PENGHALUSAN BUTIR TITANIUM MURNI UNTUK APLIKASI BIOMEDIS DENGAN TEKNIK EQUAL CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP)
Penanggung Jawab:
Kapuslit Metalurgi – LIPI
Dewan Redaksi :
Ketua Merangkap Anggota:
Ir. Bambang Sriyono Dipl.Ing.
Anggota:
Dr. Ir. Rudi Subagja Dr. Ir. F. Firdiyono Dr. Agung Imadudin Dr. Efendi Mabruri
Ir. Adil Jamali, M.Sc (UPT BPM – LIPI) Prof. Riset. Dr. Ir. Pramusanto (Puslitbang TEKMIRA)
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA (UI) Dr. Ir. Sunara, M.Sc (ITB)
Sekretariat Redaksi:
Dedi Irawan, ST
Daniel Panghihutan Malau, ST Arif Nurhakim, S.Sos
Penerbit:
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553
Alamat Sekretariat:
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Gedung 470
Telp: (021) 7560911, Fax: (021) 7560553 E-mail: Majalah ilmu dan teknologi terbit berkala setiap tahun, satu volume terdiri atas 3 nomor.
VOLUME 25 NOMOR 1, APRIL 2010 ISSN 0126 – 3188
AKREDITASI : SK 187/AU1/P2MBI/08/2009
Pengantar Redaksi ………. iii Application of Mechanochemistry in Mineral Processing
Abstrak …..……….. v
Urgency to Develop Biocompatible Materials for Medical Implant Applications in Indonesia
Solihin……….. 1
Proses Pemanasan Temperatur 700°C Mineral Magnesit dari Padamarang
Andika Widya Pramono…..……….…… 7
Eko Sulistiyono dan Bintang Adjiantoro…13 Pembuatan Baja Lapis Titanium dengan Metoda Cladding
Analysis of The Mg-Ti-Fe Alloy Prepared by High Energy Ball Milling and its Hydrogen Capacity Sri Mulyaningsih dan Budi Priyono …..….19
Prospek Paduan Magnesium untuk Aplikasi Biomedis
Hadi Suwarno..………..………...………25
Pembuatan Material Komposit Matriks Paduan Al-4,5%Cu-4%Mg/Sic(P) dengan Proses Tempa (1)
Yusuf………...33
Recovery TiO2 dari Larutan TiO(SO4) Hasil Ekstraksi Bijih Ilmenite Bangka Menggunakan Proses Sol Gel
Bintang Adjiantoro dan Bambang Sriyono.41
Penghalusan Butir Titanium Murni untuk Aplikasi Biomedis dengan Teknik Equal Channel Angular
Pressing (ECAP)
F. Firdiyono, dkk.…………..………...………49
Efendi Mabruri, dkk………...………61 Indeks
(2)
(3)
Pengantar Redaksi
| iii
PENGANTAR REDAKSI
Syukur Alhamdullilah, terbitan Majalah Metalurgi pada edisi kali ini lebih awal,
direncanakan majalah ini akan terbit tiga kali dalam setahun
Majalah Metalurgi Volume 25 Nomor 1, April 2010 kali ini menampilkan sembilan
buah tulisan, terdiri atas enam buah tulisan hasil penelitian dan tiga buah studi. Tulisan hasil
penelitian disampaikan oleh Eko Sulistyo dan Bintang Ajiantoro tentang “Proses Pemanasan
Temperatur 700ºC Mineral Magnesit dari Padamarang”. Selanjutnya Sri Mulyaningsih dan
Budi Priyono menyajikan tulisan tentang “Pembuatan Baja Lapis Titanium dengan Metoda
Cladding”. Berikutnya Hadi Suwarno menulis tentang “Analysis of The Mg-Ti-Fe Alloy
Prepared by High Energy Ball Milling and its Hydrogen Capacity”; berikutnya dan Bambang
Sriyono menulis tentang “Pembuatan Material Komposit Matriks Paduan
Al-4,5%Cu-4%Mg/SiC(p) dengan Proses Tempa”. F. Firdiyono dan Kawan-Kawan menyajikan tulisan
tentang “Recovery TiO
2dari Larutan TiO(SO
4Pada bagian berikutnya ada tiga buah hasil studi yaitu “Application of
Mechanochemistry in Mineral Processing” yang disampaikan oleh Solihin dan “Urgency to
Develop Biocompatible Materials for Medical Implant Applications in Indonesia ” yang
ditulis oleh Andika Widya Pramono. Terakhir disajikan “Prospek Paduan Magnesium untuk
Aplikasi Biomedis” yang dipaparkan oleh Yusuf.
) Hasil Ekstraksi Bijih Ilmenit Bangka
Menggunakan Proses Sol Gel”. Tulisan berikutnya disajikan oleh Efendi dengan tajuk
“Penghalusan Butir Titanium Murni untuk Aplikasi Biomedis dengan Teknik Equal Channel
Angular Pressing (ECAP)”.
Semoga penerbitan Majalah Metalurgi volume ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dunia penelitian di Indonesia
.
(4)
(5)
Abstrak
| v
METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 660.2
Solihin (Research Center for Metallurgy, Indonesian Institute of Science) Application of Mechanochemistry in Mineral Processing
Fenomena mekanokimia telah lama dikenal mampu menginisiasi transformasi struktural atau reaksi kimia pada temperature kamar. Selain itu, fenomena mekanokimia juga membuat kinetika reaksi dapat diakselerasi sehingga dapat terjadi pada temperature kamar. Transformasi struktural dengan memanfaatkan fenomena mekanokimia ini dapat diarahkan untuk meningkatkan unjuk kerja pemrosesan mineral atau ekstraksi logam berharga. Sulfidisasi mineral oksida, pembentukan senyawa yang mampu larut dalam air dan meningkatkan luas permukaan spesifik merupakan contoh-contoh reaksi mekanokimia atau transformasi structural yang dapat meningkatkan unjuk kerja pemrosesan mineral.
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci : Mekanokimia, Pemrosesan mineral, Reaksi antar padatan, Kinetik, Milling
Mechanochemical phenomenon has been known to be able to conduct structural transformation or chemical reaction at room temperature. The kinetics of the reaction can also be accelerated at room temperature through mechanochemical reaction. This transformation through mechanochemical reaction can be used to enhance mineral processing or metal extraction. Sulphidation of oxides minerals, formation of water soluble compound, and increasing specific surface area of minerals are among the mechanochemical reaction or structural transformation capable to enhance the mineral processing of certain minerals.
(6)
vi |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188 METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 619.600
Andika Widya Pramono (Research Centre for Metallurgy, Indonesian Institute of Sciences) Urgency to Develop Biocompatible Materials for Medical Implant Applications in Indonesia
Makalah ini memberi gambaran tentang arti pentingnya pengembangan material biokompatibel untuk aplikasi implan medis di Indonesia. Berbagai latar belakang permasalahan dan perkembangan yang terjadi di dunia dibahas dimulai dari: peningkatan prosentase manula, tingkat kecelakaan dalam berkendara di Indonesia, millennium development goals, kemajuan riset dan pengembangan material biokompatibel di dunia dan Indonesia, penggunaan nanoteknologi sebagai sarana terobosan inovatif dan peningkatan nilai tambah, sampai dengan perlunya mengedepankan keunggulan kompetitif di atas keunggulan komparatif bagi Indonesia. Di bagian akhir makalah dikemukakan tentang upaya ke depan dalam pengembangan komponen implan biokompatibel yang murah dan berkualitas melalui kolaborasi internasional, termasuk dengan Amerika Serikat. Aspek manfaat bagi semua pihak yang berkolaborasi ditekankan baik dari segi kemanusiaan maupun tekno-ekonomi.
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci : Biokompatibel, Implan, Millennium development goals, Keunggulan komparatif, Keunggulan kompetitif, Nanoteknologi, Tekno-ekonomi
This paper underlines the significance of developing biocompatible materials for medical implant applications in Indonesia. Various problems and development worldwide concerning implant materials are discussed including: the increase in percentage of elderly people, the extent of accidents during vehicle driving in Indonesia, the millennium development goals, the advanced research and development of biocompatible materials worldwide and in Indonesia, the utilization of nanotechnology as the means for innovative breakthrough and added values, as well as the importance of bringing forward competitive advantages over the comparative advantages for Indonesia. The final part of paper discusses the possible future attempts to develop affordable biocompatible implant materials through the international collaboration including with the USA. The mutual benefits for all parties are emphasized from the aspects of humanity and techno-economy.
