125 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN DISCOVERY LEARNING BERORIENTASIKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS Nurdin Arifin
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN DISCOVERY LEARNING BERORIENTASIKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS
1 Nurdin Arifin 2 , Agus Maman Abadi
1 Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
2 Universitas Negeri Yogyakarta nurdin.arifin91@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran matematika SMP kelas VIII Semester 2 dengan model discovery learning berorientasikan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang terdiri atas RPP dan LKS. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model ADDIE. Model ini terdiri atas tahap yaitu analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Subjek penelitian ini adalah 33 siswa kelas VIII SMP N 15 Yogyakarta. Analisis data kevalidan dan kepraktisan dilakukan dengan cara mengkonversi data kuantitatif berupa skor hasil penilaian menjadi data kualitatif skala lima. Analisis data keefektifan berdasarkan hasil tes dilakukan dengan cara menentukan menentukan persentase ketuntasan belajar siswa. Hasil validasi menunjukkan perangkat yang dikembangkan memperoleh kategori sangat valid untuk bahwa RPP dan LKS. Hasil penilaian guru bahwa perangkat pembelajaran memperoleh kategori sangat praktis. Berdasarkan hasil tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, perangkat pembelajaran berada pada kategori efektif.
Kata kunci: pengembangan, discovery learning, penalaran, komunikasi matematis
ABSTRACT
This research aims to produce mathematics instructional package for grade 8 junior high school with discovery learning oriented to mathematical reasoning and communication consists of lesson plans and student worksheets. This research was a research and development using ADDIE model. The model consisted of analysis, design, development, implementation, dan evaluation. The subjects of this research were 33 students from one class of SMP N 15 Yogyakarta. The analysis of the validity and practicality were analyzed by converting the actual scores obtained into five scales of qualitative data. The analysis of the effectiveness of the data was conducted by determining the percentage of the students learning mastery. The results of the validation show that the developed instructional package is very valid based on the lesson plans and student worksheets. The results of teacher assessment show that the instructional package is very practical. Based on the results of reasoning ability and mathematical communication tests, instructional package is effective.
Keywords: development, discovery learning, reasoning ability, mathematical communication
PENDAHULUAN
siswa menjadi kompetensi yang diharapkan yakni demi terbentuknya individu yang
Peraturan Menteri Pendidikan dan
berkualitas.
Kebudayaan (Permendikbud) nomor 81 A Pelajaran matematika merupakan tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum salah satu dari berbagai mata pelajaran yang menyebutkan bahwa secara prinsip kegiatan diajarkan mulai dari jenjang pendidikan pembelajaran merupakan proses pendidikan dasar mengindikasikan bahwa matematika yang memberikan kesempatan kepada merupakan pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik untuk mengembangkan potensi dalam ke-hidupan. Kegunaan matematika mereka menjadi kemampuan yang semakin
sebatas memberikan lama semakin meningkat dalam sikap,
bukan
hanya
individu dalam pengetahuan, dan keterampilan yang perhitungan. Matematika melatih manusia diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk berpikir secara logis dan dengan bermasyarakat,
matematika, ilmu pengetahuan lainnya bisa berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat berkembang dengan cepat (Suherman et al., manusia. Oleh karena itu, kegiatan pem- 2003, p.18). Matematika juga merupakan belajaran diarahkan untuk memberdayakan sarana berpikir logis, analisis, dan matematika, ilmu pengetahuan lainnya bisa berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat berkembang dengan cepat (Suherman et al., manusia. Oleh karena itu, kegiatan pem- 2003, p.18). Matematika juga merupakan belajaran diarahkan untuk memberdayakan sarana berpikir logis, analisis, dan
representasi (NCTM, 2000, p.29). Dari abstrak, maka dalam menyampaikan materi
pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pelajaran, matematika harus dapat disajikan
kemampuan penalaran dan komunikasi lebih menarik sesuai dengan kondisi dan
matematis siswa dipandang sebagai bagian keadaan siswa. Hal ini tentu saja
fundamental untuk dimaksudkan
proses
yang
dan meningkatkan pembelajaran siswa lebih aktif serta belajar
kemampuan matematis siswa. matematika menjadi menyenangkan untuk
Kemampuan penalaran yang tertera dipelajari.
dalam Permendikbud No. 68 Tahun 2013 Russel
tentang kerangka dasar dan struktur menyatakan “mathematics reasoning must
Sekolah Menengah stand at the center mathematics learning”.
kurikulum
Pertama/Madrasah Tsana-wiyah, merupakan Pernyataan tersebut menjelaskan penalaran
salah satu dari kompetensi yang harus matematika harus berdiri sebagi pusat dalam
dimiliki oleh peserta didik. Balfanz, Iver, pembelajaran matematika. Hal tersebut
and Byrnes (2006, p.34) mengatakan siswa dalam pembelajaran matematika, penalaran
tingkat menengah butuh untuk disajikan matematika hal yang dibutuhkan oleh siswa.
dengan kurikulum yang jelas dan secara NCTM (1989, p.81) mengungkapkan
mengembangkan “reasoning is fundamental to the knowing
sistematis
untuk
mereka pada tingkat and doing of mathematics.” . Pernyataan
kemampuan
kemampuan matematika dan kemampuan tersebut
penalaran. Pernyataan tersebut menunjukkan merupakan hal dasar untuk mengetahui dan
mengindikasikan
penalaran
bahwa kemampuan penalaran harus dapat melakukan
disajikan dalam pembelajaran siswa untuk diupayakan untuk dihadirkan
matematika.
