EVALUASI KEBIJAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY

Noorsyamsa Djumara

Dosen STIA LAN Bandung

R. Utaryana Natawiriya

Pegawai PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

Abstrak

Pada dasarnya keberadaan perusahaan adalah memperoleh laba (profit) namun demikian dalam rangka menjaga keberlanjutan dan pertumbuhannya perusahaan memiliki tanggung jawab sosial menjaga lingkungan alam (planet) dan kepedulian kepada masyarakat sekitar (people). Secara lebih luas CSR adalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada Para Pemangku Kepentingan (Stakeholders) sebagaimana dilansir International Standard Organization, ISO 26000: 2010, Di Indonesia saat ini kebijakan tentang CSR diatur berdasarkan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tanggal 16 agustus 2007, PP No 47 tahun 2012 tanggal 4 April 2012 dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per- 20/MBU/2012 tanggal 27 Desember 2012. Telkom sebagai Badan Usaha Milik Negara sebagai bagian dari entitas organisasi bisnis global mengeluarkan kebijakan CSR berdasarkan keputusan Direksi Nomor. KD.41/PR000 /SDM- 20/2006 tanggal 18 Juli 2006, namun kebijakan tersebut sudah dicabut, sementara program CSR masih tetap berjalan meskipun tanpa dilandasi kebijakan yang masih berlaku. Mestinya hal ini menjadi perhatian serius bagi perusahaan publik yang mengedepankan compliance dalam setiap operasionalnya. Salah satu program CSR Telkom adalah program Kemitraan yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Pelaksanaan program tersebut berupa: (1) penyaluran dana pinjaman, (2) dana hibah yaitu pendidikan/ pelatihan serta bantuan magang dan pameran. Pada tahun 2011 Telkom telah mendistribusikan dana sebesar Rp. 302,697,000,000,- (tiga ratus dua milyar enam ratus sembilan puluh tujuh juta rupiah), namun demikian kinerja dari kebijakan tersebut belum disajikan dengan menggunakan suatu system manajemen kinerja yang dikenal sebagai praktik terbaik (best practice) yang salah satunya adalah balance scorecard, sebagai media pengukuran kinerja kebijakan.

Penelitian ini fokus pada permasalahannya yaitu (1) melakukan tinjauan terhadap kebijakan CSR, (2) melakukan evaluasi kebijakan CSR khususnya kinerja program Kemitraan tahun 2011. Dengan fokus tersebut penelitian ini bertujuan dapat mengidentifikasi celah/ gap antara kebijakan CSR Telkom dengan panduan dalam ISO 26000:2010, Sedangkan dengan mengevaluasi kinerja program kemitraan, melalui pendekatan balance scorecard akan dapat diketahui kinerja program kemitraan CSR Telkom. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, dimana dalam pengambilan dan pengolahan data dengan melakukan wawancara, studi atau telaah dokumen. Untuk memperoleh keabsahan data dengan menggunakan uji kredibilitas dengan cara triangulasi, diskusi dengan Informan. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu (1) Narrative analysis dan (2) Content analysis of texts (written and visual documentation). Hasil penelitian tinjauan tentang kebijakan CSR Telkom bahwa kontennya sangat operasional dalam mendukung pencapaian MDGs, namun beberapa hal yang termuat dalam ISO 26000:2010 belum secara spesifik dirujuk. Hasil penelitian atas kinerja CSR/ program kemitraan dapat dilakukan dengan pendekatan balance scorecard, dimana data program kemitraan diselaraskan dengan empat perspektif balance scorecard (finance, customer, internal process, Learning and growth), yang selanjutnya diintegrasikan dengan konsepsi kriteria evaluasi kebijakan menurut Dunn (efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsifitas, ketepatan).

Kata Kunci: Evaluasi kebijakan, Coorporate Social Responbility

COORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) POLICY EVALUATION AT PT. TELKOM Tbk.

Abstract

Basically the company's objective is profit, but, in order to maintain the sustainability and growth of socially responsible companies maintain the natural environment (planet) and concern to the local community (people). CSR is broader corporate social responsibility to Stakeholders as reported by the issuing ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility, International Standards Organization, ISO 26000: 2010. Indonesia's current policy on CSR is organized by Undang-undang No. 40/2007, Peraturan Pemerintah No. 47/2012 and Peraturan Menteri Negara BUMN: Per-20/2012. Telkom as a State Owned Enterprise as part of a global business organization entity issuing CSR policy is based on the Board's decision number. KD.41/ 2006 on Telkom Corporate Social Responsibility, but the policy is no longer even update and no longer valid (revoked), while the CSR program in particular partnership is still running even without a valid policy. This should be a serious concern for public companies that promote compliance in every operation. One of the Telkom CSR programs is a program of the Partnership program to improve the ability of small businesses to be strong and independent. Implementation of the program include: (1) loan funds, (2) grants the education / training and internship assistance and exhibitions. In 2011 Telkom has distributed funds Rp. 302,697,000,000, - (three hundred two billion six hundred and ninety-seven million rupiahs), however, the performance of such policies has not been presented using a system known as performance management best practices that one of them is the balanced scorecard, a media measurement policy performance.

This study focuses on the problem that is (1) a review of CSR policies, (2) to evaluate the performance of particular CSR policy Partnership program in 2011. With the focus of this study aims to identify the gap between Telkom CSR

KeyWorsd: Coorporate Social Responbility (CSR) Policy Evaluation

Latar Belakang masyarakat terhadap perusahaan sehingga Pada dasarnya tujuan utama setiap

masyarakatpun turut menjaga keberadaan perusahaan adalah memperoleh dan

perusahaan. CSR bukan hanya sekedar kegiatan meningkatkan keuntungan dalam upaya

amal atau pemberian sumbangan semata tetapi keberlangsungan serta pengembangan

CSR juga harus memperhitungkan akibat usahanya, namun keberadaan perusahaan

terhadap Para pemangku kepentingan seyogyanya harus dapat memberikan manfaat

(stakeholders) perusahaan, yang dimaksud minimal bagi masyarakat/ publik disekitarnya,

stakeholders adalah Para Pemegang saham, yang berarti bahwa keuntungan di satu sisi harus

konsumen, karyawan, pemerintah, masyakat, diimbangi

pesaing, supplier, LSM dan fihak lainnya yang dengan manfaat sosial bagi masyarakat pada

memiliki kepentingan terhadap perusahaan, sisi lainnya. Akan menjadi ketimpangan sosial

dengan demikian berarti CSR harus memberikan apabila perusahaan yang besar dengan

kemanfaatan dan kemaslahatan bagi seluruh keuntungan yang tinggi tetapi tidak memiliki

pemangku kepentingan. CSR mulai dikenal kepekaan sosial dan kepedulian kepada

pada tahun 1953 dengan diterbitkan buku lingkungan sekitarnya sehingga akan memicu

“Social Responsibilities of the Businessman” kesenjangan sosial dimanakesenjangan sosial

karya Howard R. Bowen yang kemudian dikenal pada situasi tertentu akan memicu kecemburuan

dengan Bapak CSR. Selanjutnya CSR mulai sosial dimasyarakat dan berpotensi menjadi

berkembang pada tahun 1960, dimana konflik antara perusahaan dengan

persoalan-persoalan kemiskinan dan masyarakat. Untuk itu diperlukan

keterbelakangan mulai mendapat perhatian kepedulian bagi setiap perusahaan dan

lebih luas dari berbagai kalangan. Pada Earth menyadari bahwa keberadaannya harus

Summit tahun 1992 di Rio De Janeiro memiliki makna untuk lingkungan/ publik/

menegaskan pentingnya konsep pembangunan masyarakat serta dapat memberikan manfaat

berkelanjutan (Sustainable Development) yang sosial yang lebih luas lagi bagi seluruh lapisan

didasarkan atas perlindungan lingkungan masyarakat bahkan negara.

hidup, pembangunan ekonomi dan sosial Dalam rangka melaksanakan kemanfaatan

(Economic and Environment Sustainability) perusahaan bagi masyarakat/ publik ataupun

sebagai hal yang mesti dilakukan. Kemudian negara, beberapa perusahaan baik BUMN

dalam “World Summit on Sustainable maupun swasta mencanangkan program-

Development (WSSD)” tahun 2002 di program sosial seperti bantuan fisik, pelayanan

Yohannesburg, Afrika Selatan memunculkan kesehatan, pembangunan masyarakat, beasiswa

konsep Social Responsibility, yang mengiringi dan penyediaan dana filantropis sebagai wujud

dua konsep sebelumnya yaitu Economic and kepedulian dan tanggung jawab sosial

Environment Sustainability. Terkait dengan perusahaan terhadap masyarakat dan biasa

Social Responsibility, Economic and disebut corporate social responsibilty atau CSR.

Environment Sustainability, pada bulan Program CSR adalah kebijakan perusahaan

September 2000 di New York dilangsungkan dalam upaya menempatkan dan mendekatkan

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium yang dirinya dengan masyarakat, sebagai wujud

menghasilkan deklarasi kesepakatan Kepala kepedulian perusahaan kepada masyarakat dan

Negara dan Perwakilan negara Perserikatan diharapkan akan tumbuh rasa “kepemilikan”

Bangsa-bangsa (PBB). Deklarasi yang kemudian

memperbaiki kualitas hidup manusia. Sejalan pemerintahan dan kepala negara serta diadopsi

dengan hal tersebut menurut Asosiasi Profesi oleh 189 negara termasuk Pemerintah Indonesia,

CSR Indonesia/ APCSRI (2009), praktek CSR berisi komitmen untuk mencapai delapan butir

yang baik mempunyai andil dalam: target pembangunan di seluruh dunia dapat

 Meminimalkan dampak negatif atas risiko dicapai pada tahun 2015, yaitu:

aktifitas perusahaan terhadap masyarakat

1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.

dan lingkungan.

2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua.  Meminimalkan biaya operasional

3. Mendorong kesetaraan gender dan

perusahaan.

pemberdayaan perempuan.  Meningkatkan kinerja keuangan dan citra

4. Menurunkan angka kematian anak.

perusahaan.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.  Mencapai tujuan pembangunan

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, penyakit menular lainnya.

termasuk tujuan pembangunan millenium

7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup.

(MDGs) di Indonesia.

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dengan demikian di dalam konsepsi CSR terdapat interseksi kepentingan diantara Konsep CSR adalah Tripple Bottom Line,

Stakeholders, sebagaimana dapat diilustrasikan (profit, planet and People), yang digagas oleh

dalam Gambar 1.

Elkington (1998). Dalam bukunya Cannibals Gambar 1 memvisualisasikan keterkaitan, With Forks: The Tripple Bottom Line in 21st Century

harapan, dampak antara Perusahaan, Business, Elkington menegaskan bahwa

masyarakat sebagai Para Pemangku perusahaan yang baik tidak hanya memburu

kepentingan serta menggambarkan bahwa CSR keuntungan belaka (profit), melainkan pula

memiliki keterkaitan dan keterikatan yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian

sinergis antara “stakeholders” perusahaan, lingkungan (planet) dan kesejahteraan

dengan demikian jelas bahwa muatan setiap masyarakat (people). Konsep ini menunjukkan

kebijakan CSR akan memiliki cakupan tentang: bagaimana seharusnya perusahaan bersikap

 Komitmen perusahaan untuk ketika berhadapan dengan stakeholders bahkan

pengembangan ekonomi, kesehatan dan dengan alam, sebagai salah satu cara untuk

kesejahteraan sosial secara berkelanjutan. menjaga reputasi dan meningkatkan

 kepedulian, untuk melayani kepentingan keunggulan kompetitif perusahaan, juga

organisasi dan publik.

menyangkut pada masalah pembangunan sosial  Kepentingan terhadap keuntungan (social development), dilakukan pada konteks

perusahaan, pembangunan manusia dan partnership dan tata kelola (governance) yang

lingkungan.

memperhatikan pembangunan masyarakat,  Tanggung jawab perusahaan atas dampak perlindungan dan pelestarian lingkungan untuk

tindakan/aktifitasnya terhadap manusia,

SOCIETY interest impact

And Environment Organization

Hubungan antara organisasi dengan Para Pemangku kepentingan

Sumber: Guidance on social responsibility, ISO 26000: 2010

05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007, tentang dalam berhadapan dengan kepentingan

Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara publik/ masyarakat.

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang selanjutnya telah diubah

Terdapat keselarasan tujuan MDGs dengan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN kegiatan CSR, karenanya perusahaan dalam

Nomor: Per-20/MBU/2012 tanggal 27 Desember mengeluarkan kebijakan CSR hendaknya

2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri “alignment” dan dapat merujuk kepada tujuan

Negara BUMN Nomor: Per-05/MBU/2007 termuat dalam MDGs khususnya aspek yang

tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik memiliki relevansi erat dengan CSR dan dengan

Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina demikian secara tidak langsung perusahaan

Lingkungan, lebih fokus mengatur salah satu telah turut membantu pemerintah/ negara

bagian dari CSR yaitu program kemitraan dan dalam pencapaian MDGs pada aspek:

bina lingkungan.

 Menanggulangi kemiskinan. Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha  Pendidikan.

Kecil dan menengah yang selanjutnya disebut  Pelestarian lingkungan hidup.

Program Kemitraan adalah program untuk  Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.

meningkatkan kemampuan usaha kecil agar  Kemitraan dan pembangunan.

menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Pada tahun 2010, International Standard Konsepsi Program kemitraan perusahaan Organization, (ISO), merespon pengelolaan CSR

dengan UMK merupakan praktik CSR ini dengan mengeluarkan panduan (Guidance)

perusahaan. Program kemitraan diharapkan bagaimana mengelola tanggung jawab sosial

mampu mewujudkan tiga pilar utama suatu organisasi, yang dikenal dengan Guidance

pembangunan yang telah dicanangkan on Social Responsibility, International Standard

pemerintah, yaitu: (1) pengurangan jumlah Organization, ISO 26000: 2010, dimana dalam

pengangguran (pro job), (2) pengurangan jumlah guidance ini konsep CSR lebih terintegrasi

penduduk miskin (pro poor), (3) peningkatan dengan pendekatan yang lebih menyeluruh/

pertumbuhan ekonomi (pro growth). Melalui komprehensif mencakup beberapa aspek yang

program ini diharapkan BUMN berpartisipasi melingkupi perusahaan, antara lain:

dalam pemberdayaan potensi dan kondisi  Tata kelola perusahaan;

ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat  Hak asasi manusia;

dengan fokus diarahkan pada pengembangan  Tenaga kerja;

ekonomi kerakyatan untuk menciptakan  Lingkungan;

pemerataan pembangunan.

 Operasional perusahaan yang baik dan benar;

 Perlakuan terhadap konsumen;

B. LANDASAN TEORI

 Pembangunan dan keterlibatan komunitas/

Evaluasi Kebijakan Publik

masyarakat. Evaluasi kebijakan publik merupakan bagian dari proses kebijakan publik, yang memberikan Kohesifitas yang termuat dalam panduan

gambaran yang berhubungan dengan nilai pengelolaan CSR dari ISO dapat menjadi rujukan

terhadap hasil kebijakan dan program tertentu. komprehensif bagi perusahaan dalam

Menurut Djumara (2011: 8) evaluasi kebijakan memformulasikan, mengimplementasikan dan

merupakan penilaian yang bersifat sistematis mengevaluasi kebijakan CSRnya.

terhadap kebijakan dan program dalam rangka Di Indonesia saat ini kebijakan

membuat penetapan efek/dampak kebijakan penyelenggaraan CSR diatur berdasarkan

dan program baik dalam jangka pendek mapun Undang-undang dan Peraturan Pemerintah

jangka panjang. Esensi dari evaluasi adalah serta Peraturan Menteri BUMN, yaitu; Undang-

menyiapkan informasi umpan balik (feed back) undang No. 40 tahun 2007 tanggal 16 Agustus

yang mengarah pada hasil yang baik (successful 2007 tentang Perseroan terbatas khususnya pasal

outcomes) menurut ukuran nyata dab obyektif.

74, kemudian diatur dalam PP 47 tahun 2012 Pada hakekatnya tujuan evaluasi adalah untuk tanggal 4 April 2012 tentang Tanggung Jawab

perbaikan. Menurut Novianto (2012:191) Sosial dan Lingkungan Perseroan. Sementara

evaluasi dimaksudkan untuk penyempurnaan

dibuat dan bersifat prospektif, tujuannya penyempurnaan kebijakan berikutnya. Abidin

adalah untuk mendapatkan informasi dalam Novianto (2012:191) mengatakan ada tiga

yang berguna dalam memilih kegiatan/ kemungkinan tindak lanjut dari hasil evaluasi,

program yang paling cocok. Dalam tahap yaitu:

ini dilakukan:

1) Menghentikan kebijakan bersangkutan dan  Pertimbangan terhadap alas an-alasan menggantinya dengan kebijakan baru.

(rationales) dalam penentuan tujuan-

2) Meneruskan kebijakan bersangkutan dengan tujuan program/ kegiatan; mengadakan perubahan-perubahan.

 Pertimbangan terhadap solusi yang

3) Menjadikan keberhasilan dari kebijakan paling sesuai dengan memperhatikan sebagai contoh bagi kebijakan lebih lanjut.

manfaat dan biaya serta risiko.

b) Ex Post Evaluation, dilakukan setelah Pada dasarnya suatu evaluasi kebijakan

program selesai dilakukan dan bersifat ditujukan untuk melihat sejauh mana kebijakan

retrospektif. Kegiatan ini dilakukan mampu mengakomodasi dan menyelesaikan

untuk:

masalahmasalah publik. Sudah sangat jelas dan  Menganalisa manfaat dan hasil yang menjadi kepastian bahwa konsekuensi hasil dari

diharapkan sebelumnya dapat tercapai suatu evaluasi kebijakan adalah bahwa; (1)

dalam jangka waktu yang telah kebijakan tersebut dapat dipertahankan, (2)

ditentukan;

kebijakan tersebut harus dilakukan perubahan  Memberikan ukuran untuk perbaikan; atau revisi (3) kebijakan tersebut harus

 Mengidentifikasi hal-hal yang bias dihapuskan.

dijadikan pelajaran bagi perbaikan di masa depan.

2) Evaluasi kebijakan berdasarkan Metode, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho

a. Jenis evaluasi kebijakan publik

terdiri dari evaluasi effisiensi dan efektifitas, (2009: 676) membagi evaluasi kebijakan menjadi

dengan penjelasan:

empat jenis, yaitu:

a) Metode effisiensi dilakukan dengan  Evaluasi proses, yang fokus pada bagaimana

membandingkan biaya dengan manfaat, proses implementasi suatu kebijakan.

missal: analisis biaya-manfaat (cost benefit  Evaluasi impak, yang fokus pada hasil akhir

analysis) dan analisis biaya (cost analysis); suatu kebijakan.

b) Metode effektifitas lebih memberikan  Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil

penekanan pada manfaat (benefit), misal: kebijakan dengan tujuan yang direncanakan

analisis statistik (statistical analysis) dan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.

evaluasi kebijakan berdasarkan Pelaku  Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi

evaluasi (evaluator). terhadap berbagai hasil atau temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Terkait dengan klasifikasi kebijakan tersebut diatas, Mustopadidjaja dalam Djumara (2011: 12) Penelitian ini dapat disebutkan sebagai

menyatakan bahwa evaluasi kebijakan penelitiaan evaluasi impak atau dampak

mencakup: (1) evaluasi kebijakan ex ante, yang kebijakan karena akan menilai kinerja dari

merupakan analisis permasalahan (kuantitatif & kebijakan itu sendiri.

kualitatif) sebelum kebijakan/program dirumuskan, mencakup kriteria keputusan,

alternatif, pro & kontra, tolok ukur hasil dan Howlet dan Ramesh dalam Djumara

b. Klasifikasi evaluasi Kebijakan Publik

langkah-langkah pelaksanaan dan evaluasinya, (2011:11) mendefinisikan evaluasi sebagai “a

(2) evaluasi kebijakan ex post factor merupakan stage of the policy process at which it is determined

analisis kuantitatif & kualitatif untuk menilai how a public policy has actually fared in action”, yang

tingkat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan meliputi klasifikasi waktu dan metode, dengan

serta menilai apakah kebijakan tersebut masih penjelasan sebagai berikut:

layak ataukah memerlukan perubahan atau

1) Evaluasi kebijakan berdasarkan waktu dihentikan saja. Penelitian ini dapat disebutkan dibedakan dalam kategori Ex Ante Evaluation

sebagai penelitiaan evaluasi kebijakan ex-post dan Ex Post Evaluation:

facto karena akan menilai kinerja kebijakan serta

a) Ex Ante Evaluation disebut juga sebagai apabila ditemukan hal-hal yang perlu

menilai mengenai:

merekomendasikan perubahan kebijakan.  Formulasi kebijakan apa yang digunakan? apakah formulasi kebijakan telah

dilaksanakan dengan menggunakan Evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang

c. Fungsi evaluasi kebijakan publik

pendekatan yang sesuai dengan masalah inheren (melekat) dalam setiap rumusan

yang hendak diselesaikan?, mengingat kebijakan publik. Menurut LAN dalam Djumara

setiap masalah publik memerlukan model (2011:9) Evaluasi kebijakan publik memiliki 3

formulasi kebijakan yang berlainan. (tiga) fungsi yaitu; (1) Eksplanasi, (2) Kepatuhan,

 Bagaimana prosedur formulasi (3) Audit.

kebijkannya? Apakah formulasi telah  Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret

mengarah kepada permasalahan inti? realitas pelaksanaan program dan dapat

 Bagaimana pendayagunaan sumber daya dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola

yang ada?

hubungan antar berbagai dimensi realitas

2) Evaluasi implementasi kebijakan, adalah yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator

untuk mengetahui variasi dalam indikator- dapat mengidentifikasi masalah, kondisi dan

indikator kinerja yang digunakan untuk aktor yang mendukung keberhasilan atau

menjawab pertanyaan:

kegagalan kebijakan.  Bagaimana kinerja implementasi  Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui

kebijakan?

apakah tindakan yang dilakukan oleh para  Faktor apa saja sebagai kunci pelaku, baik birokrat maupun pelaku lainnya

keberhasilan? Kebijakannya sendiri, sesuai dengan standard an prosedur yang

organisasi pelaksana, dan lingkungan ditetapkan oleh kebijakan.

implementasi kebijakan.  Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui

3) Evaluasi kinerja kebijakan, penilaian kinerja apakah output benarbenar sampai ke tangan

menjadi isu penting dalam kebijakan publik, kelompok sasaran kebijakan atau ada

mengingat kebijakan dibuat untuk suatu kebocoran atau penyimpangan, dan apa

tujuan. Karenanya kebijakan harus dinilai manfaat ekonomi dari kebijakan tersebut.

tingkat ketercapaiannya terhadap tujuan kebijakan yang diharapkan Sesuai dengan

Dalam penelitian ini cenderung sebagai Spitzer (dalam Nugroho 2009: 689) yang fungsi menilai kepatuhan dan eksplanasi untuk

secara khusus mengemukakan bahwa menilai pencapaian kinerja program.

penilaian kinerja merupakan kunci keberhasilan organisasi, karena menentukan

apa yang harus dicapai oleh organisasi, Merujuk pada Nugroho (2009: 677-687) ,

d. Lingkup Evaluasi Kebijakan

sejauh mana pencapaian, dan apa yang belum evaluasi kebijakan memiliki empat cakupan

dicapai.

4) Evaluasi lingkungan kebijakan, adalah implementasi kebijakan, (3) evaluasi kinerja dan

yaitu: (1) evaluasi perumusan, (2) evaluasi

evaluasi dengan tujuan untuk memberikan (4) evaluasi lingkungan kebijakan, yang dapat

deskripsi yang lebih jelas bagaimana konteks divisualisasikan dalam Gambar 2.

kebijakan dirumuskan dan diimplementasikan, evaluasi lingkungan

1) Evaluasi formulasi/ perumusan kebijakan, kebijakan dapat terdiri dari evaluasi adalah evaluasi yang bertujuan untuk

lingkungan formulasi kebijakan dan evaluasi

Perumusan Kebijakan

Implementasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan

Lingkungan Kebijakan

Kinerja Kebijakan

Gambar 2.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

 Lingkungan;

evaluasi kinerja kebijakan, maka penulis dalam  Operasional perusahaan yang baik dan penelitian ini akan lebih menitikberatkan pada

benar;

proses melakukan evaluasi kebijakan CSR  Perlakuan terhadap konsumen; Telkom.

 Pembangunan dan keterlibatan komunitas/masyarakat. Kebijakan

tentang CSR pada tingkat nasional di Kebijakan tentang CSR pada tingkat global

e. Kebijakan tentang CSR

Indonesia, dapat dirunut sebagai berikut: dapat dirunut mulai dari yang dikeluarkan oleh

a) Undang-undang No. 40 tahun 2007 Badan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan

tanggal 16 Agustus 2007 tentang International Standard Organization, dengan

Perseroan Terbatas, yang mengatur urutan sebagai berikut:

CSR perusahaan.

b) PP 47 tahun 2012 tanggal 4 April 2012 menegaskan pentingnya konsep

a) Earth Summit, tahun 1992 di Rio De Janeiro

tentang Tanggung Jawab Sosial dan pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Lingkungan Perseroan Terbatas, yang Development) yang didasarkan atas

mengatur .

perlindungan lingkungan hidup,

c) Peraturan Menteri Negara BUMN pembangunan ekonomi dan sosial (Economic

Nomor: Per-20/MBU/2012 tanggal 27 and Environment Sustainability).

Desember 2012 yang mengatur tentang

b) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun Program Kemitraan BUMN dengan 2000, mengeluarkan deklarasi MDGs

Usaha Kecil dan Program Bina (Millenium Development Goals) ditandatangani

Lingkungan.

oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara serta diadopsi oleh 189 negara

Sedangkan Kebijakan CSR Telkom termasuk Pemerintah Indonesia, berisi

ditetapkan dengan Keputusan Direksi PT. komitmen untuk mencapai delapan butir

Telkom Nomor. KD.41/PR000/SDM-20/2006 target pembangunan di seluruh dunia dapat

tanggal 18 Juli 2006 tentang Telkom Corporate dicapai pada tahun 2015:

Social Responsibility.

 Menanggulangi kemiskinan dan Berbagai kebijakan CSR di atas memiliki kelaparan;

keterkaitan dan keterikatan sebagai landasan  Mencapai pendidikan dasar untuk semua;

bagi perusahaan untuk melaksanakan program  Mendorong kesetaraan gender dan

CSRnya agar dapat efektif dan efisien berkenaan pemberdayaan perempuan;

dengan sasaran yang diamanatkan dalam  Menurunkan angka kematian anak;

kebijakan-kebijakan tersebut.  Meningkatkan kesehatan ibu;

 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan

Pendekatan Balance Scorecard

penyakit menular lainnya; Konsep Balance Scorecard dikembangkan oleh  Memastikan kelestarian lingkungan

Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang hidup;

berawal dari studi tentang pengukuran kinerja  Mengembangkan kemitraan global untuk

disektor bisnis pada tahun 1990. Balanced pembangunan.

scorecard secara singkat dapat dinyatakan

c) “World Summit on Sustainable Development sebagai suatu sistem manajemen untuk (WSSD)” tahun 2002 di Yohannesburg, Afrika

mengelola implementasi strategi, mengukur Selatan memunculkan konsep Social

kinerja secara utuh, mengomunikasikan visi, Responsibility, yang mengiringi dua konsep

strategi dan sasaran perusahaan kepada sebelumnya yaitu Economic and Environment

stakeholders. Balanced scorecard merujuk pada Sustainability.

konsep keseimbangan antara berbagai

d) International Standard Organization, perspektif yang melingkupi berbagai faktor mengeluarkan Guidance on social responsibility,

dalam perusahaan dan memperkenalkan suatu International Standard Organization, ISO 26000:

sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan 2010, yang mengatur CSR yang meliputi

menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria aspek:

tersebut sebenarnya merupakan penjabaran dari  Tata kelola perusahaan;

apa yang menjadi misi perusahaan yang

a. Perspektif finansial, yaitu bagaimana perusahaan berorientasi pada para pemegang saham.

b. Perspektif customer, yaitu Bagaimana perusahaan bisa menjadi supplier utama yang paling bernilai bagi para customer.

c. Perspektif proses, bisnis internal, yakni Proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus perusahaan lakukan, dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk mencapai tujuan finansial dan kepuasan customer.

d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, yaitu bagaimana perusahaan dapat meningkatkan dan menciptakan nilai secara terus menerus, terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan motivasi karyawan / mitra kerja.

Keempat perspektif tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat Balance scorecard mengacu pada rencana kinerja organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif, dalam hal ini maka Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara:

a. Menjelaskan visi organisasi;

b. Menyeleraskan organisasi untuk mencapai visi tersebut;

c. Mengintegrasikan sumbar daya organisasi;

d. Meningkatkan efektifitas manajemen kinerja.

C. METODE

Penelitian kebijakan adalah salah satu bidang kajian dalam ilmu sosial dan dapat dinyatakan sebagai bagian dari penelitian ilmiah. Berikut disampaikan pendapat penelitian ilmiah menurut Pasalong (2012: 21): “suatu penelitian ilmiah dikatakan ilmiah apabila dipenuhi syarat- syarat keilmuan; Pertama peneliti harus bersikap ilmiah yaitu skeptis, kritis dan analisis. Skeptis artinya mendasarkan pada rasa tidak percaya dalam arti bahwa peneliti harus selalu menanyakan bukti atau fakta yang mendukung suatu pernyataan. Kritis artinya peneliti selalu mendasarkan pada logika dan bertindak obyektif. Analisis artinya peneliti harus mampu membedakan mana yang relevan dan mana yang tidak, mana yang lebih dahulu dilakukan mana yang tidak. Kedua penelitian ilmiah harus

dilakukan dan disajikan secara ilmiah. Dilakukan secara ilmiah atau terkontrol artinya sesuai dengan urutan logis, runtut dan selalu mengarah pada pemecahan masalah. Penyejian secara sistematis dimaksudkan untuk memperoleh penyampaian informasi kepada pihak lain secara lengkap”.

Berbagai pendapat berkembang mengenai penelitian kebijakan dan untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian kebijakan, berikut disampaikan menurut Sudarwan Danim dalam Nugroho (2009:191), disebutkan bahwa penelitian kebijakan adalah: “.... penelitian yang dimaksudkan guna melahirkan rekomendasi untuk pembuat kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial.....penelitian kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendukung kebijakan....kekhasan penelitian kebijakan terletak pada fokusnya, yaitu berorientasi pada tindakan untuk memecahkan masalah sosial yang unik, yang jika tidak segera dipecahkan akan memberikan efek negatif yang sangat luas”.

Prosedur pengolahan dan analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2012 : 88) yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 183) aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Pendekatan Miles dan Huberman (Sugiyono 2012: 183), dapat dilihat pada Gambar

D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Kebijakan CSR

Peraturan Menteri Negara BUMN ini merupakan turunan atau amanat dari Peraturan Pemerintah No. 47/2012 dan Undang-Undang Perseroan Terbatas khususnya pada Pasal 74 ayat (4). Berdasarkan peraturan ini pada Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

Data Collection

Data Display

Conclusions

Data Reduction

drawing/verifying

Gambar 3. Siklus Proses Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.  Mengambil peran aktif dalam memelihara Sedangkan pada pasal 1 ayat (7) dijelaskan

keseimbangan alam. bahwa Program Bina Lingkungan, adalah

c. Azas:

program pemberdayaan kondisi sosial Azas atau prinsip-prinsip penyelenggaraan masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan

Corporate Social Responsibilty Telkom, dana dari bagian laba BUMN. Adapun ruang

meliputi:

lingkup bantuan Program BL BUMN,  Keberpihakan kepada kepentingan berdasarkan Permeneg BUMN, Per-

masyarakat.

05/MBU/2007 Pasal 11 ayat (2) huruf e adalah:  Menjadi bagian strategi bisnis  Bantuan korban bencana alam;

perusahaan.

 Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;  Berkontribusi untuk peningkatan  Bantuan peningkatan kesehatan;

ekonomi dan kualitas hidup masyarakat  Bantuan pengembangan prasarana dan/atau

dan karyawan.

sarana umum;  Bertindak secara etis dan beroperasi  Bantuan sarana ibadah;

secara legal.

 Bantuan pelestarian alam.

d. Maksud ditetapkannya keputusan ini, adalah sebagai pedoman bagi seluruh pengelola Peraturan Menteri Negara BUMN ini sebagai

Corporate Social Responsibilty Telkom dalam pijakan bagi perusahaan dalam melaksanakan

menjalankan kegiatannya. program Kemitraan dan Bina Lingkungannya.

e. Tujuan ditetapkannya keputusan ini, adalah Demikian halnya dengan Telkom yang

agar pengelolaan Corporate Social Responsibilty menjadikan peraturan ini sebagai dasar dalam

Telkom sesuai dengan visi dan misi program kemitraan.

perusahaan serta sesuai dengan ketentuan Kebijakan Corporate Social Responsibilty

perundangan dan norma yang berlaku di Telkom ditetapkan dengan Keputusan Direksi

masyarakat.

PT. Telkom Nomor. KD.41/PR000 /SDM-

f. Pedoman perilaku Corporate Social 20/2006 tanggal 18 Juli 2006 tentang Telkom

Responsibilty Telkom, yaitu: Corporate Social Responsibility, dimana

 Legal dan menjaga kepatuhan terhadap kebijakan ini memuat antara lain tentang:

Undang-Undang Negara Republik

a. Visi: Untuk menjadi pelopor dalam

Indonesia.

penerapan tanggung jawab sosial  Menghindari benturan kepentingan. perusahaan di Asia.

 Tidak menyelenggarakan kegiatan yang

b. Misi: bertentangan dengan etika dan norma  Mengambil peran aktif dalam

yang berlaku di masyarakat. menciptakan masyarakat yang lebih

 Mendukung kompetisi yang sehat. cerdas melalui pendidikan teknologi

 Menjauhi dan menghindari tindakan atau InfoComm.

praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.  Mengambil peran aktif dalam

 Membangun keseimbangan lingkungan meningkatkan kualitas hidup dalam

melalui program-program pemberdayaan kehidupan masyarakat.

masyarakat yang berkesinambungan.

 Membangun hubungan yang harmonis untuk umum utamanya di daerah- dengan Stakeholder.

daerah tertinggal, dengan kegiatan  Menerapkan fungsi pengendalian dan

menyediakan sarana dan prasarana pengawasan pada setiap kegiatan.

untuk kemudahan akses informasi.  Tidak boleh berafiliasi dengan kegiatan

3) Dukungan kepedulian di bidang dan program golongan/ partai politik.

Lingkungan, diutamakan pada sasaran:

g. Tujuan dasar dan Klasifikasi lingkup  Berperan aktif dalam kegiatan program Corporate Social Responsibility

pelestarian lingkungan hidup, dengan Telkom ditujukan untuk mendukung

kegiatan memberikan bantuan kepedulian perusahaan pada 3 (tiga) dasar

penghijauan dan pertamanan. pembangunan yang berkelanjutan, yaitu:

 Berperan aktif dalam program bantuan  Bidang Sosial.

kemanusiaan dan bencana alam,  Bidang Ekonomi.

dengan kegiatan memberikan bantuan  Bidang Lingkungan.

bagi korban bencana alam/

h. Sasaran, ruang lingkup kegiatan Corporate

kemanusiaan.

Social Responsibility Telkom adalah:

i. Klasifikasi lingkup program Corporate Social

1) Dukungan kepedulian di bidang Sosial, Responsibility Telkom adalah 7 (tujuh) Pilar diutamakan pada sasaran:

Program, yaitu:

 Mendukung peningkatan kualitas  Pendidikan (Education), adalah kegiatan pendidikan masyarakat, dengan

yang bertujuan meningkatkan kualitas kegiatan memberikan bantuan fasilitas

pendidikan baik skill, knowledge dan atitude dan pengetahuan tentang pendidikan

bagi Stakeholder (masyarakat dan keluarga teknologi infocom.

besar Telkom Group).

 Mendukung peningkatan derajat  Kesehatan (Health), adalah kegiatan yang kesehatan masyarakat, dengan

bertujuan meningkatkan kualitas kegiatan menyediakan sarana,

kesehatan Stakeholder (masyarakat dan prasarana dan informasi kesehatan

keluarga besar Telkom Group). masyarakat.

 Kebudayaan dan Keadaban (Culture of  Mendukung pelestarian budaya dan

Civility), adalah kegiatan kepedulian keadaban Nasional, dengan kegiatan

untuk melestarikan dan membina budaya, menyediakan sarana event kebudayaan

seni, olah raga, agama dan kegiatan dan pembentukan/pembinaan budi

kemasyarakatan lainnya dalam upaya pekerti.

mendukung perusahaan

2) Dukungan kepedulian di bidang mengimplementasikan nilai-nilai Good Ekonomi, diutamakan pada sasaran:

Corporate Citizenship.

a) Memberikan nilai tambah bagi  Kemitraan (Partnership), adalah kegiatan Stakeholder (Kastamer, Pemasok,

yang mempererat jalinan kemitraan Pemegang Saham, Pemerintah,

dengan pihak ketiga baik di bidang Karyawan) dan mendukung

produk maupun lainnya yang related peningkatan perekonomian

maupun non-related dengan core bisnis masyarakat Usaha Kecil, dengan

Telkom dan bertujuan untuk memberikan kegiatan:

manfaat bagi semua pihak.  Meningkatkan kualitas hidup

 Layanan Umum (Public Service Obligation), karyawan.

adalah kegiatan untuk meningkatkan  Membangun loyalitas dan

pelayanan kepada masyarakat di bidang kepercayaan pelanggan, supplier

sarana dan prasarana telekomunikasi. dan investor.

 Lingkungan (Environment), adalah  Menjaga kepatuhan kepada aturan

kepedulian untuk meningkatkan kualitas yang berlaku.

lingkungan internal maupun eksternal  Memberikan bantuan pinjaman

perusahaan agar terjadi hubungan yang modal kerja dan investasi serta

harmonis antara perusahaan dengan penyediaan informasi bagi Usaha

lingkungannya.

Kecil.  Bantuan Kemanusiaan dan Bencana Alam

b) Berperan aktif dalam penyediaan (Disaster and Rescue), adalah kegiatan sarana dan prasarana telekomunikasi

untuk memberikan bantuan didalam

kebijakan ini yaitu: (1) Visi tidak menjelaskan j. Organisasi pengelola Telkom CSR,

pada tahun kapan akan dapat dicapai, (2) Dalam pengelolaan Corporate Social Responsibilty

misi CSR ini, Telkom ingin berperan aktif dalam Telkom dilakukan oleh organisasi yang

mendukung program pemerintah yaitu pro dibentuk berdasarkan Keputusan Direksi PT.

growth, pro job dan pro poor, (3) Dalam Azas, Telkom No. KD. 61/PS150/CTG- 10/2003

Maksud, Tujuan dan Pedoman dalam kebijakan tanggal 09 September 2003 tentang

ini dimaksudkan agar pengelolaan CSR benar- Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola

benar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

dari CSR, (4) Aspek pada tujuh pilar ini adalah k. Bentuk atau pola penyelenggaraan Telkom

operasionalisasi dari CSR yang dapat CSR, pengelolaan Corporate Social

memberikan dampak manfaat bagi masyarakat Responsibilty Telkom dalam kebijakan ini

yaitu keberadaan Telkom sebagai BUMN yang diatur sebagai berikut:

ingin berperan aktif dalam mendukung program  Dikelola secara mandiri oleh Telkom;

pemerintah yaitu pro growth, pro job dan pro  Dikelola oleh institusi/ instansi lain;

poor, (5) Dalam kebijkan CSR ini diatur juga  Melibatkan partisipasi karyawan dan

tentang pola, tata kerja dan tata laksana program keluarganya;

kemitraan Telkom dan Bina Lingkungan.  Satuan tugas;

 Melibatkan partisipasi masyarakat

Evaluasi Kebijakan Model Balance Scorecard

termasuk LSM. Mengingat pengolahan data dilakukan l. Sumber dana Corporate Social Responsibilty

dengan pendekatan Balance scorecard, maka data Telkom ditetapkan sesuai dengan ketentuan

yang disajikan disusun berdasarkan perspektif yang berlaku antara lain dari biaya

dalam balance scorecard.

operasional perusahaan.

a. Perspektif keuangan

m. Pengendalian efektivitas program pada  Alokasi dana pinjaman sebesar Rp. tingkat korporasi dilakukan oleh Pejabat

319,058,713,000,- dengan realisasi sebesar yang bertanggungjawab secara khusus

Rp. 302,697,000,000,- mengelola Corporate Social Responsibilty

 Target pengembalian dana pinjaman Telkom.

sebesar 224.760.015.000,- dan realisasi n. Pengawasan terhadap penyelenggaraan

sebesar Rp. 233.750.000.000,- Corporate Social Responsibilty Telkom

 Alokasi Dana Pembinaan sebesar Rp. dilakukan secara periodik oleh internal atau

15.928.307.000,- dan realisasinya sebesar eksternal auditor.

Rp. 17.766.366.005,- o. Tugas dan kewenangan, Pejabat yang berwenang terkait CSR bertugas dan

b. Perspektif Pelanggan

berwenang untuk menetapkan kebijakan,  Jumlah mitra binaan sebanyak 9.500 dan strategi, dan program induk CSR

realisasi 9.189 mitra. berdasarkan usulan dari unit-unit bisnis.

 Pemerataan daerah binaan sebanyak 33 Menetapkan program CSR pada tingkat

propinsi, dan realisasi 32 propinsi. korporasi berdasarkan tujuh pilar diatas.

 Level pengelolaan CSR yang disebut GRI Disamping itu Pejabat yang

(Global Reporting Index) dimana memuat bertanggungjawab dengan Corporate Social

tentang program kemitraan, ditargetkan Responsibilty Telkom diwajibkan untuk:

(sesuai dengan roadmap CSR)  Menyusun rencana kerja dan anggaran

pengelolaan ini mencapai level A+ (100%), CSR;

dan realisasinya mencapai level A+  Melakukan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program CSR;  Melaporkan pelaksanaan program CSR

c. Perspektif Internal process Setiap kegiatan kepada Direktur Utama.

dalam program kemitraan memiliki prosedur/ pola kerja yang dapat berbentuk

Dari tinjauan tentang kebijakan CSR Telkom keputusan/ Satuan tugas dan lainnya yang ini dapat ditarik pemahaman bahwa kontennya

ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang. sangat operasional dalam mendukung

 Prosedur Pemberian dana pinjaman, pencapaian MDGs, namun demikian terdapat

tersedia 1 SK/SOP.

 Prosedur pengembalian, tersedia 1 ketepatan. Evaluasi dengan menggunakan SK/SOP.

kriiteria evaluasi kebijakan Dunn ini menurut  Prosedur pelatihan kerja, tersedia 1

penulis cukup terpenuhi dengan penyampaian SK/SOP.

analisa narasi (kualitatif) saja karena didukung  Prosedur magang kerja, tersedia 1

oleh data/informasi yang memadai SK/SOP.

(sebagaimana akan disampaikan berikut).  Prosedur pameran kerja, tersedia 1

Namun demikian apabila akan disampaikan SK/SOP.

secara kuantitatif cukup pada aspek efektifitas saja, karena aspek efektifitas telah melingkupi

d. Perspektif Learning & Growth aspek lainnya (efisiensi, kecukupan, perataan,  Pelatihan bagi Mitra.

responsifivas, ketepatan). Efektifitas adalah  Pemagangan.

tingkat ketercapaian target yang telah  Pameran.

ditetapkan dibandingkan dengan targetnya itu sendiri. Dengan demikian secara umum

Jumlah pelatihan yang sudah dilaksanakan efektifitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran selama tahun 2011 paket sebanyak 137 paket,

yang menyatakan seberapa jauh target telah adapun pelatihan yang diselenggarakan

dicapai, semakin besar persentase antara lain:

pencapaiannya, maka semakin tinggi tingkat  Motivasi bisnis;

efektiftasnya, dengan rumusan sebagai berikut:  Pelatihan manajemen kewirausahaan;

 Pelatihan manajemen keuangan dan

Output hasil

analisa biaya; x 100% = Tingkat efektifitas

output target

 Pelatihan dasar untuk komunitas;  Pelatihan manajemen akses pasar dan

ekspor;  Pelatihan ICT;

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

 Pelatihan on-air/Talkshow;

a. Fungsi evaluasi kebijakan adalah eksplanasi  Pelatihan e-commerce.

(memotret) dan menilai tingkat kepatuhan (compliance) terhadap suatu kebijakan,

e. Indikator Kinerja dimana berdasarkan penelitian ini dapat Indikator kinerja yang digunakan

diketahui bahwa Telkom tidak patuh dengan berdasarkan tingkat pencapaian kinerja itu

standard international CSR yang berlaku dan sendiri. Atribut Kinerja yang digunakan oleh

menjadi referensi para pelaku CSR dunia Telkom adalah sebagai berikut:

yaitu ISO 26000:2010. Kondisi yang ditemui  Performance-1 : apabila tingkat pencapaian

adalah antara lain sebagai berikut: ≥ 110 = Istimewa

 Konten kebijakan CSR Telkom tahun 2006  Performance-2 : apabila tingkat pencapaian

sangat operasional dalam mendukung >103 s/d <110= Baik Sekali

pencapaian MDGs. Hal demikian karena  Performance-3 : apabila tingkat pencapaian

MDGs dideklarasikan tahun 2000 >96 s/d < 103= Baik

sedangkan kebijakan CSR Telkom  Performance-4 : apabila tingkat pencapaian

diterbitkan tahun 2006 (sehingga >90 s/d < 96= Kurang

kebijakan CSR Telkom dapat  Performance-5 : apabila tingkat pencapaian

menggunakan MDGs sebagai referensi < 90 = Kurang sekali

konten kebijakan). Namun apabila dikaitkan dengan ISO 26000: 2010,

Keputusan indikator kinerja dimaksud kebijakan CSR Telkom belum merujuk berdasarkan Keputusan Direksi Telkom No.

pada ISO 26000: 2010, hal tersebut karena KD. 66/PS730/SDM-10/2006 tanggal 13

Kebijakan CSR Telkom terbit tahun 2006, November 2006.

sedangkan ISO 26000: 2010 terbit tahun 2010.

Integrasi dengan pendekatan evaluasi

 Kebijakan CSR Telkom yang ditetapkan

kebijakan Dunn

tahun 2006 tersebut sudah dicabut/ tidak Analisa atau evaluasi kebijakan menurut

berlaku lagi sejak tahun 2008. Dunn terdiri dari enam aspek yaitu: efektifitas,

 Sejak tahun 2008 tidak ada kebijakan effsiensi, kecukupan, perataan, responsifitas dan

Direksi Telkom terkait dengan CSR,

dengan penjelasan secara naratif atau aspek filosofis dan sosiologis hal tersebut

kualitatif, sedangkan untuk penjelasan terjadi karena Telkom memiliki landasan

secara kuantitatif dapat diwaikili oleh yang kuat dan mengakar dalam

aspek efektifitas saja, karena aspek ini melaksanakan program CSR meskipun

telah meliputi aspek-aspek lainnya yang kebijakannya sudah tidak berlaku lagi.

ada dalam evaluasi kebijakan William N. Namun dari aspek yuridis semestinya hal

Dunn.

tersebut tidak terjadi.  Berdasarkan hasil wawancara dengan dua

2. Rekomendasi

informan penelitian ini, dinyatakan  Kebijakan CSR Telkom sudah saatnya untuk bahwa landasan operasional CSR Telkom

direvisi dengan memperhatikan berbagai adalah MDGs, ISO 26000:2010 dan

faktor kebijakan lainnya serta menggunakan Keputusan Menteri BUMN, namun

standard internasional ISO:26000: 2010 demikian belum ditetapkan suatu

sebagai referensi. Dengan diterbitkannya keputusan sebagai turunan dari MDGs,

kebijakan CSR Telkom yang baru akan ISO 26000:2010 dan Keputusan Menteri

memberikan landasan hukum atau pedoman BUMN sebagaimana dimaksud.

bagi kegiatan CSR Telkom pada satu sisi dan  Program kemitraan sangat relevan dalam

terpenuhinya aspek compliance pada sisi membantu pencapaian MDGs khususnya

lainnya.

pada aspek (1) menanggulangi  Dalam evaluasi kebijakan khususnya aspek kemiskinan dan kelaparan, (2) mencapai

kinerja program kemitraan agar digunakan pendidikan dasar (3) mengembangkan

dengan pendekatan balance scorecard dan kemitraan global untuk pembangunan.

selanjutnya diintegrasikan dengan evaluasi kebijakan William N. Dunn, dimana hasilnya

b. Klasifikasi evaluasi kebijakan ini adalah ex post akan memberikan gambaran yang lebih evaluation, bersifat retrospektif yaitu

komprehensif tentang kinerja kebijakan menganalisa manfaat kebijakan, memberikan

CSR/ program kemitraan. ukuran dan mengidentifikasi hal-hal yang dapat digunakan untuk perbaikan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan

REFERENSI

suatu studi kasus yaitu program kemitraan Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan Publik. yang dimaksudkan untuk mengetahui

Bandung : CV. Alfabeta. tingkat keberhasilan dengan menggunakan

Dunn, N William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan

pendekatan Balance Scorecard, dimana Balance Publik. Yogyakarta. Universitas Gajahmada.

Fermana, Surya. 2009. Kebijakan Publik, Sebuah Tinjauan scorecard adalah praktik terbaik yang banyak

Filosofis. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. digunakan berbagai organisasi dunia dalam

Hill, Michael. 1998. The Policy Process. London: mengukur atau mengevaluasi kinerja suatu

Prentice Hall/ Harvester Wheatsheaf. program atau kebijakan. Berdasarkan data

Hohnen, Paul. 2007. Corporate Social Responsibility, An yang ada dan dilakukan evaluasi dengan

Implementation Giude for Business. Canada. pendekatan balance scorecard maka diproleh

International Institute for Sustainability keadaan sebagai berikut:

Development.