Keywords: Biocompatible, Implant, The millennium development goals, Comparative advantages, Competitive advantages, Nanotechnology, Techno-economy
(7)
Abstrak
| vii
METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 660
Eko Sulistiyono dan Bintang Adjiantoro (Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI) Proses Pemanasan Temperatur 700 ºC Mineral Magnesit dari Padamarang
Telah dilakukan kegiatan proses pemanasan pada temperatur tinggi terhadap mineral magnesit dari Padamarang untuk melihat pengaruh pemanasan. Dari hasil percobaan dengan pemanasan pada temperatur 700 °C dengan berbagai variabel ukuran partikel menunjukkan bahwa ukuran butiran tidak berpengaruh padsa reaksi. Secara keseluruhan pada tempatur 700 °C telah menunjukkan adanya pembentukan MgO yang cukup tinggi yaitu sekitar 95 % pada waktu proses diatas 6 jam. Hasil dari proses pemanasan ini selanjutnya dilakukan analisis SEM, memperlihatkan bentuk kristal yang berupa lembaran-lembaran yang mengelompok dalam bentuk kluster-kluster.
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci : Magnesit, MgO, Padamarang
Activity has been carried out at high temperature heating process of the mineral magnesite from Padamarang to see the influence of heating. From the results of experiments with heating at a temperature of 700 °C with a variety of variable particle size showed that particle size has no effect on the reaction. Overall at 700 °C tempature have shown the formation of MgO is high enough, it was 95% in processing time by more than 6 hours. The result of this heating process is then performed SEM analysis, showing crystal shape in the form of sheets are clustered in the form of clusters
Keywords : Magnesite, MgO, Padamarang .
(8)
viii |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188 METALURGI (Metallurgy)ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620
Sri Mulyaningsih, Budi Priyono ( Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI ) Pembuatan Baja Lapis Titanium dengan Metoda Cladding
Telah dilakukan penelitian tentang baja lapis titanium dengan metoda mechanical cladding untuk meningkatkan ketahanan korosinya. Proses cladding dilakukan dengan menyusun secara berturut-turut pelat baja, tembaga dan titanium setelah sebelumnya dibersihkan permukaannya, kemudian diikat dan dipanaskan pada temperatur diatas temperatur austenit. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan temperatur pemanasan yaitu; 750, 800 dan 900°C dan ditahan selama 1 jam. Proses cladding dilakukan menggunakan metoda mekanik yaitu di roll dalam keadaan panas. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa hasil proses cladding terbaik adalah pemanasan pada temperatur 900 °C yaitu hasil lapisan yang melekat merata pada semua sampel.
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci : Cladding, Intermetalik, Pengerollan panas
There has been done research on steel and titanium cladding mechanical cladding method by mean hot rolled cladding for increasing its corrosion behavior. The cladding process was done by put the titanium, cuprum and steel layer by layer to united, than heat treated over the austenite temperature. The heat treatment temperature was varies from 750, 800 and 900 °C, holding time at 1 hour. Continue to the cladding process with allow the unite hot plate into the roll machine. The best result from the experiment is heat treating the sample at 900°C which is show the cladding process inherent on the samples.
(9)
Abstrak
| ix
METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 669.7
Hadi Suwarno ( Center for Technology of Nuclear Fuel, National Nuclear Energy Agency ) Analysis of the Mg-Ti-Fe Alloy Prepared by High Energy Ball Milling and Its Hydrogen Capacity
Hidrogen diprediksi akan menjadi sumber energy penting untuk masa depan. Menyimpan hidrogen dalam bentuk metal hidrid merupakan metoda yang cukup menarik untuk menyimpan hidrogen dalam bentuk padat. Logam paduan Mg-Ti-Fe berukuran nano partikel dibuat dengan menggunakan mesin high energy ball milling untuk maksud menyimpan hidrogen. Analisa menggunakan mesin sinar-X atas spesimen yang di-milling selama 30 jam menunjukkan bahwa paduan sintetis senyawa Fe2Ti dan FeTi dapat dibentuk, sementara tak teramati adanya senyawa Mg-Fe maupun Mg-Ti. Adanya Mg di dalam spesimen berfungsi sebagai katalis yaitu menyediakan ruang bebas untuk hidrogen agar berinteraksi dengan fasa Fe-Ti dan Ti membentuk senyawa metal hidrid. Kapasitas hidrogen sebesar 5,7 % berat pada suhu kamar dan sebesar 1,2 % berat pada suhu 70 °C memenuhi persyaratan suhu operasi untuk fuel cell tipe polymer electrolyte membrane (PEMFC). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa paduan Mg-Ti-Fe dapat dipromosikan sebagai bahan penyimpan hidrogen dalam bentuk senyawa metal hidrid.
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci: Ball milling energi tinggi, Paduan sintesis, Material penyimpan hidrogen
Hydrogen will become a very important energy source in the near future. Storing hydrogen in the form of metal hydride presents a challenging method for solid hydrogen storage. The Mg-Ti-Fe alloy in the nanosize particles is prepared to develop a solid hydrogen storage material using a high energy ball milling. X-ray diffraction analyses of the specimen after 30 h of milling shows that the synthetic alloying of Fe2
Keywords : High energy ball milling, Synthetic alloying, Hydrogen storage material
Ti and FeTi compounds can be formed and no Mg-Fe or Mg-Ti compounds are observed. The presence of Mg in the specimen act as a catalyst by providing free spaces for hydrogen to interact with Fe-Ti and Ti phases to form metal hydride. Hydrogen capacity of 5.7 wt% of the specimen at room temperature and of 1.2 wt% at a temperature of 70 °C fulfils the operating temperature of a polymer electrolyte membrane fuel cell (PEMFC). It is concluded that the Mg-Ti-Fe alloy can be promoted as a new hydrogen storage material.
(10)
x |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188 METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
UDC (OXDCF) 620.18
Yusuf ( Pusat Penelitien Metalurgi – LIPI )
Prospek Paduan Magnesium untuk Aplikasi Biomedis
Paduan magnesium memiliki prospek yang sangat baik sebagai material untuk aplikasi biomedis. Sifatnya yang ringan, kuat, kaku dan mudah dikerjakan sangat menarik untuk aplikasi apapun. Sedangkan sifatnya yang ramah dan bersahabat dengan cairan dan organ tubuh menjadi unggulan untuk aplikasi biomedis. Hasil interaksi antara logam magnesium dengan cairan tubuh menghasilkan magnesium khlorida tidak meracuni tubuh dan dengan mudah dikeluarkan dari tubuh lewat air seni. Sifatnya yang reaktif dan mudah terkorosi mendapat tempat sebagai material implan yang biodegradabel. Sifat ini sangat cocok untuk kebutuhan implan yang bersifat sementara, seperti pen atau baut penahan tulang yang patah. Keberadaan pen atau baut itu bersifat sementara dan harus diambil sesudah patah tulangnya berhasil dipulihkan. Pengambilan implan ini harus dilakukan dengan tindakan operasi yang agak merepotkan. Paduan magnesium yang dirancang larut pada saat patah tulang pulih, akan menghindari pengambilan pen atau baut tadi. Untuk aplikasi biomedis dalam bentuk implan yang permanen, paduan magnesium memerlukan perlakuan khusus. Paduannya sendiri bisa ditambah dengan unsur untuk menambah ketahanan korosi seperti zirkon atau kalsium. Untuk lebih meningkatkan ketahanan korosinya, paduan magnesium dapat diberi berbagai macam lapis lindung. Mulai dari lapis oksida, lapis logam, lapis polimerhingga lapis keramik. Metode pelapisannyapun bisa sederhana semacam konversi kimia, elektrolisa anodisasi, semprot dingin, lapis plasma, hingga pelapisan canggih berskala nano semacam self assembled monolayer (SAM).
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
Kata kunci : Magnesium, Paduan, Biomedis, Implan, Korosi, Lapis lindung
Magnesium alloys have a good prospect as materials for biomedical aplications. Their character as light, strong, stiff and good workability materials looks very interesting for many applications. On top of these characters, their compatibility with body liquids and human organs will become advantages in their biomedical applications. Reaction products between a magnesium metal and body liquids will produce a magnesium chloride solution which is not harmful to human body and will be secreted out from the human body through the urine solution. Their character as reactive and corrosive materials is finding its role as biodegradable temporaly implants, like temporary pin and scrscrews to connect broken bones. The pin and screws are only needed as a temporary tools before the bones are growth and connected again. The pin and screws should be removed from human body, usually by surgery. With a certain magnesium alloy as a biodegradable material the pin and screws can be left and degrade in the human body. quirFor the biomedical application as permanent implants, the alloys require a rather special treatment to improve its corrosion resistance through alloying and protective coatings. Addition of zircon or calcium are known to improve the corrosion resistance. The protective coating might be one of the following materials: oxide,metal, polymer or ceramic. The coating method also varied from a simple chemical conversion or anodizing up to a sophisticated nano scale technology such as a self assembled monolayer (SAM) method.
