Sumber Sumber Pendapatan Pemerintah Pusa

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK
“Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah Ditinjau
dari APBN dan APBD”

MAKALAH
Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Publik
Kelas B yang dibina oleh Bapak Fadillah Amin Dr. MAP. Phd.

oleh:

Muhammad Dwi Maulidin

145030100111007

Hannani Rahmawati

145030100111010

Manajemen Keuangan Publik Kelas B

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Juni 2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pendapatan...................................................................................... 5
2.2 Pengertian Pemerintah...................................................................................... 5
2.3 Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah..................................6
2.4 Pengertian Pemerintah Pusat dan Daerah....................................................... 6
2.5 Pengertian APBN dan APBD beserta Fungsinya...........................................6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah...................................................... 11
3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat...........................................12
3.2.1 Hubungan Pendapatan Nasional, Penduduk dan Perkapita.............13

3.2.2 Manfaat Perhitungan Pendapatan Perkapita......................................14
3.2.3 Metode Pendekatan Pendapatan Nasional di Indonesia...................14
3.2.4 Pengertian Penerimaan Dalam Negeri...............................................16
3.2.5 Pengertian Hibah.................................................................................. 17
3.2.6 Contoh APBN Indonesia 2015............................................................ 17
3.3 Sumber-Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah........................................ 18
3.3.1 Pengertian Pendapatan Daerah............................................................ 18
3.3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah..................................................19
3.3.3 Contoh APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015.............................22
3.3.4 Usaha Pemerintah Ketika APBD Defisit...........................................23
3.4 Keterkaitan Hukum dan Politik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi............24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27

2

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang
Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk

membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan
meningkatkan sumber-sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor,
dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai
pembangunan dan kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa
pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam
negeri dan luar negeri.
Dalam melaksanakan pembangunan, negara memerlukan dana yang tidak
sedikit sebagai syarat mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Oleh karena itu,
negara membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang terdiri dari bumi, air,
kekayaan alam, pajak-pajak, bea, cukai, hasil perusahaan negara, penerimaan
negara bukan pajak, dan sumber-sumber lain.
Penerimaan negara yang paling potensial adalah dari peneriman pajak.

Dapat dikatakan setiap tahunnya penerimaan negara dari sektor pajak mengalami
kenaikan. Pada dasarnya penerimaan negara didapat dari masyarakat dan
semestinya digunakan lagi bagi kepentingan masyarakat pada umumnya. Pada
awalnya masyarakat awam hanya mengetahui penerimaan negara hanya pada
sektor pajak saja, dan dalam hal ini kita akan menjelaskan mengenai sumbersumber ataupun jenis-jenis penerimaan negara dari beberapa sektor.

3

1.2 Rumusan Masalah
1 Apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat dan daerah?
2 Apa saja prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah?
3 Apa saja macam-macam dari pendapatan pemerintah?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pendapatan pemerintah pusat dan
2
3

daerah.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari pendapatan pemerintah.

Untuk mengetahui macam-macam dari pendapatan pemerintah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4

2.1

Pengertian Pendapatan
Pendapatan menurut Theodurus M.Tuanakotta dalam buku “Teori

Akuntansi” menyatakan bahwa :
“Pendapatan (Revenue) dapat didefinisikan secara umum
sebagai hasil dari suatu perusahaan. Pendapatan adalah darah
kehidupan dari suatu perusahaan. Mengingat pentingnya sangat
sulit mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada
dirinya sendiri. Pada dasarnya pendapatan adalah kenaikan laba.
Seperti laba pendapatan adalah proses arus penciptaan barang
atau jasa oleh suatu perusahaan selama suatu kurun waktu
tertentu. Umumnya, pendapatan dinyatakan dalam satuan

moneter (uang)”. (2000;152).
2.2

Pengertian Pemerintah
C.F. Strong: Menjelaskan pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas

badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan
yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit,
beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan
badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif.
J. S. T. Simorangkir: Mengemukakan pemerintahan sebagai alat negara
yang menjalankan tugas dan fungsi dari pemerintah.
H. A. Brasz: Pemerintahan ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
lembaga umum disusun & di fungsikan dengan baik secara ekstern & intern
terhadap warga negaranya.

