ID Siaran Pers PERAYAAN FLEGT

SIARAN PERS
PERAYAAN NASIONAL PELUNCURAN
LISENSI FLEGT (FOREST LAW ENFORCEMENT GOVERNANCE AND TRADE) INDONESIA
24 NOVEMBER 2016

(Jakarta, 24/11/2016) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Darmin Nasution;
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr Siti Nurbaya, dan Wakil Menteri Luar Negeri
A.M. Fachir, hari ini di Jakarta melepaskan dua peti kemas produk perkayuan Indonesia
berlisensi FLEGT dengan tujuan pasar Uni Eropa. Indonesia merupakan negara pertama di
dunia yang meraih hak untuk menerbitkan Lisensi FLEGT setelah negosiasi panjang dengan
pihak Uni Eropa, menyusul ditandatanganinya Perjanjian Sukarela Kemitraan FLEGT pada
2013 dan ratifikasinya pada 2014.
“Ini merupakan peristiwa historis dalam upaya memerangi pembalakan liar di Indonesia,
karena dengan menerapkan prinsip legalitas dan kelestarian dalam skema Sistem Verifikasi
Legalitas Kayu (SVLK), Indonesia membuktikan komitmen pada pasar Uni Eropa dan pasar
global lain untuk menerapkan skema perdagangan kayu berkelanjutan, yang sekaligus
menjamin kelestarian hutan kita,“ kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Siti
Nurbaya.
Di kantornya, Menteri Perdagangan menyatakan, “Dengan Lisensi FLEGT, kita optimis
bahwa daya saing ekspor produk kayu Indonesia akan meningkat di pasar global yang
semakin menuntut produk-produk impor ramah lingkungan.”

Data dari Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) yang dikelola Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, serta terhubung dengan INATRADE dan Indonesian Single Window,
menunjukkan bahwa nilai ekspor produk kayu Indonesia terus meningkat sejak
diberlakukannya SVLK pada 2013, yaitu dari USD10.4 milyar menjadi USD10.6 milyar pada
2015.
Upacara pelepasan peti kemas menyusul penerbitan lisensi-lisensi FLEGT yang dimulai
pada 15 November 2016, sesuai dengan keputusan Joint Implementation Committee
Indonesia-UE pada 15 September 2016. Rasa optimisme terhadap prospek ekspor produk
kayu Indonesia berlisensi FLEGT juga diekspresikan oleh para pelaku ekspor, yang secara
mandiri melakukan upacara pelepasan peti kemas di beberapa tempat: yakni di Cakung,
Jakarta Timur, oleh Asosiasi Panel Kayu Indonesias (APKINDO), yang melepaskan 23 peti
kemas dengan tujuan Jerman, Inggris dan Belgia, dan di Batang, Jawa Tengah, oleh
Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA), berupa satu peti
kemas berisi produk kayu lapis dengan tujuan Belgia dan Jerman. Sedangkan Asosiasi Pulp
dan Kertas Indonesia (APKI) mengirim satu peti kemas berisi produk kertas dengan tujuan
Yunani.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Dr. Darmin Nasution, “Capaian
Indonesia dalam mengembangkan sistem sertifikasi kelestarian dan legalitas kayu, yang
diakui secara internasional, harus dijadikan pedoman untuk produk-produk sumber alam lain
guna meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, dan sekaligus menunjukkan

komitmen Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam secara lestari.”

Gedung Manggala Wanabhakti, Blok VII, Lantai 6
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270
INDONESIA

Dipo Business Center, Lantai 9, Unit B
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 50-52, Jakarta 10260
INDONESIA

Dalam persiapan implementasi SVLK di dalam negeri untuk industri woodworking dan pulp
& kertas yang pada umumnya berskala besar relatif lebih mudah, sedangkan untuk industri
furnitur dan kerajinan kayu yang pada umumnya berskala industri kecil dan menengah
mengalami kendala. Untuk itu Kementerian Perindustrian telah melaksanakan Fasilitasi
Sertifikasi Legalitas Kayu sejak tahun 2013 sampai tahun 2016
Kementerian Luar Negeri, yang sejak awal terlibat dalam negosiasi FLEGT-VPA (Voluntary
Partnership Agreement), melihat potensi keuntungan dan manfaat FLEGT License dari sisi
Indonesia. Oleh karena itu, bersama dengan Kementerian terkait lainnya, terutama
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, akan senantiasa mengawal dan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri untuk memastikan

pelaksanaan FLEGT License RI-UE berjalan sesuai yang diharapkan. “Model kerjasama
seperti FLEGT-VPA ini dapat juga dijadikan best practice bagi kerjasama RI-UE di bidangbidang lain,” kata Wakil Menlu, A.M. Fachir.
Sampai dengan 23 November 2016, pukul 10.00 WIB, Indonesia telah menerbitkan 845
Lisensi FLEGT dengan tujuan 24 negara di UE, senilai USD24,961,503.17, yang terdiri dari
produk panel, furniture, woodworking, kerajinan, chips, kertas dan perkakas. Tercatat
bahwa produk panel menempati peringkat pertama dalam mengekspor produk berlisensi
FLEGT, dengan nilai USD 11,923,104.61, disusul oleh produk furniture dengan nilai USD
7,250,380.63.
Pada acara Perayaan Penerbitan Lisensi FLEGT Indonesia, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian menyerahkan secara simbolis Piagam Penghargaan Lisensi FLEGT Perdana
kepada 10 eksportir yang telah memperoleh Lisensi FLEGT dan melakukan pengapalan
produk ekspornya ke UE mewakili 100 eksportir. Selain itu, diserahkan pula Piagam
Penghargaan kepada tiga wakil Lembaga Penerbit Lisensi, mewakili sekitar 14 Lembaga
Penerbit yang telah menerbitkan Lisensi FLEGT sejak 15 sampai 23 November 2016.
Jakarta, 24 November 2016.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Smita Notosusanto, 081510523381
Smita.notosusanto@mfp.or.id
Debra Yatim, 08129222606
debra.yatim@mfp.or.id


Gedung Manggala Wanabhakti, Blok VII, Lantai 6
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta 10270
INDONESIA

Dipo Business Center, Lantai 9, Unit B
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 50-52, Jakarta 10260
INDONESIA