(11)
Abstrak
| xi
METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
Bintang Adjiantoro dan Bambang Sriyono ( UDC (OXDCF) 620.19
Pembuatan Material Komposit Matriks Paduan Al-4,5%Cu-4%Mg/SiC(p) dengan Proses Tempa (1) Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI)
Penelitian pembuatan material komposit matriks logam telah dilakukan dengan menggunakan metoda stirrcasting pada matriks paduan Al-4,5%Cu-4%Mg dengan penguat partikel SiC. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan persen fraksi volume partikel (5% dan 7,5%) dan ukuran partikel (147
Metalurgi, Volume 25 No.1, April 2010
µm dan 74µ
Kata kunci : Komposit matriks logam, Paduan terner AlCuMg, Senyawa karbida SiC
m). Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa persen fraksi volume partikel sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik dan struktur mikro dari material komposit matriks paduan Al-4,5%Cu-4%Mg/SiC(p). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kekuatan tarik, kekerasan dan memperbaiki tingkat keausan namun material komposit matriks paduan Al-4,5%Cu-4%Mg/SiC(p) cenderung memiliki sifat lebih getas.
Research the manufacture of metal matrix composite materials has been carried out by using the method stirrcasting the matrix alloy Al-4.5% Cu-4% Mg with SiC particle reinforcement. Experiments carried out by varying the particle volume fraction percent (5% and 7.5%) and particle size (147 µ m and 74 µ m). Experimental results show that the percent volume fraction of particles affect the mechanical properties and microstructure of the alloy matrix composite material Al-4.5% Cu-4% Mg / SiC (p). This is indicated by the increased tensile strength, hardness and improve wear but the alloy matrix composite material Al-4.5% Cu-4% Mg / SiC (p) tend to have more brittle nature.
(12)
xii |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188 METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
F. Firdiyono, Rudi Subagja, Latifa Hanum i, Iwan Setiawan, Nurhayati UDC (OXDCF) 669.7
Recovery TiO
( Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI ) 2 dari Larutan TiO(SO4) Hasil Ekstraksi Bijih Ilmenite Bangka Menggunakan Proses Sol Gel
Penggunaan TiO
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
2 setiap tahunnya terus meningkat antara 10 sampai 15 % di pasaran (US Department of Commerce June, 2001). Hal ini karena TiO2 merupakan material yang banyak digunakan sebagai pigmen, sunscreens, cat, kosmetik dan bahan baku industri kimia. Adanya manfaat dan keunggulan yang begitu banyak tersebut mendorong iklim penelitian terkait dengan pembuatan TiO2 dari berbagai prekursor. Pemanfaatan mineral ilmenit (FeTiO3) Bangka Indonesia untuk membentuk TiO2 dengan kemurnian tinggi merupakan potensi yang bagus dalam upaya menaikkan nilai ekonominya. Tujuan penelitian adalah melakukan recovery TiO2 dari larutan TiO(SO4) hasil ekstraksi bijih ilmenite Bangka menggunakan proses sol gel. Proses yang dilakukan dalam penelitian adalah hidrolisis dengan pelarut H2O dalam reaktor berpengaduk dan reflux dalam berbagai rasio volume pelarut (v/v) H2O/TiOSO4 (0, 1, 3, 5, 8, 10, 15, 19), pH (0, 1, 3, 4, 5,dan 6), pengaruh pengadukan, dan pencucian dengan asam. Tahapan penelitian adalah larutan TiOSO4 direaksikan dengan H2O dalam berbagai kondisi sesuai variabel pada suhu 90 °C selama 2 jam. Proses ini menghasilkan gel TiO2. Gel TiO2 yang terbentuk kemudian dipisahkan dari filtratnya dan dicuci sampai pH netral. Proses pengeringan pada suhu 100°C menggunakan oven dilakukan untuk mendapatkan bubuk TiO2. Bubuk titanium dioksida yang dihasilkan kemudian dianalisa AAS, SEM, dan SEM. Hasil percobaan menunjukkan bubuk TiO2 hasil sintesis rasio volume (v/v) H2O/TiOSO4 yang lebih kecil mempunyai ukuran partikel lebih besar dengan kadar pengotor besi lebih kecil. Proses hidrolisis ini mampu menyisihkan pengotor Fe cukup significan. Sedangkan bubuk TiO2 hasil hidrolisis pada pH semakin kecil mempunyai ukuran partikel titanium dioksida lebih kecil dengan morfologi partikel yang seragam dan kadar pengotor besi lebih kecil. Fraksi kristalin semakin meningkat pada produk titanium dioksida yang dihasilkan pada hidrolisis pH rendah. Morfologi titanium dioksida mempunyai partikel yang seragam pada proses hidrolisis dalam reaktor berpengaduk. Proses pencucian menggunakan asam H2SO4 pada gel TiO2 dapat menurunkan kadar pengotor Fe dalam bubuk TiO2. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan menjadi masukkan dalam sintesis titanium dioksida dari mineral ilmenit. Keberhasilan recovery TiO2
Kata kunci : Ilmenit, Titanium sulfat, Titanium dioksida, SEM
dengan kadar pengotor besi yang rendah diharapkan dapat diaplikasikan sebagai pigmen atau bahan baku industri kimia.
The use of TiO2 each year continues to increase between 10 to 15% on the market (U.S. Department of Commerce June, 2001). This is because TiO2 is material which is widely used as pigments, sunscreens, paints, cosmetics and industrial raw materials chemistry. The existence of the benefits and advantages that so many of the climate to encourage research related to the production of TiO2 from various precursors. Utilization of mineral ilmenite (FeTiO3) Bangka Indonesia to form TiO2 with high purity is a great potential in an effort to increase its economic value. The purpose of this research is to perform recovery of TiO2 from a solution of TiO (SO4) Bangka ilmenite ore extracted using sol gel process. The process is carried out in research is hydrolysis with solvent H2O in a strirred reactor and reflux in various solvents volume ratio (v/v) H2O/TiOSO4 (0, 1, 3, 5, 8, 10, 15, 19), pH (0, 1, 3, 4, 5 and 6), the influence of stirring, and washing with acid. Stages of the research is TiOSO4 solution reacted with H2O in a variety of conditions as variable at 90 °C for 2 hours. This process produces TiO2 gel. TiO2 gel was then separated from the filtrate and washes until neutral pH. The process of drying at a temperature of 100 °C using the oven do to get the TiO2 powder. The resulting titanium dioxide powder is then analyzed AAS, SEM, and SEM. The results showed a synthesis of TiO2 powder volume ratio (v/v) H2O/TiOSO4 smaller particles have a size larger with smaller levels of iron impurities. This hydrolysis process capable of removing Fe impuritiesis significant. While the results of hydrolysis of TiO2 powder at pH less titanium dioksida have a smaller particle size with uniform particle morphology and lower levels of iron impurities. Increasing crystalline fraction in the titanium dioxide product produced at low pH hydrolysis. The morphology of titanium dioxide particles have a uniform in the process of hydrolysis in a stirred reactor. The washing process using H2SO4 acid on TiO2 gel can reduce levels of impurity Fe in TiO2 powder. This research is expected to be entered in the synthesis of titanium dioxide from the mineral ilmenite. The successful recovery of TiO2 with low levels of iron impurities is expected to be applied as a pigment or chemical industrial raw material.
(13)
Abstrak
| xiii
METALURGI(Metallurgy)
ISSN 0126 – 3188 Vol 25 No. 1 April 2010 Kata Kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh diperbanyak tanpa izin dan biaya.
