Makalah Seni Rupa Seni Rupa

Makalah Seni Rupa
Deskripsi Rumah Adat Nusantara
Rumah Joglo (jawa tengah)

Oleh

: Devi Fitria R

Kelas

: XII IPS 2

Absen

:9

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 REMBANG
2014

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di
dunia. Terdiri lebih dari 270 juta jiwa hidup di Indonesia. Dengan sumber
daya alamnya pun yang melimpah. Disamping itu, Indonesia terdiri atas
1.340 suku bangsa yang berbeda. Jumlah tersebut bessar kemungkinan
bisa bertambah mengingat wilayah indonesia yang luas dan ada beberapa
masyarakat yang hidup toleransi.
Diantara setiap kebudayaan di Indonesia, yang dianggap unik adalah
rumah adat masing-masing suku bangsa. Rumah merupakan sesuatu
yang

penting

karena


mencerminkan

papan disamping

dua

macam

kebutuhan lainnya yaitu sandang dan pangan. Karena rumah berfungsi
untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu
rumah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi
dipergunakan untuk mewadahi semua kegiatan dan kebutuhan yang ada
di dalam rumah tersebut. Namun tidak semua rumah adat di Indonesia
kita mengenalnya. Mungkin untuk rumah adat di Jawa, kita masih sering
melihatnya. Namun apakah kita mengetahui secara rinci tentang rumah
adat jawa, khususnya Jawa Tengah. Oleh karena tu saya mengajak agar
kita bisa mengenal rumah adat Jawa Tengah lebih lanjut.

1.2


Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui deskripsi rumah adat joglo di Jawa Tengah
2. Menambah informasi tentang rumah adat joglo di Jawa Tengah

3. Mengetahui jenis dari rumah adat joglo di Jawa Tengah
4. Untuk memenuhi tugas seni rupa
BAB II
PEMBAHASAN

Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan
sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat
dijabarkan secara keilmuan.
Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami
perubahan bentuk. Secara garis besar tempat tinggal orang jawa dapat
dibedakan menjadi:
1.

Rumah Bentuk Joglo


2.

Rumah Bentuk Limasan

3.

Rumah bentuk Kampung

4.

Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub

5.

Rumah bentuk panggang Pe
Dibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo

yang dikenal masyarakat pada umumnya. Rumah Joglo ini kebanyakan hanya
dimiliki oleh mereka yang mampu. Hal ini disebabkan rumah bentuk joglo
membutuhkan bahan bangunan yang lebih banyak dan mahal daripada rumah

bentuk yang lain. Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa
rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo
hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran,
serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini
rumah joglo digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk
berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Banyak
kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat

rumah bentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih
banyak, juga membutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah
tersebut mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki.
Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut
berpengaruh, terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua
kepada anaknya. Jika keturunan seseorang yang memiliki rumah bentuk joglo
mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harus memperbaiki serta harus
mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biaya secukupnya. Ini
akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatu
kepercayaan,

bahwa


pengubahan

bentuk

joglo

pada

bentuk

yang

lain

merupakan pantangan sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas
kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi melarat, mendatangkan musibah, dan
sebagainya.
Pada


dasarnya,

rumah

bentuk

joglo

berdenah

bujur

sangkar.

Pada mulanya bentuk ini mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut
saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar
tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar. Jadi awalnya
hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zaman sekarang.
Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagian
samping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah

juga mengalami perubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan
tadi ada yang hanya bersifat sekedar tambahan biasa, tetapi ada juga yang
bersifat perubahan konstruksi.
Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo
yang beraneka macam dengan namanya masing-masing. Adapaun, jenis-jenis
joglo yang ada, antara lain : joglo jompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo
ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan, joglo pengrawit, joglo

kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantah apitan,
joglo hageng, dan joglo mangkurat.
A. Joglo “Semar Tinandhu”
Joglo Semar Tinandu (semar diusung/semar dipikul) diilhami dari bentuk
tandu. Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan, dengan
ciri- ciri :
1. Denah berbentuk persegi panjang
2. Pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah

disekelilingnya. Diatas bebatur dipasang umpak yang sudah diberi purus
wedokan, umpak ini nantinya akan disambung dengan tiang saka.
3. Memakai 2 saka guru sebagai tiang utama yang menyangga atap


brunjung dan 8 saka pananggap yang berfungsi sebagai penyangga yang
berada diluar saka guru. Bagian bawah tiap saka diberi purus lanang
untuk disambung ke purus wedokan dan diperkuat dengan umpak
4. Terdapat 2 pengeret sebagai penyangga balok tandu
5. Memiliki tumpang 3 tingkat yang ditopang balok tandu
6. Atapnya memiliki 4 jenis empyak yaitu; empyak brunjung, empyak cocor

pada bagian atas dan empyak penanggap serta empyak penangkur
dibagian bawah.
7. Pada atap terdapat molo
8. Menggunakan usuk rigereh, usuk yang pada bagian atas bersandar pada

dudur sedangkan bagian bawah bertumpu pada balok pengeret dan
dipasang tegak lurus.
9. Biasanya digunakan untuk regol ( pintu masuk)

Karena tiang utama/saka guru pada joglo ini tergantikan oleh tembok
sambungan, maka ruang di bawah atap yang lebih tinggi mempunyai besaran
ruang sebatas di besaran uleng saja. Udara yang ada masih terpengaruh udara


luar, namun terasa lebih sejuk karena ada kemiringan atap yang memberikan
perbedaan udara antara ruang luar dengan ruang di dalam joglo.
Pada joglo semar tinandu ini udara bergerak secara lurus melalui celah diantara
dua tembok sambungan. Pergerakan udara terjadi secara leluasa, langsung pada
bagian tengah joglo ini, karena tidak terhalang oleh tembok, namun pada bagian
samping kanan dan kiri, udara tidak bisa mengalir ke sisi sebelahnya, karena
terhalang oleh tembok sambungan yang sampai ke puncak joglo. Udaara
kembali bergerak ke bawah melewati celah menuju ruang di sebelah tembok
sambungan, dan mengalir ke berbagai arah.
Joglo Lambang Sari

Joglo Lambangsari merupakan joglo dengan sistem konstruksi atap
menerus.

Bentuk

ini

paling


banyak

dipakai

pada

bangunan

tradisional

jawa. Bentuk joglo yang menggunakan lambangsari, dengan ciri- ciri :
1. Bentuk denah persegi panjang
2. Memakai pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari

tanah disekelilingnya. Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah
diberi purus wedokan.
3. Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk

ruang pamidangan yang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap
yang menyangga atap pananggap (tiang pengikut), masing-masing saka
ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus
4. Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar

dan pengeret dilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.
5. Menggunakan

tumpang

dengan

5

tingkat.

Balok

pertama

disebut

pananggap, balok ke dua disebut tumpang, balok ke tiga dan empat

disebut tumpangsari, dan balok terakhir merupakan tutup kepuh yang
berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.
6. Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada

2 (uleng ganda)
7. Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam

hias ular-ularan.
8. Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan :

brunjung dan cocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di
bagian bawah
9. Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan

dudur.
10. Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau

memusat ke molo. Joglo ini juga tidak memiliki emper
penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan
lingkungan sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang
bertingkat-tingkat, semakin ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang
semakin tinggi dirancang bukan tanpa maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap
tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam pergerakan manusia
menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu sendiri.
Saat manusia berada pada rumah joglo paling pinggir, sebagai perbatasan
antara ruang luar dengan ruang dalam, manusia masih merasakan hawa udara
dari luar, namun saat manusia bergerak semakin ke tengah, udara yang
dirasakan semakin sejuk, hal ini dikarenakan volume ruang di bawah atap,
semakin ke tengah semakin besar. Seperti teori yang ada pada fsika
bangunan, Efek volume sebenarnya memanfaatkan prinsip bahwa volume udara
yang lebih besar akan menjadi panas lebih lama apabila dibandingkan dengan
volume udara yang kecil.

Saat manusia kembali ingin keluar, udara yang terasa kembali mengalami
perubahan, dari udara sejuk menuju udara yang terasa diluar ruangan. Dapat
dilihat kalau penghawaan pada rumah joglo, memperhatikan penyesuaian tubuh
manusia pada cuaca disekitarnya.Sistem penghawaan pada joglo lambangsari
ini, seperti pada sistem penghawaan joglo pada umumnya, angin/udara bergerak
sejajar, di seluruh ruang terbuka, pada bagian ruang bagian tengah, yang
dibatasi tiang utama/saka guru, udara bergerak ke atas, namun kembali
bergerak ke bawah. Hal ini terjadi karena joglo lambangsari tidak memiliki
lubang ventilasi, karena memang di desain untuk atap menerus.

BAB III
SIMPULAN