Higiene and Sanitasi Makanan doc

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Secara umum makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi
(mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, mineral). Agar makanan sehat bagi
konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat,
cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan. Makanan
sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga ditentukan oleh macam makanan yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang sehat tersebut
meliputi kebutuhan makanan untuk masyarakat umum, makanan untuk kebutuhan khusus,
yaitu makanan untuk asrama haji, asrama transit, pengeboran minyak lepas pantai,
perusahaan dan angkutan umum dalam negeri. Selain itu makanan yang sehat dan harus
dieksport ke manca negara perlu diangkut dengan transportasi internasional dan pesawat
udara. Dengan mengingat pentingnya makanan harus sehat maka pemerintah perlu
mengadakan pembinaan dan pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi masyarakat
luas. Apabila semua bahan makanan, makanan terolah maupun makanan jadi yang dieksport
dan dalam kondisi terkontaminasi maka makanan tersebut pasti ditolak oleh negara penerima.
Dengan demikian maka sanitasi makanan sangat penting di dalam meningkatkan nilai

eksport kita. Kualitas makanan akan mempengaruhi pula jumlah wisatawan. Apabila ada
wisatawan yang sakit yang berhubungan dengan alat pencernaan makanan (typhus, muntah
berak, dan hepatitis A) maka apabila ia pulang ke negerinya, maka akan menceritakan kepada
teman-temannya dan akibatnya jumlah wisatawan yang masuk ke negara kita akan
berkurang.

1.2.
1.
2.
3.
4.
1.3.

Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan makanan sehat
Bagaimana analisis toksikologi keamanan bahan tambahan makanan secara langsung
Apa saja syarat minimal makanan sehat
Bagaimana sanitasa jasa boga dan pemeriksaannya

Tujuan

1. Mengetahui tentang makanan sehat

2. Memahami analisis yang akan dilakukan pada makanan
3. Memahami apa saja syarat makanan sehat
4. Memahami sanitasa jasa boga dan pemeriksaannya

BAB II
ISI

2.1. Makanan Sehat

Makanan sehat ditunjukkan dengan susunan makanan dalam pyramid makanan. Lokasi
puncak ditempati oleh makanan yang mengandung lemak, minyak, dan rasa manis. Sedang
dibawahnya ditempati makanan sejenis susu, keju, yogurt, daging, telur, dan kacangkacangan. Dibawahnya lagi ditempati oleh buah dan sayur. Lokasi terbawah ditempati oleh
nasi, roti dan sereal.

Gambar: Piramida makanan
Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi. Makanan yang
terkontaminasi akan meyebabkan penyakit (foodborne disease). Gambaran pembagian penyakit
yang disebabkan oleh makanan adalah sebagai berikut :


mmmmm

Gambar : Klasifikasi “Foodborne Disease”
Penyakit Disebabkan Perantara Makanan (Foodborne Disease)
a. Pengawetan dan Penanganan Makanan Agar Tetap Sehat
Agar makanan tetap aman dan sehat diperlukan beberapa cara yang meliputi penyimpanan,
pencegahan kontaminasi, dan pembasmian organisme dan toksin. Beberapa metode pengawetan
antara lain :



Keadaan Basa dan Pengasaman
Dalam keadaan netral organisme akan tumbuh dengan baik, dalam keadaan keasaman
dan basa yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan organisme. Sebagian organisme



kontaminan dalam tubuh perlu oksigen untuk tumbuh.
Kelembaban

Semua organisme akan mudah tumbuh dalam keadaan kelembaban yang cocok.



