaran di

perguruan tinggi.
• Sedangkan bagi masyarakat, BOPTN bermanfaat agar terbantunya beban
pembiayaan operasional pendidikan tinggi bagi mahasiswa dan terjaminnya
keberlangsungan layanan perguruan tinggi bagi mahasiswa.

Penggunaan BOPTN (Juknis BOPTN 2014, Dikti)
a. Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
• Biaya penelitian diberikan dalam bentuk bantuan langsung kepada
dosen-dosen
untuk
melakukan
penelitian
sesuai
dengan
kompetensi/mandat PT. Ketentuan pelaksanaan penelitian mengacu
kepada Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI Nomor
15/DIKTI/Kep/2013 tentang Pengelolaan Bantuan Operasional PTN untuk
Penelitian.
b. Biaya Pemeliharaan
• Pemeliharaan gedung, bangunan, lingkungan dan sarana lain.

c. Tambahan Bahan Praktikum/Kuliah
• Bahan habis pakai, baik untuk kegiatan pembelajaran di kelas,
laboratorium, administrasi pendidikan, serta kegiatan akademik dan non
akademik.
d. Bahan Pustaka
• Pengadaan buku-buku teks, jurnal nasional dan internasional, CD ROM
artikel ilmiah, CD ROM data riset, langganan jurnal digital, dan lain-lain
harus dilakukan secara rutin dan terus-menerus untuk menjamin terjaga
dan berkembangnya wawasan kekinian ilmu yang dipelajari sivitas
akademika.

Penggunaan BOPTN (Juknis BOPTN 2014, Dikti)
e.Penjaminan Mutu
• Belanja ini bertujuan untuk mencapai akreditasi A (Nasional) dan
akreditasi Internasional. Belanja ini digunakan termasuk untuk biaya
penyusunan dokumen, konsultan ISO dan sertifikasi ISO ke lembaga
Sertifikasi.
• Perguruan tinggi yang memiliki program studi vokasi atau diploma, agar
kompetensi lulusannya mendapat pengakuan dari masyarakat pengguna,
maka perlu melakukan sertifikasi kompetensi mahasiswa.

f. Kegiatan Kemahasiswaan
• Kegiatan mahasiswa baik yang berhubungan dengan kepemimpinan
maupun yang berhubungan dengan olah raga. Kegiatan ini diperlukan
sebagai sarana agar mahasiswa selalu terpacu untuk melakukan aktivitas
positif di dalam , sehingga mahasiswa mempunyai pengalaman dalam
berorganisasi dan bersosialisasi.
• Dinamika kegiatan kemahasiswaan termasuk kewirausahaan bagi
mahasiswa yang begitu beragam sangat penting untuk didorong dan
difasilitasi.

Penggunaan BOPTN (Juknis BOPTN 2014, Dikti)
g. Langganan Daya dan Jasa
• Listrik dan internet.
h. Kegiatan Penunjang
• Pengembangan kurikulum, pengembangan SDM, pengembangan
metode belajar, seminar, lokakarya, dan lain-lain memainkan
peranan sangat penting bagi keberhasilan perguruan tinggi dalam
memberikan layanan pendidikan tinggi yang memuaskan.
i. Pengembangan ICT dalam Pembelajaran
• Belanja ini digunakan untuk pemeliharaan hardware, pengembangan

software dan sistem jaringan, materi pembelajaran (handout, modul,
animasi, audio visual) dan perangkat evaluasi (kuis, soal ujian, tugas
mandiri, teleconference)
j. Honor dosen dan tenaga kependidikan Non PNS
k. Dosen Tamu

l. Pengadaan sarana prasarana sederhana

Belanja ini digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana
dengan kriteria:
1) Melanjutkan atau menyelesaikan pembangunan gedung
penunjang kegiatan tridharma perguruan tinggi dengan nilai
maksimum Rp5.000.000.000 per unit, maksimum 2 unit;
2) Rehabilitasi atau pemeliharaan gedung dengan nilai
maksimum Rp5.000.000.000 per paket, maksimum 2 paket;
3) Perbaikan atau pembenahan tata ruang/halaman/taman
dengan total nilai keseluruhan
paket maksimum
Rp5.000.000.000;
4) Pembelian peralatan laboratorium dengan total nilai
keseluruan paket maksimum Rp2.500.000.000;

5) Untuk PTN dengan alokasi BOPTN:
• s.d Rp50.000.000.000 maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum
20% dari Total Nilai BOPTN;
• lebih besar dari Rp50.000.000.000, tetapi lebih kecil Rp100.000.000.000,
maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 15 % dari Total Nilai
BOPTN;
• lebih besar Rp100.000.000.000, maka Total Nilai Sarpras Sederhana
maksimum 10% dari Total Nilai BOPTN`
m. Kegiatan lain yang merupakan prioritas dalam Renstra Perguruan Tinggi
masing-masing.
Dana BOPTN tidak dipergunakan untuk:
• Belanja modal dalam bentuk investasi fisik (gedung baru dan kendaraan
dinas);
• Tambahan insentif mengajar untuk pegawai negeri sipil;
• Kebutuhan operasional untuk manajemen.

Hasil Reviu BOPTN 2016
a. pengadaan sarpras sederhana yang total pengadaan melebihi
batas maksimal yang diperkenankan dibiayai dari BO-PTN
b. penggunaan dana BO-PTN untuk pembayaran honor kegiatan
dosen non PNS yang menggunakan satuan OB (orang per bulan),
seharusnya menggunakan satuan OK (orang per kegiatan).
c. penggunaan dana BO-PTN yang tidak sesuai:
• membiayai kegiatan terkait mahasiswa baru, seperti seleksi
dan orientasi mahasiswa
• kegiatan wisuda
• pengadaan jacket mahasiswa
• biaya pengukuhan guru besar

• biaya sertifikasi dosen
• pembelian kendaraan
• pemeliharaan kendaraan (tidak termasuk sarana lain
dalam b.)
• kegiatan akreditasi
• pengadaan PAM outsourcing
• biaya jasa cleaning service
• biaya jasa keamanan
• penyelesaian pembangunan gedung
• pelayanan perkantoran satker
• biaya peralatan kantor

• honor panitia kegiatan
• kegiatan pembuatan sistem tatakelola
• pembuatan sistem informasi pelayanan prima
• transpor mengajar
• kelebihan jam mengajar dosen
• honor rumah sakit pendidikan
• biaya swakelola TOEFL
• pengadaan sarpras sederhana tidak sesuai huruf l
melebihi 10%, 15%, 20% sesuai range total BOPTN yang
diterima dan melebihi maksimal 2 paket

SEKIAN DAN TERIMA KASIH
DISKUSI