BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Penentuan Sektor Unggulan Kabupaten/ Kota Di Kepulauan Nias

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional suatu bangsa. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia tahun 1945 dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan merupakan salah satu cermin pengamalan sila kelima Pancasila, sebagai upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia (Mujib, 2005). Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah. Oleh karna itu, pembangunan nasional harus mempunyai dampak positif terhadap pembangunan ekonomi daerah.

  Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah tertentu (Arsyad, 1999). Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

  1 penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Khusaini, 2006).

  Dalam konsep regional (Propinsi dan Kabupaten/Kota), Produk Domestik Bruto (PDB) dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada. Gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi berdasarkan lapangan usaha yang meliputi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya.

  Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki PDRB atas harga berlaku terbesar di Pulau Sumatera. PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Sumatera Utara merupakan kontribusi PDRB dari 33 kabupaten/kota, dimana sejak tahun 2008-2012 terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2008 nilai PDRB mencapai 213.931.696,8 juta rupiah dan terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 351.118.155,7 juta rupiah.

Tabel 1.1. PDRB ADHB menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, 2008 – 2012 (juta rupiah)

  Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Kab/Kota 2008 2009 2010 2011 2012

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Nias 872.549,43 997.036,29 1.140.430,67 1.299.647,40 1.439.729,96

Mandailing Natal 3.011.620,73 3.385.340,64 3.717.806,55 4.276.710,37 4.808.307,86

Tapanuli Selatan 2.558.434,15 2.761.514,37 3.145.180,63 3.573.330,15 4.006.028,82

Tapanuli Tengah 1.805.596,75 1.999.547,05 2.296.067,03 2.572.048,62 2.880.676,41

Tapanuli Utara 3.126.116,99 3.392.626,16 3.807.803,55 4.157.526,92 4.564.753,31

Toba Samosir 2.744.392,07 3.056.880,14 3.429.765,59 3.857.576,34 4.395.203,84

Labuhan Batu 6.077.301,55 6.658.794,89 7.610.590,69 8.550.335,46 9.526.336,66

Asahan 9.505.603,03 10.435.935,64 11.931.676,62 13.650.238,53 15.376.290,61

Simalungun 8.412.298,16 9.272.018,38 10.360.954,37 11.627.583,32 13.055.301,75

Dairi 3.116.742,54 3.392.997,00 3.777.740,16 4.226.282,45 4.731.422,87

Karo 5.058.679,17 5.646.544,39 6.676.016,38 7.634.393,19 8.512.706,36

Deli Serdang 30.116.831,18 34.172.480,34 39.804.281,26 45.125.832,84 50.667.524,80

Langkat 13.241.169,62 14.789.832,94 17.037.979,50 19.565.250,18 22.166.496,51

Nias Selatan 1.854.542,38 2.014.345,67 2.244.824,03 2.442.561,73 2.678.827,44

Humbang Hasundutan

  1.983.144,64 2.189.647,13 2.468.651,19 2.791.896,00 3.179.572,49

Pakpak Bharat 258.923,60 290.299,80 331.841,14 373.192,44 420.521,07

Samosir 1.392.382,27 1.519.319,31 1.669.603,01 1.835.396,67 2.019.688,86

Serdang Bedagai 7.472.748,72 8.490.357,48 9.697.604,00 10.905.563,00 12.313.152,60

Batu Bara 13.191.957,89 14.517.227,59 16.590.572,11 18.994.983,01 21.006.930,39

Paluta 1.271.658,20 1.424.469,11 1.725.247,45 1.957.898,57 2.189.621,54

Palas 1.214.722,27 1.349.416,26 1.597.823,93 1.850.140,31 2.067.665,36

Labuhan Batu Selatan 4.953.963,80 5.472.191,07 6.288.954,17 7.101.850,26 7.984.435,15 Labuhan Batu Utara

  5.625.529,11 6.284.978,78 7.161.088,39 8.094.361,06 9.032.125,56

Nias Utara 862.126,46 999.394,77 1.136.166,50 1.293.285,92 1.428.390,95

Nias Barat 444.400,70 507.060,61 589.400,42 673.152,96 747.014,87

Sibolga 1.235.092,86 1.361.122,72 1.543.776,70 1.698.286,54 1.884.805,67

Tanjung Balai 2.482.474,16 2.765.278,09 3.088.523,35 3.373.863,35 3.692.175,93

Pematang Siantar 3.464.686,68 3.746.215,84 4.163.377,36 4.531.591,47 4.897.693,23

Tebing Tinggi 1.823.672,20 2.032.995,63 2.302.735,31 2.608.913,92 2.964.042,20

Medan 65.277.871,26 72.630.208,14 83.315.016,03 93.610.757,40 105.400.442,18

Binjai 3.819.648,61 4.308.943,74 4.945.363,42 5.701.431,44 6.593.390,04

Padang Sidempuan 1.744.259,36 1.900.038,86 2.099.893,71 2.304.043,13 2.561.844,14