Penalaran
meningkatkan kemampuan siswa. pembelajaran matematika untuk dapat
dalam
penalaran berperan mengembangkan kemampuan siswa untuk
Kemampuan
dalam usaha siswa untuk memahami memahami
matematika. Seperti yang permasalahan.
diutarakan oleh Wood, Williams, & McNeal Hasil dari TIMSS (Trends in
(Georgius, 2008, p.6) bahwa “when students Internastional Mathematics and Science
learn math through thinking and reasoning, Study ) pada tahun 2003, Indonesia berada di
they are more likely to understand peringkat ke-35 dari 46 negara peserta
conceptually”. Bahwa ketika siswa belajar dengan skor rata-rata 411, sedangkan untuk
matematika melakukan proses berpikir dan skor rata-rata internasional 467. Pada hasil
menalar, mereka lebih mungkin untuk studi TIMSS 2007, Indonesia berada di
memahami konsep.
peringkat ke-36 dari 49 negara peserta Astuti & Abadi (2015, p.238) meng- dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor
ungkapkan bahwa matematika dan penalaran rata-rata internasional 500. Serta hasil studi
matematika merupakan dua hal yang tidak TIMSS 2011, Indonesia berada diperingkat
dapat dipisahkan yaitu materi matematika ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor
dipahami melalui penalaran dan dilakukan rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata
melalui belajar matematika. internasional 500 (Mullis, Martin, Foy, &
Russel (Brodie, 2010, p.9) mengung- Arora).
kapkan bahwa penalaran matematika Pengembangan kemampuan siswa
dengan pengembangan, sangat diperlukan agar siswa lebih
berkaitan
pembenaran dan peng-gunaan generalisasi memahami konsep yang dipelajari, dan
matematika. Siswa di-harapkan dapat dapat menerapkannya dalam berbagai situasi
melakukan generalisasi atau menarik yang dihadapi. Dalam Principles and
pemikirannya, me- Standards for School Mathematics tahun
kesimpulan dari
pembenaran dari 2000 diungkapkan lima kemampuan yang
ngembangkan
pemikirannya maupun dari pemikiran siswa hendaknya siswa ketahui dan dapat
lain.
melakukannya, yaitu: pemecahan masalah,
Arslan, Göcmencelebi, & Tapan yang penting dalam mengkomunikasikan (2009, p.2460) bahwa
hasil-hasil pemikiran pada diri siswa sebagai Reasoning is highly effective for
peserta didik pada orang lain baik secara students’ ability to analyze new
tertulis maupun secara lisan. Seperti yang situations which are faced in all
diungkapkan oleh Lomibao, Luna, & aspects; make logical assumptions,
Namoco (2016, p.378) bahwa, explain
Challenging students to communicate conclusions and defence
both orally and in writing in conclusions .”
their
mathematics class can help deepen Maksud dari penjelasan tersebut bahwa
their conceptual understanding. When penalaran sangat efektif untuk kemampuan
students are encouraged to interact siswa untuk menganalisis situasi baru yang
with others, they are able to construct dihadapi dari bebagai macam aspek,
under-standing and membuat asumsi logis, menjelaskan
individual
concept formation. pemikirannya,
Rahmadi (2015, p.138) menyatakan kesimpulan
berusaha
membuat
bahwa ide atau gagasan yang dikemukakan kesimpulan yang dibuat.
dan
mem-pertahankan
dalam menyelesaikan masalah memerlukan Kilpatrick & Swafford (2002, p.14)
komentar atau tangggapan dari siapa saja menyatakan bahwa “reasoning is the glue
yang diharapkan dapat mempercepat dalam that holds mathematics together. By thinking
proses pengambilan keputusan, dengan kata about thelogical relationships between
lain proses pendidikan perlu komunikasi concepts and situations, students can
untuk menjawab permsalahan dalam navigate through the elements of a problem
kehidupan.
and see how they fit together”. Dari Mengingat pentingnya komunikasi pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa
siswa dalam matematika dalam kegiatan penalaran merupakan bagian yang terkait
belajar dikelas namun kenyataannya belum dan tidak dapat terlepaskan dari kegiatan
tercermin hal tersebut. Indikasi bahwa matematika. Dalam pembelajaran di kelas,
kemampuan komunikasi matematika siswa penalaran
masih kurang yakni berdasarkan hasil tes keterikatan, dengan mengkaitkan konsep dan
dan matematika
saling
PISA. Pada tes PISA yang mengukur aspek situasi siswa dapat mengarahkan bagian dari
kemampuan pemecahan masalah, penalaran, masalah dan melihat bagaimana respon
dan komunikasi pada tahun 2012 untuk menyikapi hal tersebut secara
menempatkan Indonesia pada peringkat 64 bersamaan.
dari 65 peserta dan rata-rata skor PISA Proses
Indonesia adalah 375 masih di bawah rata- matematika, komunikasi juga diperlukan
menyelesaikan
soal
rata internasional yaitu 494 (OECD, 2014, untuk me-nyampaikan ide-ide matematisnya
p.19).
baik dengan cara tertulis maupun dengan Siswa haruslah diberikan kesempatan mengucapkan dengan lisan. NCTM (1989,
untuk mengkomunikasikan idenya tentang p.78) menyatakan bahwa
matematika, agar dapat menyampaikan ide The communication process requires
dari apa yang dipikirkannya. Pugalee students to reach agreement about meanings
(Georgius, 2008, p.7) menggungkapkan of word and to recognize the crucial
“when students are given the opportunity to importance of commonly shared definitions.
communicate about mathematics, they Opportunities to explain and defined one's
engage thinking skills and processes that are ideas orally and in writing can stimulate
in developing mathematical deeper understanding of concepts and
crucial
siswa diberikan principles.
literacy”.
Ketika
kesempatan untuk mengkomunikasikan Siswa diharapkan dapat memandang
tentang matematika, mereka menggunakan bahwa matematika merupakan ilmu yang
kemampuan berpikir dan proses tersebut logis dan berguna dalam setiap kegiatan
penting dalam mengembangkan literatur dalam kehidupan. Komunikasi dalam
matematikanya.
pembelajaran matematika merupakan hal
Brodie (2010, p.20) mengatakan matematika juga sebagai suatu aktivitas bahwa komunikasi merupakan bagian
sosial yakni interaksi antar para siswa, penting dari penalaran awal. Kilpatrick,
komunikasi siswa dengan guru maupun Hoyles, & Skovsmose (2005, p.114)
sebaliknya yang merupakan penting dalam mengemukakan bahwa “communication has
matematika untuk been a prerequisite to the development of
pembelajaran
mengembangkan kemampuan pada diri mathematics. Mathematics is constituted
siswa, yang mana matematika bukan hanya through the communication of ideas” .
sekedar alat bantu berpikir dalam upaya Sehingga siswa mengkomunikasikan ide
menyelesaikan masalah matematika atau matematikanya, membuat siswa untuk
sebagai alat untuk menemukan suatu aturan berfikir mengenai konsep matematika.
serta pola.
