No Informasi Tentang Tanda-Tanda Persalinan

  GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI BPS Ny. Roidah, SST,M.Kes DESA DLANGGU

MOJOKERTO

Nanik Nur Rosyidah

  Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto

  ABSTRAK

  Rasa cemas pada banyak ibu hamil primigravida merupakan akibat dari rekaman getaran kehidupan mereka sejak dalam kandungan.Kecemasan dan stres yang berlebihan pada ibu hamil primigravida trimester

  III sangat berbahaya.Keadaan itu bisa berakibat bayi lahir prematur,kesulitan belajar,anak menjadi hiperaktif, atau bahkan mengalami autisme. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Pebruari 2009 di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes Desa Dlanggu Mojokerto dengan teknik wawancara, didapatkan bahwa ibu mengalami ketegangan, nafas pendek ,perasaan ancaman meningkat hingga tidak dapat berpikir logis.

  Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida trimester III yang berjumlah 20 responden yang diambil dengan teknik accidental sampling dan instrumen penelitian ini adalah kuesioner.Analisis data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut yaitu Editing, Coding, Skoring, Tabulating.

  Dan berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes Desa Dlanggu Mojokerto sebagian besar 13 orang (65%) mengalami kecemasan sedang.

  Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar ibu hamil primigravida trimester III mengalami kecemasan sedang, yaitu sebanyak 13 orang (65%). Jadi diharapkan ibu hamil primigravida trimester III mencari informasi tentang tanda-tanda persalinan.

  Kata Kunci : Ibu hamil primigravida trimester III, kecemasan, persalinan

  Halaman | 82 PENDAHULUAN

  Rasa cemas pada banyak ibu hamil primigravida merupakan akibat dari rekaman getaran kehidupan mereka sejak dalam kandungan. Padahal, bayi di dalam kandungan perlu mendapat ketenangan dan kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah yang akan terekam sampai usia dewasa. Dalam bukunya, Super Baby, Dr. Sarah Brewer mengungkapkan bahwa kecemasan dan stres yang berlebihan pada ibu hamil primigravida sangat berbahaya. Keadaan itu bisa berakibat bayi lahir premature, kesulitan belajar, anak menjadi hiperaktif, atau bahkan mengalami autisme. Fenomena yang terjadi masih banyak ibu hamil primigravida yang mengalami kecemasan saat menghadapi persalinan sehingga persalinan tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto banyak ibu hamil primigravida yang trimester III rata-rata mengalami rasa cemas saat akan menghadapi persalinan misalnya takut akan terjadi kematian, ketegangan, nafas pendek, takut pada peralatan medis hingga tidak dapat berfikir dengan logis.

  Menurut hasil penelitian Antoinette M Lee dari Universitas Hongkong, lebih dari separuh (57 persen) perempuan hamil terkena gangguan kecemasan. Di Indonesia, jumlah kasus kecemasan pada ibu hamil cenderung meningkat dan setiap bulan tak kurang dari 1.500 bayi meninggal.

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 maret 2009 di BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto dengan teknik wawancara dari 20 ibu hamil primigravida ternyata masih 17 orang (85%) yang mengalami kecemasan saat menghadapi proses persalinan.

  Kecemasan pun bisa berkembang menjadi psikosis ataupun skizofrenia. Dari beberapa laporan ini jelas bahwa kecemasan memberi pengaruh yang serius . Ibu hamil primigravida dengan kecemasan tinggi ketika hamil cenderung untuk mempunyai bayi yang kecil (berat badan lahir rendah). Kecemasan yang terlalu juga dapat meningkatkan resiko Hipertensi (tekanan darah tinggi) pada kehamilan. Dalam waktu pendek, tingkat cemas yang tinggi akan dapat menyebabkn gejala : rasa lemas, kurang tidur, perasaan cemas, nafsu makan terganggu atau telalu banyak makan, sakit kepala, dan punggung. Dan jika tetap tak diatasi, dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius seperti tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan juga memperendah kekebalan tubuh terhadap infeksi. Perempuan cemas ketika hamil akan meningkatan hormon adrenalin. Menurut Dr. Sarah kecemasan yang berlebihan pada ibu hamil primigravida akan mengakibatkan naiknya kadar pregnanolone peningkatan detak jantung dan peningkatan hormone stress . Beberapa upaya untuk menghilangkan rasa cemas ibu hamil primigravida adalah melakukan teknik relaksasi seperti relaksasi otot, relaksasi pernafasan, relaksasi jiwa yang bertujuan untuk menghilangkan kelelahan saat melahirkan dan mencegah munculnya rasa nyeri yang berlebihan . Bila si ibu terkena kecemasan, kemungkinan yang dilahirkan bisa premature, berat badan kurang, atau tubuh bengkak-bengkak karena kelebihan natrium (pre-eklampsia).