Efendi Mabruri, Bambang Sriyono, Sri Mulyaningsih, Solihin UDC (OXDCF) 620.19
(Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI
Penghalusan Butir Titanium Murni untuk Aplikasi Biomedis dengan Teknik Equal Channel Angular Pressing (ECAP)
)
Tulisan ini memaparkan penghalusan butir titanium murni (Commercial Purity Titanium/CP-Ti) untuk aplikasi biomedis dengan teknik equal channel angular pressing (ECAP). Die ECAP yang dibuat untuk percobaan memiliki sudut rongga Φ=120°dan Ψ= 7°
Metalurgi, Volume 25 No.1 April 2010
yang menghasilkan regangan geser 0,65 untuk individual pass. Rute deformasi ECAP (A dan Bc) dan jumlah pass dievaluasi terhadap perubahan struktur mikro CP-Ti. Hasil percobaan menunjukkan bahwabahwa sampel CP-Ti setelah ECAP(Φ=120°, Ψ= 7°) pada masing-masing rute deformasi menunjukkan penghalusan butir yang signifikan dibandingkan dengan struktur mikro CP-Ti awal. Rute deformasi Bc menghasilkan ukuran butir yang lebih halus dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh rute A pada jumlah pass yang sama. Penambahan jumlah pass pada masing-masing rute deformasi semakin menghaluskan ukuran butir CP-Ti.
Kata kunci : Penghalusan butir, CP-Ti, Aplikasi biomedis, Equal channel angular pressing, Rute deformasi
This paper reports the grain refinement of pure titanium (Commercial Purity Titanium/CP-Ti) for biomedical application by using equal channel angular pressing (ECAP). The ECAP dies used in the experiment have the die angle of Φ=120° and Ψ= 7° giving the shear strain of 0.65 for individual pass. The deformation routes (A and Bc) and the number of passes were evaluated with respect to microstructure evolution of CP-Ti. The experimental results showed that the grain size of CP-Ti significantly decreased after extrusion through the ECAP(Φ=120°, Ψ= 7°) dies for both deformation routes A and Bc. The ECAP route Bc resulted in the finer grain sizes compared to those were resulted by route A for the same pass number applied. Furthermore, the grain sizes of CP-Ti decreased with increasing the number of passes of both ECAP routes.
Keywords : Grain refinement, Commercial purity titanium, Biomedical application, Equal channel angular pressing, Deformation routes
(14)
(15)
PENGHALUSAN BUTIR TITANIUM MURNI UNTUK
APLIKASI BIOMEDIS DENGAN TEKNIK
EQUAL CHANNEL
ANGULAR PRESSING
(ECAP)
Efendi Mabruri, Bambang Sriyono, Sri Mulyaningsih, Solihin
Pusat Penelitian Metalurgi-LIPI
Kawasan Puspiptek Gd.470, Serpong 15314
E-mail:
Intisari
Tulisan ini memaparkan penghalusan butir titanium murni (Commercial Purity Titanium/CP-Ti) untuk aplikasi biomedis dengan teknik equal channel angular pressing (ECAP). Die ECAP yang dibuat untuk percobaan memiliki sudut rongga Φ=120°dan Ψ= 7°yang menghasilkan regangan geser 0,65 untuk individual pass. Rute deformasi ECAP (A dan Bc) dan jumlah pass dievaluasi terhadap perubahan struktur mikro CP-Ti. Hasil percobaan menunjukkan bahwabahwa sampel CP-Ti setelah ECAP (Φ=120°, Ψ= 7°) pada masing-masing rute deformasi menunjukkan penghalusan butir yang signifikan dibandingkan dengan struktur mikro CP-Ti awal. Rute deformasi Bc menghasilkan ukuran butir yang lebih halus dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh rute A pada jumlah pass yang sama. Penambahan jumlah pass pada masing-masing rute deformasi semakin menghaluskan ukuran butir CP-Ti.
Kata kunci : Penghalusan butir, CP-Ti, Aplikasi biomedis, Equal channel angular pressing, Rute deformasi
Abstract
This paper reports the grain refinement of pure titanium (Commercial Purity Titanium/CP-Ti) for biomedical application by using equal channel angular pressing (ECAP). The ECAP dies used in the experiment have the die angle of Φ=120° and Ψ= 7° giving the shear strain of 0.65 for individual pass. The deformation routes (A and Bc) and the number of passes were evaluated with respect to microstructure evolution of CP-Ti. The experimental results showed that the grain size of CP-Ti significantly decreased after extrusion through the
ECAP(Φ=120°,Ψ= 7o
) dies for both deformation routes A and Bc. The ECAP route Bc resulted in the finer grain sizes compared to those were resulted by route A for the same pass number applied. Furthermore, the grain sizes of CP-Ti decreased with increasing the number of passes of both ECAP routes.
Keywords : Grain refinement, Commercial purity titanium, Biomedical application, Equal channel angular
pressing, Deformation routes
PENDAHULUAN
Logam Titanium murni (
Commercial
Purity Titanium
/CP-Ti) merupakan logam
yang paling aman dipakai untuk implantasi
medis karena memiliki biokompatibilitas
dan osseointegrasi yang lebih baik
dibandingkan logam implan lain seperti
baja tahan karat SS 316L dan paduan
Co-Cr-Mo karena pembentukan film tipis
TiO
2yang pasif pada permukaan
titanium
[1-3]. Akan tetapi CP-Ti memiliki
sifat mekanik yang lebih rendah
dibandingkan titanium paduan (Ti-6Al-4V)
atau logam implan lainnya. Penghalusan
butir merupakan metoda yang paling
efektif untuk meningkatkan kekuatan
mekanik CP-Ti berdasarkan relasi
Hall
Petch
tanpa menurunkan
biokompatibilitasnya
.
Perkembangan
teknologi material terkini memungkinkan
penghalusan butir/struktur logam sampai
ke tingkat ukuran butiran ultra
halus/
ultrafine grained
/UFG (100-500 nm)
atau nano meter (<100 nm) untuk
memaksimalkan efek penguatan pada
(16)
62 |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188/ hal 61-70material
[4-5]. Saat ini terdapat empat teknik
untuk mendapatkan material struktur
nano
[6,7], yaitu: konsolidasi serbuk
nanopartikel; deposisi kimia, fisika dan
elektrokimia; kristalisasi material amorf;
dan deformasi sangat plastis. Di antara
teknik-teknik tersebut, deformasi sangat
plastis merupakan teknik yang paling
banyak mendapat perhatian karena
menghasilkan material yang bebas
porositas, 100% padat dengan ukuran
benda kerja yang relatif cukup besar untuk
aplikasi struktur komersial
[6,8,9]. Deformasi
sangat plastis (
severe plastic
deformation/SPD
) merupakan proses
pengerjaan logam yang memberikan
regangan yang sangat besar tanpa merubah
penampang melintang benda kerja
[10,11]Ada beberapa teknik deformasi sangat
plastis yaitu
Equal Channel Angular
Pressing
(ECAP),
High Pressure Torsion
(HPT),
Hydostatic Extrusion
(HE) dan
Multiple Forging
(MF). Di antara beberapa
teknik tersebut, ECAP merupakan metoda
SPD yang paling efisien dan banyak
mendapat perhatian untuk pengembangan
material struktur nano
.
[12]
. ECAP memiliki
lubang cetakan yang membentuk sudut
sehingga material mengalami regangan
geser tetapi penampang melintang material
dipertahankan tidak berubah setelah keluar
dari cetakan
[13,14]. Prinsip ECAP dapat
dilihat pada publikasi sebelumnya
[15,16]•
ECAP dapat digunakan untuk
mendapatkan struktur mikro di mana
dimungkinkan untuk mencapai
pembentukan superplastis kecepatan
regangan yang sangat tinggi.
.
Beberapa keuntungan ECAP dibanding
teknik lain adalah:
•
ECAP dapat dimungkinkan segera
diaplikasikan di industri untuk
menghasilkan benda kerja yang relatif
besar.
•
Bisa dikembangkan pemakaian ECAP
menggunakan die yang berputar atau
fasilitas multipass untuk mencapai
regangan yang tinggi tanpa bongkar
pasang benda kerja dari
die
ECAP.
•
ECAP dapat dikombunasikan dengan
proses pengerjaan logam lain seperti
forging, rolling, wire drawing.
Pada tulisan ini akan dilaporkan hasil
penelitian percobaan ECAP terhadap
CP-Ti dengan penekanan pada pengaruh
jumlah pass dan rute deformasi ECAP
terhadap struktur mikro yang terbentuk.
Rute deformasi ECAP yang dilakukan
pada penelitian ini adalah rute A di mana
di antara pass yang berurutan dilakukan
rotasi sampel 0° dan rute Bc dengan rotasi
90°.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pembuatan Alat ECAP
Pada penelitian ini dies untuk ECAP
didisain memiliki rongga internal
berukuran diameter 14 mm dan bersudut
dalam
Φ
=120°
dan susut luar
Ψ
=7°. Alat
ECAP terdiri dari dua komponen yaitu
die
dan penekan (
punch
).