Pertumbuhan organisme akan ditentukan oleh kadar garam, gula dan bahan lain.
Suhu
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimal, dan suhu maksimum dalam
melakukan proses kehidupan. Sebagian kuman patogen hidup dengan baik pada suhu

tubuh manusia, pada suhu
suhu kurang dari 5 ° C

71° C

hampir semua organisme akan mati sedangkan pada

akan mengganggu pertumbuhan kuman.

b. Metode Pengawetan Agar Makanan Tahan Lama
 Dimasak

Makanan yang dimasak akan membunuh organisme tetapi tidak dijamin menjadi awet.
Malahan pada pemasakan secara tidak sempurna pada daging, telur, susu akan



menyebabkan makanan tersebut peka dan memudahkan organisme untuk berkembang.
Pengalengan
Sebelum dilakukan pengalengan, makanan terlebih dahulu harus mengalami pemasakan
yang cukup untukm membunuh organisme dan seterusnya dilakukan sterilisasi serta
penutupan kaleng. Bahaya pengalengan yang tidak sempurna akan mengganggu kuman



anaerobic yang menghasilkan toksin botulisme.
Pengeringan dan Dehidrasi
Cara sederhana dan murah cara pengawetan makanan adalah dengan cara pengeringan.
Teknik pengeringan dapat secara alami dijemur dibawah sinar matahari dan dengan cara
pemanasan memakai alat pengering. Cara modern yang dipakai untuk mengeringkan




makanan adalah “spray drying, freeze drying, vacuum drying, dan hot-air drying”
Cara Pengawetan
Pengawetan merupakan cara untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme. Untuk mengawetkan daging/ikan dan sayuran dipakai bahan kimia
antara lain garam, gula, sodium nitrat, dan nitrit. Kadang-kadang ditambah dengan asam
salisilat dan sodium benzoate. Untuk mengawetkan roti biasanya dipakai asm propionat
dan asam sorbik.







Suhu Kulkas (refrigeration)
Penyimpanan dalam keadaan beku akan menyebabkan bakteri tidak mampu berkembang
biak. Penyimpanan dalam keadaan beku tidak menjamin makanan bebas kuman.
Pasteurisasi
Cara pasteurisasi merupakan cara yang baik untuk mengawetkan makanan dalam jangka

pendek. Makanan yang mengalami pasteurisasi dan dimasukkkan kedalam kulkas akan
reltif lebih awet.pasteurisasi susu dilakukan dengan pemanasan 63 ºC selama 30 menit
atau pada suhu 72º selama 15 detik akan membunuh organisme pathogen.
Irradiasi
Cara iiradiasi dilakukan pada makanan dengan jumlah banyak dan diperkirakan
mengandung mikroorganisme. Pada dosisi yang ditentukan irradiasi tidak dapat
mensterilkan daging sehingga daging masih perlu ditaruh didalam kulkas.

Makanan yang memgalami irradiasi adalah aman karena tidak mangandung bahan
radioaktif tetapi kemungkinan dapat mengalami perubahan rasa. Sejak tahun 1983 ada
130 negara di dunia yang memakai sistem pengawetan irradiasi dan direkomendasikan
oleh FAO (Food and Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization).
Di USA irradiasi daging babi, ayam, ikan, padi-padian, sayur dan buah segar harus
mendapat rekomendasi dari FDA (Food and Drug Administration).
c. Perangakat Penunjang Program Sanitasi Makanan
Sacara umum untuk keberhasilan program sanitasi makanan diprlukan peraturan dalam
memproses makanan dan pencegahan terjadinya “food borne disease”. Selain itu
diperlukan pula pengumpulan data harian perihal makanan dan dat pentakit apabila ada
wabah kejadian liar biasa (KLB). Dari pengalaman telah ditemukan bahwa penyebab
terjadinya KLB adalah karena tadak adekuat dalam proses memasaknnya, penyimpanan

dan penyajian kurang higinis, serta kebersihan pelaksana/pekerja yang jelek.
Untuk menunjang keberhasilan program sanitasi makanan diperlukan beberapa
fasilitas diantaranya adlah penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah yang
saniter, sistem pembuangan limbah cair yang saniter, serta sistem pengendalian insekta
dan tilus. Hal yang cukup penting untuk menunjang keberhasilan program adalah
peralatan dan fasilitas yang memadai, personalia yang terdidik, standar makanan dan
peraturan mengenai makanan, serta pemantauan dan sangsi hukum.

2.2. Analisis Toksikologi Keamanan Bahan Tambahan Makanan Secara Langsusng
Bahan tambahan makanan (food additives) merupakan bahan kimia yang secara legal
ditambahakan pada makanan untuk melengkapi tujuan secara teknologi dan aman untuk
manusia. Beberapa hal yang mensorong untuk menganilisis bahan tambahan makanan secara
toksikologi adalah desakan dari “Scientific Committee of the Food Safety Council” pada
tahun 1978 di USA.
Pohon keputusan (decision tree), merupakan keputusan pendekatan yang berkembang
untuk merespon terhadap:
-

Peningkatan jumlah dan pemakaian bahan untuk tambahan makanan
Keterbatasan kemampuan/pengetahuan ahlii toksikologi terhadap beberapa uji yang

diperlukan untuk bahan tambahan makanan
Jangka waktu yang diperlukan untuk mengevaluasi secara toksikologi bahan tambahan
makanan secar lengkap dan komprehensif dan tingginya biaya analisis toksikologi.
Berdasarkan tanbahan makanan yang berasal dari tumbuhan akan berbeda yang
tergantung pada sumber dan metode ekstraksinya. Semua bahan tambahan makanan tersebut

perlu diuji kemurniannya. Tahap selanjutnya harus dilakukan analisis bahan tambahan
makanan tersebut terhadap manusia. Untuk memperkirakan kebutuhan manusia bahan
makanan, perlu diketahui:
-

Jumlah bahan tambahan makanan yang terknadung dalam makanan
Jumlah harian makanan yang mengandung bahan tambahan makanan
Distribusinya dalam populasi
Konsumsi jenis bahan tambahan makanan yang berasal dari luar makanan.

KEPASTIAN TEST MATERIAL
KEMURNIAN DAN BENTUK

ANALISIS PAPARAN TINGKAT

KONSUMSI MAKANAN

TOKSIK AKUT

TOKSIK TERHADAP GENETIK
MUTAGENESIS
TRANSFORMASI

BIO TRANSFORMASI
FARMAKOKINETIK

DITOLAK
Jika tak diterima

DITERIMA
Jika Metabolitnya aman

DITERIMA
Jika tak ada efek


DITOLAK
TOKSIK SUB KRONIK DAN
REPRODUKSI

Jika tak diterima

merugikan

DITERIMA
Jika tak ada efek
merugikan

TOKSIK
KRONIS

DITOLAK
Jika tak diterima

Gambar : Pohon Keamanan Makanan (Direkomendasikan oleh “Scientific Committee of the
Food Safety Council, USA, 1978”)
a. Konsep Tingkat Perhatian (Level Of Concern)
Pada problema kesehatan masyarakat masalah bahan tambahan makanan (food additive) oleh
FDA dikenalkan konsep tingkat perhatian (level of concern) yang terbagi menjadi 3 (tiga)
kriteria, yaitu:
1. Tingkat paparan
2. Hubungan strukktur molekuler dengan bahan yang diketahui, jika tak ada data toksikologi
3. Adanya data yang toksikologi.
Tingkat paparan bahan tambahan makanan akan menetukan kategorisasi dari “level of
concern”, yaitu:
-

Bahan tingkat perhatian I (Concern Level I Substances), merupakan perhatian yang paling
rendah dan mengandung bahan tambahan makanan sebesar 0,05 ppm
Bahan tingkat perhatian II (Concern Level II Substances), mengandung bahan tambahan
makanan sebesar 0,05-1,0 ppm dari total diet
Bahan tingkat perhatian III (Concern Level III Substances), merukan perhatian yang paling
tinggi dan mengandung bahan makanan sebesar 1,0 ppm dari total diet.

b. Rekomendasi Hasil Uji Toksikologi Bagi Bahan Tambahan Makanan (Food
Additives)
Secara ringkas rekomendasi yang diberikan oleh hasil uji toksikologi untuk setiap ”level of
concern” adalah sebahai berikut:
Concern Level I Substances, meliputi:
-

Studi makanan jangka pendek (paling sedikit 28 hari) pada spesies tikus
Uji jangka pendek terhadap potensi karsinogenesis.
Concern Level II Substances, meliputi:

-

Studi makanan secara subkronik pada spesias tikus
Studi makanan secara subkronik pada spesias selain tikus
Reproduksi multigenerasi pada spesiaes tikus, minimum dua generasi dan sampai
ditemukannya fase teratogenik
Uji jangka pendek terhadap potensi karsinogenik.

Concern Level III Substances, meliputi:
-

Studi karsinogenik pada dua macamspesies tikus
Studi makanan secara kronik selama satu tahun pada spesies tikus
Studi makanan secara kronik selama satu tahun pada spesies selain tikus
Studi reproduksi multigenerasi pada spesies tikus, minimum dua generasi dan sampai
ditemukannya fase teratogenik
Uji jangka pendek terhadap potensi karsinogenik.

2.3. Syarat Minimal Makanan Sehat
Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Persyaratan agar makanan sehat dikonsumsi oleh masyarakat adalah:
Bahan makanan yang akan diolah terutama yang mengandung protein hewani seperti daging,
susu, ikan/udang dan telur harus dalam keadaan baik dan segar. Demikian pula bahan sayur
harus dalam keadaan segar dan tidak rusak. Dengan demikian agar makanan yang akan
diolah memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus tidak berubah bentuk, warna dan rasa,
demikian pula asal dari bahan tersebut harus dari daerah/tempat yang diawasi. Demikian pula
bahan makanan terolah yang dikemas, bahan tambahan dan bahan penolong harus memenuhi
persyaratan yang berlaku.
Makanan yang sudah terolah dapat dibagi menjadi makanan yag dikemas dan makanan
yang tidak dikemas.
Makanan yang dikemas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
-

Mempunyai label dan harus bermerek
Sudah terdaftar dan bernomor pendaftaran
Kemasan tudak rusak/robek atau megembung
Ada tanda kadaluarsa dan dalam keadaan belum kadaluarsa
Kemasan yang dipakai harus hanya sekali penggunaan.
Makanan yang tidak dikemas harus memenuhi syarat sebagai berikut:

-

Dalam keadaa “fresh” (baru dan segar)
Tidak basi, busuk, rusak dan berjamur
Tidak mengandung bahan terlarang (bahan kimia dan mikrobiologi).
Persratan ketat untuk makanan jadi agar sehat dikonsumsi oleh konsumen, meliputi:

 Makanan tidak rusak, busuk, atau basi yang ditandai dengan perubahan dari rasa, bau,
berlendir, nerubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya pengotoran lainnya.
 Memnuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketntuan yang berlaku
 Harus bebas daru kuman E. Coli pada makanan tersebut (nol/gram makanan)

 Angka kuman E. Coli pada minuman harus nol/100ml. contoh minuman
 Tidak boleh mengandung residu bahan pestisida dan logam berat yang melebihi ambang
batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
Agar sanitasi makanan terjamin diperlukan pengolahn makanan secara saniter.
Adapun syarat pengolahan makanan agar seniter adalah sebagai berikut:
Persyaratan untuk karyawan/tenaga pengolah makanan
-

Kondisi bahan sehat dengan surat keterangan dokter
Bebas dari penyakit menular (TBC, typhus, kolera, carrier penyakit)
Harus punya buku pemeriksaan kesehatan.
Persyaratan peralatan dalam proses penglahan makanan

-

Permukaan alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan
Lapisan permukaan alat tidak mudah larut dalam asam/basa atau garam yang lazim dipakai
dalam proses makanan
Apabila alat tersebut kontak dengan makanan, maka alat tersebut tidak akan mengeluarkan
logam berat beracun berbahaya, seperti:
*Timah hitam (Pb)
*Seng (Zn)
*Arsekum (As)
*Cadmium (Cd)
*Tembaga (Cu)
*Antimon (Stibium)
-

Tutup wadah harus menutup sempurna

- Kriteria kebersihan ditentukan denganangka kuman maksimum 100/cm². Permukaan dan
bebas dari kuman E. Coli.
Cara penglahan makanan
-

-

-

Semua kegiatan pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
Perlindungan kontak langsung makanan dengan tubuh dilakukan dengan:
 Memakai sarung tangan plastic sekali pakai
 Menggunakan penjepit makanan
 Menggunakan alat lain, misalnya sendok garpu.
Menghindari pencemaran terhadap makanan, digunakan:
 Menggunakan apron/celemek
 Menggunakan tutup rambut dan tutup mulut
 Memakai sepatu khusus dapur.
Mengetrapkan perilaku sehat pada karyawan/tenaga lain selama bekerja
 Tidak merokok
 Tidak makan atau mengunyah
 Tidak memkai perhiasan kecuali cincin kawin tidak berhias
 Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya





Selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja
Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar
Selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan tidak dipakai di luar jam kerja.

Penyimpanan bahan mentah dan makanan jadi.
-

Penyimpanan bahan makanan diperlukan persyaratan sebagai berikut:
Jenis bahan
makanan

Lama Penggunaan
3 hari atau kurang

1 minggu atau kurang

1 minggu atau lebih

-5º sampai 0 ºC

-10º sampai -5 ºC

Kurang dari -10 ºC

5º sampai 7 ºC

-5º sampai 0 ºC

Kurang dari -5 ºC

Sayur, buah dan
minuman

10 ºC

10 ºC

10 ºC

Tepung dan bijibijian

15 ºC

25 ºC

25 ºC

Daging,
ikan,
udang
dan
olahannya
Telur, susu dan
olahannya

-

Bahan yang disimpan berupa bahan padat,ketebalan maksimun 10 cm
Syarat kelembaban ruang penyimpanan berkisar 80-90 %

Penyimpanan makanan jadi, perlu dilakukan sebagai berikut:
- Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya
- Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu 65,5 ºC atau lebih atau disimpan dalam
suhu dingan sekitar 4 ºC atau kurang
- makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) harus
disimpan dalam suhu 50 sampai 10C.
- tidak menempel pada lantai, dinding, atau pada langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut:
 jarak makanan dengan lantai
15 cm
 jarak makanan denngan dinding
5 cm
 jarak makanan dengan langit-langit
60 cm
2.4. Higiene Sanitasi Jasa Boga
Berdasarkan permenkes No.712/Men.Kes/Per/X/1986 tentang persyaratan kesehatan jasa
boga maka disebut dengan jasa boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan
kegiatan pengelolahan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

a. Persyaratan operasional jasaboga
Secara umum persyaratan operasional jasaboga adalah:
1.
2.
3.
4.

Persyaratan kesehatan lokasi dan bangunan jasaboga
Persyaratan pada proses pengelolahan makanan
Persyaratan pada penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pada cara pengangkutan makanan
b. Persyaratan kesehatan jasaboga
Secara umum persyaratan kesehatan jasaboga adalah:

1. Lokasi harus jauh dari lokasi pencemaran
2. Halaman bangunan mempunyai papan nama, bersih, pembuangan air limbah dan air hujan
harus lancer
3. Konstruksi bangunan memenuhi persyaratan teknis
4. Lantai bangunan kedap air dan tidak licin
5. Dinding bangunan halus, kering, dan kedap air
6. Tinggi minimum langit-langit 2,4 m, bersih dan berwarna terang
7. Pintu dan jendela membuka keluar dan berkaca
8. Pencahayaan cukup dan tidak silau
9. Ventilasi cukup untuk membuanghawa asap dan bau serta mencegah kondensasi uap air
10. Ruang pengelolahan makanan termasuk letak dan luas, lantai dapur, perlalatan harus bebas
tikus dan hewan lainnya.
11. Fasilitas pencucian perlalatan, dan bahan makanan dengan memakai bahan deterjen dan
KMnO4 0,02% serta terlindung daripencemaran dan tikus dan hewan lainnya.
12. Tersedia tempat cuci tangan yang memenuhi syarat.
13. Air bersih tersedia cukup.
14. Jumlah jamban, peturasan, dan kamar mandi cukup untuk karyawan.
15. Jumlah tempat sampah harus cukup dan lokasi penempatan tempat sampah harus tepat.
c. Penggolongan jasaboga
Penggolongan jasaboga didasarkan pada jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya
resiko sasaran yang dilayani. Jasaboga dibagi menjadi:
1. Golongan A, terbagi menjadi A1, A2, A3.
2. Golongan B
3. Golongan C
d. Jasaboga golongan A
a. Jasaboga golongan A1
Jasaboga golongan A1 adalah jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan
pengolahan yang menggunakan DAPUR RUMAH TANGGA dan dikelolah oleh
KELUARGA.

