9.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 2da0161e9e BAB IXBAB IX tugas ela edit final

BAB IX - ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN BANGKA TENGAH Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan

  kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

9.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

  PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 1

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 9.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

  Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki system ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 2

  5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU); 8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 3 RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 4 Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 10.2 berikut ini.

Gambar 9.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010 – 2014 Cipta Karya

  6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing. Terkait PUG, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Tengah pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan pada bidang Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 5

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang

  Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hokum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, sebagai seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS.

  Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

  Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

9.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

  9.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya. Dinas Pekerjaan Umum melalui Bidang Cipta Karya dibentuk untuk melaksanakan tugas pembangunan prasarana dan sarana fisik di wilayaha kewenangannnya. Bidang Cipta Karya melaksanakan urusan wajib pemerintahan pada pemenuhan kabutuhan dasar air bersih, sanitasi, permukiman yang layak huni serta perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang dan pembinaan serta pengawasan pelaksanaan jasa konstruksi.

  9.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 9.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya No Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit/Bagian yang menanganani Pembangunan Bidang CK

  (1) (2) (3)

  (4) Bappeda

  1. Perencanaan pembangunan ke Cipta Karyaan

  1. Bidang Sarana dan Prasarana

  2. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan ke Cipta Karyaan

  3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah Dinas PU

  1. Perencanaan Teknis pembangunan ke Cipta Karyaan

  1. Bidang Cipta Karya

  1. Penyusunan Kebijakan Peraturan Daerah pada bidang cipta karya

  2. Pelaksana pembangunan kecipta karyaan

  3. Pengawasan dan monitoring kecipta karyaan

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 6

  • BAPPEDA - Menyusun program tahunan
  • KPTSP - Penerbitan perizinan Bangunan permukiman
  • DPU - Pelaksana pemberian rekomendasi teknis perizinan PBL - BAPPEDA - Menyusun program tahunan
  • DPU - Pelaksana Program Penataan Bangunan Lingkungan PLP - BAPPEDA - Menyusun program tahunan
  • DPU - Pelaksana Program Penyehatan Lingkungan Permukiman - BLH

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan system manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

  S1 : 7 Orang

  Dinas PU Gol II : 2 orang Pria : 8 Orang SMA : 1 Orang Gol III : 7 orang Wanita : 1 Orang D3 : 1 Orang

  D3 : 1 orang S1 : 2 orang S2/S3 : 1 orang

  Pria : 3 orang Wanita : 1 orang

  Bappeda Gol I/II : 1 orang Gol III : 3 orang

  (5)

  (1) (2) (3) (4)

Tabel 9.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

  4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang lingkungan hidup AM - BAPPEDA - Perencanaan, penyusunan program tahunan dan Kebijakan Daerah Pelayanan Air Minum

  3. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang lingkungan hidup

  2. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup

  1. Membantu Bupati melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang lingkungan hidup

  Bangkim

  (1) (2) (3) (4)

  Tugas dan fungsi Instansi dalam SOP

Tabel 9.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya No Nama SOP Instansi yang terlibat

  • DPU - Pelaksana Teknis Daerah Pelayanan Air Minum - DINKES - Pelaksana tes laboratorium Uji Kelayakan Air Bersih - Pendataan Penggunaan Sumber Air Bersih Masyarakat - DPPKAD - Monitoring Penerimaan Pendapatan UPTD Air Minum

9.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  IX - 7

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

9.3. Analisis Kelembagaan

  Kelembagaan merupakan unit kerja yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengelolaan prasarana dan sarana kabupaten. Komponen kelembagaan ini terdiri dari instansi/badan, person/tenaga kerja dan kelengkapan kerja. Instansi/badan tersusun dalam struktur organisasi dimana tiap bagian dalam susunan tersebut diberikan fungsi untuk melaksanakan programnya. Person/tenaga kerja dinyatakan dalam bentuk jumlah pegawai, profesi, pendidikan dan ketrampilan dari tenaga kerja yang bersangkutan. Sedangkan kelengkapan kerja adalah berupa sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan investasi infrastruktur program pembangunan prasarana dan sarana wilayah.