  Fenomena yang ada bahwa tingkat kecemasan ibu hamil primigravida saat menghadapi persalinan dengan yang lainnya tidak sama,hal ini dapat terjadi karena banyak faktor diantaranya kurangnya informasi tentang persalinan dan semua hal yang berhubungan dengan itu. Oleh sebab itu, untuk mengurangi kecemasan ibu hamil primigravida petugas pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu menghadapi kecemasan ini dan diharapkan mampu meminimalkan kecemasan dengan memberikan gambaran tanda-tanda dimulainya persalinan, menyarankan pada ibu jika persalinan harus ada yang mendampingi saat proses persalinan serta memberikan gambaran jalannya persalinan pada waktu kunjungan antenatal trimester III.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dimana penulis ingin mengetahui tingkat kecemasan ibu hamil primigravida Trisemester

  III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil primigravida Trisemester

  III dalam

  • – 30 tahun > 30
  • – 30 tahun yaitu (75 %) dan tidak satupun (0 %) yang berumur > 30 tahun.

  20

  3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes.

  Ds. Dlanggu Mojokerto.

  No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

  1

  2

  3

  4 Petani Wiraswasta PNS Tidak Bekerja

  4

  4

  2

  10

  20

  10

  10 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan hampir setengahnya responden berpendidikan SMU yaitu (45%) dan sebagian kecil berpendidikan

  50 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan dapat dilihat bahwa hampir setengahnya (50%) responden tidak bekerja dan sebagian kecil (10%) responden sebagai PNS.

  4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi tentang Persalinan di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes. Ds. Dlanggu Mojokerto.

  No Informasi Tentang Tanda-Tanda Persalinan Frekuensi Prosentase (%)

  1

  2

  3

  4 Petugas Kesehatan Surat Kabar Radio Televisi

  11

  6

  3

  55

  30

  Akademi / Perguruan Tinggi (10%).

  45

  menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida Trisemester

  25

  III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah Desa Dlanggu Mojokerto yang berjumlah 20 orang yang memenuhi kriteria penelitian. Tehnik sampling yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan accidental

  sampling. Di dalam pengumpulan data pada

  penelitian ini digunakan alat berupa angket atau kuesioner yang disebarkan pada responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tahapan editing, coding, scoring dan tabulating.

  HASIL PENELITIAN 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes. Ds.

  Dlanggu Mojokerto

  

No Umur Frekuensi Prosentase (%)

  1

  2

  3 < 20 tahun

  20

  5

  15

  75 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas Distribusi frekuensi berdasarkan umur hampir seluruhnya responden berumur 20

  25

  2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes.

  Ds. Dlanggu Mojokerto.

  No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

  1

  2

  3

  4 SD SMP SMU Akademi / Perguruan Tinggi

  4

  5

  9

  2

  20

  15 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas Distribusi frekuensi berdasarkan informasi tentang tanda- tanda persalinan sebagian besar (55%) responden mendapatkan informasi tentang tanda- tanda persalinan dari petugas kesehatan dan tidak satupun (0%) responden mendapat informasi tentang tanda-tanda persalinan dari radio. Halaman | 84

  5. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trisemester III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes. Ds. Dlanggu Mojokerto.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan karakteristik pendidikan responden pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan SMU yaitu sebanyak 9 responden (45%) dan sebagian kecil berpendidikan akademi/ PT yaitu sebanyak 2 responden (10%). Tingkat pendidikan SMU termasuk dalam tingkat pendidikan yang cukup. Dengan memiliki latar pendidikan yang cukup, maka seseorang akan lebih mudah untuk menerima hal atau informasi baru terutama informasi yang bermanfaat bagi derajat kesehatannya. Koentjoroningrat, mengatakan bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi dan makin banyak pengetahuan yang dimiliki.

  / tidak normal. Kadang-kadang disebabkan oleh munculnya perasaan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan bayi yang dilahirkan, seperti ketidakmampuan memberikan pendidikan dan penghidupan yang layak. Disamping itu kecemasan pada ibu hamil primigravida disebabkan oleh munculnya dugaan bahwa melahirkan akan mematikan aktivitas sehari-hari, seperti menghambat rutinitas kerja karena tuntutan untuk memberikan perhatian kepada bayi yang dilahirkan.

  III dalam menghadapi persalinan kecemasan timbul karena ketakukan kehilangan bayi yang dilahirkannya, seperti ketakukan bahwa bayi yang dilahirkannya meninggal, atau lahir cacat

  Pada ibu hamil primigravida Trisemester

  Kecemasan berat berhubungan dengan pengurangan persepsi seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terperinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada sesuatu karya lain. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang timbul kelemahan spesifik (Carpenito, 2000).

  Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

  Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

  Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida Trisemester III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes. Ds. Dlanggu Mojokerto , dari 20 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 13 orang (65 %), dan tidak satupun yang mengalami kecemasan sangat berat (0 %).

  15 Jumlah 20 100 Berdasarkan tabel diatas Distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang (65%), dan tidak satupun yang mengalami kecemasan sangat berat (0%).

