Sosiologi Agama UTS Laporan Penelitian 'Peran Kode Etik Bagi Mahasiswa'

  

LAPORAN PENELITIAN SOSIOLOGI AGAMA

“PERAN KODE ETIK BAGI MAHASISWA”

Dosen Pembimbing:

Tantan Hermansyah

  

Disusun Oleh:

Vanny Rosa Marini

1113051000025

Jakarta, 2013

  

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

  

Kata Pengantar

  Segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmatNya segala bentuk kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusanNya Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

  Laporan penelitian “Peran Kode Etik Bagi Mahasiswa” yang dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sosiologi Agama ini saya persembahkan kepada masyarakat baik di kalangan universitas atau kalangan umum yang ingin mengetahui bagaimana seharusnya perilaku seorang mahasiswa dan kode etik yang mengaturnya.

  Disini saya insya Allah akan memaparkan hasil penelitian saya terhadap sejumlah mahasiswa dan mahasiswi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta terhadap Kode Etik Mahasiswa ynag diberlakukan, bagaiman sikap, pandangan dan pengetahuan mereka tentang Kode Etik Mahasiswa tersebut.

  Ya Allah Ya Rahmaan, Engkaulah yang akan mengadili perkara-perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaMu. Tunjukkanlah saya jalan kebenaran dengan izinMu untuk menyelesaikan makalah ini. Ridhoilah usaha hamba sebagai hal yang bermanfaat bagi ummat.

  Jakarta Timur, 26 Dhulhijjah 1434 H / 31 Oktober 2013

  Vanny Rosa Marini

  Daftar Isi

  

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang OPAK singkatan dari Orientasi Pengenalan Akademik dimana kami semua para

  mahasiswa baru dibimbing oleh para senior untuk mengenal kampus atau sekedar berlelah- lelah menyayikan yel-yel sepanjang waktu. Disana saya melihat para kelakuan dari senior, bagaimana cara mereka berinteraksi satu sama lain, bagaimana cara mereka berpakaian sebagi seorang muslim dan muslimah, bagaimana cara mereka menghidupkan suasana membuat saya sedikit ‘kaget’ dan berkata dalam hati, “Kok gini, sih?”

  Nuansanya jauh dari apa yang saya harapkan, saya yang merindukan dimana ada pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuannya. Sampai akhirnya saya sadar, ini ‘hanya’ Universitas yang berlabelkan Islam, bukan Pondok Pesantren. Saya tidak menyesal, yang saya sesalkan adalah kelakuan para senior yang kala itu menjadi panitia pengurus OPAK yang akan memberikan contoh kurang baik kepada para mahasiswa baru.

  Pada hari ketiga OPAK, kami para mahasiswa baru diberi sebuah tas, yang berisi buku- buku pengenalan akademik dan satu buku kecil yang menarik perhatian saya saat itu adalah Buku Panduan Kode Etik Mahasiswa. Saat itu juga saya membaca tuntas isinya kemudian melihat ke sekeliling saya, sangat jauh dari Aturan Kode Etik Mahasiswa tadi.

  Saya berpikir, siapa yang salah? Mahasiswa kah? Apakah mereka tidak membaca Buku Panduan Kode Etik Mahasiswa yang seperti saya baca? Dosenkah? Apakah mereka tidak memperdulikan para mahasiswa karena menganggap mereka telah dewasa sehingga mampu membedakan mana yang baik dan buruk-yang nyatanya belum bisa-? Pikiran ini selalu menggelitik saya, membuat saya penasaran dan gemas sendiri.

  Jika kita sebagai mahasiswa saja belum bisa mematuhi kode-kode etik yang telah dibebankan oleh Universitas kepada kita, apakah ada yang menjamin kita akan memenuhi syaria-syariat Islam?

  Dari sinilah saya ingin meneliti, sejauh manakah kode etik ini diingat mahasiswa dalam bertindak-tanduk, berpenampilan dan menjalankan perannya sebagai mahasiswa. Dalam makalah ini saya akan memaparkan laporan saya dalam melakukan penelitian terhadap beberapa mahasiswa dan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang kepahaman mereka terhadap Kode Etik Mahasiswa di Universitas mereka sendiri, sebagai bentuk terhadap segala tanda tanya yang selama ini hadir dalam pikrian saya

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah para mahasiswa mengetahui bahwa UIN memiliki Kode Etik Mahasiswa?

