BAGIAN I PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SUNGAI NASIONAL 1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang - Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran air

BAGIAN I PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR SUNGAI NASIONAL

1. Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta makhluk hidup lainnya sehingga harus dijaga kualitasnya untuk generasi sekarang dan yang akan datang serta demi tercapainya keseimbangan ekosistem. Sungai sebagai salah satu sumber daya air selama ini telah dimanfaatkan sebagai sumber air baku air minum, sumber air sektor industri, untuk pengairan, untuk badan air penerima berbagai limbah dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk melestarikan sumber daya air diperlukan upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan keseimbangan ekologis. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya. Demikian pula Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air (PKA) dan Pengendalian Pencemaran Air (PPA), maka kegiatan PKA dan PPA dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan pendekatan ekosistem. Keterpaduan tersebut dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, implementasi, pengamatan dan evaluasi. Berdasarkan peraturan yang sama pada pasal 5 dijelaskan bahwa pemegang kewenangan pengelolaan kualitas air adalah: 1)

Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas Provinsi dan lintas batas- batas negara,

2) Pemerintah

pengelolaan kualitas air Kabupaten/Kota dan, 3)

Provinsi

mengkoordinasikan

Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di Kabupaten/Kota.

Sesuai dengan kewenangannya, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun rencana pendayagunaan air dengan memperhatikan fungsi ekonomis dan fungsi ekologis, nilai-nilai agama serta adat istiadat yang hidup dalam masyarakat, menetapkan kelas air, melakukan pemantauan kualitas Air dan menentukan status mutu mutu air terhadap sungai-sungai yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam Bab 3 Pasal 18, PP 82 tahun 2001 dalam hal Pengendalian Pencemaran Air diatur bahwa: 1).

Pemerintah melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang lintas Provinsi dan atau lintas batas negara.

2). Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang lintas Kabupaten/Kota dan

3). Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada pada Kabupaten/Kota.

Sementara itu dalam pasal 20 disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Propinsi juga Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pengendalian pencemaran air pada sumber air sesuai dengan kewenangannya, yaitu: 1).

Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar, 2).

Menetapkan daya tampung beban pencemaran, 3).

Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah, 4).

Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air,

5). Memantau kualitas air pada sumber air; dan 6).

Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air. . Peraturan Pemerintah ini diikuti dengan penerbitan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.110 tahun 2003 tentang penetapan Beban Pencemaran Air. Pedoman yang terlampir dalam Peraturan tersebut memberikan arahan sistem perhitungan daya asimilasi air sungai terhadap beban pencemaran air, yang hasil perhitungannya dapat digunakan untuk perhitungan daya tampung beban pencemaran air (DTBPA).

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.01 tahun 2010 tentang Tatalaksana Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan tersebut memuat lampiran tentang: 1).

Pedoman inventarisasi dan identivikasi sumber pencemaran air, 2).

Pedoman penerapan Daya tampung beban pencemaran pada sumber air,

3). Pedoman penetapan baku mutu air limbah, 4).

Pedoman penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air, 5).

Pedoman tata cara perijinan dan 6).

Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran air.

Pedoman-pedoman tersebut menjadi bahan acuan bagi pedoman penyusunan program pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, mengingat adanya sungai-sungai di Indonesia yang memiliki tiga kategori, yaitu: 1).

Sungai Nasional (sungai lintas negara atau sungai yang melintasi 2 Provinsi atau lebih),

Sungai Provinsi (sungai yang melintasi dua Kabupaten/Kota atau lebih),

3). Sungai Kabupaten/Kota.

Walaupun sudah ada peraturan yang mengatur Pembagian urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, namun selama ini pelaksanaan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air antara instansi dalam satu pemerintahan daerah maupun instansi antar lintas daerah kurang terkoordinasi dengan baik sehingga pelaksanaan program PKA dan PPA belum berjalan efektif dan hasil yang dicapai belum maksimal. Juga dalam hal penentuan parameter yang akan dipantau masih terdapat parameter yang tidak ikut terpantau yaitu pengukuran debit padahal semestinya parameter ini senantiasa terukur bersamaan dengan pemantauan kualitas air sungai maupun air limbah sehingga pengukuran beban pencemaran dalam air limbah maupun air sungi dapat ditetapkan, sebagai salah satu hal yang perlu diketahui untuk dapat menentukan daya dukung air sungai. Untuk itu diperlukan suatu panduan yang jelas mengenai siapa mengerjakan apa, dan apa saja yang perlu disiapkan dan dilakukan dalam merencanakan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Pedoman ini disusun dengan maksud memberikan panduan kepada Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota mengenai upaya-upaya dan Pedoman ini disusun dengan maksud memberikan panduan kepada Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota mengenai upaya-upaya dan

1.2. Tujuan dari Pedoman

Pedoman ini bertujuan untuk:

a. Memberikan bimbingan kepada pemangku kepentingan di Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan dasar-dasar prosedur penyusunan program pengelolaan kualitas air dan pengendalian Pencemaran Air dari suatu daerah aliran sungai (DAS) dan atau sub DAS;

b. Memberikan bimbingan kepada pemangku kepentingan di Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan pengetahuan praktis tentang program pengelolaan kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air;

c. Meningkatkan kemampuan pemangku kepentingan di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pengelolaan kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air melalui proses kerjasama kelompok dalam penyusunan program pengelolaan kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air sungai.

1.3. Lingkup dan Penggunaan Pedoman

Rencana Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air memerlukan langkah-langkah penyusunannya, dan dalam implementassinya perlu penyusunan program-program pelaksanaannya. Oleh karena itu Pedoman ini disusun meliputi berbagai aspek berikut ini. 1).

Lingkup Pengelolaan pada Pedoman ini adalah:

a. Rencana Pengelolaan Kualitas Air (PKA)

b. Rencana Pengendalian Pencemaran Air (PPA) 2).

Pedoman ini diuraikan juga atas tahapan pelaksanaannya, yang meliputi:

a. Pengumpulan data sumber pencemaran air

b. Evaluasi Kualitas Air

c. Status Kelas Air atau Baku Mutu Air

d. Perhitungan atau Pemodelan Kualitas Air untuk penentuan DTBPA

e. Perhitungan tingkat pengendalian pencemaran air

f. Perencanaan pengendalian pencemaran air

g. Evaluasi dan pelaporan implementasi PPPKA dan PPPA, termasuk pengembangan jaringan pemantauan kualitas air.

