Manajemen Wilayah Pesisir Secara Terpadu

PAPER
Manajemen Wilayah Pesisir Secara Terpadu di Negara Slovenia dan
Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Laut Terpadu

Oleh:
Arlin Dwi Noviasri
NIM. 125080601111039
I03

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Paper mata kuliah Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu yang berjudul “Manajemen Wilayah
Pesisir Secara Terpadu di Negara Slovenia dan Indonesia” dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah pada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai nabi terakhir pembawa rahmad seluruh alam
semesta.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Dr. H. Rudianto MA, selaku dosen pembimbing dan pengampu
mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu yang
membimbing penulis dalam menyelesaikan paper ini yang mencakup
bahasan tentang cara melakukan Harmonisasi dan Optimalisasi
Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Pesisir.
Pada paper ini penulis menyajikan bagaimana manajemen wilayah
pesisir secara terpadu di Negara Slovenia dan Indonesia. Manajemen
wilayah pesisir dilakukan dengan cara mitigasi bencana yang terjadi di
wilayah pesisir Negara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penulisan paper ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper ini
dapat memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat bagi para
pembaca.

Malang, 23 September 2015
Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
1. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
2. ISI SUBSTANSI JURNAL......................................................................3
2.1 Ringkasan Jurnal Internasional......................................................3
2.2 Ringkasan Jurnal Nasional.............................................................5
3. ANALISIS SITUASI...............................................................................9
4. PENUTUP............................................................................................11
4.1 Kesimpulan...................................................................................11
4.2 Saran.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................12


ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Manajemen wilayah pesisir dan sumberdaya laut.....................4
Gambar 2. Batas program pengelolaan wilayah pesisir dan lautan yang
berlaku sekarang dan masa akan datang..................................6
Gambar 3. Komponen yang diperlukan dalam keseimbangan pengelolaan
pesisir..........................................................................................7
Gambar 4. Kerangka kerja Pengelolaan Pesisir Terpadu............................8

iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tekanan dan dampak kegiatan manusia di wilayah pesisir dan
laut................................................................................................................4

iv

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
kekayaan sumberdaya hayati dalam wilayah pesisir lautnya. Wilayah
pesisir laut menyediakan berbagai macam sumberdaya alam berupa
sumber ikan, sumber bangunan dan lain-lain. Kekayaan sumberdaya ini
tentunya dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk memperoleh
keuntungan dalam pemanfaatannya. Pemanfaatan sumberdaya yang
dimiliki wilayah pesisir laut Indonesia tentunya memberikan berbagai
dampak dalam kehidupan manusia baik bersifat positif maupun negatif.
Wilayah pesisir di Indonesia sangat kaya akan sumberdaya alam dan
jasa-jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Sumberdaya
pesisir dan lautan, merupakan salah satu modal dasar pembangunan
Indonesia yang sangat diharapkan saat ini. Memasuki masa kritis dan
pemulihan ekonomi bangsa saat ini, pembangunan sumberdaya kelautan
terus didorong untuk menjadi andalan bagi bangsa Indonesia untuk
melakukan pemulihan ekonomi. Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut
mendorong pihak-pihak terkait (stakeholder) seperti instansi pemerintah,
dunia usaha, dan masyarakat untuk memanfaatkan dan mengadakan
regulasinya (Diposaptono, 2003).
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memberikan pengaruh

yang signifikan pada peningkatan pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia. Berkenaan dengan meningkatnya jumlah penduduk di wilayah
peisisir dan menyebabkan semakin memburuknya ekosistem di darat
maupun di laut pada wilayah pesisir Indonesia.
Peningkatan penggunaan wilayah pesisir dan laut, peningkatan
urbanisasi dan penduduk, peningkatan kunjungan wisatawan, dan
peningkatan jumlah kapal wisata dan transportasi maritim memerlukan
perhatian khusus dalam pengelolaan lingkungan pesisir dan laut.
Kerusakan ekosistem laut menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati, dan juga menurunkan stabilitas dan ketahanan ekosistem.
Selanjutnya, hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia di
wilayah pesisir (Bricelj dan Irena, 2009).
Untuk mengurangi dampak negatif degradasi biofisik terhadap
wilayah pesisir perlu dilakukan upaya berupa mitigasi. Mitigasi, yang
merupakan proses mengupayakan berbagai tindakan prevemtif untuk
meminimalkan dampak negatif bencana yang diantisipasi akan terjadi di
masa datang di suatu daerah tertentu, merupakan investasi jangka
panjang bagi kesejahteraan semua lapisan masyarakat (Diposaptono,
2003).
Dalam upaya penanganan permasalahan pada wilayah pesisir, dapat