  2. Apakah para mahasiswa mengetahui fungsi dari Kode Etik Mahasiswa tersebut?

  3. Apakah para mahasiswa telah melaksanakan pertauran-peraturan yang telah ditentukan oleh Kode Etik Mahasiswa?

  4. Jika para mahasiswa melanggar Kode Etik Mahasiswa, apakah mereka bersedia dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang telah diatur?

  5. Apakah para mahasiswa yang melanggar Kode Etik Mahasiswa telah dijatuhi hukuman dengan sebagaimana mestinya?

  6. Apakah para dosen telah membantu terlaksananya Kode Etik Mahasiswa?

  7. Perlukah Kode Etik Mahasiswa ada di dalam kampus UIN?

C. Tempat dan Waktu Penelitian

  Saya melakukan penelitian menggunakan kuesioner pada random mahasiswa di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada hari Kamis tanggal 31 Oktober 2013 antara jam 12.00 sampai 13.00, dan melakukan wawancara pada satu narasumber jam 13.00 sampai 15.00 dan telah mengamati secara langsung pada hari-hari sebelumnya.

BAB II METODOLOGI Disini saya menggunakan metode penelitian Kuantitatif karena selain saya mengamati

  secara langsung fenomena yang terjadi di lapangan, saya menggunakan kuesioner untuk memperkuat fakta-fakta yang saya temukan, juga mewawancarai salah seorang mahasiswi.

  Semenjak peristiwa OPAK saya hampir setiap hari mengamati keadaan, lingkungan, pergaulan para mahasiswa mahasiswi UIN, karena saya penasaran apakah Kode Etik Mahasiswa tersebut telah dilaksanakan sebagai mestinya atau tidak. Kemudian saya menyebar kuesioner untuk mengetahui pendapat mereka lalu mewawancarai secara ekslusif seorang mahasiswi demi mengorek informasi yang jarang diketahui masyarakat umum.

  Metode seperti ini saya anggap ampuh untuk memperoleh data yang akurat dan nyata karena penelitian tentang Kode Etik Mahasiswa haruslah melibatkan mahasiswa secara langsung.

BAB III TEMUAN

  90% mahasiswa tahu bahwa kampus UIN mempunyai Kode Etik Mahasiswa dan lebih dari setengahnya mengetahui fungsi dari diberlakukannya Kode Etik Mahasiswa tersebut. Dari sini saya bisa menyimpulkan, pengetahuan mereka tentang Kode Etik Mahasiswa tersebut masih sekedar tentang keeksistensiannya saja, karena di beberapa sudut dinding di gedung-gedung fakultas menampilkan satu-atau dua saja dari ratusan aturan yang ada di Buku Panduan Kode Etik Mahasiswa.

  Namun, jika ditinjau dari segi fungsinya, mungkin para mahasiswa tersebut masih belum paham mengapa mereka diberi Buku Panduan Kode Etik Mahasiswa, mengapa ditiap-tiap sudut gedung fakultas dipasangi banner bahaya merokok. Saya harap buku panduan bukan sekedar menjadi tumpukan yang tak pernah dijamah, dan banner-banner di gedung-gedung fakultas bukan hanya sebagai hiasan yang tak pernah dilihat.

  Sebenarnya 75% mahasiswa telah melaksanakan sebagian atau semua pasal-pasal yang mengatur tentang kehidupan mahasiswa selama di kampus, nah jika kita telusuri yang 25% ini

  

ngapain aja? Ada yang merasa ia sudah dewasa hingga tak perlu diatur-atur seperti jaman

  sekolahan atau pesantren. Ada yang mengetahui dan paham akan kandungan Kode Etik Mahasiswa namun melanggarnya supaya terlihat keren dengan alasan mencari jati diri dimana seharusnya masa pencarian jaati diri itu telah usai-yaitu saat remaja-.

  Sebanyak 80% mahasiswa bersedia dijatuhi hukuman jika mereka melanggar Kode Etik Mahasiswa masih menunjukkan mereka masih ingat bahwa hidup di daerah yang berlandaskan hukum. Lalu sisanya mengapa tidak mau dihukum sebagai mana mestinya? Di sini saya menganalisis bahwa orang yang tidak mau menerima sanksi atas apa yang telah diperbuatnya adalah orang-orang dengan tipe pemberontak yang akan cuek, tidak terima atau bahkan protes ketika dijatuhi hukuman karena kelakuan mereka sendiri.

