Phytochemical Test, Toxicity and Antioxidant Activity Leaves Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) With DPPH Method

  

Phytochemical Test, Toxicity and Antioxidant Activity Leaves Kerehau (Callicarpa

longifolia Lam.) With DPPH Method

1 Erwin , Redda An Nisa, dan Daniel

  

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman

1 Jl. Barong Tongkok No. 4 Gn. Kelua Samarinda

Abstract. Phytochemical analysis, toxicity test by the brine shrimp lethality test (BSLT) against

Artemia salina L, and antioxidant activity evaluation of the extracts of Kerehau leaves (Callicarpa

longifolia Lam.) have been carried out. The ethanol extract obtained from Kerehau leaves was

concentrated by using a rotary vacuum evaporator. Furthermore, the crude extract was fractionated with

n-hexane and ethyl acetate solvent, successively. The phytochemical analysis of crude extract constitutes

alkaloids, phenolics, flavonoids and steroids. n-hexane fraction contains alkaloids, flavonoids and steroids

and ethyl acetate fraction contain alkaloids, phenolics and flavonoids. n-Hexane fraction exhibited highest

toxic activity with LC value 90.05 ppm against Artemia salina L and ethyl acetate fraction has the

50 highest antioxidant activity with IC 50 value 38.94 ppm compared with other extracts.

  Keyword: Phytochemical, toxicity, antioxidant, and Artemia salina L

Abstrak.Analisis fitokimia, uji toksisitas dengan udang Artemia salina, dan uji aktivitas antioksidan

terhadap ekstrak daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) telah dilakukan. Ekstrak total yang

diperoleh dari hasil maserasi daun Kerehau dengan metanol, dievaporasi dengan rotary evaporator. Ektrak

kasar kemudian difraksinasi dengan n-heksana dan pelarut etil asetat, secara berturut-turut. Berdasarkan

hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasarl mengandung alkaloid, fenolik, flavonoid dan

steroid. fraksi n-heksana mengandung alkaloid, flavonoid dan steroid. Sedangkan fraksi etil asetat

mengandung alkaloid, fenolik dan flavonoid. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa frakasi n-

heksandengan nilai LC 50 90,05 terhadap udang Artemia salina L dan fraksi etil asetat mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC 50 38,94 ppmdibandingkan dengan ekstrak yang lain.

  Kata Kunci: Fitokimia, toksisitas, antioksidan, dan Artemia salina L

  

  PENDAHULUAN

  longifolia Lam.), kertas saring Whatman no.

  evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar.

  ditimbang kemudian diekstraksi dengan caramaserasi yaitu merendam sampel dengan pelarut etanol pada suhu ruang. Filtrat yang diperoleh disaring dengan kertas saring whatman dan corong kaca. Kemudian pelarut diuapkan dengan rotary

  longifolia Lam.) yang telah dihaluskan

  Sampel daun kerehau (Callicarpa

  PROSEDUR PENELITIAN Ekstraksi dan Fraksinasi

  aquadest, air laut, DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl ) dan Vitamin C.

  3 pekat, KI, FeCl 3 , HCl, serbuk Mg,

  HNO

  2 O, HgCl 2 ,

  3 ) 3 .5H

  2 M, asam asetat glasial, Bi(NO

  4

  2 SO

  1, aluminium foil, etanol, etil asetat, kloroform, heksana, dietil eter, H

  Bahan-bahan yang digunakan adalah daun tumbuhan kerehau (Callicarpa

  Sekitar 150 tumbuhan berupa semak dan pohon termasuk dalam genus Callicarpa yang tersebar di America, Asia tenggara, Pulau pulau di Pasifik, dan Australia (Harden 1992) . Sekitar 11 spesies terdaftar sebagai tumbuhan endemik di Australia, beberapa diantaranya juga terdapat di Malaysia dan Indonesia (Rasikari, 2007).

  ukur, tiang statif, klem, corong pisah, tabung reaksi, pipet volume, pipet tetes, mikropipet ukuran 100-1000 µL, labu ukur, batang pengaduk, bohlam lampu, hot plate dan spektrofotometer UV-Vis.

  evaporator , beaker gelas, erlenmeyer, gelas

  Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi, neraca analitik, blender, rotary

  METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan

  akan dilaporkan hasil penelitian lanjutan tentang aktivitas antioksidan dari ekstrak daun Kerehau.