3). Pedoman ini dimaksudkan sebagai bahan untuk Pemerintah Daerah, sehingga disusun dalam 3 bagian, yaitu:

a. Bagian 1 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana PKA dan PPA Sungai Nasional

b. Bagian 2 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana PKA dan PPA Sungai Provinsi.

c. Bagian 3 Pedoman Teknis Penyusunan Rencana PKA dan PPA Sungai Kabupaten/Kota.

1.4. Pengguna Pedoman

Pengguna Pedoman ini adalah para pemangku kepentingan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, yaitu para pejabat dan staf instansi Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

1.5. Definisi

1. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil;

2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara;

3. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil;

4. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara;

5. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya;

6. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air;

7. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu;

9. Kriteria mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air;

10. Rencana pendayagunaan air adalah rencana yang memuat potensi pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitas-nya, dan atau fungsi ekologis;

11. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air;

12. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan;

13. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya;l

14. Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah;

15. Daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar;

16. Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair;

17. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah 17. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah

18. Pemerintah adalah Presiden beserta para menteri dan Ketua/ Kepala Lembaga Pemerintah Non departemen;

2. Kerangka Rencana Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (PKA/PPA)

2.1. Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air

2.1.1. Substansi dalam Peraturan

Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air berisi beberapa pasal dengan substansi sebagai berikut:

1. Pengelolaan Kualitas Air

a. Wewenang Pemerintah, Gubernur, Bupati dan Walikota yang tergantung pada tipe sumber daya air;

b. Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan;

c. Kriteria Kualitas Air dan Kelas Air berdasarkan jenis pemanfaatan air;

d. Penentuan Baku Mutu Air, program pemantauan kualitas air, dan evaluasi status mutu air.

2. Pengendalian Pencemaran Air

a. Wewenang Pemerintah, Gubernur, Bupati dan Walikota yang tergantung pada tipe sumber daya air

a. Retribusi pembuangan air limbah dan mekanisme perizinan

b. Tindak darurat pengendalian pencemaran air

3. Pelaporan Kasus dan Masalah Pencemaran Air

4. Hak dan Kewajiban

a. Hak tiap orang untuk memperoleh air yang berkualitas baik

b. Kewajiban tiap orang untuk mengkonservasi sumber daya air dan mencegah pencemaran air

5. Persyaratan Penggunaan Air Limbah dan Pembuangan air Limbah

a. Pemanfaatan air limbah memerlukan studi AMDAL dan perizinan

b. Pembuangan air limbah harus disertai usaha pencegahan pencemaran air dan memerlukan perizinan.

6. Pembinaan dan Pengawasan

a. Pembinaan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendaliaan pencemaran air.

b. Pengawasan pelaksanaan syarat perizinan pembuangan air limbah

7. Sanksi

a. Sanksi administrasi bagi setiap usaha atau kegiatan yang pembuangan air limbahnya tidak memenuhi persyaratan dalam perizinannnya;

b. Sanksi pembayaran ganti rugi kerusakan lingkungan oleh pencemar yang diakibatkan oleh pembuangan air limbah dari setiap usaha atau kegiatan;

c. Sanksi pidana bagi setiap usaha atau kegiatan yang pembuangan air limbahnya menyebabkan pencemaran air.

2.1.2. Ruang Lingkup Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang digunakan untuk penyusunan Program Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air diantaranya adalah (Gambar 1.1): Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang digunakan untuk penyusunan Program Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air diantaranya adalah (Gambar 1.1):

b. Undang-Undang No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

c. Undang-Undang No. 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah

d. Peraturan Pemerintah No. 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

e. Peraturan Pemerintah No. 38/2007 tentang Wewenang Pemerintah Propinsi

f. Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran air

Aspek pengelolaan kualitas air yang diatur dalam peraturan perundangan tersebut di atas:

a. Karakteristik dan informasi sumber daya air

b. Pemanfaatan air

c. Penetuan Kelas Air atau Baku Mutu Air

d. Program Pemantauan Kualits Air

e. Evaluasi Status Mutu Air

Aspek Pengendalian Pencemaran Air yang diatur dalam peraturan perundangan tersebut adalah:

a. Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air dan alokasi beban pencemaran air menggunakan model

b. Perencanaan tahapan Status Mutu Air Sasaran untuk mencapai Baku Mutu Air dalam suatu periode

c. Penggunaan data alokasi beban pencemaran untuk penentuan Baku Mutu Air Limbah, izin lokasi dan izin pembuangan air limbah

d. Penyusunan Rencana Aksi

e. Database dan sistem informasi

Gambar 1.1. Skema Alur Peraturan Perundang- Undangan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

2.2. Kerangka Kerja Rencana Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air

2.2.1. Demarkasi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota

Demarkasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Gambar 1.2) adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah Pusat membuat Rencana Umum Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Nasional a. Pemerintah Pusat membuat Rencana Umum Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Nasional

c. Pemerintah Kabupaten/Kota membuat Rencana Detail Program PKA dan PPA untuk Sungai Nasional, Sungai Provinsi dan Sungai Kabupaten/Kota

2.2.2. Koordinasi Kerangka Kerja Sungai Lintas Batas Daerah

a. Pemerintah Pusat melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Kualitas Air Sungai Nasional dan implementasinya.

b. Pemerintah Provinsi melakukan koordinasi Pemerintah Kabupaten/Kota untuk penyusunan Rencana Detail Pengelolaan Kualitas Air Sungai Nasional dan Sungai Provinsi dan implementasinya di daerahnya masing-masing

Sungai Nasional

Sungai Provinsi

Sungai Kabupaten/ Kota

(Sungai dibawah

(Sungai di bawah

(Sungai dibawah

Pemerintah Pusat)

Pemerintah Provinsi

Pemerintah Kabupaten/ Kota

Kualitas Air

Pengelolaan Kab/Kota

Kualitas Air

Kualitas Air

Kualitas Air

Gambar 1.2. Hirarki Rencana Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

2.3. Prosedur Umum dan Tugas Pokok Pengembangan Pengelolaan Kualitas Air dan Rencana Pengendalian Pencemaran Air (PKA/PPA)

2.3.1. Prosedur Umum Pengembangan PKA/PPA

Pengembangan Rencana PKA dan PPA memerlukan berbagai informasi dan data sekunder serta survei pengukuran di lapangan sebagai data primer jika data sekunder tidak mencukupi. Selanjutnya dilakukan pemodelan untuk perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) dan penyusunan rencana pengendalian pencemaran air, serta implementasi programnya.