Die
dibuat dari
bahan baja H13 dan sedangkan penekan
dari baja D2. Komposisi kimia baja H13
dan D2 ditunjukkan oleh Tabel 1.
Die
dibuat dengan proses pemotongan, flat
grinding untuk meratakan permukaan
bahan, pemboran dan dilanjutkan dengan
EDM (
electric discharge machine
) untuk
pembuatan profil lubang
die
. Setelah
bentuk die selesai dibuat, kemudian
dilakukan perlakuan panas (
heat treatment
)
die berupa quens-temper untuk
meningkatkan kekuatan secara keseluruhan
die
dan karbonitriding untuk meningkatkan
kekerasan permukaan lubang
die
.
Sedangkan untuk penekan dibuat dengan
pemotongan dan pembubutan, kemudian
perlakuan panas quens-temper.
(17)
Penghalusan Butir Titanium …../ Efendi Mabruri
| 63
Tabel 1. Komposisi kimia baja untuk bahan pembuatan die dan punch ECAPNo. Baja
C
Mn
Si
Cr
Ni
Mo
V
Fe
1.
H13
0.32-0.45
0.20-0.50
0.80-1.20
4.75-5.50
0.30 max
1.10-1.75
0.80-1.20
Bal.
2.
D2
1.40-1.60
0.60
max
0.60
max
11.00-
13.00
0.30 max
0.70-1.20
1.10
max
Bal.
Bahan CP-Ti dan Percobaan ECAP
Sebagai material awal untuk percobaan
ECAP digunakan bilet CP-Ti Grade 1
berukuran diameter 12,7 mm yang
diperoleh di pasaran. Komposisi CP-Ti
Grade 1 dalam % berat ditunjukan oleh
Tabel 2. Untuk percobaan ECAP dibuat
sampel CP-Ti berukuran panjang 30 mm.
Untuk menghilangkan tegangan sisa dan
tekstur sampel CP-Ti dilakukan anil pada
suhu 700
oC pada kondisi aliran gas Argon.
Percobaan ECAP dilakukan dengan
memasukkan sampel ke dalam lubang
die
ECAP kemudian ditekan oleh penekan
(
punch
) sampai seluruh bagian sampel
melewati belokan (sudut) rongga
die
.
Penekanan
punch
dilakukan oleh mesin
press hidrolik dengan kecepatan tertentu.
Deformasi ECAP dilakukan menggunakan
rute A dan rute Bc pada suhu kamar
dengan anil pada suhu 500
oC di antara pass
ekstrusi. Pada rute A, posisi sampel saat
ditekan tidak berubah (tidak diputar) dari
pass sebelumnya ke pass berikutnya.
Sedangkan rute Bc, posisi sampel diputar
90
opada pass berikutnya. Beberapa rute
deformasi ECAP diilustrasikan pada
Gambar 1. Sampel yang telah mengalami
ECAP dilakukan karakterisasi dengan
mikroskop optik, SEM (
Scanning Electron
Microscope
) dan XRD (
X-Ray
Diffraction
). Sampel untuk pengamatan
mikroskop optik dan SEM dipotong
melintang, digerinda dengan apelas
sampai ukuran 2000 dan dipoles dengan
emulsi alumina sampai ukuran 0,03
mikron. Kemudian sampel dietsa dengan
campuran 5%HF, 25%HNO3 dan 70% air
distilasi.
Tabel 2. Komposisi kimia (% berat) CP-Ti (CP-Ti) untuk percobaan ECAP
Bahan O N C H Fe Ti
CP-Ti
Grade 1 0.18 0.03 0.08 0.015 0.2 Bal.
Gambar 1. Beberapa rute deformasi ECAP (a) rute A (b) rute BA (c) rute Bc (d) rute C [17]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Die
dan
Punch
ECAP
Die
dan
punch
ECAP yang telah selesai
dibuat ditunjukkan oleh Gambar 2.
Die
dan
punch
ini harus memiliki kekuatan dan
kerasan yang tinggi agar tidak cepat aus
karena gesekan pengepresan dan punch
tidak terdeformasi plastis (melengkung)
akibat tekanan mesin press. Oleh karena
itu die dan punch harus dilakukan
pengerasan dengan perlakuan panas.
Perlakuan panas dilakukan agar terbentuk
(18)
64 |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188/ hal 61-70fasa martensit temper yang memiliki
kekerasan dan ketangguhan yang tinggi.
Gambar 3 menunjukkan struktur mikro die
yang terbuat dari baja H13 dan struktur
mukro punch yang terbuat dari baja D2
yang masing-masing telah mengalami
perlakuan panas
quenching
dan
tempering
.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa fasa
martensit temper sudah terbentuk baik
pada baja H13 maupun baja D2. Pada
struktur mikro baja D2 terdapat juga fasa
karbida krom (fasa berwarna lebih terang)
yang memiliki kekerasan yang tinggi.
Terbentuknya fasa karbida ini dikarenakan
baja D2 memiliki kandungan karbon (C)
yang tinggi (1,4-1,6 % berat) dan juga
kandungan krom (Cr) yang tinggi (11-13%
berat).
Gambar 2. Punch dan Die ECAP dengan lubang yang membentuk sudut 120 °C
(a)
(b)
Gambar 3. Struktur mikro (a) die dan (b) punch
setelah perlakuan panas
Hasil pengukuran kekerasan terhadap
die
dan
punch
setelah perlakuan panas
ditunjukkan oleh Tabel 3. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa die dan punch
masing-masing memiliki kekereasan yang
tinggi yaitu 52,4 HRc untuk
die
dan 59,5
Rc untuk
punch
. Dari hasil–hasil pengujian
ini menunjukkan bahwa struktur mikro dan
kekerasan die dan punch sudah sesuai
dengan yang diharapkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua komponen dapat
digunakan untuk percobaan ECAP.
Tabel 3. Kekerasan die dan punch setelah perlakuan panas
No.
Komponen
ECAP
Kekerasan
(HRc)
1
Die
52,4
2
Punch
59,5
Struktur Mikro CP-Ti Setelah ECAP
Gambar 4 menunjukkan sampel
titanium yang telah dilakukan deformasi
ECAP dari pass 1 sampai pass 4. Dari
gambar tersebut terlihat sampel pass 1
sampai pass 4 memiliki ukuran penampang
melintang yang relatif tidak berubah
karena sampel melewati lubang
die
dengan
diameter yang konstan. Sampel mengalami
deformasi plastis berupa regangan geser
akibat melalui sudut dalam
Φ
(dalam hal
ini 120°) dan sudut luar
Ψ
(dalam hal ini
(19)
Penghalusan Butir Titanium …../ Efendi Mabruri
| 65
7°) dari lubang
die
ECAP yang
memberikan regangan geser 0,65 kepada
benda kerja untuk setiap pass deformasi.
Gambar 4. Sampel CP-Ti setelah melalui ECAP pass 1 sampai 4 dari kiri ke kanan
Gambar 5 (a) menunjukkan struktur
mikro CP-Ti yang telah mengalami ECAP
pass 1. Pada pembesaran yang lebih tinggi
seperti ditunjukkan oleh Gambar 5 (b)
terlihat adanya sub butir-sub butir yang
memecah interior butir awal. Pemecahan
interior butiran ini terjadi oleh adanya
pita-pita deformasi geser yang terbentuk
selama proses ECAP berlangsung. Pita
deformasi geser (
shear bands
) ini terjadi
pada bidang-bidang slip yang terdapat di
dalam struktur kristal CP-Ti yaitu hcp
(
hexagonal close-packed
). Secara umum
defromasi plastis terjadi melalui dua
mekanisme yaitu pergeseran bidang atom
melalui bidang slip atau terbentuknya
kembaran defromasi (
deformation twin
).
Karena CP-Ti memiliki struktur kristal hcp
(
hexagonal close-packed
), bidang slip
yang dimiliki terbatas dan tidak cukup
untuk menerima regangan plastis yang
besar. Gambar 5 (b) menunjukkan bahwa
deformasi plastis oleh ECAP pass 1 pada
CP-Ti didominasi oleh pita geser -pita
geser yang terbentuk oleh pergeseran
bidang slip. Ini menunjukkan bahwa
regangan geser yang diterima sampel pada
pass 1 ECAP dengan sudut
Φ
= 120° dan
Ψ
= 7°
masih bisa diakomodasi oleh
bidang-bidang slip di dalam struktur kristal
hcp CP-Ti yang jumlahnya relatif lebih
sedikit dibandingkan di dalam struktur
kristal fcc (misalnya aluminium). Pita
geser-pita geser yang dihasilkan pada
pass-pass berikutnya akan saling berinteraksi
dan menentukan struktur mikro akhir
sampel. Orientasi interaksi pita geser-pita
geser ini dipengaruhi oleh jenis rute
deformasi yang dilakukan pada sampel.
