PENGARUH PROPORSI KEPEMILIKAN MANAJEMEN TERHADAP MARKET CAPITALIZATION (MC) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESI

  hal. 93-110

PENGARUH PROPORSI KEPEMILIKAN MANAJEMEN TERHADAP MARKET

  CAPITALIZATION (MC) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

  Elis Badriah Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis elisbadriah07@gmail.com Rina Mulyani

  Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis mulyanirina@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Proporsi Kepemilikan Manajemen Terhadap Market Capitalization (MC) (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Tujuan peneltian ini adalah: 1) Untuk mengetahui dan menganalisis proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, 2) Untuk mengetahui dan menganalisis market capitalization pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, 3) Untuk mengetahui pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yaitu sebanyak 134 perusahaan. Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu 5 perusahaan yang memenuhi kriteria. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pencatatan dokumen, kepustakaan (library research) dan pencatatan data-data tertentu. Adapun teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah analisis koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji signifikansi (uji hipotesis). Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI bahwa kepemilikan manajerial pada 5 perusahaan manufaktur adalah untuk tahun 2012 sebesar 3,62%, tahun 2013 sebesar 3,58%, tahun 2014 sebesar 3,60%, tahun 2015 sebesar 3,59% dan tahun 2016 sebesar 2,31% dengan rata-rata sebesar 3,34%. 2) Market capitalization pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI bahwa nilai kapitalisisasi pasar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 5 tahun mengalami peningkatan. Rata-rata nilai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 119.089,8 milyar. Tahun 2013 sebesar Rp.123.097,4 milyar. Tahun 2014 sebesar Rp. 124.511,8 milyar. Tahun 2015 sebesar Rp.129.053,6 milyar dan tahun 2016 naik cukup signifikan menjadi sebesar Rp.158.598,0 milyar. 3) Terdapat pengaruh negatif proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization. Artinya proporsi kepemilikan manajemen meningkat maka market capitalization akan menurun, begitu pula sebaliknya.

  Kata Kunci: Proporsi Kepemilikan Manajemen dan Market Capitalization.

I. Pendahuluan

  Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya memiliki tujuan utama, yaitu untuk memperoleh laba yang tinggi dan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap kinerja perusahaan yang biasanya tercermin dalam harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan, semakin tinggi pula nilai perusahaannya. Perusahaan yang mampu menjaga nilai perusahaannya tetap tinggi akan mampu mempertahankan keberlangsungan usahanya karena ketertarikan investor untuk terus menanamkan modal.

  Konsep nilai perusahaan berkaitan dengan market capitalization (kapitalisasi pasar). Kapitalisasi pasar secara sederhana adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar di pasar. Nilai kapitalisasi pasar bagi perusahaan publik menjadi penting karena mampu menunjukkan nilai total perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasarnya. Nilai ini menjadi berubah-ubah tergantung naik turunnya harga saham. Ketika harga saham naik, kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan akan naik. Sebaliknya saat harga saham turun, kapitalisasi dan nilai perusahaan juga turun. Para investor mempertimbangkan nilai kapitalisasi pasar dalam pengambilan keputusan investasi, dimana perusahaan dengan kapitalisasi pasar inggi lebih diminati investor dibandingkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang rendah.

  Nilai kapitalisasi pasar yang tercermin dalam harga saham dapat naik atau turun umumnya disebabkan permintaan dan penawaran atas suatu saham. Semakin banyak yang berminat untuk membeli suatu saham, harga saham akan naik. Berbagai hal yang menyebabkan minat investor pada saham diantaranya reputasi perusahaan, laba perusahaan, dan berbagai hal lain yang diinformasikan perusahaan melalui laporannya. Naik atau turun permintaan dan penawaran atas suatu saham salah satunya disebabkan oleh struktur kepemilikan saham seperti kepemilikian manajerial.

  Struktur kepemilikan perusahaan merupakan aspek corporate governance yang dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan direksi, dan kepemilikan individual. Perbedaan kepentingan diantara pemilik perusahaan tersebut dijelaskan melalui masalah keagenan (agency conflict).

  Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebutdengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency

  cost ). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya dengan adanya

  kepemilikan saham oleh manajemen dan kepemilikan saham oleh institusional. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

  Semakin besar kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham manajemen adalah proporsi saham biasa yang dimilikioleh para manajemen. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambiloleh manajemen perusahaan.

  Kepemilikan manajemen merupakan salah satu aspek corporate governance yang dapat mengurangi agency cost apabila porsinya dalam struktur kepemilikan di perusahaan ditingkatkan. Pemberian kesempatan manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham bertujuan untuk menyetarakan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Keterlibatan manajer tersebut mendorong manajer untuk bertindak secara hati-hati karena mereka akan turut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Selain itu, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan.

  Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajemen dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, hal ini tentunya akan mempengaruhi jalannya perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga ikut memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan.

  Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai.

  Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang sudah go

  public

  di pasar modal tercermin dalam harga saham perusahaan sedangkan pengertian nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan akan dijual. Setiap perusahaan yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menginginkan harga saham yang dijual memiliki potensi harga tinggi dan menarik minat para investor untuk membelinya. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi harga saham, maka akan semakin tinggi nilai perusahaan tersebut.

  Perusahaan manufaktur besar di Indonesia yang memiliki kapitalisasi pasar sangat besar, yaitu mencapai nilai 445,498 triliun yang tercatat sampai akhir Desember 2016. Berikut data kapitasisasi pasar pada 5 perusahaan manufaktur terbesar kurun waktu 2012 sampai tahun 2016, dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

  

Tabel 1. Data Kapitalisasi Pasar Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun 2012-2016

(dalam milyar rupiah)

No Nama Perusahaan Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

  1 PT. Indofood Sukses 51.365 57.950 59.267 45.438 69.584 Makmur, Tbk

  2 PT. Astra Internasional, 307.675 275.288 300.590 242.901 335.001 Tbk

  3 PT. United Tractor, Tbk 73.483 70.872 64.717 63.225 79.265

  4 PT. Unilever Indonesia, 159.085 198.380 246.449 282.310 296.044 Tbk

  5 PT. Ultrajaya Milk 3.841 12.997 10.744 11.394 13.096 Industries, Tbk

  Sumber: www.sahamok.com. 2017

  Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa nilai kapitalisisasi pasar 5 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuasi. Terjadinya fluktuasi nilai kapitalisasi menunjukan kinerja pasar perusahaannya yang berfluktuasi akibat turun naiknya harga saham dan volume penjualan. Adanya ketidakstabilan market

  

capitalization yang menyulitkan investor dalam melakukan investasi, oleh karena itu investor

  tidak sembarangan dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya, nilai perusahaan ini bisa dipengaruhi oleh kinerja pasar perusahaan.

  Kinerja pasar perusahaan bagi investor adalah gambaran atau signal untuk memutuskan apakah investasi akan dilakukan, kinerja pasar perusahaan yang baik akan menarik minat para investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan melalui pasar modal, semakin tinggi kinerja pasar perusahaan, semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan. Namun kenyataannya ketidakstabilan market

  

capitalization akibat kinerja pasar perusahaan berfluktuasi menyulitkan investor dalam

melakukan investasi.

  Selain itu adanya keputusan perusahan untuk melakukan ekspansi usaha dalam hal ini PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sehingga menyebabkan investor menjual sahamnya, investor beranggapan dividen dari laba yang dibagikan akan digunakan untuk modal usahanya.

  Masalah lain yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi kapitasilasai pasar adalah faktor eksternal yaitu terjadinnya kenaikan suku bunga bank pada tahun 2015 mencapai 7,75% menyebabkan harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam sehingga banyak investor yang mengalihkan investasinya ke

  Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, hal penting yang ingin penulis ungkapkan bahwa kapitalisasi pasar sering digunakan oleh analis untuk mencari indikasi bagaimana investor menilai prospek masa depan suatu perseroan. Kapitalisasi pasar sangat mempengaruhi pergerakan saham di bursa. Pergerakan harga saham di bursa sangat fluktuatif karena dalam harga saham tercermin informasi yang ada di pasar modal. Pergerakan harga saham terjadi karena adanya perubahan harga saham yang umumnya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari pasar. Permintaan dan penawaran itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal.

  Faktor internal yang dapat mempengaruhi harga saham diantaranya tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, pembagian dividen, pergantian direksi, merjer dan kepemilikian saham manajerial. Berkaitan dengan kepemilikian saham manajerial, manajer yang memiliki saham perusahaan dalam porsi yang besar memiliki lebih banyak insentif untuk mengutamakan kepentingan sendiri daripada kepentingan semua pemegang saham. Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan utang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk kepentingan opportunistic mereka. Kecilnya proporsi kepemilikan saham pada manajemen sehingga cenderung kurang aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang berdampak pada pengelolaan yang kurang dilakukan secara profesional yang menyebabkan kinerja perusahaan di mata investor turun

  Sedangkan faktor eksternal diantaranya tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar mata uang, kebijakan fiskal dan moneter, serta faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tindakan investor karena investor akan memperhatikan semua informasi yang ada di pasar untuk menentukan risk and return dari dana yang diinvestasikannya.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Proporsi Kepemilikan Manajemen terhadap Market Capitalization (MC) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

II. Metode

  Ditinjau dari sasaran yang ingin dicapai, penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif-analitis dimaksudkan untuk mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai suatu objek penelitian. Deskriptif analitis selain dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variabel dalam penelitian, juga ingin mengkaji kaitan antar variabel, berupa hubungan kausal atau sebab akibat melalui pengujian hipotesis.

  Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Proporsi Kepemilikan Manajemen terhadap Market Capitalization (MC) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Maka terlebih dahulu dijelaskan konsep variabel berikut ini. Kepemilikian manajemen merupakan presentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Sutrisno, 2010:42). Menurut Sutrisno (2010:43), kepemilikan manajerial dapat dirumuskan sebagai berikut:

  ℎ ℎ =

  100% ℎ ℎ

  Sementara itu kapitalisasi pasar adalah nilai pasar suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar per lembar saham dikalikan dengan jumlah saham beredar. Nilai kapitalisasi mencerminkan nilai perusahaan di dalam pasar dan digunakan sebagai indikator perkembangan perusahaan (Suta, 2005:14). Kapitalisasi pasar adalah harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan (Lukacs, 2002:146). Kapitalisasi pasar dirumuskan sebagai berikut:

  V = P x S s s s

  Keterangan: V s = Kapitalisasi pasar P s = Harga pasar S s = Jumlah saham yang diterbitkan Saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar umumnya merupakan penggerak pasar (market mover) dan termasuk kedalam saham unggulan dan memiliki kelebihan dalam likuiditas perdagangan.

  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yaitu sebanyak 134 perusahaan. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive

  sampling, maka dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu perusahaan yang memiliki

  kriteria sebagai berikut: 1.

  Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-2016 2. Perusahaan manufaktur yang telah go public dengan menerbitkan sahamnya di Bursa Efek

  Indonesia (BEI) selama periode 2012-2016 3. Perusahaan manufaktur yang menampilkan komposisi kepemilikan saham manajemennya dalam annual report selama periode 2012 -2016.

  Berdasarkan uraian di atas, maka perusahaan yang memenuhi teknik sampling berdasarkan kriteria di atas sebanyak 5 perusahaan, yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT. Astra Internasional Tbk, PT. United Tractor Tbk, PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Ultrajaya Milk Industries Tbk.

  Sumber data pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperoleh dari website perusahaan. Adapun data-data yang akan digunakan dalam proses perhitungan adalah:

  1. Data laporan harga saham emiten, meliputi closing price, volume transaksi, volume saham pada periode diperoleh dari website perusahaan.

  2. Data variable proporsi kepemilikan manajemen dan market capitalization merupakan data turunan hasil pengolahan data dari emiten.

  Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik sebagai berikut:

  1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang- undangan dan dokumen dokumen lainnya yang ada hubunganya dengan penelitian ini.

  2. Observasi dengan melakukan pengamatan, secara langsung terhadap gejala dan perilaku obyek penelitian melalui website Bursa Efek Indonesia di pojok Bursa

  3. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian. Dalam studi dokumentasi, peneliti melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik.