dilakukan secara lestari dengan tidak merusak ekosistem biota laut yang
ada. Guna mencapai usaha tersebut, maka diperlukan pendekatan dalam
pelaksanaan pembangunan di kawasan pesisir secara terpadu dan tetap
melestarikan ekosistem alam. Dalam rangka mengintegrasikan perencaan
sektoral dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan,

1

diperlukan sebuah konsep atau kerangka Pengelolaan Pesisir Terpadu
(Integrated Coastal Management).
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi
kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan
mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di
kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat
proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari
sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak
timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk
tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara
terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM).
Konsep Integrated Coastal Zone Management merupakan konsep

yang memberikan dasar atau langkah-langkah dalam pengelolaan wilayah
pesisir untuk mencegah kerusakan pada ekosistem laut maupun pada
manusia. Pada paper ini akan membahas tentang manajemen wilayah
pesisir secara terpadu di Negara Slovenia dan Indonesia. Manajemen
wilayah pesisir dilakukan dengan cara mitigasi bencana alam yang terjadi
di wilayah pesisir Negara Indonesia.

2

2. ISI SUBSTANSI JURNAL
2.1 Ringkasan Jurnal Internasional
Pada jurnal yang berjudul “Integrated Coastal Zone Management
(Case Study On The Slovenian Mediterranean)” yang ditulis oleh Bricelj
dan Irena (2009) dimana penulis akan membahas mengenai manajemen
wilayah pesisir secara terpadu. Pada jurnal internasional, menjelaskan
mengenai manajemen pesisir terpadu di Negara Slovenia. Data keadaan
lingkungan menunjukkan bahwa laut Slovenia tidak terlalu tercemar oleh
bahan polutan. Perlindungan lingkungan laut dan pesisir diatur oleh politik,
dimana terdapat tiga dokumen yang paling penting dalam usaha
perlindungan laut dan pesisir, diantaranya The Water Directive, The

Marine Strategy Framework Directive, and The Mediterranean Action Plan
for Sea Protection.
The Water Directive, merupakan perlindungan, peningkatan dan
pemulihan badan permukaan air dalam upaya mencapai keseimbangan
ekologi. The Marine Strategy Framework Directive (2008/56 / EC)
menetapkan bahwa perlu untuk menyediakan berikut: perlindungan dan
pemulihan fungsi dan struktur dari sistem alam, ekologi alam, tidak ada
peningkatan risiko munculnya efek berbahaya pada manusia dan
ekosistem melalui tingkat pencemaran lingkungan, pemanfaatan
berkelanjutan dari laut dan pengembangan kegiatan yang mempengaruhi
kualitas dan mendorong manajemen yang bertanggung jawab pada
masyarakat Eropa dan global.
Tujuan utama dari The Mediterranean Action Plan for Sea Protection
adalah memastikan pengelolaan berkelanjutan kelautan alam dan sumber
daya darat, integrasi lingkungan dalam pembangunan sosial-ekonomi dan
kebijakan tata ruang dari Mediterania, perlindungan lingkungan laut dan
pesisir melalui pencegahan polusi dan penurunan atau penghapusan
emisi berbahaya ke laut, perlindungan alam dan bidang nilai ekologis dan
budaya, memperkuat solidaritas antara negara-negara Mediterania dalam
pengelolaan warisan bersama dan sumber daya untuk kesejahteraan

sekarang dan generasi masa depan, serta memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas hidup.
Selain tiga pokok dalam perlindungan lingkungan laut dan pesisir,
kualitas lingkungan pesisir dan laut juga diatur oleh dokumen sektoral
yang dapat dilihat pada Gambar 1.