  Kerehau , oleh sebagai penelitian lanjutan

  (Novadiana et al, 2013) dan flavonoid dari fraksi etil asetat (Pasaribu, et al, 2014) daun

  bersama dengan kapur untuk mendapatkan efek stimulan (Rasikari, 2007). Hasil penelitian sebelumnya dilaporkan telah diisolasi steroid dari fraksi kloroform

  Callicarpa longifolia sebagai pengganti sirih

  Dayak Tunjung sebagai obat masuk angin dan bengkak pada bagian akar, sedangkan pada bagian daun digunakan sebagai bedak basah (Setyowati, 2010) di samping itu tanaman ini mempunyai bunga yang berwarna ungu sehingga juga biasanya ditanam sebagai tanaman hias dipekarangan rumah sekaligus sebagai tumbuhan obat (Susiarti et al , 2000). Pemanfaatan tumbuhan ini pada suku Aborigin sepertinya informasinya masih terbatas namun di north Qld (Australia), imigran Jepang mengunya

  longifolia Lam.). Kerehau (Callicarpa longifolia Lam.) dimanfaatkan oleh suku

  Salah satu spesies Callicarpayang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh salah satu suku asli Kalimantan yaitu suku Dayak Tunjung adalah kerehau (Callicarpa

  yang merupakan sumber senyawa alam dan obat-obatan tradisioanal (Harley, 2004). Ada sekita 20 jenis spesies yang telah digunakan secara etnobotani and etnomedikal. Pemanfaatan secara etnomenikal telah dilaporkan untuk mengobati hepatitis, rematik, demam, sakit kepala, pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa spesies Callicarpa telah dilaporkan berpotensi sebagai antikanker (Jones dan Kingnghorn, 2009).

  Calicarpa adalah salah satu genus tumbuhan

  Selanjutnya ekstrak kasar difraksinasi dengan n-heksan kemudian dilanjutkan fraksinasi dengan etil asetat. Ektrak kasar, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat yang diperoleh diuji fitokimia, toksisitas dengan menggunakan larva udang Artemia

  salina

  Dua plat mikro standar masing- masing disiapkan untuk plat uji dan plat kontrol. Ke dalam baris I dan II masing- masing tiga kolom, sampel dimasukkan 100 µL pada plat uji dan 100 µL larutan kontrol pada plat kontrol.Pada larutan baris II diencerkan dengan 100 µL air laut kemudian diaduk, kemudian dipipet kembali 100 µL dimasukkan ke dalam baris III, larutan baris

  bebas untuk pengujian.Larutan DPPH dibuat dengan cara menimbang DPPH dan dilarutkan dalam etanol tepat pada konsentrasi 0,024 mg/mL. Ekstrak sampel sebanyak 3 mg dilarutkan dalam DMSO sehingga didapat konsentrasi 100 ppm.

  picrylhidrazyl ) digunakan sebagai radikal

  C) dengan panjang gelombang antara 512-517 nm namun dicari gelombang optimumnya terlebih dahulu menggunakan larutan blanko dan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-

  o

  Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada suhu kamar (25

  Uji Aktivitas Antioksidan

  probit menggunakan SAS (Statistical Analysis System ).

  50 lalu ditentukan dengan uji

  Selanjutnya ke dalam larutan sampel pada plat uji dan larutan kontrol pada plat kontrol ditambahkan 100 µL air laut yang mengandung 8-15 larva udang, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu dihitung jumlah rata-rata larva udang yang mati dan yang hidup untuk setiap baris pada plat uji. Nilai LC

  III diencerkan kembali dengan 100 µL air laut sambil diaduk dan dimasukkan ke dalam baris dan dilakukan dengan cara yang sama sampai baris terakhir. Sehingga konsentrasi larutan untuk masing-masing baris sebagai berikut, baris I = 1000 ppm, baris II = 500 ppm, baris III = 250 ppm, baris IV = 125 ppm, baris V = 62,5 ppm, baris VI = 31,25 ppm, baris VII = 15,625 ppm, dan baris VIII = 7,8 ppm.

  Bibit udang (±1000 bibit) dimasukkan ke dalam 100 mL air laut yang sudah disaring dengan menggunakan aquarium kecil selama 48 jam diberi pencahayaan. Setelah itu benih udang siap untuk uji toksisitas.

  L(Brine Shrimp Lethality Test) dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas 2,2-

  ⁄ Larutan kontrol dibuat sama dengan prosedur di atas tanpa menggunakan sampel.

  Sampel masing-masing ekstrak ditimbang 1 mg, dilarutkan dalam 100 µL DMSO sambil diaduk, kemudian diencerkan dengan 150 µL air laut sehingga volume total menjadi 250 µL. Selanjutnya, sampel yang sudah diencerkan diambil 200 µL lalu diencerkan lagi dengan 600 µL aquades. Volume total menjadi 800 µL, sehingga konsentrasi menjadi:

  Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test)

  dan uji saponin dengan cara penambahan air panas kemudian dikocok kuat.

  3

  pita Mg dan HCl pekat, uji fenolik dengan penambahan larutan FeCl

  Lieberman-Burchard , uji flavonoid dengan

  Sampel masing-masing ekstrak ditimbang 10 mg dilarutkan dengan 20 mL etanol, kemudian dibagi dalam 6 tabung reaksi. Uji alkaloid dilakukan dengan pereaksi Dragendroff , uji steroid/triterpenoid dengan pereaksi

  Uji Fitokimia

  diphenyl -1-picrylhidrazyl (DPPH) dengan menggunakan spektrofotometer.

  Untuk masing-masing ekstrak ditimbang 20 mg, kemudian dilarutkan dengan etanol sampai volumenya 40 mL. Dengan demikian konsentrasi larutan ekstrak sampel (ekstrak kasar etanol dan masing-masing fraksi) adalah 500 ppm. Ekstrak kasar dan fraksi n-heksana dengan konsentrasi 500 ppm diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi 12,5; 25; 50; 75 dan 100 ppm dengan menggunakan mikro pipet dan masing-masing konsentrasi dibuat 3 kali pengulangan. Sedangkan pada fraksi etil asetat dibuat seri konsentrasi dalam 3; 5; 12,5; 25; 50; 75 dan 100 ppm.

  Untuk pembanding (vitamin C baku) ditimbang sebanyak 1 mg dan dilarutkan dengan etanol sampai volumenya 1000 mL menggunakan labu ukur coklat, sehingga didapat larutan induk vitamin C dengan konsentrasi 1000ppm, kemudian diambil 1 mL larutan induk vitamin C dan dilarutkan dengan etanol sampai volumenya 10 mL menggunakan labu ukur coklat, sehingga didapat konsentrasi vitamin C 100 ppm. Setelah itu, dari konsentrasi vitamin C 100 ppm dibuat seri konsentrasi larutan vitamin C dengankonsentrasi berturut-turut3; 5; 12,5; 25; 50 75 dan 100 ppm dengan menggunakan mikro pipet dan masing- masing konsentrasi dibuat 3 kali pengulangan.Selanjutnya masing-masing konsentrasi ekstrak dan vitamin C dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan DPPH 0,024 mg/mL, dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap. Selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang optimum.

  Aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan persentase daya hambat radikal bebas. Analisa kuantitatif terhadap aktivitas penghambatan radikal/DPPH dilakukan dengan menggunakan rumus :

  %AA = 100 – {[(A B – A A )] x 100 / A KN }

  Keterangan : %AA = Persentase aktivitas antioksidan

  A A = Absorbansi blanko (berisi 1 mL ekstrak dalam etanol + 1 mL etanol) A B = Absorbansi sampel (berisi 1 mL ekstrak dalam etanol + 1 mL DPPH) A

  KN

  = Absorbansi kontrol negatif (berisi 1 mL etanol + 1 mL DPPH) (Karamac et al., 2002)

  Pengujian ini bertujuan untuk mengindikasi adanya aktivitas antioksidan yang ditunjukkan melalui dekolorisasi warna radikal DPPH dari ungu menjadi kuning sampai bening dan terjadi penurunan nilai absorbansi ekstrak terhadap kontrol, yang ditunjukkan pada monitor pada spektrofotometer. Jika terdapat indikasi tersebut dapat dinyatakan bahwa telah terjadi penghambatan ekstrak terhadap radikal DPPH, yang artinya ekstrak memiliki potensi antioksidan karena telah mampu menghambat kerja radikal bebas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Ekstraksi dan Fraksinasi

  Sampel daunKerehau (Callicarpa

  longifolia Lam.) dimaserasi denganetanol

  secara berulang sampai larutan ekstrak tidak berwarna lagi. Kemudian maserat disaring dan filtratnya dipekatkan menggunakan

  rotary evaporator. Selanjutnya difraksinasi

  dengan pelarut n-heksana dan etil asetat secara berturut-turut. Adapun berat dari ekstrak total, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat yang diperoleh masing-masing adalah 18,79 gram, 5,30 gram dan 4,47 gram, seperti yang tercantum dalam table 1 berikut. Tabel 1 Berat dari ekstrak kasar dan masing- merupakan angka yang menunjukkan masing fraksi konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan kematian sebesar 50% dari

  No. Jenis Ekstrak Berat (gram) jumlah hewan uji.

  1. Ekstrak kasar 18,79 Berdasarkan perhitungan dengan etanol analisis probit SAS (Statistic Analysis

  2. Ekstrak fraksi 5,30

  System ) terhadap ekstrak total, fraksi n- n- heksana

  heksana dan fraksi etil asetat pada daun

  3. Ekstrak fraksi 4,47 tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia etil asetat

  Lam.) diperoleh LC

  50 (Lethal Concentration

  50%) yang diperlihatkan pada tabel 3

  Uji Fitokimia berikut.

  Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan terhadap ekstrak total, fraksi Tabel 3 Nilai LC uji mortalitas larva udang

  50 n -heksana dan fraksi etil asetat dari

  ekstrak kasar etanol dan masing- tumbuhan kerehau (Callicarpa longifolia masing fraksi

  Lam.) diketahui jenis senyawa metabolit

  No. Jenis Ekstrak LC (ppm)

  50

  sekunder yang dapat dilihat pada tabel 2

  1. Ekstrak kasar 447,90 berikut. 2. fraksi n-heksana 90,04

  Tabel 2 Hasil uji fitokimia dari ekstrak kasar 3. fraksi etil asetat 275,00 dan masing-masing fraksi daun

  Menurut Meyer (1982), nilai tersebut tumbuhan kerehau menunjukkan ekstrak termasuk dalam tingkat toksik yang berkisar pada 31 ppm ≤

  Jenis Ekstrak

  LC

  50 Jenis Ekstrak Fraksi Fraksi ≤ 1000 ppm.Berdasarkan hasil Senyawa Total n-Heksana Etil

  perhitungan diperoleh bahwa ekstrak kasar

  Asetat

  mempunyai potensi toksisitas yang paling

  • Alkaloid

  rendah dibandingkan dengan fraksi n-

  Fenolik + - +

  heksana dan fraksi etil asetat. Hal tersebut

  • Flavonoid

  berkaitan dengan senyawa metabolit

  • Saponin

  sekunder yang terkandung dari masing-

  • Steroid +

  masing ekstrak, dimana pada kadar tertentu

  • Triterpenoid - -

  memiliki tingkat toksik yang lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan kematian yang Keterangan : lebih besar pada larva udang.

  • :Mengandung senyawa metabolit sekunder

  ˗ : Tidak mengandung senyawa metabolit Uji Aktivitas Antioksidan sekunder Adapun data uji yang dihasilkan dari uji aktivitas antioksidan dengan metode

  Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality

  peredaman radikal DPPH untuk masing-

  Test)

  masing ekstrak dan vitamin C dapat dilihat Sebagai skrining awal senyawa pada tabel berikut ini 4. toksik dilakukan uji toksisitas dengan menggunakan larva udang (Artemia salina

  Tabel 4 Persen peredaman radikal DPPH L.). Hasil uji toksisitas ini dapat diketahui

  (%AA) dari ekstrak total, fraksi n- dari jumlah kematian larva udang yang heksan, fraksi etil asetat, dan dinyatakan dalam LC . Nilai LC

  50

  50

  56 vitamin C pada berbagai konsentrasi Berdasarkan hasil data di atas, maka dapat dilihat grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing ekstrak terhadap peredaman radikal DPPH (%AA) pada gambar 1 berikut.

  Gambar 1. Kurva hubungan antara %AA Vs masing masing ekstrak dan vitamin C sebagai pembanding

  Adapun besarnya nilai IC pada

  50

  ekstrak total, fraksin-heksana, fraksi etil asetat dan vitamin C sebagai pembanding dapat diketahui dari persamaan regresi linier sederhana pada grafik di atas. Nilai IC

  50

  untuk ekstrak total diperoleh 61,38 ppm, fraksi n-heksana diperoleh 87,18 ppm, pada fraksi etil asetat diperoleh 38,94 ppm sedangkan pada vitamin C diperoleh 12,30 ppm. Parameter yang digunakan untuk uji penangkapan radikal DPPH adalah nilai

  IC

  50 . IC 50 didefinisikan sebagai besarnya

  konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebesar 50%. Nilai IC

  50 diperoleh dari suatu persamaan

  regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji dengan persen penangkapan radikal. Nilai IC

  50 yang

  semakin kecil menunjukkan aktivitas

  57 antioksidan pada bahan yang diuji semakin besar.Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC

  50

  38,94 ppm sehingga aktivitas antioksidan yang dimiliki fraksi etil asetat dapat dikategorikan sangat kuat, dikarenakan nilai

  baik digunakan sebagai antioksidan adalah

  50 sebesar 90,05 dan fraksi yang paling

  Berdasarkan hasil uji fitokimia terdapat beberapa jenis metabolit sekunder pada ekstrak kasar etanol yaitu, alkaloid, fenolik, flavonoid dan steroid, sedangkan pada fraksi n-heksana terdapat alkaloid, flavonoid dan steroid dan pada fraksi etil asetat terdapat alkaloid, fenolik dan flavonoid. Berdasarkan hasil uji BSLT, fraksi yang memiliki sifat toksik paling tinggi adalah fraksi n-heksan dengan nilai LC

  KESIMPULAN

  Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Senyawa ini mempunyai aktivitas sebagai penangkap radikal bebas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas seperti penyakit kanker. Flavonoid merupakan senyawa alami yang tergolong dalam sebagai senyawa aromatis merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Senyawa flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan dan merupakan donor hidrogen, seperti halnya dengan fenolik, radikal bebas yang terbentuk akibat dari donor hidrogen mempunyai energi yang rendah sebagai akibat dari terjadinya delokalisasi elektron dalam cincin benzen sebelum menjadi senyawa yang stabil.

  Untuk ekstrak totaljuga mengandung senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid dan steroid, namun tidak sekuat pada fraksi etil asetat dikarenakan belum terkonsentrasi, masih bercampur antara senyawa yang polar dan non polar.Sedangkan pada fraksi n- heksana mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan steroid. Aktivitas antioksidannyatidaksekuat bila dibandingkan dengan ekstrak kasar etanol dan fraksi etil asetat, diduga karena tingginya kandungan steroid sehingga tidak dapat bersinergis dengan baik sebagai antioksidan. DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan melalui pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk mendapatkan pasangan elektron. Senyawa yang bereaksi sebagai penangkap radikal akan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkap radikal bebas yang akan membentuk DPPH-H tereduksi.

  50 ppm.Fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan paling kuat jika dibandingkan dengan ekstrak yang lain, hal ini dikarenakan terdapat kandungan senyawa golongan alkaloid, fenolik dan flavonoid yang dimiliki fraksi etil asetat yang sudah diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Dugaan ini diperkuat di mana sebelumnya telah diisolasi flavonoid dari fraksi etil asetat daun Kerehau (Pasaribuet al , 2014).

  50 yang dimiliki kurang dari

  IC

  50 yang diperoleh sebesar

  kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC

  pada ekstrak kasar dan 87,18 ppm pada fraksi n-heksana. Sedangkan pada fraksi etil asetat nilai IC

  50 sebesar 61,38 ppm

  diperoleh berada dalam rentang 50-100 ppm, yaitu diperoleh nilai IC

  50 yang

  Berdasarkan klasifikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak kasardan fraksi n-heksana memiliki potensi sebagai antioksidan kuat, karena nilai IC

  lemah apabila nilai IC 50 lebih dari 151ppm.

  50 antara 101-150 ppm dan

  antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC

  50

  58

DAFTAR PUSTAKA

  Callicarpa , Curr Bioact Compd ,4(1): 15

  Biologically Active Natural Products Of The Genus

  Bogor, Bogor, 214-219. Jones, P.W and Kinhorn, A.D. 2009,

  Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional , Kebun Raya

  2000, Keanekaragaman Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias di Kutai, Kalimantan Timur, Prosiding

  Kesehatan, 20, 104-112 Susiati, S., Hoesen, D.S.H, dan Hidayat, A.

  Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur.Media Litbang

  Southern Cross University ePublications@SCU, Australia, page 31. Setyowati, F. M. 2010. Etnofarmakologi dan

  arthropod bioactivity of Australian Lamiaceae , Theses,

  , Vol (2), 81-84. Rasikari, H, 2007, Phytochemistry and

  Jurnal Kimia Mulawarman

  Pasaribu, S.P., Erwin and Istianti, P. 2014, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun Kerehau,

  • –32

  longifolia Lamk.), Prosiding Seminar Nasional Kimia Kalimantan Timur , hal. 134

  Novadiana, A., Erwin, dan Pasaribu, S.P, 2013, Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Ekstrak dan Isolat Fraksi Kloroform dari daun Karehau (Callicarpa

  Plant Research . 45 : 31-34

  Meyer, B.N., Ferrigny, N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L.B., Nicols, D.E. and McLaughlin, J.L. 1982. Brine Shrimp, A Covenient General Bioassay for Active Plant Contituent. Journal of Medical

  Food Sci . 23, 64-68.

  Antioxidant and Antiradical Activity Of Ferulate, Czech J.

  York: Springer, page 478. Karamac, M, Bucinski, A., Pegg, R.B., and Amarowicz, R. 2002.

  Plants, Dicotyledons: Lamiales, except Acanthaceae, including Avicenniaceae,The Families and Genera of Vascular Plants . New

  Harley, RM.; Atkins, S.; Budantsev, AL.; Cantino, P.D.; Conn, BJ.; Grayer, R.; Harley, MM.; de Kok, R.; Krestovskaja, T.; Morales, R.; Paton, AJ.; Ryding, O.; Upson, T. Labiatae. In: Kadereit, JW.,editor. 2004, Flowering

  3. Kensington,Australia: New South Wales University Press.

  Harden GJ, editor. 1992. Flora of New South Wales . Vol.

  50 sebesar 38,94 ppm.

  fraksi etil asetat dengan IC

  • – 140.