(a)
(b)
Gambar 5. Gambar SEM yang menunjukkan
struktur mikro CP-Ti setelah ECAP pass 1. (a) 1000X (b) 10.000X
Struktur mikro CP-Ti awal sebelum
ECAP dan setelah deformasi
ECAP(
Φ
=120°,
Ψ
= 7°) pass 1 sampai pass
4 untuk rute A dan rute Bc di tampilkan
masing-masing pada Gambar 6, Gambar 7
dan Gambar 8. Sulit untuk membedakan
batas butir dari butiran tungal karena
adanya pergerakan pita geser dan dislokasi
selama pengepresan. Akan tetapi dari
gambar-gambar tersebut secara kualitatif
dapat dilihat bahwa sampel CP-Ti setelah
(20)
66 |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188/ hal 61-70ECAP (
Φ
=120°,
Ψ
= 7°) pada
masing-masing rute deformasi menunjukkan
penghalusan struktur mikro yang
signifikan dibandingkan dengan struktur
mikro CP-Ti awal. Dengan bertambahnya
pass pada deformasi ECAP, secara teori
seharusnya jumlah pita geser-pita geser
dan dislokasi cenderung meningkat yang
akhirnya akan makin menghaluskan butir
dari struktur mikro logam. Akan tetapi dari
Gambar 7 dan Gambar 8 yang
menunjukkan penambahan jumlah pass
ECAP(
Φ
=120°,
Ψ
= 7°) pada
masing-masing rute A dan rute Bc dengan
dilakukan
intermediate annealing
pada 500
°C antar pass, struktur mikro tidak dapat
dibedakan secara signifikan karena
keterbatasan resolusi dan perbesaran
gambar yang diambil dengan mikroskop
optik. Sedangkan jika dibandingkan
antara kedua rute deformasi ECAP
(
Φ
=120°,
Ψ
= 7°), Gambar 7 dan Gambar 8
menunjukkan perbedaan yang mencolok
dimana secara kualitatif rute Bc
menghasilkan struktur mikro yang lebih
halus dibandingkan dengan struktur mikro
yang dihasilkan oleh rute A. Hal ini dapat
dijelaskan
dengan mengkorelasikan
pembentukan butir halus dengan pola
pergeseran bidang pada masing-masing
rute deformasi ECAP.
Gambar 6. Struktur mikro CP-Ti awal ( as
-received) sebelum ECAP
Gambar 7. Struktur Mikro CP-Ti setelah ECAP rute A
PASS 1 PASS 2
(21)
Penghalusan Butir Titanium …../ Efendi Mabruri
| 67
Gambar 8. Struktur mikro CP-Ti setelah ECAP rute BcGambar 9 menunjukkan pola pergeseran
bidang pada deformasi ECAP dengan rute
A dan rute Bc yang berkaitan dengan
deformasi plastis di tiga bidang
kristalografi X, Y dan Z
[17]. Rute A di
mana perputaran sampel 0°-0°-0°-0°
menghasilkan deformasi geser yang
kontinyu pada bidang-bidang X dan Y,
tetapi tidak ada deformasi pada bidang Z.
Sedangkan rute Bc di mana perputaran
sampel 0°
−
90°
−
180°
−
270° menghasilkan
deformasi yang kontinyu di semua bidang
(X, Y, Z) dan jalur regangan berbalik pada
pass yang berurutan. Pembalikan jalur
regangan memungkinkan pembentukan
pita geser-pita geser dengan mudah
sehingga evolusi butiran (sub-butiran
menjadi batas butiran berdudut besar) pada
ke tiga bidang X, Y, Z terjadi secara cepat
dan seragam
[18] .Gambar 9. Gambar skematik pola pergeseran bidang pada deformasi ECAP (a) rute A dan (b) rute Bc [17]
Gambar 11 menunjukkan profil
puncak-puncak XRD CP-Ti awal dan setelah
ECAP pass 1, pass 2 dan pass 4 pada
masing-masing rute A dan rute Bc. Untuk
mengevaluasi struktur mikro dari profil
XRD dapat dilakukan dengan mengadopsi
persamaan
scherrer
berikut:
PASS 1 PASS 2
PASS 3 PASS 4
( )
θ
λ
θ
cos
2
L
K
(22)
68 |
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188/ hal 61-70 Gambar 11. Profil XRD CP-Ti awal dan setelah ECAP denga rute A dan rute BcDari persamaan tersebut di atas terlihat
bahwa ukuran kristalit (L) berbanding
terbalik dengan lebar peak (B). B biasanya
ditentukan berdasarkan lebar pada tengah
tinggi profil maksimum (
Full Widht
at
Half Maximum-
FWHM). FWHM yang
lebih besar akan merefleksikan ukuran
kristalit (dapat diangap ukuran butir) yang
lebih kecil. Dari Gambar 11 dapat dilihat
bahwa deformasi ECAP menguatkan
secara signifikan intensitas bidang-bidang
kristal yang muncul pada profil XRD.
Secara kualitatif dapat diamati juga bahwa
pada jumlah pass yang sama rute
deformasi Bc menghasilkan
puncak-puncak XRD yang memiliki FWHM yang
lebih lebar dari yang dihasilkan oleh rute
A. Selain itu pada masing-masing rute
deformasi, jumlah pass yang lebih besar
memberikan puncak-puncak dengan
FWHM yang lebih lebar dari pada yang
berikan oleh jumlah pass yang lebih kecil.
Sehingga dari profil XRD ini dapat
dinyatakan bahwa pada jumlah pass yang
sama rute deformasi Bc menghasilkan
struktur mikro (butiran) yang lebih halus
dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh
rute A dan ukuran butir semakin halus
seiring dengan bertambahnya jumpah pass
pada masing-masing rute deformasi. Hasil
yang ditunjukkan oleh profil XRD ini
melengkapi hasil yang ditunjukkan oleh
gambar struktur mikro pada Gambar 7 dan
Gambar 8.
KESIMPULAN
Dari percobaan ini disimpulkan bahwa
teknik
equal channel angular pressing
(ECAP) dengan
Φ
=120° dan
Ψ
= 7°
dapat
menghaluskan butir CP-Ti. Rute deformasi
Bc menghasilkan ukuran butir yang lebih
halus dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh rute A pada jumlah pass
yang sama. Penambahan jumlah pass pada
masing-masing rute deformasi semakin
menghaluskan ukuran butir CP-Ti.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
M.Niinomi, T.Hanawa, and T.
Narushima: Journal of Metals, April
(2005) 18-24.
[2]
F. Guillemot et al: Medical &
Biological Engineering & Computing,
42, (2004)137-141.
[3]
J. Gubicza, Zs. Fogarassy, Gy.
Krállics, J. Lábár, T. Törköly:
Materials Science Forum, 589 (2008)
99-104.
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 200030 40 50 60 70 80
Awal Pass 1 Rute A-Pass 2 Rute A-Pass 4 Rute Bc-Pass 2 Rute Bc-Pass 4
(23)
Penghalusan Butir Titanium …../ Efendi Mabruri
| 69
[4]
M.Greger , R.Kocich, B.Kuřetová,
M.Vlč
ek: Acta Metallurgica Slovaca,
13 (4) (2007) 561-569.
[5]
Q. Wei: Journal Of Materials Science,
42 (2007) 1709–1727.
[6]
Zbigniew Pakieła et al: Proc.
NUKLEONIKA 2006;51(Supplement
1):S19
−S25.
[7]
K.Y. Zhu a, A. Vassel b, F. Brisset c,
K. Lu d, J. Lu: Acta Materialia, 52
(2004) 4101–4110.
[8]
Yuntian T. Zhu and Terence G.
Langdon: Journal Of Metals, October
(2004) 58-63.
[9]
R. Z. Valiev: Journal Of Materials
Science, 42 (2007) 1483–1490.
[10]
Terry C. Lowe: Journal Of Metals,
April (2006) 28-32.
[11]
K. J. Kurzydlowski: Bulletin of The
Polish Academy of Sciences:
Technical Sciences, 52 (4) (2004)
301-311.
[12]
I.Kim, J.Y. KiM, D.H. Shin, and K.T.