Syarat jasaboga golongan A1:
- Memenuhi persyaratan jasaboga secara umum
- Memenuhi persyaratan khusus, meliputi pengaturan ruang, ventilasi, tempat cuci tangan,
dan penyimpanan makanan harus memenuhi persyaratan golongan A1 dan persyaratan sehat
b. Jasaboga golongan A2
Jasaboga golongan A2, adalah jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan
pengolahan yang menggunakan DAPUR RUMAH TANGGA DAN MEMPEKERJAKAN
TENAGA KERJA.
Syarat jasaboga golongan A2:
- Memenuhi syarat golongan A1
- Memenuhi persyaratan khusus, meliputi peraturan ruang, ventilasi, tempat penyimpanan
makanan, dan penyimpananpakaiann harus memenuhi persyaratan golongan A2 dan
persyaratan sehat
c. Jasaboga golongan A3
Jasaboga golongan A3, adalah jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan
pengolahan yang menggunakan, DAPUR KHUSUS DAN MEMPEKERJAKAN TENAGA
KERJA.
Syarat jasaboga golongan A3:
- Memenuhi syarat golongan A1
- Memenuhi persyaratan khusus, meliputi peraturan ruang, ventilasi, ruang pengelolahan
makanan serta alat angkut dan wadah makanan harus memenuhi persyaratan golongan A3
dan persyaratan sehat.
e. Jasaboga golongan B
Jasaboga golongan B adalah jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk asrama,
penampungan jamaah haji, asrama transito, pengeboran, lepas pantai, perusahaan serta
angkutan umum dalam negeri, dengan pengelolahan yang menggunakan dapur khusus dan
mempekerjakan tenaga kerja.
Syarat jasaboga golongan B:
-

Memenuhi syarat golongan A3
Memenuhi persyaratan khusus, meliputi kebersihan dan sanitasi halaman, ventilasi, fasilitas
pencucian perlalatan dan bahan makanan, DLL
f. Jasaboga golongan C
Adalah jasaboga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat
udara dengan pengelolahan yang menggunakan dapur khusus dan persysratan sehat.
Syarat jasaboga golongan C:

-

Memenuhi syarat golongan B
Memenuhi persyaratan khusus, meliputi ventilasi, fasilitas pencucian, alat dan bahan, dan
ruangan pengolahan makanan harus persyaratan sehat.

2.5. Ijin Dan Pemeriksaan Laboratorium Jasaboga
a. Ijin penyehatan makanan jasaboga
Untuk mendirikan usaha jasaboga diperlukan ijin penyehatan makanan dari dinas terkait.
Pejabat yang berwenang untuk memberikan ijin penyehatan makanan jasaboga adalah:
1. Jasaboga golongan B dan C, yang berwenang memberi ijin penyehatan makanan
adalah Kepala Dinas Kesehatan Dati I.
2. Jasaboga golongan A2 dan A3, yang berwenang memberi ijin penyehatan makanan
adalah Kepala Dinas Kesehatan Dati II.
3. Jasaboga golongan A1,A2 ,A3, B, dan C dan berlokasi di wilayah Pelabuhan, yang
berwenang memberi ijin penyehatan makanan adalah Kepala Dinas Kesehatan
Pelabuhan.
b. Pemeriksaan contoh makanan dan spesimen jasaboga
Periksaan contoh makanan dan specimen jasaboga dilakukan oleh Balai Laboratorium
Kesehatan di tiap Propinsi dan Laboratorium lainnya yang sesuai dengan Kepmenkes.
No. 635/MENKES/SK/VII/1988 tanggal 29-7-1988, tentang penunjukan laboratorium
dan tata cara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen jasaboga.

BAB III
PENUTUP

3.1.
3.2.

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

Mukono H. J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya. Airlangga
University Press.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

The correlation intelligence quatient (IQ) and studenst achievement in learning english : a correlational study on tenth grade of man 19 jakarta

0 57 61

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22