Tahapan kegiatan tersebut dilaksanakan secara berturutan sebagai berikut (Tabel 1.1):

a. Penyusunan kerangka kerja

b. Pelaksanaan inventarisasi data sumber pencemaran air

c. Identifikasi permasalahan pencemaran air, yang terdiri dari zat pencemar berbahaya, zat pencemar organik dan bahan kimia pertanian.

d. Pemodelan daya asimilasi sungai untuk perhitungan DTBPA d. Pemodelan daya asimilasi sungai untuk perhitungan DTBPA

f. Implementasi .Program PKA dan PPA

g. Evaluasi dan Pelaporan Implementasi Program PKA dan PPA

Tabel 1.1. Hubungan antara Kegiatan Pengembangan PKA/PPA dan relevan Undang-Undang dan Peraturan

PP 32, KEPMEN

110 2003 2004/ PP 2004/ PP 42, 2008

38, 2008

1) Pengaturan Kerangka Kerja

2) Pengembangan ISP

3) Perkiraan DTBPA

○ ○ 4) Identifikasi kualitas air

saat ini ○ ○ 5) Pengembang Rencana

PKA dan PPA

6) Perbaikan Rencana

PKA dan PPA saat ini 7) Implementasi PKA dan PPA

Catatan) ●:Kegiatan

undang-undang dan peraturan ○:Kegiatan dapat dicerminkan dari undang-undang dan peraturan

akan

dikembangkan

berdasarkan

2.3.2. Tugas Pokok Pengembangan Rencana PKA/PPA

Tugas utama dari tiap tingkat pemerintahan untuk pengembangan PKA/PPA dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Tugas Pokok Pengembangan Rencana PKA/PPA

Tugas

Pemerintah Pusat

Provinsi

Kabupaten/Kota

Menyusun Rencana

Arah Kebijakan

Detail Pengeloaan

Kordinasi Kabupaten

Tugas Utama

Pengelolaan

Kualitas Air termasuk

Rencana Implementasinya @ Data Kabupaten/ Kota Pengumpulan Data

Kualitas Air

dan Kota

# Bantuan dari

# (Bantuan Kabupaten/

sampai tingkat

# (Integrasi data

# (Integrasi data

@Inventarisasi sumber Penyusunan Inventarisasi

inventarisasi ,

inventarisasi dari

pencemaran dari Sumber Pencemaran Air

rekapitulasi dan

Kabupaten/ Kota, serta

analisis dari

melakukan rekapitulasi

berbagai sektor kegiatan

Provinsi)

dan analisis)

Perhitungan Beban Pencemaran Air dari

@ (Integrasi data

# (Integrasi data beban

# (Data beban berbagai sumber

beban pencemaran

pencemaran air dari

pencemaran air

air dari Provinsi)

Kabupaten/ Kota)

pencemaran air dari berbagai sektor kegiatan)

Identifikasi Permasalahan

@ Penilaian Status Mutu Pencemaran Air dan

@ Penilaian Status

@ Penilaian Status

Mutu Air sungai

Air sungai nasional di

Mutu Air

Status Mutu Air

Kabupaten/ Kota Penyusunan Baku Mutu

nasional di Provinsi

Penyusunan Baku Mutu Air melalui kegiatan koordinasi dengan Provinsi Air

dan Kabupaten/ Kota

Penetapan Mutu Air

# Penggunaan Mutu Air Sasaran

@ Penetapan Mutu # Penggunaan Mutu Air

Sasaran Penetapan Daya Tampung Beban

Air Sasaran

Sasaran

@ Perhitungan

Pencemaran Air,

# (Penggunaan Hasil termasuk pemodelan

Daya Tampung

# (Penggunaan Hasil

Perhitungan) kualitas air dan kapastias

Beban

Perhitungan)

Pencemaran Air

asimilasi sungai # Membantu Pemerintah

melakukan upaya Rencana Pengendalian

Pemerintah melakukan

Pencemaran Air

pengendalian

upaya pengendalian

pencemaran air

pencemaran air

@ Menerbitkan Perizinan

pencemaran air

Air Limbah dan Pengawasannya Penyusunan Rencana

Penyusunan Rencana Pemantauan Kualitas Air melalui kordinasi dengan Pemantauan Kualitas Air

Provinsi dan Kabupaten/ Kota

@ Kordinasi

@ Rencana Detail Implementasi Program

@ Implemetasi

kabupaten / Kota

Rencana Umum

Pengelolaan Kualitasdan Pengelolaan Kualitas Air

penggunaan Rencana

Pengelolaan

Umum untuk

implementasinyasebagai

Kualitas Air dilaksanakan

Catatan: @ : Pelaksana Utama, #:Dukungan dan atau implementasi

Pemerintah Pusat

Provinsi

Kabupaten/ Kota

a rj 1. Penyusunan Kerangka Kerja

- Konfirmasi Batas DAS dan Batas Segmen

- Penyusunan Tujuan dan Periode Target

nyn

La e n a

- Konfirmasi Klasifikasi Kualitas Air

- Identifikasi Stakeholders

KP

2-1. Pengembangan PSI a n g a Air/SPAs (Seluruh DAS)

2. h a 2-3. Integrasi Sumber Pencemaran

2-2. Dukungan Kabupaten/Kota

(Kabupaten/ Kota) k

untuk Mengembangkan PSI

n g b - Integrasi SPAs Tingkat Pusat

- Dukungan Kabupaten/ Kota unt uk

- Pengumpulan Data

- Pemetaan GIS (Seluruh DAS) - Pengembangan SPA

n g e - Integrasi SPAs Tingkat Provinsi Mengembangkan SPA

- Perkir aan Beban Pencemaran

P e - Pemetaan GIS (Tingkat Provinsi)

Saat ini dan Target Tahunan - Pemetaan GIS

n ir a a 3-3. Perkiraan DTBPA (Seluruh DAS)

3-1. Pengumpulan Data untuk e rk

3-2. Dukungan Kabupaten/ Kota

- Perkiraan DTBPA

.P P A B - Simulasi DTBPA saat ini

untuk Mengumpulkan Data untuk

Perkiraan AC

Perkiraan DTBPA

- Hidrologi, Metrologi, dan Izin

- Prediksi DTBPA Periode Target

- Hidrologi, Metrologi, dan Izin

Pengembilan Air, Izin Limbah,

k g Pengembilan Air, Izin Limbah,

Pengguna Air

L a Pengguna Air

i Is K a s k

4-1. Identifikasi isu KA Saat ini fi

4-3. Identifikasi Isu Kualitas Air (KA)

4-2. Identifikasi isu KA Saat ini

Saat ini ti

(Provinsi)

- Konfirmasi KA saat ini

- Perkiraan Jumlah

e - Identifikasi isu KA di Provinsi

- SPA

d KewajibanPengurangan Beban

- Penggunaan Air dan Pengguna .I 4 Pencemaran Air

- (pencemaran air lintas batas,

difusi pencemaran, lokasi

- Peta Persampahan n g k a h - Keluhan dari Penduduk,dll.

