10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 06dc0b1a08 BAB X10.BAB X NR

  Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas- luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing- masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

  38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1)

  Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

  Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

  Gambar 10-1 : Keorganisasian Pemerintah Kabupaten Nagan Raya

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan

  e-government

  penerapan di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  Grand Design

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Reformasi Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

  Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

  Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e- government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 10-2 berikut ini.

  Gambar 10-2 : Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

  

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang

Standar Pelayanan Minimum

  Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

  

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

  

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar

Pelayanan Perkotaan

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan

Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

10.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

  Dari sektor di bidang Keciptakaryaan dalam pengelolaan dibagi dalam beberapa dinas dan badan di struktur pemerintahan Kabupaten Nagan Raya sebagai berikut :

  1. Dinas Tata Kota dan Perumahan Kab. Nagan Raya

  2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Nagan Raya

  3. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kab. Nagan Raya Adapun pembagian tugas dan wewenang sesuai dengan Tupoksi dan SOP masing-masing dinas/badan sebagai berikut :

10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

A. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nagan Raya

  Dari Peraturan Bupati No.1 Tahun 2008 tentang Penjabaran, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nagan Raya, dari struktur organisasi Bappeda Kab. Nagan Raya yang terkait langsung dengan bidang cipta karya adalah Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana, membawahkan :

  a. Subbidang Infra Struktur, Iptek dan Energi; b. Subbidang Sumber Daya dan Penataan Wilayah. Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana. Bidang Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan Perumusan Kebijakan, bimbingan, konsultasi dan

  Koordinasi Perencanaan pembangunan infra Struktur, Iptek dan Energi, sumber daya, pemetaan wilayah dan kerjasama pembangunan; b. Penyelenggaraan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan infra struktur, iptek dan energi, sumbar daya, penataan wilayah dan kerjasama pembangunan.

  (1) Subbidang Infra Struktur, Iptek dan Energi mempunyai tugas :

  a. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana; b. Merumuskan kebijakan operasional tentang petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan infra struktur, iptek dan energi serta menyusun pedoman dan standar perencanaan pembangunan infra struktur, iptek dan energi; c. Melaksanakan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan infra struktur, iptek dan energi; d. Merumuskan perencanaan kerjasama pembangunan infra struktur, iptek dan energi antar daerah kabupaten dan antar daerah kabupaten dengan swasta dalam dan luar negeri;.

  e. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan perencanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan di bidang infra struktur, iptek dan energi;

  f. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan perencanaan keserasian pengembangan perkotaan dan pedesaan, serta pelaksanaan pedoman dan standar perencanaan pelayanan perkotaan dibidang infra struktur, iptek dan energi; g. Menyusun petunjuk pelaksanaan, pedoman dan standar perencanaan pengembangan pembangunan infranstruktur, iptek dan energi perwilayahan meliputi wilayah tertinggal, perbatasan dan pesisir;

  h. Menyusun perencanaan pengembangan pembangunan infra struktur, iptek dan energi Kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan; i. Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan pengendalian perencanaan pembangunan infra struktur, iptek dan energi; j. Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan kerjasama pembangunan infrastruktur, iptek dan energi antar kecamatan dan dan desa dengan swasta dalam dan luar negeri; k. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan dibidang infrastruktur, iptek dan energi perkotaan serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan kawasan kecamatan dan gampong dibidang infrastruktur, iptek dan energi; l. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan dibidang pelayanan infra stuktur, iptek dan energi perkotaan serta menyelenggarakan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pelayanan, infra struktur, iptek dan energi di kecamatan dan gampong; m. Melakukan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan infrastruktur, iptek dan energi perkotaan dan pedesaan serta menyelenggarakan supervisi dan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan infrastruktur, iptek dan energi di kecamatan dan gampong; n. Merencanakan pengembangan infrastruktur, iptek dan energi wilayah tertinggal dan pesisir serta melakukan konsultasi perencanaan infrastruktur, iptek dan energi di kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan; o. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah, kerjasama pembangunan, pengelolaan kawasan prioritas lingkungan dan kawasan perkotaan, pengembangan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan keserasian dibidang infrastruktur, iptek dan energi; p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan;

  (2) Subbidang Sumber Daya dan Penataan Wilayah mempunyai tugas :

  a. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sumber daya dan penataan wilayah; b. Merumuskan kebijakan operasional tentang petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan sumber daya dan penataan wilayah serta menyusun pedoman dan standar perencanaan pembangunan dan penataan wilayah; c. Melaksanakan, mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sumber daya dan penataan wilayah; d. Merumuskan perencanaan kerjasama pembangunan sumber daya dan penataan wilayah antar daerah kabupaten dan antar daerah kabupaten dengan swasta dalam dan luar negeri;

  e. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan perencanaan dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah; f. Menyusun, menyelenggarakan dan mengendalikan petunjuk pelaksanaan perencanaan keserasian sumber Daya dan penataan wilayah; g. Menyusun petunjuk pelaksanaan pedoman dan standar perencanan keserasian pengembangan pembangunan Sumber Daya dan Penataan

  Wilayah Perwilayahan ( wilayah tertinggal, perbatasan dan pesisir);

  h. Menyusun perencanaan pengembangan pembangunan Sumber Daya dan Penataan Wilayah; i. Melaksanakan koordinasi, konsultasi dan pengendalian perencanaan pembangunan Sumber Daya dan Penataan Wilayah; j. Memberikan bimbingan , supervisi dan konsultasi perencanaan kerjasama pembangunan Sumber Daya dan Penataan Wilayah serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan dibidang Sumber Daya dan Penataan Wilayah di kecamatan dan gampong; k. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pengelolaan kawasan kecamatan dan gampong dibidang Sumber Daya dan penataan wilayah; l. Melakukan konsultasi perencanaan pembangunan bidang pelayanan

  Sumber Daya dan penataan wilayah perkotaan serta menyelenggarakan bimbingan, supervisi dan konsultasi perencanaan pembangunan bidang pelayanan Sumber daya dan penataan wilayah dikecamatan dan gampong; m. Melakukan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan sumber daya dan penataan wilayah perkotaan serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi keserasian perencanaan pengembangan sumber daya dan penataan wilayah di Kecamatan dan gampomg; n. Merencanakan pengembangan sumber daya dan penataan wilayah pada wilayah tertinggal dan pesisir, serta melalukan konsultasi perencanaan sumber daya dan penataan wilayah dikawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan; o. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah, kerja sama pembangunan, pengelolaan lingkungan dan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan serta keserasian pengembangan dibidang sumber daya dan penataan wilayah; p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan;

B. Dinas Tata Kota dan Perumahan Kabupaten Nagan Raya

  Dinas Tata Kota dan Perumahan merupakan unsur pelaksana bidang infrastruktur yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan, melaksanakan urusan keciptakaryaan dan pengairan berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah Propinsi Aceh. Tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Kota dan Perumahan Kabupaten Nagan Raya mengacu pada Qanun No. 04 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Kota dan Perumahan Kabupaten Nagan Raya. Fungsi Dinas Tata Kota dan Perumahan:

  1. Perumusan kebijakan teknis di bidang ke- Dinas Tata Kota dan Perumahan;

  2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang izin mendirikan bangunan;

  3. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas Tata Kota dan Perumahan. Struktur Organisasi Dinas Tata Kota dan Perumahan berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Nagan Raya Nomor 30 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Kota dan Perumahan Kabupaten Nagan Raya terdiri dari: a.

  Kepala Dinas; b. Sekretariat; c. Kepala Bidang Program; d. Kepala Bidang Cipta Karya; e. Kepala Bidang Pengairan.

  Tugas Pokok dan Fungsi

  Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota dan Perumahan Kabupaten Nagan Raya, telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati Nagan Raya Nomor : 30 Tahun 2008, yaitu :

  a. Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan b. Pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan.

  c. Menyelenggarakan pengelolaan irigasi dan rawa.

  d. Pengendalian banjir, sungai dan rawa.

  

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, perencanaan, tata

  usaha keuangan, evaluasi serta mengkoordinir kegiatan pada bidang-bidang dan UPTB.

  Sekretariat dalam melakasanakan tugas mempunyai fungsi: a.

  Penyelenggaraan urusan umum; b. Penyelenggaraan urusan tata usaha keuangan

  Sekretariat terdiri, dari: a.

  Sub Bagian Umum; b. Sub Bagian Keuangan.

  

Bidang Program Dalam melaksanakan tugas melaksanakan sebagian tugas

  Dinas Cipta Karya dan Pengairan mempunyai fungsi :

  a. Penyusunan program dan rencana kerja Dinas; b. Penyelenggaraan pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan kegiatan Dinas.

  Bidang Program mempunyai 2 (dua) seksi di bawahnya, yaitu:

  a. Seksi Perencanaan dan Pengawasan b. Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.