Seperti yang diungkapkan oleh Garner & Walle, Karp, & Williams (2013, p.4) Duncan (2011, p.2) bahwa kemampuan
“the communication untuk mengkomunikasikan ide matematika
mengungkapkan
standard points to the importance of being merupakan pemikiran yang menuntut siswa
able to talk about, write about, describe, and untuk berfikir lebih dalam mengenai konsep
explain mathematical ideas”. matematika,
Pembelajaran yang berlangsung di peningkatan
dengan
menghasilkan
kelas, siswa memerlukan kemampuan matematikanya.
dalam
pemahaman
penalaran dan komunikasi matematis untuk Untayana & Harta (2013, p.49)
dapat me-nyelesaikan semua tugas dan ujian Komunikasi sebagai cara berbagi pesan atau
yang akan dihadapi. Ujian dan tugas yang sikap
dihadapi peserta didik bukan hanya berasal pemahaman antara pengirim dan penerima.
yang menghasilkan
tingkat
dari sekolah, namun nantinya siswa akan Di kelas komunikasi melibatkan pertukaran
langsung dalam dunia informasi. Senada yang diungkapkan oleh
pula terjun
masyarakat yang pada akhirnya menemukan Kosko (2012, p.112) bahwa, “Students gain
tugas dan ujian dimana diperlukannya
a better understanding of the meaning of kemampuan penalaran untuk menyelesaikan mathematics when they communicate with
suatu permasalahan yang terjadi serta others about it”.
mengkomunikasikan ide-idenya kepada Selanjutnya menurut Arends (2012, p.
masyarakat.
451) menyatakan Pendidik harus berupaya menyusun Communication is essentially a suatu perencanaan pembelajaran yang dalam process of sending and receiving
perangkat pembelajaran yang dibuat messages, effective communication
berusaha menumbuh kembangkan dan requires the sender of a message to
meningkatkan kemampuan penalaran dan express clearly what he or she intends
komunikasi matematis siswa. Prasetyo to communicate and the receiver to
menyatakan perangkat interpret that message accurately.
(2011, p.16)
pembelajaran adalah alat atau perlengkapan Hal di atas memberikan informasi bahwa
melaksanakan proses yang komunikasi merupakan hal yang penting
untuk
memungkinkan pendidik dan peserta didik sebagai proses untuk mengirim dan
melakukan kegiatan pembelajaran. Dari menerima informasi, efektifnya komunikasi
pendapat tersebut bahwa, perangkat dapat mengkomunikasikan oleh pemberi
pembelajaran sebagai sarana proses pem- informasi dengan baik dan penerima
belajaran di kelas yang membantu aktivitas informasi dapat menterjemahkan maksud
guru sebagai pendidik dan siswa sebagai dari informasi yang didapat.
pembelajar. Perangkat pembelajaran antara Menurut Baroody (Lim, Chiew &
lain silabus, RPP, serta media pembelajaran Chew, 2007, p.1) sedikitnya ada dua alasan
seperti LKS ataupun media lainnya yang yang menjadikan komunikasi matematika
dirancang dan dipersipakan sedemikian dalam pembelajaran matematika menjadi
baiknya untuk proses pembelajaran. penting yaitu: (1) mathematics as language
penalaran dan dan (2) mathematics learning as social
Kemampuan
komunikasi matematis merupakan dua hal activity. Hal tersebut menunjukkan bahwa
yang saling terikat dalam upaya membangun yang saling terikat dalam upaya membangun
memiliki kemampuan untuk melaksanakan Sehingga peran guru harus dapat membantu
suatu tugas atau pekerjaan dengan siswa dalam memahami matematika. NCTM
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang (1999, p.15) menyatakan “mathematics
baik, tentunya diperlukan suatu usaha dalam instruction must become multicultural in its
kegiatan pembelajaran yang menumbuh pedagogy; it must exploit, promote, and
kembangkan potensi pada peserta didik value the varied and valis ways that students
dengan menggunakan make sense of mathematics” . Pengajaran
diantaranya
pembelajaran discovery learning. Hal ini matematika
sesuai dalam Permendikbud Nomor 65 pengajaran, terus menggali, memajukan, dan
Tahun 2013 mengenai Standar Proses merubah pengajaran dan menyediakan cara
Pendidikan Dasar dan Menegah menyatakan kepada siswa untuk memahami matematika.
pengembangan ranah sikap, Guru di kelas berupaya mengembangkan
bahwa
pengetahuan, dan keterampilan dilakukan kemampuan
melalui pendekatan scientific (ilmiah) mengembangkan kemampuan penalaran dan
dengan menerapkan pembelajaran berbasis komunikasi matematis, guru sebagai seorang
/inquiry pendidik dan fasilitator dituntut untuk
discovery
(penyingkapan/penelitian). Namun masih melakukan inovasi dalam kegiatan pem-
banyaknya pendidik khususnya guru belajaran di kelas, mempersiapkan segala
matematika belum maksimal menerapkan perangkat pembelajaran dalam proses
discovery dalam belajar mengajar di kelas.
pem-belajaran
pembelajaran.
Tirosh (1999, p.21) menyatakan “The Model discovery learning adalah teacher has to be aware of these possible
memahami konsep, arti, dan hubungan, situations in order to understand and solve
melalui proses intuitif untuk akhirnya the difficulties of the students in learning
suatu kesimpulan mathematics”. Dari hal tersebut guru harus
sampai
kepada
(Budiningsih, 2012, p.43). Selanjutnya, dapat sadar akan kemungkinan yang terjadi
Mulyasa (2014, p.144) meng-ungkapkan dalam kelas untuk memahami dan
bahwa discovery learning merupakan model menyelesai-kan kesulitan pada diri siswa
pembelajaran untuk menemukan sesuatu dalam pem-belajaran matematika.
yang bermakna dalam pembelajaran. Salah satu penyebab merosotnya
pembelajaran discovery prestasi belajar siswa adalah belum
Model
suatu cara untuk terasahnya guru dalam menyusun perangkat
merupa-kan
mengembangkan belajar siswa aktif dengan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
berusaha menemukan sendiri penyelesaian pernyataan Sutherland (2007, p.78) bahwa
yang dihadapi, kegiatan perancangan pem-belajaran sesuai
dari
permasalahan
menyelidiki sendiri permasalahan yang kurikulum
dihadapi. Bruner (Arends, 2012, p.402) keterampilan yang berbeda dari sekedar
membutuhkan
ber-bagai
menyatakan bahwa
keterampilan mengajar di dalam kelas. Discovery learning
a model of Dengan demikian untuk mencapai prestasi
that emphasized the belajar yang tinggi diperlukan perangkat
teaching
importance of helping students pembelajaran
understand the structure or key ideas keterlaksanaan proses pembelajaran.
untuk
menunjang
of a discipline, the need for active Rendahnya hasil belajar siswa diduga
student involvement in the learning di-sebabkan oleh belum maksimalnya guru
process, and a belief that true dalam menggunakan pendekatan dan metode
learning comes through personal pembel-ajaran (Rahmawati & Harta, 2014,
discovery .
p.3). Selain itu, rancangan kegiatan Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran yang tertuang dalam RPP juga
discovery learning sebuah model dari seharusnya
pengajaran yang menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.
meng-gunakan
pendekatan
untuk membantu siswa untuk memahami struktur atau ide pokok dari kedisiplinan untuk membantu siswa untuk memahami struktur atau ide pokok dari kedisiplinan
(pengembangan), mempercayai
development
(implemen-tasi), dan hingga menjadi seorang penemu.
evaluation (evaluasi).
Selanjutnya menurut Veerman (2002, Waktu dan Tempat Penelitian p.6) “discovery learning with its emphasis
on the learner’s knowledge construction fits Penelitian ini dilakukan pada semester better within this framework than traditional
genap tahun pelajaran 2015/2016 yang ex-pository teaching”. Sehingga proses pem-
dimulai pada bulan april-mei 2016. belajaran ini yang akan diingat oleh siswa
Penelitian ini di-lakukan di SMP N 15 sepanjang hayatnya, sehingga hasil yang
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. diperoleh tidak mudah untuk dilupakan dan
Target/Subjek Penelitian membekas dalam pikiran siswa.
Wijayanti (2016, p.24) pembelajaran Subjek penelitian ini adalah siswa dengan metode penemuan memungkinkan
kelas VIII D SMP N 15 Yogyakarta yang siswa untuk berpartisipasi lebih aktif dalam
terdiri dari 33 siswa.
pembelajaran dengan mencoba menemukan
Prosedur
sendiri suatu konsep dan tidak hanya menunggu diberitahu oleh guru. Arends
atau langkah-langkah (2012,
Prosedur
penelitian ini meliputi analysis (analisis), emphasizes active, studentcentered learning
p.402) “Discovery
learning
(perancangan), development experiences through which students discover
design
implementation their own ideas and derive their own
(pengembangan),
(implementasi), dan evaluation (evaluasi). meaning”. Discovery learning aktif ketika
Tahap analisis merupakan tahap pra- siswa sebagai pusat belajar (student
perencanaan pengembangan produk berupa centered ) dalam pengalamannya dimana
perangkat pembelajaran matematika meng- siswa terus menemukan idenya sendiri dan
gunakan model discovery yang dapat mem-peroleh maksud dari idenya.
mengembangkan kemampuan penalaran dan Berdasarkan uraian di atas, maka
komunikasi matematis. Tahap analisis terdapat beberapa persoalan yang perlu
meliputi analisis kebutuhan, analisis siswa, mendapat perhatian. Sehingga penelitian ini
dan analisis materi.
bertujuan untuk menghasilkan perangkat Tahap perancangan bertujuan untuk pembelajaran matematika kelas VIII SMP
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan semester genap dengan model discovery
pengembangan perangkat learning
dalam
pembelajaran agar perangkat pembelajaran penalaran dan komunikasi matematis”.
berorientasi-kan
kemampuan
yang dikembangkan dapat mendukung kegiatan pembelajaran. Terdapat tiga hal
METODE PENELITIAN
yang disusun dalam tahap perancangan, Jenis Penelitian
yaitu (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model discovery learning, (2)
Jenis penelitian ini merupakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan penelitian pengembangan. Penelitian ini
model discovery learning, dan (3) Instrumen bertujuan untuk mengembangkan produk tes kemampuan penalaran dan komunikasi perangkat pembelajar-an matematika SMP
matematis untuk mengukur keefektifan kelas VIII dengan model discovery learning
perangkat pembelajaran. berorientasikan kemampuan penalaran dan Rancangan perangkat pembelajaran komunikasi matematis. Pe-rangkat yang
berupa RPP dan LKS yang sudah di susun, dikembangkan berupa rencana pelaksanaan
kemudian di dapatkan produk yang berupa pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan
1, yang selanjutnya dilakukan validasi siswa (LKS).
draft
oleh para ahli, serta direvisi sesuai saran dan Penelitian ini menggunakan model
masukan sehingga diperoleh produk yang ADDIE. Prosedur model pengembangan
valid.
ADD-IE terdiri dari lima tahap yaitu:
Tahap pengembangan dilakukannya much wider array of educational product” . pengembangan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembelajaran yaitu RPP dan LKS dengan
produk
perangkat
memenuhi kriteria tersebut yakni dijelaskan model
sebagai berikut.
pengembangan perangkat terdiri lembar Validasi yang terdiri atas validasi ahli. penilaian yang berupa lembar penilaian
Produk yang dihasilkan dari tahap guru, lembar
1 kemudian kemampuan penalaran dan komunikasi
penilaian
siswa, tes
perancangan berupa draft
dilakukan validasi oleh dua ahli sehingga matematis. Pengem-bangan RPP dilakukan
dapat diketahui apakah produk yang dengan
dihasilkan telah sesuai dan layak digunakan. pengembangan RPP yang sesuai dengan
Setelah dilakukan validasi oleh para kurikulum 2013. Pengembangan RPP juga
ahli, langkah selanjutnya akan dilakukan disesuaikan dengan tahapan pembelajaran
analisis terhadap hasil validasi dan matematika menggunakan model discovery
dilakukan revisi atas dasar saran dan learning. Sedangkan pengembangan LKS
masukan dari validator, sehingga didapatkan di-sesuaikan dengan urutan materi yang
produk yang layak dan dapat digunakan. sebelum-nya telah ditentukan, serta pada
Produk revisi hasil validasi ahli ini penyajian materi pada LKS juga disesuaikan
dinamakan dengan produk draft 2. dengan langkah-langkah model discovery
Selain untuk memperoleh validitas, learning. Perangkat pembelajaran dan
dilakukan pula uji coba untuk memperoleh perangkat penilai-an yang telah dibuat (draft
estimasi reliabilitas. Memperoleh estimasi
1 ), kemudian di-konsultasikan kepada dosen realibilitas dilakukan uji coba instrumen tes pembimbing. Setelah itu, perangkat yang
kemampuan penalaran dan komunikasi telah dibuat tersebut divalidasi oleh dosen
matematis di kelas IX SMP Negeri 15 ahli dan direvisi.
Yogyakarta. Di lakukan di kelas IX di- Tahap implementasi merupakan tahap
karenakan siswa sudah mempelajari materi mengujicobakan perangkat pembelajaran
di kelas VIII.
model discovery learning . Perangkat Uji coba dilakukan dengan tujuan pembelajaran yang diujicobakan berupa RPP
kepraktisan dan dengan discovery learning sebagai panduan
untuk
mengetahui
keefektifan produk. Kepraktisan produk pem-belajaran matematika dan LKS dengan
dapat diketahui dari data penilaian guru model discovery learning yang dilaksanakan
terhadap perangkat pembelajaran yang di kelas. Uji coba yang dilakukan adalah uji
dikembangkan, angket respon siswa untuk coba lapangan pada sekolah yang dijadikan
mengetahui penilaian siswa terhadap subjek penelitian untuk menguji kualitas
pembelajaran yang menggunakan perangkat produk pengembangan. Tahap implementasi
pembelajaran hasil pengembangan, dan atau uji coba dilakukan untuk mendapatkan
lembar observasi keterlaksanaan pem- data kepraktisan dan keefektifan perangkat
Sedangkan untuk pembelajaran yang telah dikembangkan.
belajaran
dikelas.
mengetahui keefektifan produk dilakukan Data kepraktisan diperoleh dari hasil
analisis ketuntasan pembelajaran yang dapat penilaian guru, penilaian siswa, serta hasil
diketahui dari hasil tes kemampuan observasi keterlaksanaan pembelajaran.
penalaran, tes kemampuan komunikasi Sedangkan untuk data keefektifan diperoleh
matematis, dan tes prestasi belajar. dari hasil nilai tes kemampuan penalaran
Data hasil uji coba yang telah dan komunikasi matematis.
diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data Gay (1986, p.10) mengungkapkan
sehingga diketahui kevalidan, kepraktisan bahwa penelitian pengembangan bukan
dan ke-efektifan produk. Apabila hasil bertujuan untuk menguji teori, akan tetapi
analisis data telah memenuhi kriteria mengembangkan secara efektif produk yang
kevalidan, keprak-tisan dan keefektifan, digunakan.
maka produk tersebut adalah produk akhir. mengemuka-kan “however, we consider the
Jika hasil analisis menunjukkan belum three quality aspects (validity, practically
kepraktisan dan and effectivenesss) also to be applicable to a
memenuhi
kriteria kriteria
proses pembelajaran kembali.
melaksanakan
mengenai produk yang digunakan dalam pembelajaran. Penilaian siswa terhadap
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan perangkat pembelajaran diberikan setelah Data
melakukan proses Data yang diperoleh dalam penelitian
siswa
selesai
pembelajaran, serta lembar observasi ini berupa data kuantitatif dan kualitatif.
keterlaksanaan proses pem-belajaran yang Data-data ini bertujuan untuk memberi
dilakukan selama aktivitas pem-belajaran gambaran mengenai kualitas produk yang
berlangsung.
dikembangkan.
Teknik Analisis Data
Data kuantitatif diperoleh dari skor yang diberikan oleh validator, skor penilaian
Teknik analisis data pada penelitian guru dan skor penilaian siswa terhadap
ini adalah untuk menentukan apakah produk perangkat pembelajaran matematika SMP
yang dikembangkan memenuhi syarat kelas
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Jika keterlaksanaan pem-belajaran, skor tes
VIII semester
genap,
skor
syarat-syarat terpenuhi maka didapatkan siswa. Data kualitatif (berupa kriteria
produk yang layak digunakan. Data yang kevalidan dan kepraktisan dengan kategori
didapatkan dalam pene-litian ini yaitu data Sangat baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan
yang bersumber dari lembar validasi, lembar Sangat Kurang Baik) yang diperoleh dari
penilaian guru, lembar observasi, angket hasil konversi data kuantitatif skor penilaian
penilaian siswa, tes kemampuan penalaran validator, skor penilaian guru, skor respons
matematis dan tes kemampuan komunikasi siswa,
dan skor
keterlaksanaan
matematis.
telah dikumpulkan diperoleh dari komentar dan saran dari
pembelajaran. Selain itu, data kualitatif
Data yang
selanjutnya dianalisis untuk memperoleh validator, guru, dan observer.
bukti berkaitan yang memenuhi syarat Instrumen yang digunakan untuk
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan mengumpulkan data pada penelitian ini
dikembangkan berupa adalah data tentang kategori kevalidan,
produk
yang
perangkat pembelajaran matematika SMP kepraktisan, dan keefektifan produk.
kelas VIII semester genap. Jika syarat ini Instrumen validasi untuk mengetahui
terpenuhi, maka didapatkan produk yang kevalidan instrument yang akan digunakan
berkualitas.
dalam penelitian. Instrumen penilaian Teknik analisis data yang digunakan kevalidan terdiri atas lembar validasi RPP,
dalam penelitian ini yakni sebagai berikut. lembar validasi LKS, dan lembar validasi tes
(a) Data kualitatif yakni berupa data kemampuan penalaran dan komunikasi
komentar dan saran yang dianalisis secara matematis (tes prestasi belajar). Untuk
kualitatif, kemudian digunakan sebagai mengetahui kepraktisan perangkat terdiri
masukan untuk perbaikan produk yang dari lembar penilaian guru, lembar respons
dikembangkan; (b) Data kuantitatif dengan siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan
skala lima dikonversikan menjadi data pembelajaran.
kualitatif, dengan acuan rumus yang keefektifan terdiri atas tes kemampuan
Instrumen
penilaian
diadaptasi dari Azwar (1996: 163) pada penalaran matematis, dan tes kemampuan
tabel berikut ini.
komunikasi matematis. Tabel 1. Konversi Skor Aktual menjadi Nilai
Teknik pengumpulan data dilakukan Skala Lima melalui beberapa cara yakni pemberian
lembar validasi kepada validator untuk
Nilai
Interval Skor
memberikan penilaian terhadap produk yang
A > + 1,5 dikembangkan. Lembar penilaian guru
< ≤ + 1,5 diberikan kepada guru setelah guru
B + 0,5
C − 0,5
E ≤ − 1,5
dikembangkan.
Data hasil siswa mengerjakan soal-soal tes kemampuan
Keterangan: penalaran matematis dan komunikasi = rerata skor ideal matematis akan dianalisis untuk melihat
= (skor maksimum ideal + skor tingkat keefektifan perangkat pembelajaran minimum ideal)
yang digunakan dalam pem-belajaran SBi = simpangan baku ideal
dengan menghitung presentase ketuntasan =
(skor maksimum ideal–skor siswa. Siswa dikatakan tuntas ketika siswa minimum ideal)
memperoleh skor yang sudah memenuhi
X = total skor aktual KKM yang berlaku di sekolah yaitu 75. Data-data
selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan
PEMBAHASAN
kriteria kualitas dari perangkat pembelajaran Berdasarkan model pengembangan yang dikembang-kan. Analisis data ini
ADDIE di atas, pada tahap analysis memuat dibagi atas 3 kategori yaitu analisis
analisis kebutuhan, analisis siswa, dan kevalidan perangkat pem-belajaran, analisis
analisis materi. Tahap design mencakup kepraktisan perangkat pembelajaran dan
penyusunan RPP, penyusunan LKS, analisis keefektifan perangkat pembelajaran.
penyusunan instrumen tes kemampuan Perangkat pembelajaran dikatakan
penalaran dan penyusunan instrumen tes valid jika memenuhi kriteria B, Kriteria
komunikasi matematis. Setelah dilakukan kualitatif yang digunakan pada lembar
perancangan perangkat pembelajaran maka validasi ahli adalah sangat valid (A), valid
didapatkan draft 1, dan untuk mendapat-kan (B), cukup valid (C), kurang valid (D) dan
masukan, saran serta perbaikan maka sangat kurang valid (E). Pada lembar
dilakukan validasi oleh para ahli, dan penilaian
dilakukan juga penilaian terhadap draft 1 kepraktisan sangat praktis (A), praktis (B),
yang telah dirancang. Validasi dilakukan cukup praktis (C), kurang praktis (D) dan
dengan cara memberikan naskah produk sangat kurang praktis (E). Sedangkan untuk
1 berupa RPP, LKS, tes kemampuan lembar penilaian guru dan siswa digunakan
draft
penalaran dan komunikasi matematis, dan perangkat pembelajaran dikatakan praktis
tes Prestasi belajar, serta lembar validasi jika hasil penilaian guru minimal kategori
kepada validator ahli.
praktis (B), dan hasil penilaian siswa Data hasil validasi untuk masing- minimal memenuhi kriteria praktis (B).
masing komponen produk perangkat Kriteria keefektifan perangkat pem-
pembelajaran dianalisis dengan menghitung belajaran pada penelitian ini ditinjau dari tes
rata-rata skor nyata yang diperoleh tiap kemampuan penalaran matematis dan
komponen. Rata-rata skor nyata yang komunikasi
diperoleh untuk RPP, LKS, dan TPB dapat pembelajaran dikatakan efektif apabila
matematis.
Perangkat
dilihat pada tabel berikut. pesentase tes kemam-puan penalaran dan
Tabel 2. Konversi Skor Aktual menjadi Nilai komunikasi matematis siswa mencapai
Skala Lima kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
Instrumen Validator Validator Skor
yaitu minimal 75% sesuai dengan kriteria
1 2 total
111 245 pelajaran matematika wajib yaitu 75.
yang berlaku disekolah yaitu KKM untuk
RPP
83 185 Analisis hasil tes kemampuan
penalaran matematis dan komunikasi
menghitung hasil tes untuk mene-tukan
59 50 109 tingkat ketuntasan belajar siswa dengan
Tes Tes
kepraktisan perangkat LKS yang diberikan kepada seluruh siswa setelah selesai
Berdasarkan data dari validasi ahli pelaksanaan uji coba. Angket penilaian pada tabel 2 bahwa skor total hasil validasi
dengan bagaimana ahli untuk RPP adalah 245 dengan rentang
siswa
berkaitan
kemudahan, dan skor 58-290. Total skor untuk LKS adalah
kemenarikan,
kebermanfaatan siswa menggunakan LKS 185 dengan rentang skor 46-230. Total skor
yang dikembangkan. Data hasil penilaian untuk tes prestasi belajar adalah 113 dengan
siswa tersebut disajikan pada Tabel 4. rentang skor 26-130. Total skor untuk tes
kemampuan penalaran matematis adalah 109 Tabel 4. Data Penilaian siswa dengan rentang skor 26-130. Total skor tes
Aspek
Jumlah Kriteria
kemampuan komunikasi matematis adalah
Skor
109 dengan rentang skor 26-130.
1076 Sangat Praktis Setelah melakukan revisi yang sesuai
Kemenarikan
1037 Praktis dengan saran dan masukan validator, maka
Kemudahan
523 Praktis produk perangkat pembelajaran yang
Kebermanfaatan
2636 Praktis dihasilkan (RPP dan LKS) dinyatakan telah
Skor total
mencapai kriteria valid berdasarkan hasil Analisis terhadap data hasil observasi validasi beberapa ahli. Kevalidan perangkat
keterlaksanaan pembelajara diperoleh dari pembelajaran didukung oleh penyusunan
hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran perangkat yang sesuai dengan Kurikulum
pertemuan. Observasi 2013.
pada
se-tiap
keterlaksanaan pem-belajaran ini meliputi Setelah
observasi kegiatan guru dan observasi dikembangkan divalidasi dan dinyatakan
perangkat
yang
kegiatan siswa. Data observasi kegiatan guru valid, maka tahapan berikutnya yaitu uji
dan siswa dalam 8 pertemuan yang telah dilakukan disajikan sebagai berikut
coba. Pelaksanaan uji coba bertujuan untuk mengukur kepraktisan dan keefektifan
Tabel 5. Data Penilaian siswa perangkat yang dikembangkan melalui data
Pertemuan
Persentase keterlaksanan
yang diperoleh. Data kepraktisan meliputi
1 87% data penilaian guru, penilaian siswa dan
2 87% hasil observasi keterlaksanaan perangkat
3 96% pembelajaran, sedangkan data keefektifan
4 96% meliputi data tes kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis. Data penilaian guru
5 100% mengenai kepraktisan perangkat disajikan
6 96% pada Tabel 3.
Skor Total Tabel 3. Data Penilaian Guru Mengenai
Skor Total
Berdasarkan Tabel 5, keterlaksanaan Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
pembelajaran dengan model discovery learning telah melebihi kriteria minimal
Instrumen Total Skor
Kriteria
yang harus dicapai (75%) yaitu 90,625%. Selain itu juga, lembar penilaian dari guru
dan siswa menunjukkan bahwa perangkat LKS
RPP
63 Sangat Praktis
70 Sangat Praktis
pembelajaran yang dihasilkan mencapai kategori sangat praktis. Dengan demikian
Data hasil penilaian siswa mengenai dapat disimpulkan bahwa perangkat yang ke-praktisan perangkat diperoleh dengan
memenuhi kriteria menggu-nakan lembar penilaian siswa.
dikembangkan
kepraktisan.
Lembar penilaian siswa ini digunakan untuk
Selain melihat kepraktisan perangkat, bermanfaat dalam pembelajaran. Siswa pelaksanaan uji coba lapangan juga
berusaha untuk bertujuan untuk mengukur keefektifan
akan
mengkomunikasikan ide-idenya dan perangkat yang dikembangkan melalui data melakukan proses penalaran untuk yang diperoleh. Data keefektifan meliputi
data tes kemampuan penalaran dan data tes mencoba mengaitkan konsep apa yang kemampuan komunikasi matematis. Tes
sebelumnya dipelajari sehingga dapat kemampuan penalaran dan tes kemampuan
membuat dugaan demi menggapai komunikasi matematis diberikan pada siswa
kesimpulan dari apa yang dipelajarinya setelah selesai proses pembelajaran untuk
dalam proses menemukan apa yang ingin beberapa kompetensi dasar. Keefektifan
diketahuinya.
perangkat pembelajaran
dilihat
dari
presentase ketuntasan siswa secara klasikal
Kevalidan Produk
yaitu 75% dari jumlah siswa dalam satu Berdasarkan hasil validasi ahli kelas telah memenuhi nilai kriteria
dengan dilakukan berbagai perbaikan dapat ketuntasan minimal (KKM).
diketahui bahwa perangkat pembelajaran Tabel 6. Data Hasil Tes Kemampuan
yang di-hasilkan telah mencapai kategori penalaran dan komunikasi Matematis
“sangat valid”. Dengan demikian secara keseluruhan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dinyatakan valid, sehingga
Rata-rata Ketuntasan
layak digunakan untuk pembelajaran.
1 Kemampuan
Kepraktisan Produk
Matematis Berdasarkan hasil uji coba pada
2 Kemampuan pembelajaran di kelas diketahui bahwa RPP Komunikasi
dan LKS yang dihasilkan telah mencapai Matematis
kategori “praktis”. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan proses
pembelajaran, penilaian guru, dan persentase ketuntasan siswa kelas VIII D
penilaian siswa.
untuk kemampuan penalaran matematis Berdasarkan hasil penilaian guru ter- adalah 75,76%. Persentase ketuntasan siswa hadap RPP dan LKS setelah melakukan kelas VIII D untuk kemampuan komunikasi pembelajaran di kelas dapat disimpulkan matematis adalah 75,76%. Hasil analisis
data tersebut menunjukkan bahwa banyak bahwa RPP dan LKS dinyatakan “sangat siswa yang mencapai KKM pada kelas VIII
praktis”. Hasil penilaian siswa dapat
D lebih dari 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran meng- disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
gunakan LKS dinyatakan “praktis”. Ber- yang dikembangkan telah mencapai kriteria
dasarkan hasil observasi keterlaksanaan efektif.
proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa RPP dan LKS dinyatakan
Pembahasan
“praktis” dengan keterlaksanaan mencapai Karakteristik pembelajaran dalam
≥ 75%. Penjelasan dari data tersebut Kurikulum 2013 menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang pengembangan kompetensi pada diri
dihasilkan, kegiatan pembelajaran dengan siswa dilakukan melalui pendekatan
discovery learning dapat terlaksana dengan baik.
scientific (ilmiah) dengan menerapkan pembelajaran
berbasis
discovery
Keefektifan Produk
(penemuan). Model discovery learning Berdasarkan hasil uji coba pada ini menekankan keaktifan siswa untuk
pem-belajaran di kelas diketahui bahwa belajar mengkonstruk pengetahuannya
RPP dan LKS yang dihasilkan telah dengan cara berusaha untuk menemukan,
memenuhi kriteria “efektif”. Hal ini dapat menguasi, dan menerapkan hal-hal yang
dilihat dari hasil tes kemampuan dilihat dari hasil tes kemampuan
bahwa pembelajaran model discovery belajar
meningkatkan kemampuan menunjukkan bahwa lebih dari atau sama
penalaran matematis siswa. dengan 75% siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan
KESIMPULAN DAN SARAN
hasil tes kemampuan penalaran matematis
Kesimpulan
dan komunikasi
matematis
dapat
disimpulkan bahwa RPP dan LKS Berdasarkan hasil penelitian dan dinyatakan “efektif” untuk digunakan.
pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa Uraian data tersebut menunjukkan bahwa
produk perangkat pembelajaran matematika bahwa RPP dan LKS yang dihasilkan
siswa SMP kelas VIII Semester 2 dengan dapat
model discovery learning berorientasikan perangkat pembelajaran yang mendukung
digunakan
sebagai alternatif
keamampuan penalaran dan komunikasi pencapaian kompetensi inti Kurikulum
matematis telah memenuhi kriteria valid, 2013 siswa SMP Kelas VIII.
praktis, dan efektif, sehingga layak Efektifnya perangkat pembelajaran
digunakan.
dengan model discovery learning karena
Saran
dengan pembelajaran
discovery
mengupayakan siswa untuk berusaha Beberapa saran pemanfaatan produk menemukan, mencari tahu apa yang ingin
perangkat pembelajaran ditemukannya,
antara
lain
matematika dengan penemuan terbimbing mengkonstruk
sehingga
dapat
Kurikulum 2013 yang memahami materi yang dipelajari. Dalam
dihasilkan pada penelitian ini telah pelaksanaannya,
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif dengan discovery dirancang agar siswa dapat
proses
pembelajaran
layak dimanfaatkan untuk membuat
sehingga
pembelajaran di kelas. Produk perangkat mencari informasi, menarik kesimpulan dan
jawaban
sementara/dugaan,
dihasilkan dapat menuliskan apa yang menjadi jawabannya.