Park: Metallurgical and Materials
Transactions A, 34A (2003)
1555-1558.
[13]
G.M. Stoica and P.K. Liaw: Journal
Of Metals, March (2001) 36-40.
[14]
S. Rusz and K. Malanik: Archives of
Materials Science and Engineering, 28
(11) (2007) 683-686.
[15]
T. Unga´r : Journal Of Materials
Science, 42 (2007) 1584–1593.
[16]
E.Mabruri, B.Sriyono,
S.Mulyaningsih, Solihin,
Pemrosesan
CP-Ti Struktur Ultra Halus dengan
Deformasi Sangat Plastis
Menggunakan Teknik Equal Channel
Angular Pressing (ECAP)
, Prosiding
Seminar Material Metalurgi 2009,
Indonesia.
[17]
Langdon T G
. The principles of grain
refinement in equal-channel angular
pressing
, Materials Science and
Engineering A, 2007, 462:3
−11.
[18]
P. Venkatachalami, S.R. Kumari, B.
Ravisankari, V. T. Paul, M.
Vijayalakshmi,
Effect of processing
routes on microstructure and
mechanical properties of 2014 Al
alloy processed by equal channel
angular pressing
, Trans. Nonferrous
Met. Soc. China 20(2010) 1822
−1828.
RIWAYAT PENULIS
Efendi Mabruri, peneliti di Pusat
Penelitian Metalurgi LIPI, lahir di Cirebon
pada tanggal 5 Januari 1970. Lulus Sarjana
Teknik Pertambangan ITB tahun 1995,
Master Teknik Material ITB tahun 2002
dan Doctor of Engineering bidang material
dari Nagoya University tahun 2008.
(24)
(25)
Ucapan Terima Kasih
|
Ucapan Terima Kasih
Redaksi mengucapkan Terima Kasih kepada :
Ir. Yusuf
Untuk partisipasinya dalam evaluasi dan member saran dan perbaikan Majalah Metalurgi
Volume 25 Nomor 1, April 2010
(26)
(27)
Indeks
|
Indeks Penulis
A
Andika Widya Pramono 7
B
Bambang Sriyono 41, 61
Bintang Adjiantoro 13, 41
Budi Priyono 19
E
Eko Sulistiyono 13
Efendi Mabruri 61
F
F. Firdiyono 49
H
Hadi Suwarno 25
I
Iwan Setiawan 49
L
Latifa Hanum Lalasari 49
N
Nurhayati Indah 49
R
Rudi Subagja 49
S
Solihin 1, 61
Sri Mulyaningsih 19, 61
Y
(28)
(29)
Indeks
|
Indeks
A
AlCuMg ternary
Alloy 5, 6, 8, 10, 11, 12, 23, 24, 25, 27,
29, 30, 31, 33, 39, 40, 41, 47, 48,
69
alloys 41
B
Biocompatible 7, 8, 10, 11, 12
Biokompatibel 7, 34
Biomedical 8, 9, 11, 12, 33, 39, 40, 61
Biomedis 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 61
C
Cladding 19, 20, 22, 23
Coating 10, 11, 33, 39
Comparative advantages 7, 10
Corrosion 8, 10, 19, 33, 39, 40
H
High energy ball milling 25, 26
Hot roll 19, 23
Hydrogen storage material 25, 30
I
Implan 7, 8, 9, 10, 11, 33, 34, 35, 37,
38, 39, 61
Implant 7, 8, 9, 10, 11, 33, 34, 35, 37, 38,
39, 61
Ilmenit 49, 50, 51, 52, 53, 60
Intermetalik 19, 20
K
Keunggulan komparatif 7
Keunggulan kompetitif 7
Kinetics 1, 3, 5
Kinetik 1, 60
Komposit matriks logam 41
Korosi 19, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41
L
Lapis lindung 33, 36, 37, 38
M
Magnesit 13, 14, 15, 16, 17, 18
Magnesite 13, 18
Magnesium 13, 14, 18, 26, 27, 28, 31,
33, 34, 35, 36, 37
Mechanochemistry 1, 2, 3
Mekanokimia 1
Metal matrix
MgO 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 46, 47
composite 41, 47
Millennium development goals 7, 8
Milling 1, 2, 3, 4, 5, 11, 25, 26, 27, 28,
29, 31
Mineral processing 1, 3, 4, 5, 6
N
Nanotechnology 7, 10, 11
Nanoteknologi 7, 12
P
Paduan 19, 25, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 61
Paduan terner AlCuMg 41
Pemrosesan mineral 1
R
Reaksi antar padatan 1
S
SEM 13, 15, 16, 17, 18, 49, 50, 53, 54,
55, 56, 57, 58, 60, 63, 65
Senyawa karbida SiC 41, 42
SiC carbide c
Solid-state reaction 1, 3
ompound 41
Synthetic alloying 25, 26
(30)
|
Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188T
Techno-economy 7
Tekno-ekonomi 7
The millennium development goals 7, 8
Titanium dioksida 49, 50, 51, 52, 55,
56, 60
(31)
PANDUAN BAGI PENULIS
1.
Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah
Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau
softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah
diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.
2.
Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi,
font 12.
3.
Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk
hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman
harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4.
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan
judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis
dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa
Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5.
Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,
Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan,
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat
Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan
informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font
12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.
6.
Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa
Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi
dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
•
Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
•
Metoda yang Digunakan
•
Ringkasan Hasil
•
Kesimpulan
7.
Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
•
Masalah dan Ruang Lingkup
•
Status Ilmiah dewasa ini
•
Hipotesis
•
Cara Pendekatan yang Diharapkan
•
Hasil yang Diharapkan
8.
Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-
langkah percobaan yang dilakukan.
9.
Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
•
Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi
keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel,
rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak
diberi tanda titik .
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553
(32)
PANDUAN BAGI PENULIS
Contoh :
Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316LPenulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1
spasi, format “
in line with text
”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi
tanda titik.
Contoh :
Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L•
Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan
konsep dasar dan atau hipotesis
•
Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
•
Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan
10.
Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
•
Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11.
Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau
internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional
(SI)
12.
Kutipan atau Sitasi
•
Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)
sesuai urutan.
•
Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung
siku dan tidak ditebalkan (
bold
).
•
Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
•
Tidak perlu memakai catatan kaki.
•
Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh: Struktur mikro baja SS 316L
[2].
13.
Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar
pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari
pustaka sebagai berikut :
1.
Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang
dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006.
Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk
Identifikasi
. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005.
Teknik Menulis Karya Ilmiah.
Jakarta :
Rineka Cipta.
2.
Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004
. Pedoman
Penampilan Majalah Ilmiah Indonesia
.
Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3.
Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005.
Pemberdayaan UKM melalui Program
Iptekda LIPI
, Jakarta : LIPI Press.
4.
Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006.
Kamus Besar bahasa
Indonesia
Jakarta : Balai Pustaka.
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553
(33)
PANDUAN BAGI PENULIS
5.
Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)
[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di
Indonesia”.
Jurnal Penelitian Politik
.: 67-76 Jakarta.
6.
Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”.
Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.),
Sejarah dan Dialog Peradaban
. Jakarta : LIPI Press.
7.
Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
8.
Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis,
Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9.
Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.
2007)
14.
Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari
ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15.
Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali
kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya
disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16.
Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17.
Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah
satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.