Air

pembuangan sampah)

a n P P A b 5-2.Koordinasi Kabupaten/ Kota 5-1. Pengembangan Rencana untuk mengembangkan 5-3. Pengembangan WQM/WPC m e K A /

(Kabupaten/ Kota) n g P - Menunjukkan arah Rencana

PKA/PPA (Seluruh DAS)

WQM/ WPC

e a PKA/PPA pemerintah daerah

- Koordinasi PKA/PPA ant ara

- Pengembangan Rencana Aksi

untuk Pengendalian Pencemaran 5 .P h n a (sebagai umbrella perencanaan c ) - Rencana Prioritas PKA/ PPA & Alokasi

Kabupaten/Kota

- Perencanaan Pengurangan Beban

Ukuran

R e Pengurangan Beban Pencemaran Air

Pencemar an (Alokasi untuk set iap

sektor)

n g h 6 . b a A a 6. Pengembangan Program Pemantauan Kualitas Air (PPKA) k g m

- Kajian dan Revisi Jaringan Monitoring Kualitas Air saat ini

n e g P P La

7-3. Dukungan dan Manajemen

7-1. Pelaksanaan PKA/PPA n a Pemerintah Daerah untuk

7-2. Dukungan dan Koordinasi

Kabupaten/ Kota untuk

- Pelaksanaan PKA/PPA

k a h a - Pemantauan Pelaksanaan PKA/ PPA n P - Dukungan dari Pemerintah Daerah g - Pelaporan PKA/PPA ke Provinsi k s /P - Dukungan dan Koord. Kab/ Kota

7. a A MelaksanakanPKA/PPA

Melaksanakan PKA/PPA

n la

K A - Persetujuan PKA/PPA

- Evaluasi PKA/PPA

La P e P

- Evaluasi PKA/ PPA

- Pelaporan PKA/ PPA ke Pem.Pusat

Gambar 1.3. Prosedur Penyusunan Rencana Pengelolan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air

3. Prosedur dan Bimbingan Teknis Pengembangan PKA / PPA

LANGKAH 1: PENETAPAN KERANGKA KERJA

Langkah 1-1: Pembentukan Kelompok Kerja Kelompok Kerja (POKJA) untuk pengembangan rencana pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Rencana PKA/PPA) ditetapkan atas inisiatif dari KLH

POKJA terdiri dari stakeholder terkait seperti KLH, BANDGA, xxx, xxx, pemerintah provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. POKJA akan mengidentifikasi hal

berikut; -

Konfirmasi batas DAS dan Segmen Daerah (Lihat Langkah 1-2) -

Konfirmasi Klasifikasi Kualitas Air saat ini (Lihat Langkah 1-3) -

Identifikasi Pemangku Kepentingan (Lihat Langkah 1-4) -

Menetapkan Tujuan dan Periode Target (Lihat Langkah 1-5)

Langkah 1-2: Konfirmasi Batas Daerah Aliran Sungai dan Segmen untuk Perencanaan PKA/PPA

POKJA mengkonfirmasi batas DAS dan Sub-DAS dari peta topografi, peta sungai dan dan saluran dan batas Segmen Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota)

(1) Konfirmasi Batas Daerah Aliran Sungai Dalam rangka mengidentifikasi daerah yang ditargetkan untuk pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air, rencana itu perlu menetapkan batas daerah aliran sungai (DAS). Informasi mengenai batas DAS dapat diperoleh dari rencana pengelolaan sumber daya air. Jika informasi batas DAS tidak tersedia, POKJA menetapkan dari peta topografi, peta sungai dan saluran.

(2) Konfirmasi Segmen untuk Rencana PKA/PPA Segmen Rencana PKA/PPA dapat ditetapkan berdasarkan dua pendekatan

utama. Pertama adalah pendekatan administratif dan kedua adalah pendekatan DAS. Pendekatan administratif, menetapkan segmen berdasarkan pemerintah yang mengembangkan dan menerapkan Rencana PKA/PPA. Pendekatan DAS, menetapkan segmen berdasarkan Sub-DAS di mana air menerima pencemaran dari daerah tangkapannya. Kadang-kadang pendekatan meliputi beberapa pemerintah daerah untuk mengembangkan dan melaksanakan Rencana PKA/PPA. Sehubungan dengan sungai Cisadane, pendekatan administratif diadopsi, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.4.

Kab. Bogor Kota Bogor Kab. Tangerang Kota Tangerang

Kota Tangerang Selatan

Sumber: KLH

Gambar 1.4. Batas DAS Sungai Cisadane dan Segmentasinya

Langkah 1-3: Konfirmasi Klasifikasi Kualitas Air

POKJA akan mengkonfirmasikan klasifikasi kualitas air saat ini yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah No.82, 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Klasifikasi kualitas air adalah salah satu unsur Rencana PKA/ PPA yang harus diterapkan pada sumber daya air. Jika klasifikasi kualitas air telah ditetapkan, maka akan menjadi salah satu dasar menentukan pengendalian pencemaran yang akan dicapai. Jika tidak ada ketentuan, klasifikasi kualitas air akan ditentukan selama proses pengembangan Rencana PKA/PPA. Klasifikasi kualitas air harus dirumuskan melalui kegiatan koordinasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi dengan berbagai instansi terkait dalam pengelolaan kualitas air di propinsi dan Kabupaten/Kota. Menurut Peraturan Pemerintah No.82, 2001, peran utama dan prosedur untuk merumuskan klasifikasi kualitas air adalah sebagai berikut; -

Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan berbagai lembaga di Pusat dan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait dengan sungai nasional untuk bersama-sama menetapkan Kelas Air atau Kualitas Air Baku berdasarkan kajian akademis.

- Jika Kelas sungai nasional tidak didefinisikan, sementara Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terkait dengan sungai nasional membutuhkannya untuk pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air maka menggunakan Kelas 2.

Langkah 1-4: Identifikasi Pemangku Kepentingan ( Stakeholder)

POKJA mengidentifikasi para pemangku kepentingan/ stakeholder di daerah sasaran.

Stakeholder harus mencakup berbagai lembaga dan sektor-sektor kegiatan sebagai berikut seperti ditunjukkan dalam Table 1.2. -

Badan-badan Pemerintah di pusat dan pemerintah provinsi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air dan berwewenang untuk mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran air

- Instansi kesehatan masyarakat untuk menyediakan pedoman kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran air

- Berbagai sektor kegiatan yang berpotensi membuang limbah dan menyebabkan pencemaran air

Tabel 1.2. Stakeholders yang diharapkan mengembangkan PKA/PPA

Kategori Stakeholder

1) Pabrik 2) Fasilitas Komersial 3) Fasilitas Umum

Sumber Pencemar dan Pengguna Air

4) Daerah Pertambangan 5) Peternakan 6) Pertanian dan Kehutanan 7) Pemukiman penduduk, dll…

Instansi daerah pengelola kualitas air 1) Instansi Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah 1) BBWS

Instansi-instansi yang relevan dengan

2) BPDAS

sumber daya air 3) Direktorat jenderal Sumber Daya Air, PU 4) Dewan Sumber Daya Air Nasional

Langkah 1-5: Menetapkan Target berdasarkan Tahun dan Tujuan

POKJA harus menetapkan target berdasarkan tahun dan tujuan yang didasarkan

pada rencana kedepan yang relevan seperti rencana pembangunan sosial

ekonomi, rencana tata ruang, rencana pengembangan sumber daya air, dan

laporan status lingkungan regional.

(1) Penetapan Target Tahunan Target Tahunan Rencana PKA/PPA harus ditetapkan untuk jangka pendek (1 tahun atau 1 semester), jangka menengah (5 tahun), jangka panjang (10-25 tahun) berdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri No.1, 2010. Target jangka panjang Rencana PKA/PPA ditetapkan dengan pertimbangan dan konfirmasi rencana lain, seperti rencana pembangunan ekonomi, rencana tata ruang, rencana pengembangan sumber daya air, dan laporan status lingkungan regional.

(2) Menetapkan Tujuan/Goal Tujuan/ goal Rencana PKA/PPA harus menunjukkan status lingkungan air di

daerah sasaran. Tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan dengan pertimbangan faktor-faktor berikut. Tujuan tersebut harus mendapatkan konsensus dari semua pemangku kepentingan yang diidentifikasi dalam perencanaan daerah, sehingga harus dilakukan diskusi dengan para pemangku kepentingan tersebut untuk menetapkan tujuan. Faktor-faktor pertimbangan dalam menetapkan tujuan: -

Status saat ini dan masa depan -

Rencana pembangunan sosio-ekonomi -

Masterplan daerah perlindungan lingkungan -

Kondisi pemanfaatan air regional -

Masterplan pengelolaan sumber daya air regional

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menetapkan tujuan/ goal yang disebutkan di atas memiliki hubungan dengan faktor-faktor lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5. Rencana PKA/PPA bertujuan untuk menyelaraskan daerah perlindungan lingkungan dan pembangunan sosial-ekonomi. Oleh karena itu, tujuan dari PKA/PPA adalah pencapaian bersama rencana pembangunan yang relevan dan rencana perlindungan lingkungan. Status lingkungan air sungai harus bertemu dengan persyaratan pemanfaatan air regional. Tujuan dari Rencana PKA/PPA harus menunjukkan arah untuk menjaga status lingkungan air sungai .

Status Sungai Saat ini Current and - - Perencanaan

Socio

Future River

economic

dan Masa Depan

Status Pengembangan Development Sosial Ekonomi

Plan

Harus memenuhi

persyaratan

Hasil

PKA/PPA Selaras

Regional Kondisi Perlindungan

Regional Water Usage Environment Lingkungan Condition Regional Protection Regional

Pemanfaatan Air

Regional Pengembangan Water

Perencanaan

M/P

Sumber Daya Resource Development Air Regional Selaras Plan

Gambar 1.5. Faktor yang harus diperhitungkan untuk membuat tujuan PKA/PPA

LANGKAH 2: PENGEMBANGAN INVENTARISASI SUMBER PENCEMARAN AIR (ISP)

Peran masing-masing Pemerintah

Pemerinyah Pusat: Integrasi survei ISP Tingkat Pusat (Langkah 2-3)

Pemetaan GIS di seluruh DAS

Provinsi: Dukungan Kabupaten/Kota untuk Pengembangan ISP

(Langkah 2-2) Integrasi survey ISP Tingkat Provinsi Pemetaan GIS di Tingkat Provinsi

Kabupaten/Kota : Pengumpulan Data untuk Pengembangan ISP (Step 2-1)

Pengembangan ISP Perkiraan Beban Pencemaran

Pemetaan GIS

Undang-undang dan Peraturan

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.01, 2010 tentang Tata

Laksana Pengendalian Pencemaran Air (Bab II dan Lampiran I)

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.01, 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air , menetapkan pedoman inventarisasi sumber pencemaran air dan identifikasi sumber pencemaran pada Bab II, dan prosedur serta metodologinya sebagai pedoman teknis terdapat pada Lampiran I. Pedoman teknis ini menunjukkan garis besar prosedur dan metodologi sesuai dengan peraturan di atas dan merupakan tambahan penjelasan.

Langkah 2-1: Pengembangan Inventarisasi Sumber Pencemaran oleh Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut untuk mengembangkan Inventarisasi Sumber Pencemaran dan Identifikasi Sumber Pencemaran Air.