pembelajaran yang
dijadikan referensi dan bahan masukan bagi Tahapan-tahapan yang sudah dirancang
menyusun perangkat dimana siswa untuk mengidentifikasi
guru
dalam
pembelajaran matematika untuk mengem- masalah, menyampaikan ide, meneyelidiki
bangkan kemampuan penalaran dan masalah dan mengolah informasi, serta
komunikasi matematis yang akan digunakan membuat kesimpulan. Sehingga men-dorong
dalam materi lain.
siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian yang diperoleh dari perangkat pembelajaran ini menguatkan th Arends, R. I. (2012) . Learning to teach 9
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan
ed . New York: McGraw-Hill. oleh peneliti lain seperti penelitian yang
dilakukan oleh Qodariyah dan Hendriana Arslan, C., Göcmencelebi, S. I., & Tapan, (2015) menyatakan kemampuan komunikasi
M. S. (2009). Learning and reasoning matematis siswa yang mendapat discovery
styles of pre service teachers’: learning lebih baik dari pada siswa yang
inductive or deductive reasoning on mendapat kemampuan konvensional. Siswa
science and mathematics related to pada pembelajaran discovery learning tidak
their leraning style. Procedia Social mengalami kesulitan dalam tiap butir tes
and Behavioral Sciences , 1, 2460- komunikasi
penelitian yang dilakukan oleh Ramdani Astuti, R. D., & Abadi, A. M. (2015). (2014) bahwa dalam bahan ajar yang Keefektifan pembelajaran jigsaw dan disusun
TAI ditinjau dari kemampuan meningkatkan kemampuan komunikasi,
dan sikap belajar penalaran, dan koneksi matematis. Burais,
penalaran penalaran
pertama/madrasah Pendidikan Matematika, 2 (2), 235-
menengah
tsanawiyah.
250, http://journal.uny.ac.id/ index.php/ jrpm /index
Kilpatrick, J., & Swadford, J. (2002). Azwar, S. (1996). Tes prestasi fungsi
Helping children learn mathematics . pengembangan pengukuran prestasi
Washington DC: National Academy belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
of Sciences.
Balfanz, R., Iver, D. J., & Byrnes, V. (2006). Kilpatrick, J., Hoyles, C., & Skovsmose, O. The Implementation and impact of
(2005). Meaning in mathematics evidence-based mathematics reforms
education . New York: Springer in high-poverty middle schools: a
Science + Business Media Inc. multi-site, multi-year Study. Journal
Kosko, K. W. (2012). Student enrollment in Education , 37, 33-64.
for Research
in
Mathematics
classes with frequent mathematical discussion and its longitudinal effect
Brodie, K. (2010). Teaching mathematical on mathematics achievement. The reasoning in secondary school
Mathematics Enthusiast, 9 , 111-147. classrooms . New York: Springer.
Lim, C. S. Chiew, C. M & Chew, C. M. Budiningsih, A. (2012). Belajar dan
(2007). Mathematical communication pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta.
in Malaysian bilingual classroom . Presented at the 3 rd APEC-Tsukuba
Burais, L., Ikhsan, M., & Duskri, M. (2013). International Conference: “Innovation Peningkatan kemampuan penalaran
of classroom teaching and learning matematis siswa melalui model
through lesson study-focusing on discovery learning . Jurnal Didaktik
communication”. Matematika , 3, 77-86.
mathematical
Tokyo: CRICED, University of Tsukuba.
Gay, L. R. (1986). Educational research: Competencies for analysis &
Lomibao, L. S., Luna, C. A., & Namaco, R. aplication. (2 ed). Ohio: Merrill.
th
A. (2016). The influence of mathematical communication on
Garner, E., & Duncan, J. (2011). Going from Students’ mathematics performance “i can” to “ I can and here’s how!”:
and anxiety. American Journal of writing about math in a 3 and 4
rd
th
Educational Research, 4 , 378-382. grade mathematics classroom. Journal
of Teacher Initiated Research , 8, 1- Mulyasa. (2014). Guru dalam implementasi
15. kurikulum 2013 . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Georgius, K. (2008).
Improving
communication about mathematics Mullis, I. V. S., Martin, M.O., Foy, P., & through vocabulary and writing. Tesis,
Arora, A. (2012). TIMSS 2011 tidak diterbitkan, University of
international result in mathematics . Nebraska, Lincoln.
Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International study center.
Kemdikbud. (2013). Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 65
NCTM. (1989). Curriculum and evaluation tahun 2013, tentang standar isi
standards for school mathematics . pendidikan dasar dan menengah.
Reston: Key Curriculum Press. Kemdikbud. (2013). Peraturan menteri
NCTM. (1999). Developing mathematical pendidikan dan kebudayaan nomor 68
reasoning in grade k-12 . Reston: tahun 2013, tentang kerangka dasar
dan struktur kurikulum sekolah
National Council of Teachers of Ramdani, Y. (2012). Pengembangan Mathematics.
instrumen dan bahan ajar untuk meningkatkan
kemampuan NCTM. (2000). Principles and standars for
komunikasi, penalaran, dan koneksi school mathematics . Reston: Key
matematis dalam konsep integral. Curriculum Press.
Jurnal Penelitian Pendidikan , 13, 48-
49.
Nieveen, N. (1999). Prototyping to reach product quality. Dalam Akker,
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., J.V.,et al. (Eds.), Design approaches
Herman, T., Suhendra, Prabawanto, and tools in education and training.
S., ..., Rohayati, A. (2003). Strategi (pp. 125-136). London: Kluwer
matematika Academic Publisher.
pembelajaran
kontemporer . Bandung: Universitas OECD. (2014). Student performance in
Pendidikan Indonesia. mathematics reading and science
(volume 1) . Paris: OECD Publishing. Sutherland, R. (2007). Teaching for learning mathematics . New York: Open
Prasetyo, Z. K. (2011). Pengembangan University Press. perangkat pembelajaran terpadu
untuk meningkatkan
Tirosh, D. (1999). Forms of mathematical keterampilan proses, kreativitas serta
kognitif,
knowledge: learning and teaching menerapkan konsep ilmiah peserta