Tanggung Jawab mutlak Auditor pdf

Fibri Handayani
15919055
MAKSI 12
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Para pemakai laporan keuangan yang telah diaudit mengharapkan agar auditor:






Melakukan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independen, dan obyektif
Mencari dan mendeteksi salah saji material, baik yang disengaja maupun tidak disengaja
Mencegah diterbitkannya laporan keuangan yan menyesatkan

Sebaai pemakai laporan berkesimpulan bahwa harapan – harapan di atas tidak akan terpenuhi,
sehingga timbul apa yang disebut kesenjangan ekspektasi (expectation gap). Kesenjangan
ekspektasi sebaian besar berhubungan dengan tiga hal, yaitu:







Menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan, terutama kecurangan
Mendeteksi dan melaporkan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien
Melaporkan apabila terdapat ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan klien
untuk melanjutkan usahanya atau mempertahankan kelangsungan hidupnya

A. KEKELIRUAN DAN KETIDAKBERESAN
PSA No. 32, Tangungjawab Auditor untuk Mendeteksi dan Melaporkan Kekeliruan dan
Ketidakberesan (SA 316.02 dan .03) merumuskan penertian kekeliruan dan ketidakberesan
sebaai berikut.
Istilah kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau
penungkapan dalam laporan keuangan yan tidak disengaja. Kekeliruan dapat berupa:



Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data akuntansi yang dipakai sebagai
dasar pembuatan laporan keuangan
Kesalahan estimasi akuntansi yang timbul sebagai akibat dari kekhilafan atau salah

menafsirkan keadaan



Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang menyangkut jumlah klasifikasi, cara
penyajian, atau penungkapan

Istilah ketidakberesan (irregularities) adalah salah saji atau hilannya jumlah atau
penungkapan dalam laporan keungan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan
dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang
menyesatkan, yang seringkali disebut kecurangan manajemen (management fraud), dan
penyalahgunaan aktiva, yang seringkali disebut dengan unsur penggelapan. Ketidakberesan
dapat terdiri dari perbuatan:
 Yang mengandung unsur manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang merupakan sumber untuk pelaporan keungan

 Penyajian salah saji atau penghilangan dengan sengaja peristiwa, transaksi, atau informasi
signifikan yang lain

 Penerapan salah prinsip akuntansi yang dilakukan dengan sengaja

Faktor pokok yang membedakan kekeliruan dengan ketidakberesan adalah apakah penyebab
salah saji itu disengaja atau tidak disengaja.
Tanggungjawab Mendeteksi Kekeliruan dan Ketidakberesan
PSA 32 (SA 316.05) menetapkan bahwa tanggungjawab auditor dalam kaitannya dengan
kekeliruan dan ketidakberesan adalah sebagai berikut:


Menentukan risiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan



menyebakan laporan keuangan berisi salah saji material



keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidakberesan

Berdasarkan penemuan ini, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan

Melaksanakan audit dengan seksama dan tingkat skeptisme professional yang semestinya

dan menilai temuannya

Tanggungjawab untuk Melaporkan Kekeliruan dan Ketidakberesan
Apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan mengandung salah saji material
karena adanya kekeliruan dan ketidakberesan, maka laporan keuangan dikatakan tidak disusun

sesuai dengan prisnsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus mendesak aar laporan
keuangan direvisi oleh manajemen. Apabila dipatuhi, maka auditor dapat menerbitkan laporan
bentuk baku dengan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian, namun jika tidak direvisi
maka auditor hanya dapat memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak
wajar.
Auditor juga berkewajiban untuk mengkomunikasikan setiap ketidakberesan material
yang ditemukan selama audit kepada komite audit. Pada hakekatnya auditor tidak berkewajiban
untuk mengungkapkan ketidakberesan material yang ditemukan kepada pihak – pihak di luar
klien. Namun dalam keadaan – keadaan tertentu, auditor berkewajiban untuk menungkapkan
ketidakberesan yang diketahui kepada pihak selain klien. Keadaan – keadaan tersebut adalah:
 Jika menerima pernyataan dari auditor pengganti sesuai dengan SA Seksi 315 [PSA No.
16], Komunikasi antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti

 Sebagai suatu jawaban atas permintaan pengadilan dalam suatu perkara pidana

Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit yang diperlukan, atau jika setelah
menerapkan prosedur audit yang diperluas, ia tidak dapat menarik kesimpulan apakah
ketidakberesan yang mungkin terjadi mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan,
maka ia harus:
 Menyatakan tidak memberikan pendapat atau memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan kuangan tersebut

 Mengkomunikasikan temuannya kepada dewan komisaris atau pihak berwenang setara
lainnya

B. PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN
Pelanggaran hukum oleh klien berarti pelanggaran hukum atau peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia, dengan unsur tindakan yang dapat dihubungkan dengan satuan usaha yang
laporan keuangannya diauit, atau tindakan manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama
satuan usaha.
Tanggungjawab untuk Mendeteksi Pelanggaran Hukum Oleh Klien

PSA No. 31, Unsur Pelanggaran Hukum oleh Klien (SA 317.05) menyatakan bahwa
tanggungjawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur
pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah – jumlah

yang disajikan dan laporan keuangan adalah sama dengan tanggungjawab auditor untuk
mendeteksi adanya kesalahan dan ketidakberesan seperti yang diuraikan dalam seksi 327 (PSA
No. 32), yaitu bahwa auditor harus merancang audit untuk mendeteksi pelanggaran hukum oleh
klien.
SA Seksi 317.09 menyatakan bahwa selama audit berlangsung, informasi berikut bisa
member petunjuk mengenai kemungkinan adanya unsure pelanggaran hukum:






Transaksi tanpa otorisasi
Penyelidikan oleh instansi pemerintah
Keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak

Tanggungjawab untuk Melaporkan Pelanggaran Hukum Oleh Klien
Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur pelanggaran hukum yang dilakukan memiliki
dampak


material

terhadap

laporan

keuangan,

dan

pelanggaran

tersebut

belum

dipertanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka auditor harus menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan sebagai
keseluruhan tergantung pada tingkat materialitas dampak pelanggaran terhadap laporan
keuangan. Jika auditor dihalangi oleh klien dalam memperoleh bukti cukup dan kompeten guna

mengevaluasi apakah unsur pelanggaran hukum oleh klien telah atau akan memiliki dampak
material terhadap laporan keuangan, maka auditor biasanya harus menyatakan tidak memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Jika klien menolak menerima laporan audit yang telah
dimodifikasi guna membuat kondisi – kondisi sebagaimana dijelaskan diatas, maka auditor harus
menarik diri dari penugasan dan menjelaskan alasan – alasan pengunduran dirinya secara tertulis
kepada komite audit atau dewan komisaris.
Auditor harus mengkomunikasikan setiap unsur pelanggaran hukum oleh klien yang
diketahuinya kepada komite audit. Tanggungjawab auditor untuk mengungkapkan unsur
melawan hukum oleh klien kepada pihak luar, sama seperti halnya ketidakberesan.

C. PELAPORAN TENTANG PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN
SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA
Dalam PSA No. 30, Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Satuan Usaha dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hiupnya (SA 341), menyatakan bahwa auditor mempunyai
tanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioe pantas, tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang diaudit.
Kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
bisa diperoleh dalam audit yang menunjukan bahwa satuan usaha yang diaudit menderita
kerugian, gagal dalam memenuhi perjanjian utang, atau berusaha merestrukturisasi utangnya.

Dalam situasi demikian SA 341.07 menyatakan bahwa auditor harus:

 Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi atau
mengatasi keadaan

 Memperhitungkan apakah rencana tersebut akan diterapkan secara efektif
Auditor harus menyatakan kesimpulannya dalam laporan auditor:
 Apabila pengungkapan yang dibuat manajemen dalam laporan keuangan tentang
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dipandang
memadai oleh auditor, maka bisa diberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, namun
dengan memberi tambahan alinea penjelasan di bawah alinea pendapat untuk
menjelaskan ketidakpastian (uncertainty) atas pengungkapan manajemen tersebut

 Apabila pengungkapan manajemen dalam laporan keuangan dipandang tidak memadai
oleh auditor, yang berarti laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum, maka auditor harus member pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar, dan menjelaskan alasannya dalam alinea
penjelasan yang dicantumkan sebelum alinea pendapat
Daftar Pustaka:
Al. Haryono Jusup, Drs, M.B.A., Akuntan. 2001. Auditing (Pengauditan). STIE YKPN:

Yogyakarta