3

Gambar 1. Manajemen wilayah pesisir dan sumberdaya laut
Dalam menangani masalah-masalah manajemen wilayah laut dan
pesisir, menggunakan Pendekatan Ekosistem (Bricelj 2008). Pertama,
melakukan analisis pengaruh individu berbagai kegiatan dan berusaha
untuk mengevaluasi tekanan kumulatif mereka pada ekosistem.
Selanjutnya mengevaluasi fungsi ekosistem dan batas lingkungan dengan
tujuan yang ada, yaitu untuk memastikan ekosistem yang sehat dan
tangguh. Tekanan dan dampak kegiatan manusia di wilayah pesisir dan
laut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tekanan
dan laut
Tekanan

Urbanisasi dan
pariwisata

dan dampak kegiatan manusia di wilayah pesisir

Dampak
Konstruksi di wilayah pesisir, dampak musiman
variabel pada lingkungan, hilangnya habitat alami,
penurunan keanekaragaman hayati, eutrofikasi,
polusi dari pembuangan, kebisingan bawah air,
peningkatan konsumsi air, perubahan transportasi
sedimen, peningkatan jumlah sampah, pencemaran
pantai dan laut dengan limbah mengambang, polusi
mikrobiologi
Kecelakaan laut
Polusi karena disengaja atau tidak disengaja,
pencemaran limbah, kebisingan bawah air
Budidaya
Penangkapan berlebih pada organisme laut sebagai
makanan bagi spesies dibudidayakan, perubahan

genetik, penyakit dan parasit, polusi, eutrofikasi
Perikanan
Penangkapan berlebih pada ikan dan organisme laut
lainnya, spesies ikan non-target, perusakan habitat
demersal, perubahan struktur ekosistem
Perkembangan
Konstruksi di wilayah pesisir, hilangnya habitat alami,
industri
dan erosi, penurunan keanekaragaman hayati, eutrofikasi,
4

infrastruktur
Pertanian
Perubahan iklim

polusi, peningkatan konsumsi air, perubahan
transportasi sedimen, peningkatan jumlah sampah,
peningkatan kekeruhan air, polusi panas
Eutrofikasi, polusi, hilangnya habitat alami, penurunan
keanekaragaman
hayati,
salinasi,
peningkatan konsumsi air
Peningkatan probabilitas terjadinya banjir, peningkatan
tingkat
erosi,
naiknya
permukaan
laut,
perubahan struktur dan susunan spesies dan
organisme, penurunan keanekaragaman hayati

Laut Slovenia merupakan sumber daya alam yang biasa
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti pariwisata, transportasi,
produksi makanan dan lain-lain. Penyusunan peraturan, mengenai
pembatasan penggunaan laut dan perairan pantai yang kemudian
diimplementasikan melalui berbagai peraturan. Secara umum, hukum
mengenai laut ini bertujuan untuk memungkinkan penggunaan umum oleh
setiap orang untuk tingkat yang sama dan dalam kondisi yang sama.
Area untuk konservasi alam dan perlindungan warisan budaya yang
dilindungi dari berbagai tindakan (misalnya, cagar alam, taman landscape,
daerah arkeologi,). Contoh kawasan lindung yang lebih besar diantaranya
Sečoveljske Soline Landscape Park, Strunjan Landscape Park,
Škocjanski Zatok Nature Reserve dan Cape Madona dan Debeli Rtič
natural monuments.
Ekosistem laut terus terancam akibat dari aktivitas kelautan, baik
karena kondisi alam maupun karena kegiatan dari kapal. Aktivitas
transportasi kapal ini memiliki pengaruh yang signifikan pada kondisi
kualitas perairan. Kualitas air yang baik dan perlindungan lingkungan laut
merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam mempersiapkan
manajemen berencana untuk daerah pesisir dengan kerjasama
internasional. Hal ini melampaui pendekatan sektoral dan menjalin
kerjasama dengan semua pihak yang berkepentingan. Langkah yang
diambil dengan penyusunan program pengelolaan wilayah pesisir dalam
kerangka proyek CAMP Slovenia yang meliputi Konsep pengembangan
wilayah selatan Primorska dan penataan ruang dari zona pesisir,
pengelolaan kawasan alam yang dilindungi, strategi regional untuk
pengembangan pariwisata berkelanjutan, program regional untuk
perlindungan lingkungan dan sensitivitas peta dari pantai Slovenia.
2.2 Ringkasan Jurnal Nasional
Pada jurnal yang “Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dalam
Kerangka Pengeloalaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia” yang ditulis
oleh Diposaptono (2003). Pada jurnal ini membahas mengenai
pengelolaan pesisir secara terpadu dengan berdasarkan pada tiga aspek
yaitu keseimbangan ekologis, pemanfaatan dan keseimbangan dalam
pencegahan bencana (mitigasi).
Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam
penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan
5

sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi
agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dilakukan secara struktural
maupun secara non struktural. Secara struktural yaitu dengan melakukan
upaya teknis, baik secara alami maupun buatan, seperti pembuatan
breakwater dan penanaman mangrove untuk mitigasi tsunami. Mitigasi
secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut
penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan
sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya. Mitigasi
non struktural antara lain dengan membuat kebijakan tata guna lahan,
kebijakan mengenai standarisasi bangunan tahan bencana dan lain-lain.
Dalam usaha mengatasi masalah bencana, perlu dilakukan upaya mitigasi
yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur dan non struktur dan
pelaksanannya harus melibatkan instansi terkait.

Gambar 2. Batas program pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
yang berlaku sekarang dan masa akan datang
Secara manajemen, konsep Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT)
merupakan konsep pembangunan terpadu, yang melibatkan semua
stakeholder
(pemerintah,
masyarakat,
dan
swasta)
beserta
kepentingannya di kawasan pesisir sehingga PPT mempresentasikan
perubahan pendekatan pembangunan di kawasan pesisir dari reaksioner
dan berorientasi pada masalah (problem oriented approach) menjadi
terencana, bersifat pre-emptive, dan menggunakan pendekatan
pengelolaan (management based approach).
Dengan konsep PPT ini, para pengambil kebijakan di wilayah pesisir
dapat mengelola pembangunan yang sifatnya multisektor beserta dampak
kumulatifnya dalam batas-batas keseimbangan yang dapat ditoleransi
oleh masyarakat dan lingkungan (daya dukung lingkungan dan sosial).
Keseimbangan dicapai melalui tiga komponen penting yaitu; (1).
Keseimbangan ekologis; (2). Keseimbangan pemanfaatan, dan; (3).
Keseimbangan dalam pencegahan bencana (mitigasi). Ketiga aspek
tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena saling mempengaruhi
dan berkaitan satu dengan lainnya. Keseimbangan tiga komponen yang
6

diperlukan dalam keseimbangan pengelolaan pesisir terpadu dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Komponen yang diperlukan dalam keseimbangan
pengelolaan pesisir
Hal-hal yang terkait dengan lingkungan dan kegiatan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut yang perlu untuk dikelola dengan baik
diantaranya (1). Lingkungan biofisik; (2). Habitat dan infrastruktur penting;
(3). Aspek sosial ekonomi; (4). Aktivitas ekonomi, dan; (5). Bencana alam.
Dari komponen-komponen tersebut, maka ada tiga tujuan utama dari
pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, yaitu (1). Melindungi
integritas ekologi dari ekosistem pesisir; (2). Mencegah kelebihan
material-material yang sifatnya merusak dan mencegah hilangnya
sumberdaya akibat bencana ekstrim, dan; (3). Membantu dalam
menentukan kelayakan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan wilayah
dan sumberdaya pesisir dan laut bagi kepentingan manusia.
Dari ketiga tujuan tersebut dapat disimpulkan tujuan akhir dari
pelaksanaan pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk memadukan
aktivitas-aktivitas pembangunan dan upaya pengelolaan yang berbeda
oleh pihak-pihak yang berbeda (masyarakat, pemerintah, dunia usaha,
dan lain-lain) dalam rangka mencapai ketiga tujuan tersebut (ekologi,
mitigasi/pencegahan bencana, dan pemanfaatan).
Manfaat program PPT ini dapat diperoleh berbagai tingkat
pemerintahan mulai dari tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/Kota,
serta Desa, baik secara bersamaan atau terpisah. Pelaksanaan programprogram yang konsisten sesuai dengan tujuan nasional dan daerah, akan
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang ikut berperan
serta.
Besarnya manfaat pengelolaan terpadu tergantung pada pandangan,
persepsi, penilaian dan tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat itu
sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya peisisir. Beberapa manfaat
keikutsertaan masyarakat dalam program pengelolaan terpadu yang perlu
dipertimbangkan antara lain untuk (1). Keberlanjutan sumberdaya pesiisir;
(2). Menghindari pencemaran dan melindungi kesehatan masyarakat; (3).
Meningkatkan manfaat ekonomi; (4). Mengembangkan bio-teknologi
sumberdaya pesisir; (5). Mengembangkan sistem perekonomian yang

7

berbasis pada masyarakat, dan; (6). Mengembangkan kearifan lokal bagi
kelestarian ekosistem pesisir.
Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) memerlukan kerangka kerja yang
masing-masing memiliki peranan dan hierarki tertentu. Unsur-unsur utama
Pengelolaan Pesisir Terpadu terdiri dari 4 perencanaan, yaitu renecana
strategis, rencana zonasi (pemintakan), rencana pengelolaan, dan
rencana aksi. Kerangka kerja PPT disajikan pada Gambar 4, sebagai
piramida hierarki yang terdiri dari empat unsur utama.

Gambar 4. Kerangka kerja Pengelolaan Pesisir Terpadu
Pada Gambar 4, unsur yang berada di bawah merupakan landasan
bagi unsur di atasnya. Rencana Strategis PPT merupakan landasan teori
pengintegrasian pelaksanaan rencana pengelolaan dari masing-masing
sektor, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat. Perpaduan
unsur-unsur tersebut merupakan dasar yang komprehensif dan konsisten
untuk alokasi sumberdaya dan ruang pemanfaatan, serta pengendalian
sumberdaya pesisir yang dikelola oleh pemerintah daerah, dunia usaha,
dan masyarakat. Dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu, pada zona
yang telah ditetapkan prioritas peruntukannya, maka pembangunan
prasarana pendukung atau kegiatan-kegiatan lainnya harus mempunyai
konsistensi dan sinergi dengan kegiatan yang ada.
Pengelolaan Pesisir Terpadu merupakan langkah yang sangat efisien
secara ekonomis dalam mengelola wilayah pesisir. Pengelolaan Pesisir
Terpadu dipandang sebagai mekanisme institusional yang diperlukan
dalam mitigasi bencana wilayah pesisir, yang menyangkut semua
tekanan-tekanan pada wilayah pesisir, termasuk isu-isu jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Bencana wilayah pesisir
memerlukan pandangan strategis lebih luas untuk mengelola perubahan
pesisir dalam jangka panjang.