  Seorang mahasiswa terhadap mahasiswa lain berpendapat bahwa mahasiswa lain itu belum melaksanakan Kode Etik Mahasiswa sebanyak 70% mahasiswa berpendapat seperti itu, dan mereka mengatakan bahwa mahasiswa yang melanggar belum dihukum sesuai dengan apa yang tertera pada pasal-pasal Kode Etik Mahasiswa.

  Sebanyak 55% mahasiswa mengatakan bahwa para dosen belum membantu terlaksananya Kode Etik Mahasiswa ini sebagai peraturan yang mengikat mahasiswa selama di kampus, sebagai contoh saya teringat pada kisah seorang mahasiswa jurnalistik semester 5 yang memakai kerudung yang amat panjang plus jubah dan ia ditegur oleh dosennya sendiri. Yang saya pertanyakan adalah mengapa sang dosen mempermasalahkan kerudung syar’i, sedangkan banyak mahasiswi yang datang ke kampus dengan mengenakan celana jeans ketat dan pakaian ketat yang panjangnya tidak memenuhi peraturan minimal pada pasal 7 bab 5. Ada suatu hal yang diputar balik disini, dimana seorang mahasiswi yang berpakaian seperti yang diatur Islam dan Kode Etik Mahasiswa justru dipermasalahkan sedangkan mahasiswa yang berpakian tidak sesuai syariat dan Kode Etik Mahasiswa justru dibiarkan sehingga mereka dengan nyaman melanggar aturan setiap hari tanpa disadari. Ini yang seharusnya bisa kita luruskan.

  Begitu juga dengan banyaknya mahasiswa yang merokok, mereka merasa melanggar Kode Etik Mahasiswa adalah hal yang lumrah malah menganggap denda lima puluh ribu hanyalah lelucon semata. Mengapa ini bisa terjadi? Karena tidak adanya ketegasan dari pihak Komite Etik Mahasiswa sendiri. Disini yang dirugikan bukan lagi satu atau dua orang tapi hampir semua mahasiswa atau mahasiswa yang tidak merokok, mereka tiap hari akan menjadi perokok pasif yang tersiksan karena asap rokok dimana-mana yang seharusnya tidak ada. Kampus bukan lagi tempat yang aman bagi mereka, apalagi bagi kesehatannya.

  Sebanyak 95% mahasiswa bahwa Kode Etik Mahasiswa adalah dipelukan di dalam kampus UIN. Tidak hanya diperlukan, namun juga bisa berjalan sebagai mana mestinya, sesuai dengan kedudukannya, diamalkan oleh setiap warga kampus UIN dimana didalamnya ada ketegasan bukan hanya sekedar kata-kata namun sanksi yang nyata bagi para pelanggar untuk membuat mereka jera dan tahu bahwa pelanggarannya tidak hanya merugikan dirinya sendiri namun bagi ummat juga.

BAB IV KESIMPULAN Tujuan saya membuat laporan penelitian dengan tema “Peran Kode Etik Bagi Mahasiswa”

  ialah supaya Kode Etik Mahasiswa yang telah susah payah dibuat, disusun, di revisi selalu diterapkan dengan tegas dan bijaksana sebagai mana mestinya. Jika memang ada tim khusus bagian ketertibannya maka itu lebih baik supaya kampus UIN ini nyaman dan aman bagi seluruh warganya.

  Jika hampir semua mahasiswa mempunyai kesadaran untuk melaksanakan Kode Etik Mahasiswa secara taat, insya Allah akan terjadi keseimbangan sosial. Namun disini, yang berperan penting dalam terlaksananya pasal-pasal Kode Etik Mahasiswa bukan hanya para mahasiswa saja, seluruh komponen Komite Etik Mahasiswa juga harus bertindak tegas dan tidak lalai terhadap apa yang menjadi tugasnya.Percuma saja Kode Etik Mahasiswa yang telah disusun dan direvisi jika tidak bisa terlaksana dengan baik sebagaimana tujuan aslinya.

  Saya harap seluruh warga kampus menaati dan melaksanakan Kode Etik Mahasiswa agar terciptanya lingkungan kampus UIN yang nyaman, aman dan terlaksananya kegiatan perkuliahan yang layak. Saya harap kita semua saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai seorang muslim yang hebat dan sebagai orang intelek yang bertanggung jawab.

  DAFTAR PUSTAKA Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.

  Suyanto, Bagong, dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2005.

IDENTITAS NARASUMBER

  Nama : NSA Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Jurnalistik Semester : 5