  Adapun teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Analisis Koefisien Korelasi

  Untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, digunakan analisis koefisien Korelasi yang ditujukan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan rumus sebagai berikut :

  n

  XY  ( 

X )(  Y )

rxy = 2 2

2

2

  (Arikunto, 2010: 213) [ n

  X  ( 

X ) ( nY  (  Y ) ]

  Keterangan: r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

  X = Variabel kepemilikan manajemen Y = Variabel market capitalization n = Periode waktu (sampel)

  Selanjutnya untuk memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan antara variabel proporsi kepemilikan manajemen (X) dan market capitalization (Y), maka akan digunakan tabel di bawah ini:

  

Tabel 2. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Kelas Tingkat Pengaruh

  0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 Rendah

  • – 0,399 0,40 Sedang – 0,599

  0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

  (Sugiyono, 2009:149) 2. Analisis Koefisien Determinasi

  Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengaruh maka digunakan perhitungan koefisien determinasi yaitu nilai koefisien korelasi (r) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang diberikan kepada variabel X terhadap variabel Y dengan rumus sebagai berikut : 2 KD = r x 100 %

  (Sarwono, 2006:42) Keterangan: Kd = Koefisien determinasi

  2

  r = Koefisien korelasi 3. Uji Signifikansi (Uji Hipotesis)

  Sebelum melakukan uji signifikansi atau uji t, terlebih dahulu melakukan perhitungan dan analisis diantaranya sebagai berikut: a.

  Analisis koefisien korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan Y yang dinyatakan dengan nilai r b.

  Analisis koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel X terhadap Y dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan 100%.

  Sedangkan untuk menguji hipotesis yang digunakan dengan tingkat kepercayaan 0,95 dengan  = 0,05 maka digunakan rumus t hitung sebagai berikut:

   r n

  2

  t = 2

   1 r

  (Sugiyono, 2010:187) Dimana: t = t hitung n = jumlah populasi/sampel r = nilai korelasi product moment

  Ketentuan :

  • hitung > t tabel , atau t hitung < t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat

  Jika t pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization

  • tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat

  Jika t pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka Ho ditolak apabila t hasil perhitungan > t tabel , tapi apabila nilai t hasil perhitungan < t tabel , maka Ho diterima. Dengan kata lain hipotesis yang diajukan dapat diterima.

  Selanjutnya untuk menguji hipotesis, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: H : Artinya tidak terdapat pengaruh positif proporsi kepemilikan manajemen ρ < 0: terhadap market capitalization

  Ha : Artinya terdapat pengaruh positif proporsi kepemilikan manajemen terhadap ρ > 0:

  market capitalization III.

   Hasil

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar 0,02%, PT. Astra Internasional, Tbk sebesar 0,04%, PT. United Tractor, Tbk sebesar 0,04%, PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 0,0008% dan PT. Ultrajaya Milk Industries, Tbk sebesar 16,61%.

  Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata kepemilikan manajerial pada 5 perusahaan manufaktur adalah untuk tahun 2012 sebesar 3,62%, tahun 2013 sebesar 3,58%, tahun 2014 sebesar 3,60%, tahun 2015 sebesar 3,59% dan tahun 2016 sebesar 2,31%.

  Berdasarkan uraian di atas bahwa pada 5 perusahaan manufaktur selama waktu 5 tahun dengan rata-rata proporsi kepemilikan manajemen sebesar 3,34%. Walaupun rata-rata 3,34%, namun proporsi kepemilikan saham menejemen pada umumnya 0,04% atau kurang, hal ini terjadi karena ada perusahaan yang proporsi kepemilikan saham manajemennya berbeda jauh dari yang lain yaitu sebesar 16,61%.

  Dalam teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka dapat menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika kepemilikan manajemen meningkat. Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif untuk mengawasi aktivitas perusahaan.

  Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor, ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat akan juga. Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan, tetapi juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dapat dipandang baik dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seseorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham.

  Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka dapat menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika kepemilikan manajemen meningkat. Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif untuk mengawasi aktivitas perusahaan. Selain itu, semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan. Dengan kepemilikan manajemen yang tinggi juga mengakibatkan kinerja para manajemen yang maksimal, sehingga kepemilikan saham yang dimiliki oleh dewan direksi, manajemen, manajer dapat meningkatkan mekanisme nilai perusahaan. Sebab, kepemilikan manajemen yang tinggi selain berhubungan dengan nilai perusahaan juga berhubungan dengan meningkatnya saham perusahaan, sehingga banyak investor yang menginvestasikan sahamnya kepada perusahaan sehingga dapat juga meningkatkan nilai perusahaan.

  Kepemilikan manajerial merupakan presentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.

  Kepemilikan saham oleh manajemen akan mengurangi agency problem diantara manajer dan pemegang saham, yang dapat dicapai melalui penyelarasan kepentingan diantara pihak-pihak yang berbenturan kepentingan. Disisi yang lain, manajer yang memiliki saham perusahaan dalam porsi yang besar memiliki lebih banyak insentif untuk mengutamakan kepentingan sendiri daripada kepentingan semua pemegang saham.

  Kepemilikan manajerial atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepentingan

  insider

  dengan pihak eksterndan akan mengurangi peranan hutang sebagai mekanisme untuk meminimumkan agency cost. Semakin meningkatnya kepemilikan oleh insider, akan menyebabkan insider semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistic karena mereka ikut menanggung konsekuensi dari tindakannya, sehingga mereka cenderung menggunakan hutang yang rendah. Wahidahwati (2002: 607) bahwa kepemilikan manajerial sebagai tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur, manajemen, dan komisaris.

  Selaras dengan Tarigan, Josua dan Christiawan (2007: 2) yang menyatakan bahwa dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Dengan demikian, manajer akan bertindak secara hati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka akan turut menanggung hasil keputusan yang diambil.

  Pada kepemilikan yang menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Hal ini menyebabkan pemegang saham memiliki kekuasaan dan menyerahkannya kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik keagenan diatasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial.

  Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan dengan pemegang saham. Oleh karena pendanaan dengan sumber dana internal lebih efisien dibanding pembiayaan dengan sumber daya eksternal maka melalui kebijakan tersebut manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Penetapan dividen yang rendah akan membuat perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi.

  Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manjemen dengan pemegang saham. Dengan demilkian maka kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan menggunakan hutang secara optimal sehingga akan meminimumkan biaya keagenan.

  Untuk mensejajarkan antara kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan, terdapat mekanisme khusus yang dapat digunakan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satunya adalah meningkatkan kepemilikan saham terhadap manajer. Langkah ini ditunjukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap dan juga untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksimalkan harga saham.

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata nilai kapitalisisasi pasar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 5 tahun peningkatan. Rata-rata nilai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 119.089,8 milyar. Tahun 2013 sebesar Rp.123.097,4 milyar. Tahun 2014 sebesar Rp. 124.511,8 milyar. Tahun 2015 sebesar Rp.129.053,6 milyar dan tahun 2016 naik cukup signifikan menjadi sebesar Rp.158.598,0 milyar.

  Kapitalisasi pasar adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar di pasar. Dalam konteks ini, nilai perusahaan berbeda dengan nilai aset perusahaan, sehingga kapitalisasi pasar sebuah perusahaan tidak menggambarkan nilai aset perusahaan. Kapitalisasi pasar sangat mungkin nilainya lebih besar atau lebih kecil dari nilai aset perusahaan.

  Nilai kapitalisasi pasar memiliki makna yang penting bagi investor. Ia juga memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi minat investor untuk menjadikannya sebagai instrumen portofolio atau tidak. Pada umumnya, semakin besar nilai kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin besar juga daya pikat saham tersebut bagi investor. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai kapitalisasi semakin kurang menarik bagi investor.

  Bagi perusahaan publik, kapitalisasi pasar ini sangat penting karena mencerminkan ukuran suatu perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan cara dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham di pasar. Nilai kapitalisasi pasar ditentukan oleh dua hal, yakni jumlah saham beredar dan harga di pasar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa nilai kapitalisasi pasar perusahaan dapat dan selalu berubah dari waktu ke waktu, baik naik ataupun turun. Jika harga saham naik, berarti nilai perusahaan itu naik dan sebaliknya jika harga turun berarti nilai perusahaan itu turun.

  Para perusahaan pengelola dana atau fund manager, biasanya selalu mempertimbangkan besar kecilnya nilai kapitalisasi pasar untuk setiap saham yang akan masuk dalam daftar portofolio investasi. Kecenderungan seperti ini tidak hanya tertuju pada instrumen saham semata, tetapi juga tertuju pada pasar secara keseluruhan. Pasar yang memiliki kapitalisasi pasar besar biasanya selalu diramaikan oleh fund manager.

  Kapitalisasi pasar sangat mungkin nilainya lebih besar atau lebih kecil dari nilai aset perusahaan. Bagi perusahaan publik, kapitalisasi pasar ini sangat penting karena ia juga mencerminkan ukuran suatu perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan cara dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham di pasar. Suta (2005:14) menntakan bahwa kapitalisasi pasar adalah nilai pasar suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar per lembar saham dikalikan dengan jumlah saham beredar. Nilai kapitalisasi mencerminkan nilai perusahaan di dalam pasar dan digunakan sebagai indikator perkembangan perusahaan.

  Kapitalisasi pasar adalah harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Kapitalisasi pasar (market capitalization) adalah nilai pasar dari saham yang diterbitkan (outstanding share) suatu emiten.

  Kapitalisasi pasar merupakan nilai besaran saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Pada umumnya saham yang kapitalisasinya besar menjadi incaran investor untuk berinvestasi jangka panjang karena potensi pertumbuhan perusahaan yang mengagumkan disamping pembagian dividen serta eksposur risiko yang relatif rendah. Karena banyak peminatnya, maka harga saham umumnya relatif tinggi sehingga akan memberikan return yang tinggi pula.

  Berdasarkan perhitungan korelasi diperoleh nilai r = -0,98, dapat diketahui bahwa antara proporsi kepemilikan manajemen (X) dengan market capitalization (Y) terdapat hubungan negatif. Dari perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 96,04%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proporsi kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap market capitalization sebesar 96,04% sedangkan sisanya 3,96% adalah faktor lain yang tidak diteliti.

  Namun demikian untuk membuktikan hipotesis yang penulis ajukan maka penulis membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel . Untuk mencari t tabel dengan tingat keyakinan 95% dengan  = 0,05 dan untuk dk = n-2 = 5-2 = 3 maka diperoleh t tabel sebesar 3,182. Karena | t hitung | sebesar 8,529> dari· t tabel sebesar 3,182. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain hal tersebut berarti terdapat pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization, besar pengaruhnya nyata.

  Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam persentase, rata-rata kepemilikan manajerial pada 5 perusahaan manufaktur adalah untuk tahun 2012 sebesar 3,62%, tahun 2013 sebesar 3,58%, tahun 2014 sebesar 3,60%, tahun 2015 sebesar 3,59% dan tahun 2016 sebesar 2,31%. Rata- rata selama waktu 5 tahun proporsi kepemilikan manajemen sebesar 3,34%.

  Walaupun rata-rata 3,34%, namun proporsi kepemilikan saham menejemen pada umumnya 0,04% atau kurang, hal ini terjadi karena ada perusahaan yang proporsi kepemilikan saham manajemennya berbeda jauh dari yang lain yaitu sebesar 16,61%.

  Kapitalisasi pasar secara sederhana adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar di pasar. Nilai kapitalisasi pasar bagi perusahaan publik menjadi penting karena mampu menunjukkan nilai total perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasarnya. Rata-rata nilai kapitalisisasi pasar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 5 tahun peningkatan. Rata-rata nilai pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 119.089,8 milyar. Tahun 2013 sebesar Rp.123.097,4 milyar. Tahun 2014 sebesar Rp.

  124.511,8 milyar. Tahun 2015 sebesar Rp.129.053,6 milyar dan tahun 2016 naik cukup signifikan menjadi sebesar Rp. 158.598,0 milyar.

  Tujuan utama semua perusahaan ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (management ownership). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari.

  Kapitalisasi pasar secara sederhana adalah nilai dari saham perusahaan yang beredar di pasar. Nilai kapitalisasi pasar bagi perusahaan publik menjadi penting karena mampu menunjukkan nilai total perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasarnya. Nilai ini menjadi berubah-ubah tergantung naik turunnya harga saham. Ketika harga saham naik, kapitalisasi pasar dan nilai perusahaan akan naik. Sebaliknya saat harga saham turun, kapitalisasi dan nilai perusahaan juga turun. Para investor mempertimbangkan nilai kapitalisasi pasar dalam pengambilan keputusan investasi, dimana perusahaan dengan kapitalisasi pasar tinggi lebih diminati investor dibandingkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang rendah.

  Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Nilai kapitalisasi pasar bagi perusahaan publik menjadi penting karena mampu menunjukkan nilai total perusahaan. Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga pasarnya.

  Uraian di atas sejalan dengan hasil penelitian Alamanda Nurul Rendita (2016) yang menyimpulkan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan akibat kepemilikan saham oleh manajemen dapat dilihat dari informasi pasar berupa pertumbuhan harga saham atau stock price growth (SPG) dan kapitalisasi pasar atau market capitalization (MC).

  Para investor mempertimbangkan nilai kapitalisasi pasar dalam pengambilan keputusan investasi, dimana perusahaan dengan kapitalisasi pasar tinggi lebih diminati investor dibandingkan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang rendah. Nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham dapat naik atau turun umumnya disebabkan permintaan dan penawaran atas suatu saham. Semakin banyak yang berminat untuk membeli suatu saham, harga saham akan naik. Berbagai hal yang menyebabkan minat investor pada saham diantaranya reputasi perusahaan, laba perusahaan, dan berbagai hal lain yang diinformasikan perusahaan melalui laporannya. Dividen diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima pada masa yang akan datang. Investor menginvestasikan dana bertujuan memaksimalkan kekayaan yang didapat dari dividen atau

  capital gain .

  Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan yang dipimpin akan mempunyai peran ganda yaitu sebagai manajer sekaligus investor. Posisi manajer sebagai investor lebih menyukai pendapatan dividen yang besar (bird in the hand theory). Keterlibatan manajer dalam kepemilikan manajerial sebuah perusahaan dapat menyebabkan aset yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal dan sebagai kompensasinya, manajerial menginginkan dividen yang tinggi.

  Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajerial yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif dalam memonitoring aktivitas perusahaan.

  Nurlela dan Islahuddin (2008:68) menyatakan bahwa emiten dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai emiten umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris.

  Dengan proporsi kepemilikan yang cukup tinggi, maka manajer akan merasa ikut memiliki perusahaan, sehingga akan berusaha semaksimal mungkin melakukan tindakan- tindakan yang dapat memaksimalkan kemakmurannya. Hal tersebut didasarkan pada logika, bahwa peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan yang berlebihan. Dengan demikian, maka akan mempersatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham, hal ini berdampak positif meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan akibat kepemilikan saham oleh manajemen dapat dilihat dari informasi pasar berupa pertumbuhan harga saham atau

  stock price growth (SPG) dan kapitalisasi pasar atau market capitalization (MC).

IV. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh proporsi kepemilikan manajemen terhadap market capitalization pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dapat disimpulkan bahwa: 1.

  Proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI rata- rata 3,34%, namun proporsi kepemilikan menejemen pada umumnya 0,04% atau kurang.

  2. Market capitalization pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI bahwa nilai kapitalisisasi pasar di Bursa Efek Indonesia kurun waktu 5 tahun mengalami peningkatan.

  Hal ini berarti kinerja pasar perusahaannya mengalami peningkatan.

  3. Terdapat pengaruh negatif proporsi kepemilikan manajemen terhadap market

  capitalization

  . Artinya proporsi kepemilikan manajemen meningkat maka market capitalization akan menurun, begitu pula sebaliknya.

  Daftar Pustaka Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Edisi. Revisi.

  Rineka Cipta. Christiawan, Y.J. & Tarigan, J. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja

  dan Nilai Perusahaan . Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1. Mei 2007. Faisal, MA. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Malang: UMM. Press. Fakhruddin, Hendy M. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Harmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: Bumi Aksara. Hartono, J. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: Edisi Keenam. BPFE. Indriyo, G. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Kamaruddin, A. 2007. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan.

  Jakarta: Raja Grafindo. Lukacs, P. 2002. Stock Return Distribution and Market Capitalisation. