Pengantar: Potensi Sumber Daya Air di indonesia (Air Permukaan dan Air tanah)

  Pengantar: Potensi Sumber Daya Air di indonesia (Air Permukaan dan Air tanah) Ir. Mohammad Sholichin, MT. PhD Website.

  Ir. Mohammad Sholichin, MT. PhD Website.

  MK Managemen Airtanah

Pengertian umum

   Air tanah adalah air yang terdapat dalam

lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan

tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.

  Selain air sungai/permukaan dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri dan lian sebgainya

Distribusi air di dunia

  Air di atmosfr Uraian Vol (x 1000 % dr total km ) 3 13 0,001 a. Air laut Air Permukaan 1.320.104 97,208

  b. Tawar dalam danau c. Air tawar dlm sungai dan saluran 1,25 0,0001 125 0,009 Air Tanah

  d. Air tawar gleser 29.50 2,154 km b. Air tanah hingga kedalaman 0,8 4.200 0,31

  a. Air vados (air tanah tdk jenuh) 67 0,005

  c. Air tanah di kedalaman 0,8 – 4 km 4.200 0,31

Potensi SDA

  

Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia

mencapai 694 milyar meter kubik per tahun.

  Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi yang dapat dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar 23 % yang sudah termanfaatkan untuk berbagai keperluan Sekitar 20 persen yang dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga,

kota dan industri, 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi.(Hartoyo, 2010)

   Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan papua Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic) mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream), tengah (middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi

dan erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah

sedimen yang masuk ke sungai sangat tinggi.

   Tingginya sedimen yang masuk akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai dan rata, sehingga sering terjadi banjir di dataran rendah (Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2008)

  Air permukaan

  Potensi Airtanah

  CAT Jatim

  CAT Jateng

  CAT Jabar

  CAT Bali

Kondisi SDA, Sebuah Paradox

  

  Keterbatasan SDA, karena berbagai kondisi pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat, industri, peranian, perikanan, peternakan dls

  

  Ketersediaan semakin menurun akibat , kerussakan lingkungan, perubahan iklim, global warming, dls

  

  Peningkatan jumlah kebutuhan dan volume kebutuhan air bersih.

Konfik yang mungkin timbul

  

  Konfik antara kepentingan manusia dan ketersediaan air

  

  Konfik ruang terbangun terhadap ruang hijau (ruang resapan)

  

  Konfik tata ruang terbangun dan tata ruang penyediaan air/infrastruktur

  

  Konfik antar kabupaten juga antar provinsi Kodoatie dan Sjarief (2004) salah satu faktor pendukung berkurangnya ruang hijau, yaitu:

  

  Keterbatasan dana dari pemerintah.

  

  Jumlah populasi penduduk yang kian meningkat terutama di kota kota besar.

  

  Adanya otonomi daerah yang

Konsep Pengelolaan SDA

  

  Menurut UU No. 7/2004, Dua komponen utama sumber daya air adalah air permukaan dan air tanah

  

  Pengelolaan air permukaan mengikuti konsep DAS (Daerah Aliran Sungai)

  

  Pengelolaan air tanah mengikuti konsep CAT (Cekungan Aair Tanah).

  

CAT (Cekungan Air

Tanah)

  CAT menurut UU adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogelogis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung

Pengertian Air Tanah

  

  Ada banyak nengertian atau defnisi mengenai air tanah. Undang Undang Nomor 7 tahun 2004 ttg SDA" mendefnisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

  

  Beberapa ahli di dalam buku_buku teks memberikan defnisi seperti-

   Air tanah adalah sejumlah dir di bawah

permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan

sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.

  Atau dapat disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, t979; Kodoatie. ,1996).

  

Sedangkan menurut Soemarto (1989) adalah air

yang menenpati rongga rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh

   Air yang berada pada lajur jenuh adalah bagian dari keseluruhan air bawah permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah bawah tanah (underground water dan sub terranean water) adalah istilah lain yang digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah yang lazim digunakan adalah air tanah (Johnson, 1972).

  

  Air yang tersimpan pada lajur jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan- lapisan tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan laut

  (Fetter, I994)

   Air bawah permukaan adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur

perlapisan geologi, beda potensi kelembaban

tanah, dan gaya gravitasi bumi (Asdak, 2002).

  

Curah hujan yang masuk ke dalarn tanah dan

meresap ke lapisan yang ada di bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah disebut air tanah (Wilson, 1993).

   Jumlah air tawar yang terbesar, menurut catatan yang ada, tersimpan di dalam perut

bumi, yang dikenal sebagai air tanah (Chow,

1978).

  Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1988) Bahwa jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran). Ada dua sumber air tanah yaitu: 

  Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam fonnasi batuan dan akhimya mencapai muka air tanah.

   Air dari aliran air permukaan seperti sungai danau dan reservoir/waduk/empang yang meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh

Permasalahan Air Tanah

  

Di beberapa kota besar seperti Jakarta,

Bandung, Semarang, Surabaya, Medan,

Makasar, Denpasar serta pusat-pusat

industri di Pulau Jawa, pengambilan air

tanahnya sudah begitu intensif.

   Banyak industri atau hotel yang memiliki-banyak sumur produksi, bahkan ada satu perusahaan yang memiliki lebih dari 20 sumur dengan 3 pengumbilan lebih dari 8.000 m per hari.

  • Akibatnya di pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi kemerosotan kuantitas,

    kualitas dan bahkan lingkungan air tanah

  (Danaryanto et aI, 2005)

  • Hal ini menyebabkan terjadinya konfik antara pihak industri dan masyarakat, karena akibat pengambilan Air secara intensif oleh industri mengakibatkan sumur penduduk menjadi kering dan tercemar, meskipun ada kewajiban setiap-industri pengambil air tanah memberikan 10% dari

  Dampak Pengambilan Air Tanah 1)Penurunan muka air tanah 2)Pencemaran air tanah 3)Amblesan Tanah 4)dll

  1)

  Pengambilan air tanah di Jakarta selama tahun 2001 hingga tahun 2006 mengakibatkan dampak penurunan muka air tanah pada sistem aquifer kedalaman 40-140 m sebagai berikut. Di bagian Barat yang meliputi daerah Kamal dan Pejagalan (Jakarta Utara), Kapuk dan Joglo (jakrta Barat) serta Batu Ceper (Kota Tangerang) terjadi penurunan muka air tanah terhitung antara 0.5 m – 6.0 m (Danaryanto dan Hadipurwo, 2006)

   Penurunan muka air tanah pada sistem akuifer kedalaman lebih dari 140 m di daerah dataran Jakarta menunjukkan adanya perubahan sebagai berikut: Di bagian Barat terdapat tiga kerucut penurunan yaitu di sekitar daerah Porisgaga (Kota Tangerang) dengan kedudukan muka air tanah 30 m di bawah permukaan laut. Di daerah sekitar Cengkareng (Jakarta Barat)

dengan muka air tanah mencapai kedalaman 44 m bml,

serta di daerah sekitar Pasar lkan, Ancol, Mangga Dua (Jakarta Utara) serta Sawah Besar dan Senen (Jakarta Pusat) dengan muka air tanah mencapai kedalaman 46,66 m bml. (Danaryanto dan HadiPurwo, 2006).

   Beberapa sumber pencemaran yang menyebabkan menurunnya kualitas air tanah (Freeze dan Cherry, 1979) yaitu : 1. Sampah dari TPA.

  2. Pembuangan limbah ke tanah.

  3. Kegiatan pertanian.

  4. Tumpahan minyak.

  5. Pembuangan limbah radioaktif.

  6. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam, dll

   Di daerah Bandung air tanah dangkal di daerah pemukiman dan industri umumnya tidak memenuhi syarat sebagai sumber air minum.

  Beberapa parameter yang tidak sesuai

persyaratan untuk sumber air minum antara lain:

kekeruhan melebihi 5 FTU, warna lebih dari 15

PtCo, pH kurang dari 6,5, Fe3+, lebih dari 0,3 mg/

I, Mn2+ lebih dari 0,1 mg/I, NH4+ lebih dari 1,5 mg/I, Cl lebih dari 250 mgll, dan NO3- lebih dari 50 mg/l, serta mengandung bakteri coli yang berasal dari buangan tinja.

  

  Pada sistem akuifer tertekan atas (kedalaman 40-140 m) di daerah dataran bagian Barat terjadi penurnan kualitas air tanah dengan peningkatan DHL air tanah di wilayah Kota Tangerang (60-636 S/cm), Jakarta Utara (554 S/cm-1900 S/cm), dan Jakarta Pusat (14-56 s/cm) (Danaryanto dan Hadipurwo,

   Amblesan tanah (land subsidence) timbul akibat pengambilan air tanah

yang berlebihan pada lapisan pembawa

air (akuifer) yang tertekan (confned aquifers). Air tanah yang tersimpan dalam pori-pori lapisan penutup akuifer akan terperas keluar yang mengakibatkan penyusutan lapisan penutup tersebut, akibatnya terjadi amblesan tanah di permukaan

   Beberapa lokasi di cekungan Bandung

mengalami penurunan tanah, pada periode

2000-2002, besamya penurunan tanah berkisar 7 - 52 cm, dengan kecepatan

penununan berkisar antara 2-18 mm/bulan.

   Dalam periode tersebut, lokasi-lokasi Cimahi (Leuwigajah), Dayeuhkolot, Rancaekik mengalami penuruan tanah yang relatif lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 52 cm, 46 cm dan 42 cm.

   Amblesan tanah di dataran pantai Jakarta

  Air Tanah Sebagai Sumber Daya Terbarukan dan/Atau Tak Terbarukan?

  

Air tanah meskipun termasuk dalam sumber

daya alam yang dapat diperbaharui, namun proses pembentukkannya memerlukan waktu yang lama, mencapai puluhan tahun hingga ribuan tahun Apabila air tanah tersebut telah mengalami kerusakan kuantitas maupun kualitasnya maka proses pemulihannya akan

membutuhkan waktu lama,biaya tinggi, dan

teknologi yang rumit, bahkan tidak akan kembali pada kondisi awalnya.

  

  Oleh karena itu air tanah dapat dikatakan sebagai sumber daya terbarukan (renewable) dan sekaligus takterbarukan (unrenewable resources).

   Konsep air tanah sebagai sumber daya terbarukan

  didasarkan pada proses alami, yaitu adanya sirkulasi pada sistem akuifer: aliran masuk (infow) dan aliran keluar (outfow) ataupun imbuh (recharge) dan luah (discharge). Periode proses sirkulasi pada sistem akuifer ini sangat bervariasi antara

   Sedangkan konsep air tanah sebagai sumber daya tak-terbarukan adalah konsep periode pengisian ulang (replenishment period) air tanah antara 100 sampai 1.000 tahun. Periode tersebut sangat panjang dibandingkan dengan periode aktivitas manusia pada umumnya, dan perencanaan pendayagunaan sumber daya air pada khususnya (Hendrayana, 2007).

  

Perlunya Pengelolaan

(Management) Air Tanah

   Air tanah merupakan salah satu sumber air baku yang penting dalam menunjang

kesejahteraan dan kesehatan masyarakat,

serta kelangsungan pembangunan.

   Pemanfaatannya saat ini telah berkembang pesat terlltama sebagai sumber pasokan air bersih unhrk keperluan sehari-hari penduduk, bahan baku industri, bahan kerja industri, dan sumber air irigasi.

   Tujuan dari pengelolaan air tanah berbasis cekungan air tanah:

   Pemanfaatan air tanah secara efektif yang dapat meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, mengendalikan kekeringan, dan pencenraran, dan permasalahan lain yang terkait dengan penggunaan air tanah, dan mengawetkan air tanah tersebut untuk

menjaga lingkungan (Shibasaki, 1995).

  

  Pengelolaan air tanah diperlukan untuk mengetahui bagaimana air tanah terjadi dan bergerak, dan bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi kejadian dan pergerakan air tanah tersebut ( ASCE, 1987).

  

  Hal terpenting adalah menentukan tujuan kualitatif dan kuantitatif dari

   Diperlukan standar kualitas lingkungan yang bisa dijabarkan secara ilmiah, namun yang menetapkan adalah para ilmuwan, para pembuat peraturan,dan masyarakat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Meskipun penentuan standar kualitas lingkungan didasarkan pada kenyataan ilmiah, namun hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya dan ekonomi.

  

Untuk dapat mengurangi konfik kepentingan

di atas, maka diperlukan suatu pengelolaan

air tanah yang dapat memenuhi kepentingan

pihak-pihak yang bersangkutan.

  

Biasanya lebih baik jika dalam penggunakan

air tanah, pemakai diberi batasan-batasan.

  Tidak hanya masalah teknis saja yang perlu

diperhatikan, namun juga legalitas, wadah

organisasi, aspek sosial dan politik perlu diperhatikan

Topik diskusi…………..

   Seberapa penting adanya Pengelolaan air tanah? .

   Bagaimana Metodenya?

   Siapa yang berhak mengelolah?

   Apa peran Pemerintah, swasta, masyarakat dan PT?

   Perangkat peraturan yang ada apa sdh memadai?