Gunung Sitoli 1.495.456,72 1.775.104,56 2.009.057,71 2.305.741,93 2.543.994,78

SUMATERA UTARA 213.931.696,8 236.353.615,8 275.056.507,3 314.372.437,5 351.118.155,7

  Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Apabila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah maka pemanfaatan sumber daya alam yang ada menjadi kurang optimal, hal ini dapat berakibat lambatnya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Guna meningkatkan pendapatan daerah pada dewasa ini masing-masingdaerah dituntut harus mampu berusaha sendiri untuk meningkatkanpendapatannya, maka penggalian potensi ekonomi daerah dan penggunaanpotensi yang tepat adalah jalan terbaik, karena tanpa memperhitungkan potensi yangdimiliki oleh masing-masing daerah maka pengembangan pembangunan danpendapatan daerah tidak akan mencapai hasil yang optimal atau sesuai denganyang diharapkan. Potensi ekonomi daerah merupakan kemampuan ekonomi yangada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber kehidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

  Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa- jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun- tahun sebelumnya. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolak ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi.

  Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di kepulauan Nias sebagai bagian penyumbang pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2008- 2012 mengalami fluktuatif yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu tahun

  2008-2012 pertumbuhan ekonomi kabupaten Nias dan kota Gunungsitoli selalu berada diatas pertumbuhan provinsi Sumatera Utara namun pada tahun 2012 pertumbuhannya turun ke level paling rendah dibandingkan lima tahun terakhir. Kabupaten Nias Selatan pertumbuhan ekonominya rendah dan selalu berada dibawah pertumbuhan provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat pada tahun 2012 pertumbuhannya menyentuh angka paling rendah sejak dimekarkan. Sehingga secara keseluruhan kondisi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di kepulauan Nias ini belum stabil dan perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah dalam merencanakan pembangunan daerah di masa mendatang.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Kepulauan Nias tahun 2008 – 2012 (persentase)

  

Kab/Kota 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

  Kab. Nias 6,69 6,62 6,75 6,81 6,24 Kab. Nias Selatan 4,77 4,08 4,12 4,46 5,78 Kota Gunungsitoli 7,40 7,45 6,73 6,46 6,28 Kab. Nias Utara 6,00 6,59 6,73 6,68 5,88 Kab. Nias Barat 5,46 5,72 6,30 6,76 4,93 Sumatera Utara 6,39 5,07 6,42 6,63 6,22

  Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

  Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi (Otonomi daerah) yang berarti adanya penyerahan/pelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sebagian kekuasaan dan kewenangan dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintah, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, telah membuka peluang kepada daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk melakukan pemekaran daerah.

  Namun demikian, walaupun otonomi daerah sudah dirasakan dan pemekaran wilayah sudah berjalan di kepulauan Nias, tidaklah serta merta kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat bisa langsung dirasakan tanpa usaha, kerja keras dan rencana yang matang dari pemerintah daerah dalam membangun daerah masing – masing. Hal ini dapat kita bandingkan dari pertumbuhan ekonomi kabupaten Nias sebagai kabupaten induk (kabupaten pertama) di kepulauan Nias yang sudah berjalan puluhan tahun, jauh sebelum bergulirnya otonomi daerah, namun sampai tahun 2012 pertumbuhannya fluktuatif di sekitar angka 6%, bahkan pada tahun 2012 menunjukkan angka penurunan yang sangat rendah sejak 5 (lima) tahun terakhir . Kondisi serupa juga dialami oleh kota Gunungsitoli dan kabupaten Nias Utara yang menunjukkan penurunan pada tahun 2011 -2012 serta kabupaten Nias Barat pada tahun 2012 menyentuh level paling rendah sejak pemekaran daerah tersebut, yaitu penurunannya sangat tajam mencapai 1,8%. Ini berarti bahwa pembangunan daerah kurang optimal dan belum menyentuh sektor-sektor potensial daerah. Selain itu kebijakan dan arah pembangunan dari tahun ke tahun kurang konsisten dalam mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang potensial sehingga posisi dan klasifikasi pertumbuhan setiap sektor ekonomi di kabupaten/kota sering berubah setiap tahunnya. Oleh sebab itu, pemerintah daerah diharapkan menerapkan pembangunan yang mengacu pada potensi ekonomi daerah (sektor unggulan) yang berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi untuk jangka pendek dan pengembangan sektor potensial untuk jangka menengah serta sektor tertinggal untuk jangka panjang sehingga berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi kabupaten/kota di kepulauan Nias .

Gambar 1.1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nias dengan Kabupaten/Kota lain di Kepulauan Nias, tahun 2008-2012

  Sektor unggulan adalah suatu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan. Manfaat mengetahui sektor unggulan yaitu untuk memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan perekonomian daerah. Sektor unggulan dipastikan memiliki

  2

  4

  6

  8 2008 2009

  2010 2011 2012 6,69

  6,62 6,75 6,81 6,24

  P ercen tas e 2008 2009 2010 2011 2012 Nias

  6,69 6,62 6,75 6,81 6,24 Nias Selatan 4,77 4,08 4,12 4,46 5,78 Gunungsitoli

  7,4 7,45 6,73 6,46 6,28 Nias Utara 6 6,59 6,73 6,68 5,88 Nias Barat

  5,46 5,72 6,3 6,76 4,93

Grafik Pertumbuhan Ekonomi potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah. Oleh sebab itu, keberadaan sektor-sektor unggulan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka membuat strategi kebijakan pembangunan yang tepat agar setiap sektor dapat berkontribusi dan mampu memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pembangunan yang didasarkan atas potensi suatu daerah berdampak terjadinya perbedaan sektor dalam pembentukan PDRB. Hal ini dapat kita bandingkan dari perolehan PDRB ADHK menurut lapangan usaha kabupaten/kota di kepulauan Nias tahun 2008 yang menggambarkan perbedaan nilai dalam setiap sektor.

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota di Kepulauan Nias Tahun 2008 (Juta Rupiah)

  

LAPANGAN NIAS GUNUNG NIAS NIAS

NIAS

USAHA SELATAN SITOLI UTARA BARAT

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

  

Pertanian 224.371,30 489.835,05 74.487,35 277.588,31 154.608,58

Pertambangan dan

Penggalian 16.795,84 15.663,97 2.645,50 16.606,71 8.640,01

Industri Pengolahan 5.461,77 16.966,43 20.281,56 3.940,80 3.608,04

  Listrik, Gas & Air

Bersih 575,70 2.333,44 3.487,28 603,21 277,55

Bangunan dan

Konstruksi 34.037,17 127.363,13 101.224,49 19.335,93 7.116,81

Perdagangan, Hotel

dan Restoran 29.328,15 277.012,21 352.446,19 55.706,78 15.886,45

Pengangkutan &

Komunikasi 13.623,53 67.729,93 107.969,56 11.803,05 6.378,43

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 16.149,51 42.330,09 35.036,41 16.270,38 9.180,87

Jasa-Jasa 108.469,80 97.315,40 59.267,07 28.969,92 20.411,56

TOTAL PDRB 448.812,77 1.136.549,64 756.845,40 430.825,10 226.108,28

  Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas bahwa setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain sehingga apabila pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing- masing daerah maka pemanfaatan sumber daya alam yang ada menjadi kurang optimal, oleh sebab itu maka penelitian tentang “Analisis Penentuan Sektor

  

Unggulan Kabupaten/Kota di Kepulauan Nias” merupakan hal yang sangat

  penting dalam upaya pengambilan strategi kebijakan terkait dengan arah dan pelaksanaan pembangunan di masing-masing daerah sehingga berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi kabupaten/kota di Kepulauan Nias pada masa mendatang.

1.2.Rumusan Masalah

  Mengacu dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian pada masing

  • – masing kabupaten/kota di Kepulauan Nias ? 2.

  Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian kabupaten/kota di Kepulauan Nias ?

  3. Sektor-sektor apakah yang merupakan sektor unggulan dalam perekonomian daerah pada masing-masing kabupaten/kota di Kepulauan Nias ?

1.3.Tujuan Penelitian

  Dari rumusan masalah diatas maka ditetapkan tujuan penelitian, yaitu : 1.

  Mengetahui tipologi (klasifikasi pertumbuhan sektor ekonomi) masing- masing kabupaten/kota di Kepulauan Nias.

  2. Menganalisis sektor basis dan non basis di masing-masing kabupaten/kota di Kepulauan Nias.

  3. Menentukan sektor unggulan perekonomian sebagai strategi kebijakan terkait dengan arah dan pelaksanaan pembangunan di masing-masing daerah dan merekomendasikan sektor yang berpotensi berkembang di masa yang akan datang pada masing-masing kabupaten/kota di Kepulauan Nias.

  1.4.Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.

  Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah saat ini, terutama dalam rangka perencanaan ekonomi makro khususnya kabupaten/kota di Kepulauan Nias.

  2. Sebagai sumber inspirasi dan bahan pertimbangan baik bagi Pemerintah maupun bagi Investor (masyarakat) kabupaten/kota di Kepulauan Nias, dalam membuat strategi perencanaan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang.

  3. Sebagai informasi, sumber inspirasi, referensi dalam memperjuangkan pemekaran Propinsi Kepulauan Nias.

  4. Merupakan sumbangan karya ilmiah untuk penulisan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

  5. Sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh penulis.