5

2.3


Pengertian Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah
Pendapatan pemerintah pusat atau nasional merupakan seluruh pendapatan

yang diterima oleh seluruh anggota masyarakat atau seluruh seluruh rumah tangga
keluarga (RKT) dalam suatu negara dalam kurun waktu tertentu, biasanya dalam
waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan sebagai produksi
nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh seluruh anggota
masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan daerah berasal
dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal
daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang
sah.
2.4

Pengertian Pemerintah Pusat dan Daerah
Pengertian pemerintah pusat adalah pemerintah yang berada di tingkat atas

sebagai perwakilan dari suatu negara, yaitu Presiden yang memegang kekuasaan
pemerintahan NKRI, sedangkan pengertian Pemerintahan Daerah berdasarkan UU

No.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah), menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia), sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Penyelenggara
Pemerintahan Daerah daerah: Gubernur, Bupati, Walikota, dan Perangkat Daerah
lainnya (Kepala Dinas, kepala Badan, dan Unit-unit kerja lainnya yang
dikendalikan oleh Sekretariat Daerah).
2.5

Pengertian APBN dan APBD Beserta Fungsinya
APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sesuai dengan kepanjangannya, APBN dapat diartikan sebagai suatu daftar yang
memuat perincian sumber-sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran

6

negara dalam waktu satu tahun. Pada zaman Orde Baru (Orba), APBN dirancang
dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1 April - 31 Maret tahun berikutnya,

misalnya mulai 1 April 1995 - 31 Maret 1996. Akan tetapi, sejak tahun 2000 (Era
Reformasi), APBN dirancang dan dilaksanakan untuk satu tahun mulai 1 Januari 31 Desember tahun yang sama.
APBN dirancang berdasarkan landasan hukum tertentu. Landasan hukum
tersebut adalah sebagai berikut.
1. UUD 1945 Pasal 23 (sesudah diamandemen) yang pada intinya berisi:
- APBN ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang.
- Rancangan APBN dibahas di DPR dengan memerhatikan pendapat Dewan
Perwakilan Daerah.
- Apabila DPR tidak menyetujui rancangan anggaran yang diusulkan pemerintah,
maka pemerintah memakai APBN tahun lalu.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja
Negara.
3. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN.
APBN disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan negara. Dengan adanya APBN, pemerintah sudah
mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa saja yang akan diterima sebagai
pendapatan dan pengeluaran, apa saja yang harus dilakukan selama satu tahun.
Dengan adanya APBN sebagai pedoman tersebut, diharapkan kesalahan,
pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. Dan apabila
APBN disusun dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan sesuai aturan, maka akan

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan
kemakmuran bangsa.

7

Fungsi APBN meliputi:
1. Fungsi Alokasi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mengalokasikan (membagikan)
pendapatan yang diterima sesuai dengan sasaran yang dituju. Misalnya, berapa
besar untuk belanja (gaji) pegawai, untuk belanja barang, dan berapa besar untuk
proyek.
2. Fungsi Distribusi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat mendistribusikan pendapatan yang
diterima secara adil dan merata. Fungsi distribusi dilakukan untuk memperbaiki
distribusi pendapatan di masyarakat sehingga masyarakat miskin dapat dibantu.
Caranya, antara lain dengan melakukan kebijakan subsidi seperti subsidi BBM.
3. Fungsi Stabilisasi
Dengan adanya APBN, pemerintah dapat menstabilkan keadaan perekonomian
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam keadaan inflasi
(harga barang dan jasa naik), pemerintah dapat menstabilkan perekonomian

dengan cara menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, jumlah uang yang
beredar dapat dikurangi sehingga harga-harga dapat kembali turun.
APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian sumbersumber
pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu satu
tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengartikan APBD sebagai
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(Perda).
Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pasal 25
yang berbunyi: Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang ...,
8

menyusun dan mengajukan Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD
untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 4 yang berbunyi: Penyelenggaraan urusan
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD.
APBD harus disusun Pemerintah Daerah setiap tahun, yang dimaksud dengan
Pemerintah Daerah adalah:
a) Gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah propinsi.
b) Walikota dan perangkatnya yang memerintah daerah kota (dulu disebut
Kotamadya).
c) Bupati dan perangkatnya yang memerintah daerah kabupaten.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara
Pengawasan, Penyusunan, dan Penghitungan APBD.
APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam
melaksanakan kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD,
pemerintah daerah sudah memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang
akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus
dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman,
kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah
untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan

9

Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi)
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan
untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.