8

3. ANALISIS SITUASI
Analisis dilakukan pada hasil ringkasan masing-masing jurnal
internasional dan jurnal nasional. Ringkasan dari kedua jurnal pada
halaman sebelumnya membahas tentang upaya pengelolaan pesisir
secara terpadu demi mewujudkan pengelolaan kawasan pesisir yang
lestari dan berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses
iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir
secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari Integrated Coastal Zone
Management (ICZM) bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
(economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan
ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap
pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta
kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung
secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial
dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi (Rahmawaty,
2004).
Sesuai dengan tujuan dari ICZM, pada jurnal internasional membahas
tentang pentingnya manajemen pesisir secara terpadu. Peningkatan
penggunaan zona pesisir dan laut, peningkatan urbanisasi dan pertumbuhan
penduduk, dan kegiatan transportasi laut yang terjadi di Negara Slovenia
memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaan lingkungan pesisir dan
laut. Melemahnya ekosistem laut menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati, penurunan stabilitas ekosistem. Pentingnya manajemen pesisir zona
terpadu yaitu memperhitungkan dampak yang terjadi pada wilayah pantai dan
laut serta memberikan solusi perkembangan yang paling tepat. Penelitian
yang dilakukan, berorientasi pada pengumpulan data tingkat pencemaran laut
dan dampak dari polusi di lingkungan Laut Slovenia. Kelemahan dalam
proyek ini yaitu kurangnya koordinasi dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Para pihak yang terlibat (stakeholder) sangat berperan penting dalam
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu guna mempersiapkan
pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Pada jurnal nasional, membahas tentang bagaimana konsep dalam
melakukan mitigasi bencana berbasis pada pengelolaan pesisir secara
terpadu di Negara Indonesia. Didalamnya dibahas mengenai aspek yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pengelolaan pesisir secara seimbang
antar aspek. Pendekatan Pembangunan Pesisir Terpadu akan meningkatkan
kerjasama antar stakeholder di wilayah pesisir dalam pembangunan
sumberdayanya. Pengelolaan Pesisir Terpadu juga akan meminimalisasi
permasalahan yang muncul melalui pembangunan yang menyeimbangkan
antara kepentingan pemanfaatan di kawasan darat, pesisir, dan laut, kegiatan
konservasi, dan mitigasi bencana. Untuk melindungi dan menjaga
kelestariannya, maka upaya-upaya mitigasi harus ditinjau secara
komprehensif dalam kerangka Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Berdasarkan dari analisis kedua jurnal yang telah dibahas, secara garis
besar keduanya memiliki pembahasan yang sama yaitu bagaimana sistem
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu untuk mewujudkan pengelolaan
kawasan pesisir yang lestari dan berkelanjutan serta mensejahterakan
kehidupan manusia. Kunci keberhasilan dalam upaya Pengelolaan Pesisir
9

Terpadu adalah adanya keharmonisan antara manusia dengan
lingkungannya. Pada kedua jurnal juga memiliki pembahasan yang sama
mengenai para pihak yang terlibat (stakeholder) yang berperan penting dalam
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu guna mempersiapkan
pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan serta kegiatan konservasi
yang merupakan salah satu kegiatan manajemen wilayah pesisir. Masingmasing jurnal juga membahas mengenai aspek-aspek yang memiliki peran
penting dalam keberhasilan konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir secara
Terpadu (Integrated Coastal Zone Management).

10

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari analisis kedua jurnal yang telah
dibahas adalah pada setiap negara memiliki tujuan yang sama yaitu
mengelola kawasan pesisir secara terpadu untuk dapat dilakukan secara
berkelanjutan. Apabila pada jurnal internasional memiliki tiga aspek
penting dalam usaha perlindungan laut dan pesisir, diantaranya The
Water Directive, The Marine Strategy Framework Directive, and The
Mediterranean Action Plan for Sea Protection. Pada jurnal nasional
memiliki terdapat tiga komponen yang diperlukan dalam keseimbangan
pengelolaan pesisir diantaranya keseimbangan ekologis, keseimbangan
pemanfaatan, dan keseimbangan dalam pencegahan bencana (mitigasi).
Secara manajemen, konsep Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) pada
kedua jurnal memiliki pembahasan yang sama yaitu melibatkan semua
stakeholder dalam konsep pengelolaan secara terpadu.
4.2 Saran
Saran yang didapatkan dari hasil analisis kedua jurnal yang telah
dibahas adalah diperlukan keterlibatan kerjasama yang selaras antara
masyarakat, pemerintah dan para stakeholder yang terlibat. Apabila
semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat
dilakukan secara terpadu dan seimbang, maka tujuan dari konsep
Integrated Coastal Zone Management (ICZM) dapat tercapai. Dengan
demikian, pemeliharaan daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir dapat
terjaga dan pengelolaan wilayah pesisir dapat berlangsung secara lestari.

11

DAFTAR PUSTAKA
Bricelj, Mitja dan Irena, Rejec Brancelj. 2009. Integrated Coastal Zone
Management (Case Study On The Slovenian Mediterranean).
Jurnal NARSTVO NARAVE No.22, Hal: 47-62
Diposaptono, Subandono. 2003. Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir
dalam Kerangka Pengeloalaan Wilayah Pesisir Terpadu di
Indonesia. Jurnal Alami, Vol.8, No.2, Hal: 1-8
Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan Secara
Terpadu dan Berkelanjutan. Program Studi Manajemen Hutan,
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara

12