Serpong, 8 Juni 2009
Redaksi Majalah Metalurgi
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
Kawasan PUSPIPTEK Serpong 15314, Tlp.021-7560911 Fax. 021-7560553
(1)
(2)
Indeks |
Indeks
A
AlCuMg ternary
Alloy 5, 6, 8, 10, 11, 12, 23, 24, 25, 27, 29, 30, 31, 33, 39, 40, 41, 47, 48, 69
alloys 41
B
Biocompatible 7, 8, 10, 11, 12 Biokompatibel 7, 34
Biomedical 8, 9, 11, 12, 33, 39, 40, 61 Biomedis 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 61
C
Cladding 19, 20, 22, 23 Coating 10, 11, 33, 39
Comparative advantages 7, 10 Corrosion 8, 10, 19, 33, 39, 40
H
High energy ball milling 25, 26 Hot roll 19, 23
Hydrogen storage material 25, 30
I
Implan 7, 8, 9, 10, 11, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 61
Implant 7, 8, 9, 10, 11, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 61
Ilmenit 49, 50, 51, 52, 53, 60 Intermetalik 19, 20
K
Keunggulan komparatif 7 Keunggulan kompetitif 7 Kinetics 1, 3, 5
Kinetik 1, 60
Komposit matriks logam 41
Korosi 19, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41
L
Lapis lindung 33, 36, 37, 38
M
Magnesit 13, 14, 15, 16, 17, 18 Magnesite 13, 18
Magnesium 13, 14, 18, 26, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 36, 37
Mechanochemistry 1, 2, 3 Mekanokimia 1
Metal matrix
MgO 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 46, 47 composite 41, 47
Millennium development goals 7, 8 Milling 1, 2, 3, 4, 5, 11, 25, 26, 27, 28,
29, 31
Mineral processing 1, 3, 4, 5, 6
N
Nanotechnology 7, 10, 11 Nanoteknologi 7, 12
P
Paduan 19, 25, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 61 Paduan terner AlCuMg 41
Pemrosesan mineral 1
R
Reaksi antar padatan 1
S
SEM 13, 15, 16, 17, 18, 49, 50, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 63, 65
Senyawa karbida SiC 41, 42 SiC carbide c
Solid-state reaction 1, 3 ompound 41 Synthetic alloying 25, 26
(3)
| Majalah Metalurgi, V 25.1.2010, ISSN 0126-3188
T
Techno-economy 7 Tekno-ekonomi 7
The millennium development goals 7, 8
Titanium dioksida 49, 50, 51, 52, 55, 56, 60
(4)
PANDUAN BAGI PENULIS
1. Penulis yang berminat menyumbangkan hasil karyanya untuk dimuat di dalam majalah
Metalurgi, diharuskan mengirim naskah asli dalam bentuk final baik hardcopy atau softcopy (dalam file doc), disertai pernyataan bahwa naskah tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang menunggu penerbitannya dalam media tertulis manapun.
2. Penulis diminta mencantumkan nama tanpa gelar, afiliasi kedudukan dan alamat emailnya
setelah judul karya tulisnya, dan ditulis dengan Times New Roman (TNR), jarak 1 spasi, font 12.
3. Naskah harus diketik dalam TNR font 12 dengan satu (1) spasi. Ditulis dalam bentuk
hardcopy dengan kertas putih dengan ukuran A4 pada satu muka saja. Setiap halaman harus diberi nomor dan diusahakan tidak lebih dari 30 halaman
4. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, harus disertai dengan
judul yang cukup ringkas dan dapat melukiskan isi makalah secara jelas. Judul ditulis dengan huruf kapital menggunakan TNR font 14 dan ditebalkan. Untuk yang berbahasa Indonesia, usahakanlah untuk menghindari penggunaan bahasa asing.
5. Isi naskah terdiri dari Judul naskah, Nama Pengarang dan Institusi beserta email,
Intisari/Abstract, Pendahuluan, Tata Kerja/Prosedur Percobaan, Hasil Percobaan, Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka, Ucapan Terimakasih dan Riwayat Hidup. Pakailah bahasa yang baik dan benar, singkat tapi cukup jelas, rapi, tepat dan informatif serta mudah dicerna/dimengerti. Sub judul ditulis dengan huruf kapital TNR font 12, ditebalkan tanpa penomoran urutan sub judul, misalnya :
PENDAHULUAN
PROSEDUR PERCOBAAN, dan seterusnya.
6. Naskah harus disertai intisari pendek dalam bahasa Indonesia dan abstract dalam bahasa Inggris ditulis TNR 10 jarak 1 spasi diikuti dengan kata kunci/keywords ditulis miring. Isi dari intisari/abstract merangkum secara singkat dan jelas tentang :
•Tujuan dan Ruang Lingkup Litbang
•Metoda yang Digunakan
•Ringkasan Hasil
• Kesimpulan
7. Isi pendahuluan menguraikan secara jelas tentang :
• Masalah dan Ruang Lingkup
• Status Ilmiah dewasa ini
•Hipotesis
•Cara Pendekatan yang Diharapkan
• Hasil yang Diharapkan
8. Tata kerja/prosedur percobaan ditulis secara jelas sehingga dapat dipahami langkah-
langkah percobaan yang dilakukan.
9. Hasil dan pembahasan disusun secara rinci sebagai berikut :
• Data yang disajikan telah diolah, dituangkan dalam bentuk tabel atau gambar, serta diberi keterangan yang mudah dipahami. Penulisan keterangan tabel diletakkan di atas tabel, rata kiri dengan TNR 10 dengan spasi 1. Kata tabel ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi tanda titik .
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(5)
PANDUAN BAGI PENULIS
Contoh : Tabel 1. Harga kekerasan baja SS 316L
Penulisan keterangan gambar ditulis di bawah gambar, rata kiri dengan TNR 10 jarak 1 spasi, format “in line with text”. Kata gambar ditulis tebal. Akhir ketrangan tidak diberi tanda titik.
Contoh : Gambar 1. Struktur mikro baja SS 316L
• Pada bagian pembahasan terlihat adanya kaitan antara hasil yang diperoleh dengan
konsep dasar dan atau hipotesis
• Kesesuaian atau pertentangan dengan hasil litbang lainnya
• Implikasi hasil litbang baik secara teoritis maupun penerapan 10.Kesimpulan berisi secara singkat dan jelas tentang :
• Esensi hasil litbang
Penalaran penulis secara logis dan jujur, fakta yang diperoleh
11.Penggunaan singkatan atau tanda-tanda diusahakan untu memakai aturan nasional atau
internasional. Apabila digunakan sistem satuan maka harus diterapkan Sistem Internasional (SI)
12.Kutipan atau Sitasi
• Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format superscript)
sesuai urutan.
• Angka kutipan ditulis sebelum tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, dengan tanda kurung siku dan tidak ditebalkan (bold).
• Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama tersebut.
• Tidak perlu memakai catatan kaki.
• Urutan dalam Daftar Pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam naskah.
Contoh: Struktur mikro baja SS 316L[2].
13.Penyitiran pustaka dilakukan dengan memberikan nomor di dalam tanda kurung. Daftar
pustaka itu sendiri dicantumkan pada bagian akhir dari naskah. Susunan penulisan dari pustaka sebagai berikut :
1. Buku dengan satu pengarang atau dua pengarang (hanya nama pengarang yang dibalik) :
[1] Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan-ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia : Petunjuk Identifikasi. Jakarta : LIPI Press.
[2] Bambang, Dwiloka dan Ratih Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Buku dengan tiga pengarang atau lebih
[1] Suwahyono, Nurasih dkk. 2004. PedomanPenampilan Majalah Ilmiah Indonesia. Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI.
3. Buku tanpa nama pengarang, tapi nama editor dicantumkan.
[1] Brojonegoro, Arjuno dan Darwin (Ed.). 2005. Pemberdayaan UKM melalui Program
Iptekda LIPI, Jakarta : LIPI Press.
4. Buku tanpa pengarang, tapi ditulis atas nama Lembaga.
[1] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kamus Besar bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka.
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
P U S A T P E N E L I T I A N M E T A L U R G I
(6)
PANDUAN BAGI PENULIS
5. Artikel dari Jurnal/majalah dan koran (bila tanpa pengarang)
[1] Haris, Syamsudin. 2006.,,Demokratisasi Partai dan Dilema Sistem Kepartaian di Indonesia”. Jurnal Penelitian Politik.: 67-76 Jakarta.
6. Artikel dari bunga rampai
[1] Oetama, Yacob. 2006.,, Tradisi Intelektualitas, Taufik Abdullah, Jurnalisme Makna”. Dalam A.B. Lapian dkk. (Ed.), Sejarah dan Dialog Peradaban. Jakarta : LIPI Press.
7. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
8. Bahan yang belum dipublikasikan atau tidak diterbikan
[1] Wijana, I dewa Putu. 2007.,,Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja”. Tesis, Fakultas Ilmu Budaya Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
9. Tulisan Bersumber dari Internet
[1] Rustandy, Tandean. 2006 “Tekan Korupsi Bangun Bangsa”.
2007)
14.Ucapan terimakasih ditulis dengan huruf kapital TNR font 12 dan ditebalkan. Isi dari
ucapan terimakasih ditulis dengan TNR 12 dan spasi 1.
15.Naskah yang dinilai kurang tepat untuk dimuat di dalam majalah akan dikirim kembali
kepada penulis. Saran-saran akan diberikan apabila ketidak tepatan tersebut hanya disebabkan oleh format atau cara penyajian.
16.Penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran naskahnya.
17.Setiap penerbitan tidak ada dua kali atau lebih penulis utama yang sama. Apabila ada, salah satu naskahnya penulis utama tersebut ditempatkan pada penulis kedua.
Serpong, 8 Juni 2009 Redaksi Majalah Metalurgi