1) Pengumpulan data awal yang diperlukan dalam inventarisasi ( Langkah 2-1-1)

2) Pengembangan inventarisasi sumber pencemaran ( Langkah 2-1-2)

3) Verifikasi di tempat ( Langkah 2-1-3)

4) Penentuan Jumlah Beban Pencemaran Air ( Langkah 2-1-4)

5) Penyusunan Laporan ( Langkah 2-1-5)

Langkah 2-1-1: Pengumpulan data awal yang diperlukan dalam Inventarisasi

Kabupaten/Kota mengumpulkan data awal dari berbagai sumber data untuk pengembangan inventarisasi sumber pencemaran air dan diperbaharui setiap tahun.

Berdasarkan Peraturan, Kabupaten dan Kota harus mengumpulkan 1) Peta Dasar, 2) Lokasi dan jenis kegiatan/industri (data/profile industri ), 3) Kependudukan dan penyebarannya, 4) Topografi, hidrologi, klimatologi, sistem pembuangan limbah yang ada, batas DAS dan Sub-DAS, informasi / peta penggunaan lahan yang ada, 5) Kuantitas dan kualitas sumber air, 6) Data pertanian dan ternak seperti ditunjukkan Berdasarkan Peraturan, Kabupaten dan Kota harus mengumpulkan 1) Peta Dasar, 2) Lokasi dan jenis kegiatan/industri (data/profile industri ), 3) Kependudukan dan penyebarannya, 4) Topografi, hidrologi, klimatologi, sistem pembuangan limbah yang ada, batas DAS dan Sub-DAS, informasi / peta penggunaan lahan yang ada, 5) Kuantitas dan kualitas sumber air, 6) Data pertanian dan ternak seperti ditunjukkan

Tabel 1.3. Data Awal Yang Harus Dikumpulkan untuk Pengumpulan Data Pengembangan Inventarisasi Sumber Pencemar

No. Jenis Data

Sumber Data

Tujuan

1. Peta dasar

- BAPPEDA

Referensi untuk penentuan lokasi

- BAKOSURTANAL

dari sumber pencemar baik sumber titik, garis maupun sumber area

2. Lokasi dan jenis

Menentukan posisi dan distribusi aktifitas/industri

- Kantor Lingkungan

dari aktivitas yang menghasilkan (Data/Profil

- BPLH/BPLHD

Dinas sumber pencemar terutama dari industri)

kegiatan non domestik

- Dinas Peternakan - Dinas Perindustrian - Dinas Perdagangan

3. Distribusi

Menentukan daerah pemukiman Penduduk

- Badan Pusat Statistik

dan penduduk yang berkontribusi

Pemukiman

menyumbagkan sumber pencemar air domestik secara signifikan

4. Topograpi,

Menentukan lokasi daerah hidrologi,

- BAKOSURTANAL

- Direktorat Geologi dan Sumber tangkapan air, sumber air, dan klimatologi,

mempelajari distribusi pencemar system

Daya mineral

dan melalui anak-anak sungai di penyaluran

DAS, menentukan penggunaan buangan

air

Pemukiman

lahan, serta memahami kondisi eksisting, batas - Dinas PSDA

- BAPPEDA

hidrologi dan hidrolik dari daerah DAS sungai dan - Kantor PU

inventori

anak sungai, - Badan Meteorologi Klimatologi dan informasi/peta

geofisika

penggunaan

- Kantor Pembangunan Daerah

lahan eksisting 5. Kualitas

dan - Kantor Lingkungan Memahami parameter-parameter kuantitas

dominant yang Sumber Air

- BPLH/BPLHD

pencemar

berkontribusi signifikan terhadap dampak

pencemaran air terutama terhadap kualitas air 6. Data

dan Menentukan daerah pertanian Pertanian/Petern

dan peternakan, kondisi dan jenis akan

Agriclimate

- Dinas Pertanian dan Pengairan

tanah. Memahami distribusi dari

- Dinas Peternakan

residu pupuk dan pestisida yang digunakan untuk pertanian

7. Perencanaan - Data dasar untuk memprediksi Spasial

sumber dan beban pencemar di Pengembangan

masa memdatang Sosial Ekonomi Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.01, 2010 Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

Langkah 2-1-2: Pengembangan Inventarisasi Sumber Pencemaran

Kabupaten/Kota meringkas data awal dan mengidentifikasi sumber pencemaran air.

(1). Klasifikasi Sumber Pencemaran Air

Sumber pencemaran air yang dihasilkan air limbah dapat diklasifikasikan menjadi sumber air limbah domestik dan non-domestik . Air limbah domestik umumnya berasal dari kawasan pemukiman penduduk dan air limbah non-domestik berasal dari air limbah industri, pertanian dan peternakan, perikanan dan kegiatan pertambangan atau kegiatan lain yang tidak berada di kawasan pemukiman penduduk.

Untuk mempermudah inventarisasi, terutama memperkirakan tingkat pencemaran air yang dibuang ke air, sumber pencemaran air yang didasarkan pada karakteristik air limbah dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.4. di bawah ini. Tabel 1.4 menunjukkan contoh klasifikasi sumber pencemaran air dari berbagai sektor.

Tabel 1.4. Klasifikasi dari Sumber Pencemar Air

Diffuse-Source Air limbah domestik

Karakteristik Air Limbah

Point-Source

Air limbah perkotaan di sistem Air limbah dari pemukiman penyaluran air buangan domestik penduduk

Air limbah non domestik Air

limbah

industri

dan Air limbah dari pertanian,

pertambangan

peternakan skala menengah dan kecil

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.01, 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

Tabel 1.5. Contoh Klasifikasi Dari Sumber Pencemar Air

Sumber Pencemar

Sektor

Deskripsi

Point-Source Domestik

- Sistem Penyaluran Air Limbah (sumber titik) - Sistem Penyaluran air limbah terintegrasi dengan system air hujan

Industri - Produksi dan Eksplorasi Minyak dan Gas - Petroleum Refinery - Integrated Natural and Petroleum Gas Refinery - Oil plant, depot, and terminal - Industri Caustic Soda - Industri pelapisan Logam (Cu, Cr, Ni, Zn) - Industri Penyamakan Kulit - Industri Minyak kelapa Sawit - Industri Pulp and kertas (pulp, kertas, pulp dan kertas) - Industri Karet - Industri Gula - Industri Tapioca - Industr Tekstil - Industri Pupuk Urea - Industri Ethanol - Industri Mono Sodium Industry (MSG) - Industri Plywood - Industri Susu dan Produk Susu - Industri Minuman ringan - Industri Sabun, detergen, dan Minyak Tumbuhan - Brewery Industry - Industri Batere Kering - Industri cat - Industri Pharmasi - Industri Pestisida

Pertambangan

- Pertambangan aktif atau bekas

Pertanian - Sistem pembuangan air limbah pertanian Peternakan

- Fasilitas Rumah Potong Hewan, pejagalan Hotel

- Fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL-UPL

Sumber Pencemar

Sektor

Deskripsi

Rumah Sakit - Fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL-UPL Lapangan Golf

Fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL-UPL TPA Sampah Domestik

- Fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL-UPL Lainnya

- Fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL-UPL Diffuse-Source Domestik

- Pemukiman umum di Indonesia

area (sumber Small-medium - Kecuali untuk fasilitas yang menjadi target AMDAL, UKL- tersebar)

Enterprise Activities

UPL

Pertanian - Kecuali Fasilitas yang telah ada dalam sumber titik Peternakan

- Kecuali Fasilitas yang telah ada dalam sumber titik Alami (Hutan)

- Daerah Hutan berdasarkan katagori perencanaan spasial

Limpasan air - Daerah pemukiman berdasarkan katagori perencanaan permukaan

spasial

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.01, 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

(2). Identifikasi Sumber Pencemaran

Sumber pencemaran air diidentifikasi dengan penyiapan Peta Sumber Pencemaran berdasarkan pada data awal point source dan diffuse source yang terkumpul. Peta Sumber Pencemaran Titik ( Point source ) disusun dengan penggabungan ( overlay ) distribusi sumber pencemar sektoral, dan Peta Sumber Pencemaran Tersebar (diffuse source)

harus disiapkan oleh setiap sumber pencemaran. Tabel 1.6. menunjukkan jenis peta sumber pencemar dan Gambar 1.6 menunjukkan contoh Peta Sumber Pencemaran Titik

Tabel 1.6. Jenis Peta Sumber Pencemar

Jenis Peta Sumber Pencemar

Sumber Sektor

Data dan Informasi yang diperlukan

Pencemar Point-Source

untuk identifikasi sumber pencemar

Domestik

Outline fasilitas instalasi pengolahan

Distribusi dari masing- (sumber titik) (luas daerah dan penduduk yang masing sector

sumber tercakup, kualitas dan kapasitas air pencemar limbah yang diolah)

Industri

Sektor/jenis, produk, turn over , jumlah

Pertambangan pegawai, luas fasilitas, lokasi, volume Pertanian

air limbah, kualitas air yang dibuang,

Peternakan

dan jenis instalasi pengolahannya,dll

Hotel

Lokasi, jumlah pengunjung, fasilitas instaasi pengolahan Air Limbah,dll

Rumah sakit

Lokasi, jumlah tempat tidur, fasilitas instalasi pengolahan air limbah,dll

Lapang golf

Lokasi, jumlah pengunjung, jenis bahan kimia pertanian yang digunakan, fasilitas

limbah, dll

TPA Sampah Lokasi,volume dan jenis sampah yang Domestik

dibuang, fasilitas instalasi pengolahan leachate (lindi),dll

Lainnya Diffuse-Source Domestik

dan Distribusi populasi dan area

(sumber ketersediaan instalasi pengolahan air kepadatan daerah tersebar)

limbah domestik.

Usaha kecil Sector/jenis, produk, turn over , jumlah Jumlah fasilitas dari dan

masing-masing daerah menengah

pegawai, luas fasilitas, lokasi,volume

air limbah yang dibuang, kualitas air limbah efluen, dan jenis fasilitas pengolahannya,dll

Pertanian Luas lahan pertanian, jumlah dan jenis Produksi dari masing- produk, jumlah dan jenis bahan kimia masing daerah, jumlah pertanian,dll

penggunaan bahan kimia pertanian. Peta tata guna

Sumber Jenis Peta Sumber Pencemar

Sektor

Data dan Informasi yang diperlukan

Pencemar lahan * Peternakan

untuk identifikasi sumber pencemar

Jumlah teknak dan unggas Alami (Hutan)

Daerah, jumlah peternakan

Peta tata guna lahan* Limpasan air Daerah perkotaan

Daerah hutan

Peta tata guna lahan** permukaan kota

Catatan ) Peta tata guna lahan, pertanian, peternakan, vegetasi, limpasan perkotaan dapat di gabungkan/overlay dalam satu peta

Gambar 1.6. Contoh Peta Sumber Pencemaran Air Timbunan Sampah Sepanjang S.Cisadane

Langkah 2-1-3: Pengecekan Setempat

Kabupaten/Kota harus melakukan pengecekan jenis dan lokasi sumber

pencemaran air dan mengumpulkan data primer termasuk sampling.

Apabila kekurangan data dan informasi untuk identifikasi sumber pencemaran dan estimasi beban pencemaran, Kabupaten/Kota harus melakukan pengecekan jenis pencemar, lokasi sumber pencemaran air dan data primer, termasuk pengambilan sampel air yang diperlukan.

Umumnya informasi dan data identifikasi sumber pencemaran dari kegiatan sumber pencemar titik/ point source (Industri, Pertambangan, Pertanian, Peternakan, Hotel, Rumah Sakit, Lapangan Golf, dll) dapat diperoleh dari AMDAL dan UKL-UPL, Namun, sebagian besar data dari sumber pencemaran hanya tersedia lokasi dan sektornya. Oleh karena itu perlu untuk mengumpulkan sumber pencemar point source dengan survei kuestioner seperti ditunjukkan pada Tabel 1.7. Umum prosedur untuk mengumpulkan informasi yang ditampilkan pada Gambar 1.7 Informasi dapat dikumpulkan oleh baik langsung maupun tidak langsung survei .

Tabel 1.7. Informasi yang Terkumpul dari Lokasi Sumber Pencemar Kategori

Informasi

Informasi dasar

Nama, alamat, jumlah buruh/pegawai, luas

Aktifitas dan skala Jenis kegiatan , jumlah produksi, pengembalian modal, volume penggunaan air

Kondisi pembuangan Volume pembuangan air limbah, kualitas air limbah, jenis instalasi Air limbah

pengolahan air limbah

Lokasi kegiatan yang dituju

Kaji informasi yang tersedia

Survey tidak survey

langsung/survey Langsung/survey

data sekunder data primer

Survey langsung/tidak langsung

Survey data sekunder dari Siapkan format kuestioner

pemerintah daerah/nasional terkait pengendalian pencemaran air

Pelaksanaan survey langsung

Kompilasi data yang telah terkumpul

Gambar 1.7. Prosedur Pengumpulan Informasi Sumber Pencemar Titik ( Point Source)

Langkah 2-1-4: Estimasi Beban Pencemaran

Kabupaten/Kota membuat perkiraan beban pencemaran masing-masing sektor

yang didasarkan pada data yang dikumpulkan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.1, 2010 menetapkan metodologi perkiraan beban pencemaran untuk sumber titik t dan sumber tersebar (diffuse source). Pedoman teknis menunjukkan garis besar prosedur dan metodologi sesuai dengan peraturan di atas dan memberikan tambahan penjelasan. Contoh prosedur dari perkiraan beban pencemaran ditunjukkan pada Gambar 1.8.

(1) Perkiraan Beban Pencemaran saat ini (a) Beban pencemaran oleh air limbah domestik

Persamaan berikut ini digunakan untuk menghitung beban pencemaran air limbah domestik.

PL = jumlah penduduk x PLU

dimana, PL: beban pencemaran [g / hari] PLU: unit beban pencemaran [g / hari / orang]

(b) Beban Pencemaran oleh kegiatan sumber pencemar (Industri, Pertambangan, Peternakan, Pertanian, Hotel, Rumah Sakit, dll).

Dua jenis persamaan yang digunakan untuk menghitung beban pencemaran air limbah tergantung pada ketersediaan data pemantauan air limbah. (i) Penggunaan data pemantauan kualitas air limbah

3 PL = WQ [g/m 3 ] x WV [m /day]

dimana, PL: beban pencemaran [g/hari]

WQ: kualitas air limbah [g/m 3 ] WV: volume air limbah [m 3 /day]

(ii) Menggunakan unit beban pencemaran Dalam hal data pemantauan air limbah tidak tersedia, beban pencemaran diperkirakan menggunakan persamaan berikut dengan unit beban pencemaran yang sesuai.

PL = A × PLU × (1 - R)

dimana: PL: beban pencemaran [g / hari]

A = tingkat aktivitas sumber pencemaran PLU = unit beban pencemaran dengan asumsi tidak ada pengolahan R = Efisiensi instalasi pengolahan air

(c) Beban Pencemaran Sampah

(d) Beban Pencemaran Sumber lain (Diffuse Source)

Langkah a: Pengumpulan Informasi Awal

Data Statistik

Jumlah Penduduk, Jumlah Pekerja, dan Peternakan Utama

Sumber

Inventarisasi Pencemaran

Pabrik, Pertambangan, Kerajinan Tangan, Fasilitas LS, Rumah Sakit, Situs SWD

Bukan Peta Penggunaan Lahan

Sumber

Utama Perkotaan, Sawah, Perhutanan, dan Pertanian

Langkah b: Konversi /Penggantian informasi dasar dari luas daerah administratif

ke luas DAS

Data Statistik

Inventarisasi Pencemaran Peta Tata Guna Lahan

Langkah c: Perhitungan Beban Pencemaran dari Perkalian Informasi dasar dan

Unit Beban Pencemar

Contoh : Beban Pencemaran Pabrik (kg/thn) = Kualitas air (mg/L) x buangan (m3/hari) Beban Pencemaran Domestik (kg/thn) = Jumlah penduduk x unit (g/hari/orang) Beban Pencemaran Pertanian

=Luas daerah pertanian (km2) x unit

(kg/km2/tahun)

Langkah d: Perkiraan Beban Pencemaran DAS dari Hasil Penjumlahan Masing- masing Kategori

Hutan Pertanian Peternakan Perkotaan Industri Komersial Pemukiman

DAS A DAS B DAS C DAS D DAS E DAS F DAS G DAS H DAS I

Gambar 1.8. Contoh Prosedur Perkiraan Beban Pencemaran

(2) Perkiraan Beban Pencemaran pada Tahun Target (a)

Pengembangan skenario Sosial-Ekonomi untuk Memperkirakan Beban pencemaran

Untuk memperkirakan beban pencemaran pada tahun-tahun yang ditargetkan untuk Merencanakan PKA/PPA disusun skenario sosial-ekonomi. Tabel 1.8 menunjukkan ítem-item dalam skenario sosial-ekonomi. Item-item tersebut merupakan hal dasar yang mempengaruhi beban pencemaran dan kualitas air.

Tabel 1.8. Parameter yang Dipertimbangkan dalam Skenario Social-Economi

Penduduk (kota dan desa)

Orang

Perhitungan beban pencemaran domestic di masa mendatang

GRDP (sektor industri dan

Perhitungan keseimbangan air dan beban pertanian)

IDR

pencemaran si masa mendatang Pengembalian modal (sektor

Perhitungan keseimbangan air dan beban industri dan pertanian)

IDR

pencemaran si masa mendatang Jumlah ternak/unggas

ekor

Perhitungan beban pencemaran dari limbah peternakan di masa mendatang

Tata guna lahan (pertanian, ha Perhitungan beban pencemaran dari sumber perkotaan, dan hutan)

area/kawasan

(b) Perkiraan Beban Pencemaran pada TahunTarget

Beban pencemaran pada tahun-tahun target dapat diperkirakan dengan mengalikan beban pencemaran saat ini dengan rasio peningkatan dari tahun sekarang ke tahun target.

Langkah 2-1-5: Penyusunan Laporan

Kabupaten/Kota harus menyusun laporan mengenai inventarisasi sumber pencemaran dan identifikasi sumber pencemaran dan menyerahkan ke provinsi dengan mengirimkan salinan laporan kepada Pemerintah Pusat sekurang- kurangnya sekali setahun. (Pasal 4, Peraturan Menteri LH. No.1, 2010)

Contoh daftar isi Laporan ditunjukkan pada Tabel 1.9. berikut ini:

Tabel 1.9. Contoh Daftar Isi Laporan Inventarisasi Sumber Pencemar dan

Identifikasi Sumber Pencemar

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan 1.3 Terminologi

2. Metodologi 3. Kondisi Alam

3.1 Topographi 3.2 Meteorologyi 3.3 Hydrologi 3.4 Geologi 3.5 Vegetasi

4. Kondisi Sosial

4.1 Struktur Administrasi 4.2 Populasi/Penduduk 4.2 Tata Guna Lahan dan Perencanaan Spatial

5. Inventarisasi Sumber Pencemar