  Dalam rangka mewujudkan terlaksananya kegiatan investasi infratsruktur program pembangunan jangka menengah di Kabupaten Bangka Tengah dalam bidang kecipta-karyaan, maka diperlukan kesamaan dan keseragaman koordinasi, integrasi, kesamaan visi dalam pembangunan dan keterpaduan dalam pelaksanaan program-program di masing-masing instansi yang terkait. Dengan demikian akan tercapai hasil sesuai dengan target yang diharapkan

  Kelembagaan yang terkait dalam pengelolaan sektor-sektor prasarana dan sarana dasar di bidang air bersih, persampahan, drainase, air limbah, tata bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman antara lain: A. Bappeda Kabupaten Bangka Tengah

  B. Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah

  C. Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Bangka Tengah

  D. Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangka Tengah

  E. Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Bangka Tengah

  F. Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah

  G. PDAM Kabupaten Bangka Tengah Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

9.3.1. Analisis Keorganisasian dan Tata Laksana Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Struktur organisasi perangkat kerja daerah yang terdapat pada Bidang Cipta Karya. Kelembagaan kondisi saat ini pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Tengah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi bidang kecipta karyaan memiliki sub bidang/seksi yaitu seksi bangunan, permukiman dan perumahan, seksi air minum dan penyehatan lingkungan permukiman dan seksi penataan ruang dan jasa konstruksi. Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi belum maksimal dalam penentuan kebijakan perencanaan dan pembangunan kecipta karyaan.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 8 Kelembagaan kondisi saat ini pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Tengah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi bidang kecipta karyaan memiliki sub bidang/seksi yaitu seksi bangunan, permukiman dan perumahan, seksi air minum dan penyehatan lingkungan permukiman dan seksi penataan ruang dan jasa konstruksi. Ketiga seksi tersebut memiliki permasalahan yang berbeda diantaranya sebagai berikut :

  1. Seksi Bangunan, Permukiman dan Perumahan a. Belum tersosialisasikan peraturan yang berkaitan dengan perizinan bangunan, permukiman dan perumahan.

  b. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia bidang kecipta karyaan yang masih belum optimal.

  c. Perlengkapan prasarana dalam menjalankan tugas pada seksi bangunan, permukiman dan perumahan yang belum optimal.

  d. Jumlah sumber daya manusia yang terbatas dalam menjalankan tugas pada seksi bangunan, permukiman dan perumahan.

  2. Seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  a. Belum ada Peraturan Daerah (Perda) air limbah, persampahan, dan drainase

  b. Belum ada ijin pembuangan air limbah c. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia tentang teknik pengelolaan dan operasional air minum sesuai standar yang belum optimal.

  d. Perlengkapan sarana dan prasarana yang belum memadai dalam pelaksanaan tugas air minum dan penyehatan lingkungan dan permukiman.

  e. Terbatasnya sumber daya manusia dalam menjalankan tugas pada seksi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman.

  3. Seksi Penataan Ruang dan Jasa Konstruksi a. Belum ada perda tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi.

  b. Masih rendahnya koordinasi dan kerjasama antar instansi untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan berdasar pada rencana tata ruang sehingga tugas dan fungsi penataan ruang belum optimal.

  c. Sumber daya manusia yang terbatas dalam menjalankan tugas.

  d. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pelaksanaan perencanaan dan pengendalian tata ruang masih rendah.

  e. Sarana dan prasarana kelengkapan pelaksanaan tugas dan fungsi penataan ruang dan perijinan jasa konstruksi masih belum optimal.

  Faktor yang mempengaruhi hal tersebut terdiri dari faktor internal pada lingkungan organisasi bidang cipta karya dan eksternal bidang cipta karya. Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi diantaranya:

  1. Kondisi demografi sosial budaya masyarakat yang masih rendah sehingga mendapat hambatan pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya 2. Penerapan teknologi bidang cipta karya yang berbasis Informasi Teknologi (IT) membutuhkan sumber daya manusia yang handal.

  3. Belum tersusunnya peraturan daerah untuk dapat dipergunakan dalam pelaksanaan perencanaan dan pembangunan kecipta karyaan.

  4. Lembaga-lembaga masyarakat sebagai wadah atau sarana bagi masyarakat dalam menyumbang ide, pemikiran serta sumbang saran sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah masih rendah.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 9 Lembaga atau organisasi dalam mewujudkan tujuan bersama akan menghadapi permasalahan. Permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah dalam bidang cipta karya diantaranya yaitu ;

  1. Belum fokusnya sasaran masing-masing tugas, pokok dan fungsi bidang cipta karya dalam pembangunan cipta karya.

  2. Belum sinergisnya program pembangunan cipta karya

  3. Belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan bidang cipta karya

9.3.2. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Sumber daya manusia yang terdapat pada Bidang Cipta Karya yaitu 9 (sembilan) orang dimana 7 (tujuh) orang merupakan sarjana teknik, 1 (satu) orang D3 dan 1 (satu) orang STM. Jumlah personil tersebut jika dibandingkan dengan tugas dan fungsi kecipta karyaan masih belum ideal ditambah dengan wilayah pelayanan 6 (enam) kecamatan.