  

Bidang Cipta Karya dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Tata Kota dan

  Perumahan mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan, pembinaan dan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan; b. Penyelenggaraan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan. Bidang Cipta Karya mempunyai 2 (dua) seksi di bawahnya, yaitu:

  a. Seksi Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

  b. Seksi Tata Bangunan dan Permukiman

  

Bidang Pengairan dalam melaksanakan sebagian tugas Dinas Cipta Karya dan

  Pengairan mempunyai fungsi:

  a. Penyelenggaraan pembinaan dan pengelolaan irigasi dan rawa;

  b. Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengendalian banjir, sungai dan pantai. Bidang Pengairan mempunyai 2 (dua) seksi di bawahnya, yaitu:

  a. Seksi Irigasi dan Rawa

  b. Seksi Pengendalian Banjir, Sungai dan Pantai

C. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Nagan Raya

  Sesuai dengan arahan Peraturan Bupati Nagan Raya No . 2.a Tahun 2014 tentang Penjabaran, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Nagan Raya, dari struktur organisasi BLHK Kab. Nagan Raya yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah Bidang Kebersihan dan Pertamanan.

  Bidang Kebersihan dan Pertamanan;

  1. Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan, pembinaan dan pergawasan pengelolaan dan pengendalian kerusakan lingkungan, kebersihan, pertamanan dan pemakaman;

  2. Menyusun program pengendalian kerusakan lingkungan serta pengelolaan kebersihan, pertamanan dan pemakaman;

  3. Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan hidup;

  4. Melaksanakan penertiban dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

  5. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugasnya.

  a. Sub Bidang Kebersihan;

  1. Menyelenggarakan operasional kebersihan dan pengangkutan sampah ke TPA Sampah dan mengawasi seluruh tahapan pengembangan persampahan;

  2. Melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan dan perlindungan petugas kebersihan;

  3. Melaksanakan perencanaan pengadaan, perawatan dan evaluasi kelaiakan sarana dan prasarana persampahan;

  4. Melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada lokasi TPA Sampah dengan sistem sanitary landlield;

  5. Melaksanakan tugas upaya peningkatan Pendapatan Ash Daerah (PAD);

  6. Melaksanakan program ADIPURA;

  7. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang berdasarkan dengan tugasnya.

  b. Sub Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Pertamanan dan Pemakaman;

  1. Menyelenggarakan operasional pengendalian Kerusakan Lingkungan, Pertamanan dan Pemakaman serta mengawasi seluruh tahapan pengembangan Kerusakan Lingkungan, Pertamanan dan Pemakaman;

  2. Merencanakan pengembangan dan mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH);

  3. Melaksankan tugas perumusan penetapan kebijakan pengendalian dampak perubahan iklim;

  4. Melaksanakan upaya terbentuknya kawasan tertib persampahan;

  5. Melaksanakan tugas penanggulangan kerusakan lingkungan akibat bencana alam;

  6. Melaksanaan tugas penataan pemakaman pemda;

  7. Melaksanakan tugas program Menuju Indonesia Hijau (MIH), program Kalpataru, KEHATI dan Hutan Kota;

  8. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala

  Bidang berdasarkan dengan tugasnya.

10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Tabel 10.1. Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK (1) (2) (3) (4)

  1. Bappeda Perencanaan Rencana Induk sistem/Master plan untuk semua sektor Bidang Cipta Karya Bidang Perencanaan

  Pembangunan Sarana dan Prasarana

  2. Dinas Tata Kota dan Perumahan Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : Bangkim, PLP : Drainase, PBL, Air minum Bidang Program, Bidang Cipta

  Karya

  3. Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Perencanaan DED dan pembangunan prasarana dan sarana cipta karya sektor : PLP : Sampah dan Limbah , PBL : Ruang Terbuka Hijau

  Bidang Kebersihan dan Pertamanan

  BAB X - 17 Tabel 10.2. Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya No. Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP (1) (2) (3)

  (4) Pengembangan Permukiman

  1 Perencanaan MP/ BAPPEDA& Dinas Cipta karya dan pengairan Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;

  2 Perencanaan DED Dinas Cipta Karya dan Pengairan Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan

gedung dan lingkungan

Pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan.

  3 Pembangunan Dinas Cipta Karya dan Pengairan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  1 Perencanaan MP/ BAPPEDA& Dinas Cipta karya dan pengairan BLHK Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;

  2 Perencanaan DED Dinas Cipta Karya dan Pengairan /BLHK Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan

gedung dan lingkungan

Pengendalian tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan gedung dan lingkungan.