BAB III
10

PEMBAHASAN

3.1

Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah
Program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah memerlukan banyak dana. Dan dalam rangka pencapaian
tujuan pembangunan nasional, untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi
pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat,
pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan sumber daya alam, pemerintah
berusaha menghimpun pendapatan dari berbagai sumber. Pembiayaan
pembangunan tersebut dapat dihimpun dari berbagai sumber-sumber pendapatan
atau penerimaan. Sumber-sumber penerimaan dan pengalokasiannya dapat dilihat
dari susunan APBN maupun APBD.
Setiap negara menginginkan untuk meningkatkan penerimaan atau
pendapatan nasional, karena dengan peningkatan pendapatan kemakmuran suatu
negara akan meningkat. Sejalan dengan itu, dalam kebijakan fiskal pemerintah
terus meningkatkan penerimaan negara baik penerimaan Negara berupa pajak dan
bukan pajak atau penerimaan migas dan nonmigas. Sementara itu, pemerintah
daerah juga berkeinginan untuk meningkatkan penerimaan atau pendapatan
derahnya guna menunjang pembangunan daerah.
Berikut ini diuraikan sumber-sumber pendapatan negara dan pendapatan
daerah.

3.2

Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah Pusat
11

Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam
pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan
negara, serta pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan nasional, pemerintah pusat berusaha menghimpun pendapatan dari
berbagai sumber. Adapun sumber-sumber penerimaan pemerintah pusat disajikan
pada skema berikut.

Dari skema penerimaan pemerintah pusat kita dapat melihat sumbersumber
penerimaan pemerintah pusat cukup banyak dan beragam. Sumber-sumber
penerimaan pemerintah pusat dikategorikan menjadi dua, yaitu penerimaan dalam
negeri dan hibah.

12

3.2.1

Hubungan Pendapatan Nasional, Jumlah Penduduk dan Pendapatan

Per Kapita
Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan
masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan
memengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan.
Selain itu, jumlah penduduk juga akan memengaruhi jumlah pendapatan per
kapita suatu negara.Tingginya pendapatan nasional suatu negara tidak menjamin
pendapatan per kapitanya juga tinggi. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk
akan menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita.

Hubungan pendapatan nasional, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita:
 Jika pendapatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah penduduknya
juga tinggi, maka pendapatan perkapitanya akan rendah.
 Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi, tetapi jumlah penduduknya
sedikit, maka pendapatan perkapitannya akan tinggi.
 Jika pendapatan nasional sebuah negara tinggi tetapi jumlah penduduknya
juga tinggi, maka pendapatan nasionalnya mungkin rendah
 Jika pendpatan nasional sebuah negara rendah, tetapi jumlah penduduk juga
rendah, maka pendapatan perkapitanya mungkin tinggi.
Jadi dari pernyataan diatas, tinggi rendahnya pendapatan perkapita sebuah
negara dipengaruhi oleh jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Dan
naik turunnya pendapatan nasional dan jumlah penduduk bisa mengakibatkan naik
turunnya pendapatan nasional. Oleh karena itu, jika suatu negara ingin
meningkatkan pendapatan per kapitanya, negara tersebut dapat melakukan dua
cara berikut: a. memperbesar jumlah pendapatan nasional; b. menahan laju
pertumbuhan penduduk.

3.2.2

Manfaat Perhitungan Pendapatan Per Kapita

13

a) dapat mengetahui tingkat perekonomian suatu negara, jika pendapatan per
kapita tinggi berarti perekonomian sudah maju, demikian pula sebaliknya;
b) dapat mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara; jika pendapatan per
kapita riil tinggi berarti kemakmuran suatu negara sudah tinggi demikian
pula sebaliknya;
c) dapat melihat perkembangan perekonomian dan kemakmuran suatu
negara, dengan cara membandingkan besarnya pendapatan per kapita dari
tahun ke tahun;
d) dapat membandingkan tingkat kemakmuran (standar hidup) antarnegara,
apakah tergolong kelompok rendah, menengah, atau tinggi;
e) dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan kebijakan ekonomi bagi
pemerintah;
f) sebagai bahan perencanaan pembangunan di masa mendatang;
g) dapat memberikan data-data mengenai kependudukan, seperti jumlah
penduduk, pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, dan penyebaran
penduduk dari tiap daerah.
3.2.3 Tiga Metode Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional yang
Diterapkan Di Indonesia
1) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Nilai
Produksi
Menurut metode ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh lapangan usaha pada suatu
negara selama satu tahun.
Cara menghitungnya adalah dengan mengalikan jumlah seluruh barang dan
jasa yang diproduksi dalam satu tahun dengan harga satuannya masing-masing.
Jadi, apabila dalam satu tahun ada seratus barang dan jasa, maka seratus
barang dan jasa tersebut harus dikalikan dengan harga satuannya masing-masing,
kemudian dijumlahkan. Y = {(P1 x Q1) + (P2 x Q2) + (P3 x Q3) + ... + (Pn x
Qn)} Yang perlu diingat dalam hal ini adalah jangan sampai melakukan
penghitungan berulang (multiple counting) terhadap suatu jenis barang dan jasa.

14

Oleh karena itu, yang harus dijumlahkan adalah nilai tambah (value added)
dari barang dan jasa, bukan nilai akhirnya.
2) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran
Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua
pengeluaran yang dilakukan oleh semua pelaku ekonomi (rumah tangga,
perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri) di suatu negara selama satu
tahun Y = C+I+G+(X-M)
Keterangan:
Y
C

= Pendapatan nasional
= Konsumsi oleh rumah tangga

I

= Investasi oleh perusahaan

G

= Pengeluaran pemerintah (konsumsi dan investasi)

X-M

= Ekspor neto (nilai ekspor - nilai impor)
Apabila kalian amati dengan teliti, dalam rumus ini investasi oleh

perusahaan tidak disatukan dengan investasi oleh pemerintah, sedangkan dalam
contoh dari BPS yang diberikan sebelumnya kedua investasi tersebut disatukan
dalam komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) dan
Perubahan Stok.
Akan tetapi, perbedaan tersebut bukanlah masalah karena pada akhirnya
total pendapatan nasional tetap sama.
3) Metode Penghitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan
Menurut metode ini, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari semua
pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi di suatu negara dalam satu
tahun.
Artinya, pendapatan nasional adalah penjumlahan dari upah atau gaji, sewa,
bunga, dan keuntungan yang diterima para pemilik faktor produksi.
Pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan dapat dirumuskan
sebagai berikut Y = W + r + i + P
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional

15

W = Wage (upah atau gaji) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi tenaga kerja
r = Rent (sewa) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi
tanah, gedung, dan harta tetap lainnya
i = Interest (bunga) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi modal
P = Profit (keuntungan) adalah pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi kewirausahaan
Dari ketiga metode penghitungan pendapatan nasional tersebut, Indonesia
menggunakan metode penghitungan menurut pendekatan nilai produksi dan
pendekatan pengeluaran.
3.2.4 Pengertian Penerimaan dalam Negeri
Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal
dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak.
a) Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal dari:


Pajak penghasilan migas dan nonmigas;



Pajak pertambahan nilai (PPN) barang dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM);



Pajak bumi dan bangunan (PBB);



Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).



Cukai;



Pajak lainnya.

b) Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari:

16



Bea masuk;



Pajak/pungutan ekspor.



Penerimaan negara bukan pajak adalah semua penerimaan yang diterima
negara dalam bentuk:

c) Penerimaan dari sumber daya alam: migas (minyak bumi dan gas alam) dan
nonmigas (pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan
sebagainya);
d) Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN);
e) Penerimaan negara bukan pajak lainnya.
3.2.5 Pengertian Hibah
Hibah adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan
swasta dalam negeri dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar negeri.
3.2.6 Contoh APBN Indonesia Tahun 2015

17

Anggaran Belanja Negara pada APBN tahun 2015 berjumlah Rp2.039,5 triliun
yang dialokasikan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp647,3 triliun
Subsidi : Rp414,7 triliun
Pembayaran bunga utang : Rp152,0 triliun
Transfer ke daerah : Rp638,0 triliun
Dana desa : Rp9,1 triliun
Belanja lainnya : Rp178,4 triliun

3.3 Sumber-sumber Pendapatan Pemerintah Daerah
Untuk membiayai pelaksanaan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah
harus memiliki pendapatan. Sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah juga
cukup beragam. Secara garis besar sumber penerimaan pemerintah daerah
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan.
3.3.1 Pengertian pendapatan daerah
Pendapatan daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana. Sedangkan belanja
daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara
adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminatif, khususnya pelayanan umum. Anggaran daerah merupakan rencana
keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia,
dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen
kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Di dalam APBD tercermin kebutuhan

18

masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah
(UU Keuangan Negara, 2002).
3.3.2 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Sumber sumber penerimaan Pemerintahan kota terdiri dari Pendapat Asli
Daerah (PAD) dan Pendapatan dari dana Perimbangan. Berikut adalah diagram
sumber penerimaan pemerintahan kota:

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan
daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah,
dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di
daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta
penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
a) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh daerah-daerah
swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:

19

Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah
sebagai pajak daerah.

Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.
Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan/atau peraturan hukum lainnya.

Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai
perigeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
b) Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagal pembayaran
pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau mhlik daerah untuk
kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung
maupun tidak Iangsung.
Dari pendapat tersebut di atas dapat diikhtisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah,
yakni:

Retribusi dipungut oleh daerah.
Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
Iangsung dapat ditunjuk.

Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau
mengenyam jasa yang disediakan daerah.
c) Bagian Laba BUMD
Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah penerimaan yang
berupa bagian laba bersih dari BUMD, yang terdiri dari laba bank pembangunan
daerah dan bagian laba BUMD lainnya.BUMD secara ideal merupakan salah satu
sumber penerimaan dari sebuah pemerintahandaerah. BUMD adalah sebuah
perwujudan dari peran pemerintah daerah dalam pembangunanekonomi daerah.
d) PAD lainnya yang sah yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan
20

dana darurat, dan lain-lain pendapatan.Pendapatan Asli Daerah lainnya yang
sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
 Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.
 Jasa giro.
 Pendapatan bunga.
 Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi,
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan
dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
B. Dana Perimbangan
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Perimbangan
adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”. Dana Perimbangan bertujuan
mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan
antar Pemerintah Daerah. Pendapatan dari dana perimbangan terdiri dari :
a)


b)
c)

Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTP)
Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib PajakPerseorangan/Pribadi
Bagian daerah dari Sumber Daya Alam
Pada pasal 11 ayat 2 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Dana Bagi Hasil

yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari:
1) Kehutanan
2) Pertambangan Umum
3) Perikanan
4) Pertambangan Minyak Bumi
5) Pertambangan Gas Bumi
6) Pertambangan Panas Bumi

21

d) Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana
formula dan perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana
Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan
penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian
tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang
kesehatan dan pendidikan.
e) Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:107) “Dana Alokasi
Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”.
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kegiatan khusus yang
dimaksud adalah:


Kegiatan dengan kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan rumus
alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan suatu daerah tidak sama dengan
kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di kawasan transmigrasi,
kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru, pembangunan jalan di
kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.



Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

3.3.3

Contoh APBD Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2015

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
RINGKASAN APBD
TAHUN ANGGARAN 2015
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
40.355.853.087.97
8
4.1. Pajak Daerah
36.079.102.000.00
1
0

22

4.1. Retribusi Daerah
2
4.1. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
3
Dipisahkan
4.1. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
4
DANA PERIMBANGAN
4.2. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
1
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
4.3. Pendapatan Hibah
1
4.3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
4
Jumlah Pendapatan
BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG
5.1.
1
5.1.
2
5.1.
4
5.1.
4
5.1.
5
5.1.
7

600.000.000.000
600.000.000.000
3.076.751.087.978
12.760.465.925.00
0
12.760.465.925.00
0
7.326.419.771.000

4.566.906.100.000
2.759.513.671.000
60.442.738.783.978

BELANJA BUNGA

24.760.911.186.36
8
19.311.408.500.00
0
46.070.052.873

BELANJA SUBSIDI

940.000.000.000

BELANJA HIBAH

1.681.897.939.896

BELANJA BANTUAN SOSIAL

2.312.852.969.000

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA TIDAK TERDUGA

401.179.003.960

BELANJA PEGAWAI

5.1.
8
BELANJA LANGSUNG

5.2. BELANJA PEGAWAI
1
5.2. BELANJA BARANG DAN JASA
2
5.2. BELANJA MODAL
3
JUMLAH BELANJA

67.502.720.639
38.889.193.813.63
2
1.786.029.166.755
16.659.139.837.04
1
20.444.024.809.83
6
63.650.105.000.00
0

23

SURPLUS/(DEFISIT)
PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6.1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
1
Sebelumnya
6.1. Penerimaan Pinjaman Daerah
4
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
6.2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
2
6.2. Pembayaran Pokok Utang
3
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN NETTO

(3.207.366.216.022
)

8.545.113.216.022
298.570.000.000
8.843.683.216.022
5.627.317.000.000
9.000.000.000
5.636.317.000.000
3.207.366.216.022

3.3.4 Usaha yang Harus Dilakukan Pemerintah Apabila APBD Defisit
Pertama, melakukan efisiensi dan pemotongan mata anggaran yang dinilai
tidak begitu penting pada semua pos belanja daerah termasuk dalam pemberian
alokasi belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
Kedua, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk kegiatan
ekonomi yang selama ini berlangsung tetapi tidak secara signifikan mengisi
pundi-pundi PAD
Ketiga, memperketat pengawasan atas pengelolaan keuangan daerah dengan
melibatkan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah : ”Sistem Informasi Keuangan
Daerah adalah suatu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta
mengolah data pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi
informasi yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah” (Pasal 1 ayat 15). Informasi Keuangan
Daerah mencakup : APBD dan realisasi APBD; neraca daerah; laporan arus kas;
catatan atas laporan keuangan daerah; Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan; laporan Keuangan Perusahaan Daerah; dan data yang berkaitan
dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal daerah (Pasal 4 ayat 1).
24

Keempat, tidak melakukan pinjaman kepada bank untuk menutupi defisit
anggaran.
Kelima, melakukan pembatasan jumlah defisit anggaran APBD.
3.4

Keterkaitan Sistem Hukum dan Sistem Politik Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Negara Indonesia
Pembangunan ekonomi dalam sebuah negara pada hakikatnya
membutuhkan tiga hal: predik-tibilitas, fairness, dan efisiensi. Dalam upaya
mencapai tiga hal tersebut di atas maka hukum diberdayakan sebagai sebuah
sarana yang akan mampu mendorong proses-proses dalam pembangunan
ekonomi. Peran hukum menjadi sangat penting ketika pembangunan memberikan
dampak baik dampak kesejahteraan ekonomi, dimana pada hal ini pertumbuhan
ekonomi menjadi barometer keberhasilan sebuah pembangunan ekonomi sebuah
negara, tetapi pada sisi lain keberhasilan pembangunan ekonomi yang dilihat dari
keberhasilan pencapaian pertumbuhan ekonomi secara sadar mupun tidak juga
berdampak sisi demokrastisasi. Demokrasi acapkali dianggap menjadi sebuah
ancaman atas kesuksesan sebuah pembangunan ekonomi.
Konsep pertumbuhan ekonomi pada dasar-nya mengacu pada konsep
pertumbuhan ekonomi yang diterapkan formulasinya oleh Max Weber. Formula
yang dikembangkan oleh Max Weber membutuhkan hukum sebagai salah satu
landasan pembangunan industrialisasi di Eropa. Menurutnya peranan hukum
dalam pembangunan setidaknya harus mampu menciptakan lima kondisi yaitu
Stability, Predictibality, Fairness, Education, dan The special development
abilities of the lawyers.
Diperlukannya predictibility (prediktibilitas) adalah ketika sebuah negara
dimana masyarakatnya berada dalam tahap memasuki tahapan pemba-ngunan
ekonomi dari masa masyarakat tradisional. Tahapan ini menunjukkan terjadinya
masa transisi masyarakat dari kondisi masyarakat tradisional menuju masyarakat
industri. Pada masa ini hukum juga berperan untuk menjadi penyeimbang dan

25

harus mampu mengakomodasi kepentingan para pihak yang berkompetisi dalam
bidang ekonomi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam
arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh
dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan pemerintah,
pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan sebagainya. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Belanja negara terbagi menjadi dua bagian yaitu pusat dan daerah Belanja
Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah

26

(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagibagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah
yang bersangkutan. Sumber-sumber Penerimaan Negara Penerimaan Dalam Negeri
meliputi pajak, terbagi menjadi pajak pusat dan daerah, retribusi, Keuntungan
BUMN/BUMD, Denda dan Sita, Pencetakan Uang, Pinjaman, Sumbangan, Hadiah,
Dan Hibah, serta Penyelenggaraan Undian Berhadiah . sedangkan penerimaan dari
luar negeri berupa pinjaman proyek dan pinjaman progam. Jenis penerimaan negara
terbagi menjadi tiga berdasarkan institusi yang menanganinya yaitu penerimaan
pemerintah pusat, penerimaan pemerintah daerah propinsi, penerimaan pemerintah
daerah kabupaten/kota.

Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ada enam fungsi
APBD yang wajib diterapkan dalam setiap penyusunan APBD yaitu Fungsi
Otorisasi, Fungsi Perencanaan, Fungsi Pengawasan, Fungsi Alokasi dan Fungsi
Distribusi
Terdapat 4 tahapan dalam proses pengelolaan keuangan yaitu :


Tahap Penyusunan



Tahap Pelaksanaan



Tahap Pengawasan



Tahap Pertanggungjawaban
DAFTAR PUSTAKA

A.R, R. Firman Agung, dkk. 2015. Evaluasi Peranan Kantor Pelayanan Pajak
(Kpp) Pratama Batu Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam Jurnal Perpajakan Vol. 1 No. 1 2015,
perpajakan.studentjournal.ub.ac.id. Program Studi Perpajakan, Jurusan
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Admin. 2014. Pengertian Pendapatan. Melalui
http://www.materiakuntansi.com/pengertian-pendapatan-revenue-dalamakuntansi/. Diakses pada tanggal 10 April 2016
Admin. 2015. Anggaran Pendapatam Negara Tahun 2015. Melalui
http://jakartagreater.com/anggaran-pendapatan-dan-belanja-negara-tahunanggaran-2015/. Diakses pada tanggal 10 April 2016

27

Bagijo, Himawan Estu. 2011. Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber
Pendapatan Daerah (Studi Kasus Di Kabupaten/Kota Dan Pemerintah
Propinsi Di Jawa Timur). Dalam Jurnal Perspektif Volume XVI No. 1 Tahun
2011 Edisi Januari.
Bobsusanto. 2015. Pengertian pemerintahan menurut para ahli. Melalui
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/9-pengertian-pemerintahanmenurut-para-ahli-lengkap.html. Diakses pada 10 April 2016
Ismawanto. 2012. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah. Melalui
http://www.ssbelajar.net/2012/03/sumber-penerimaan-danpengeluaran.html. Diakses pada tanggal 10 April 2016
Shodiqin, Ahmad. 2015. Sumber Pendapatan Pemerintah Pusat Dan Daerah.
Melalui http://www.ilmuekonomi.net/2015/11/sumber-penerimaanpemerintah-pusat-dan-pemerintah-daerah.html. Diakses pada tanggal 10
April 2016.
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Wati, Mega Widiyah. 2015. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Kota Dan
Belanja Daerah. Dalam Makalah Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.

28