  Permasalahan yang dihadapi dalam manajemen SDM perangkat daerah yang terkait dengan bidang cipta karya:

  1. Belum terbentuknya visi dan misi yang sama dalam pembangunan kecipta karyaan

  2. Jumlah sumber daya manusia yang terbatas sehingga tidak fokus dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas mengalami hambatan Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM yang terkait dengan bidang Cipta Karya diantaranya;

  A. Faktor Internal

  1. Performance dari SDM untuk meningkatkan kemampuan kompetensi di bidang kecipta karyaan

  2. Terbatasnya anggaran untuk penambahan jumlah personil pada bidang cipta karya

  3. Belum adanya pembagian tugas yang terstruktur sehingga beban kerja pada bidang cipta karya tidak terukur

  B. Faktor Eksternal 1. Rendahnya budaya untuk bekerja dengan target dan kualitas pekerjaan yang sesuai standar.

  2. Ketertinggalan dalam pemanfaatn penggunaan teknologi bidang cipta karya

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 10

  • D3 Teknik Arsitektur/Sipil
  • D3 Ekonomi - D3 Teknik Gambar/Perpetaan 1 orang 0 orang 0 orang

  1 orang 0 orang 1 orang 1 orang

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang Cipta Karya yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

  4 orang 3 orang 1 orang 1 orang 0 orang 2 orang 1 orang

  S1/Sederajat

  2 orang 2 orang 2 orang

  5 orang Diploma

  1 orang Dinas PU SMA/Sederajat 1 orang

  S2/S3 1 orang

  S1/Sederajat

  2 orang 1 orang 2 orang

  Diploma

  1 Bappeda SMA/Sederajat 0 orang 2 orang

  (5)

  (1) (2) (3) (4)

Tabel 9.4 Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia No Instansi Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang Ada Jumlah Pegawai yang Diperlukan

  • S1 Teknik Sipil - S1 Ilmu Pemerintahan - S1 Geodesi/Pertanahan
  • S1 Planologi/Landscape Pertanian 1 orang 1 orang 0 orang 0 orang
  • D3 Teknik Arsitektur - D3 Teknik Sipil - D3 Teknik Gambar/Perpetaan 1 orang 0 orang 0 orang
  • S1 Teknik Sipil - S1 Teknik Arsitektur - S1 Teknik Planologi - S1 Teknik Geodesi - S1 Ilmu Pemerintahan - S1 Teknik Lanscape Pertanian - S1 Teknik Lingkungan 2 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 0 orang 0 orang

9.3.3. Analisis SWOT Kelembagaan

  IX - 11

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

PELUANG (O)

ANCAMAN (T)

a. Pemanfaatan kebijakan global dan nasional

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 12

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

  Strategi WT (Kuadran 4) a.Pelaksanaan workshop dan pelatihan kecipta karyaan b.Pemberian penghargaan untuk masyarakat dengan menyusun peraturan daerah yang mengatur tentang partisipasi masyarakat c.Peningkatan dan pemanfaatn sarana dan prasarana untuk mendukung program pembangunan kecipta karyaan.

  Strategi WO (Kuadran 3) a.Peningkatan profesionalisme personil bidang cipta karya b.Percepatan penyusunan Perda untuk mendukung peningkatan anggaran kecipta karyaan c.Pengadaan kelengkapan sarana dan prasarana berbasis informasi teknologi (IT)

  a. Kemampuan dan keahlian sumber daya manusia bidang Cipta Karya belum optimal b. Belum tersusunnya Perda yang berkaitan dengan kecipta karyaan c. Sarana dan prasarana untuk mendukung kecipta karyaan belum optimal

  Strategi ST (Kuadran 2) a.Sosialisasi dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan kecipta karyaan b.Penyusunan pelaksanaan kegiatan swakelola dan pelatihan juga bimbingan teknis kecipta karyaan c.Koordinasi, komunikasi dan pelaksanaan FGD dalam perencanaan kecipta karyaan

  b. Koordinasi dan kerjasama antar personil pada bidang Cipta Karya c. Terbentuknya 3 seksi pada bidang Cipta Karya Strategi SO (Kuadran 1) a.Penyusunan Peraturan Daerah untuk pemanfaatn kebijakan global dan nasional b.Penyusunan program dan kegiatan kecipta karyaan yang optimal c.Pelaksanaan bimbingan teknis dan pelatihan pada 3 seksi bidang cipta karya

  c. Belum sinergisnya program pembangunan kecipta karyaan KEKUATAN (S)

  b. Partisipasi lembaga masyarakat masih rendah

  a. Kondisi demografi sosial masyarakat masih rendah

  b. Tersedianya Anggaran Pemerintah Pusat dan Dana Bantuan Asing untuk kecipta karyaan c. Penerapan teknologi kecipta karyaan yang berbasis informasi teknologi (IT)

  INTERNAL

  FAKTOR EXTERNAL FAKTOR

  Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

a. Terdapat 9 orang personil bidang Cipta Karya.

KELEMAHAN (W)

9.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

  9.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya. Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing- masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  9.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

  9.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan Bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 9.6

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 13

Tabel 9.5 Pelatihan Bidang Cipta Karya No

  Instansi

  1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  IX - 14