  No Tingkat Kecemasan Frekuensi Prosentase (%)

  65

  20

  3

  13

  4

  4 Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Cemas sangat berat

  3

  2

  1

  Latar belakang pendidikan yang cukup dan bahkan tinggi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pola pikir dan prilaku seseorang tentang sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan derajat kesehatannya. Seseorang akan lebih mudah menerima informasi baru yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah.

  Berdasarkan karakteristik pekerjaan responden pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja atau berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 10 responden (50 %) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 2 responden (10 %). Dengan tidak bekerja maka waktu seorang ibu hamil untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi persalinan yang akan dihadapi, akan lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

  Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Markum (1991) dalam Nursalam dan Pariani (2001), yang menyatakan bahwasanya bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupannya sehingga ibu tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan informasi. Dengan tidak bekerja, seorang ibu hamil bisa mendapatkan informasi seputar kehamilan dan persalinan yang akan dihadapi baik melalui media elektronik atau cetak dan dari tenaga kesehatan yang ada selain itu ibu hamil juga dapat berkunjung kepada orang yang lebih tahu mengenai kesehatan.Dengan lebih sering melakukan kunjungan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan, maka tingkat pengetahuan seseorang tersebut akan ikut berkembang dan menjadi lebih baik daripada sebelumnya dan lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang yang jarang berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan yang ada.

  Berdasarkan karakteristik perolehan informasi tentang tanda-tanda persalinan pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 11 responden (55 %) dan tidak satupun (0 %) responden yang mendapatkan informasi dari radio.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang proses persalinan adalah tenaga penyuluh kesehatan yang ada dilapangan yang memberikan informasi yang tepat kepada ibu hamil primigravida mengenai persalinan yang akan dihadapinya. Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, misalnya membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi dan sebagainya (Em Zul Fajri dan Ratu April Senja, 2005).

  Dengan mendapatkan informasi yang tepat mengenai kehamilan dan persalinan yang akan dihadapi, pengetahuan seorang ibu hamil primigravida secara tidak langsung akan ikut berkembang. Dengan mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan bahkan baik, seorang ibu hamil primigravida akan lebih siap menghadapi persalinan dan hanya akan mengalami kecemasan dalam kategori cemas sedang atau ringan. Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil primigravida dikarenakan ibu tersebut akan menghadapi persalinan yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

  Selain pendidikan, pekerjaan, dan informasi, faktor usia juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu hamil pimigravida dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar responden berusia 20-30 tahun yaitu sebanyak 15 responden (75%) dan tidak satu pun (0%) responden berusia lebih dari 30 tahun. Umur 20-30 tahun merupakan kategori dewasa. Nursalam dan Pariani (2001) mengemukakan pendapat bahwasanya dengan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis. Hurlock (1998) dalam Nursalam dan Siti pariani (2001) mengatakan bahwasanya pengalaman dan kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Dengan usia yang termasuk dalam kategori dewasa, seorang ibu primigravida akan lebih matang dan bijak dalam menghadapi suatu permasalahan, maka secara tidak langsung akan menurunkan stressor atau kecemasan yang akan dialami. Dengan semakin menurunnya tingkat stressor atau kecemasan maka, persalinan yang akan dihadapi ibu primigravida akan berjalan lancar dan akan menurunkan angka kematian ibu dan anak

  KESIMPULAN

  Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trisemester III dalam menghadapi persalinan di BPS Ny. Roidah, SST, M.Kes. Ds. Dlanggu Mojokerto sebagian besar mengalami kecemasan sedang (65%) mengalami kecemasan sedang dan sebagian kecil (15%) mengalami kecemasan berat.

  Halaman | 86 SARAN

  Perkembangan Edisi 5. Erlanggan :

  Jakarta

  Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :

  Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi

  Dalam Kesehatan. Pustaka Harapan :

  Mohammad, Kartono. 2002. Kontradiksi

  Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta

  I Gde Bagus. 2002. Ilmu

  Ekonomi Universitas Islam : Yogyakarta Manuaba,

  Jakarta Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Fakultas

  Hurlock. B Elizabet. 1999. Psikologi

  1. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan bisa dipakai untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan.

  Kenneth J, Gilstap III, Larryc, Hauth John C, Dan Wenstrom, Katarine D. 2005. Obstetri Williams Edisi 21. EGC : Jakarta

  Salemba Medika Gary F. Cuning, Gant Norman, F, Leveno,

  Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :

  Alimul, A. 2007. RisetKeperawatan dan

  Penelitian. Rineka Cipta Jakarta

  Arikunto., Suharsimi. 2006. Prosedur

  III dalam menghadapi persalinan secara praktis

  4. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan yang bisa dipakai untuk menurunkan kecemasan ibu hamil primigravida Trimester

  3. Bagi Responden Diharapkan ibu hamil primigravida trisemester III mencari informasi tentang tanda-tanda persalinan.

  2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan bisa dipakai untuk penambahan referensi keilmuan terutama yang berkaitan dengan kecemasan.