  Merencanakan pengembangan dan mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH);

  3 Pembangunan Dinas Cipta Karya dan Pengairan/ BLHK Pengembangan Air Minum

  1 Perencanaan MP/ BAPPEDA& Dinas Cipta karya dan pengairan Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;

  2 Perencanaan DED Dinas Cipta Karya dan Pengairan Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan

gedung dan lingkungan

  3 Pembangunan Dinas Cipta Karya dan Pengairan Menyelenggarakan pengelolaan tata ruang, permukiman dan perkotaan serta bangunan

gedung dan lingkungan

  Pengembangan PLP

  1 Perencanaan MP/ BAPPEDA dan BLHK Menyusun perencanaan teknis penyelenggaraan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana;

  2 Perencanaan DED BLHK Menyelenggarakan operasional kebersihan dan pengangkutan sampah ke TPA Sampah dan mengawasi seluruh tahapan pengembangan persampahan; Menyusun program pengendalian kerusakan lingkungan serta pengelolaan kebersihan, pertamanan dan pemakaman; Melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah pada lokasi TPA Sampah dengan sistem

  3 Pembangunan BLHK sanitary landfill; Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan hidup; Melaksanakan upaya terbentuknya kawasan tertib persampahan;

  SOP Non-Teknis

  1 Penyuluhan BLHK dan Dinas Cipta Karya Melaksanakan tugas program Menuju Indonesia Hijau (MIH), program Kalpataru, KEHATI dan Pengairan dan Hutan Kota;

  2 Promosi BAPPEDA BLHK dan Dinas Cipta Karya dan Pengairan

BAB X - 18

  10.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

  10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

  1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

  2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini?

  3. Apakah keorganisasian bidang Cipta Karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

  4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya?

  5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru

  (strategi W-T). Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

ANCAMAN (T)

KEKUATAN (S)

  BAB X - 22 Tabel 10.5. Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor External Faktor Internal PELUANG (O)

  Dengan usia muda cepat belajar di bidang yang baru dan teknologi baru

  Dengan wilayah Nagan Raya yang luas lebih efisien penggunaan teknologi tinggi dalam pengelolaan pekerjaan bidang Cipta Karya

  

Pengadaan pelatihan teknis/kursus/ bekerjasama

dengan perguruan tinggi setempat Strategi WT (Kuadran 4)

  c. Wilayah yang luas

Strategi WO (Kuadran 3)

  b. Kurang pelatihan/ ketrampilan

  a. Sebagian mendekati masa pensiun

  Rekruitment tenaga teknis sesuai kebutuhan Strategi ST (Kuadran 2)

  a. Rekruitmen baru

  c. Kebutuhan tenaga teknis

Strategi SO (Kuadran 1)

  b. Berusia muda

  a. Personel S.1 dan S 2 mencukupi

  c. Macam pekerjaan berteknologi tinggi

  b. Jumlah pekerjaan semakin banyak

  a. Mutasi tenaga teknis

  c. Ada UTU dan STAIN

  b. Minat jadi PNS tinggi

KELEMAHAN (W)

10.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

  10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya. Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, khususnya bidang Cipta Karya. Pengembangan organisasi yang menangani bidang Cipta Karya di Kabupaten Nagan Raya untuk jangka menengah dengan melakukan strategi memantapkan organisasi yang telah ada, dengan memanfaatkan personil teknis yang sudah ada dengan meningkatan kapasitas dan di sisi lain menambah personil teknis sesuai dengan kebutuhan dan tren jumlah pekerjaan bidang Cipta Karya yang akan muncul dan kompleksitas yang dihadapi. Strategi lainnya adalah menambah bidang atau sub bidang pada organisasi yang ada saat ini dan membentuk Unit Pengelola Teknis (UPT) untuk pengelolaan TPA dan IPLT yang untuk jangka menengah akan semakin kompleks permasalahannya. Sedangkan untuk Perusahaan Daerah satu-satunya yaitu BLUD SPAM Tirta Nagan dengan memantapkan organisasi yang telah ada dan meningkatkan kapasitas personilnya.

  10.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka dilakukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam Dinas/Badan ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, khususnya yang menangani bidang Cipta Karya, sehingga tidak timbul tumpang tindih kewenangan antar Dinas/Badan yang menangani bidang Cipta Karya.

  10.4.3 . Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada table 10.6.

Tabel 10.6. Pelatihan Bidang Cipta Karya

  No Jenis Pelatihan

  1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional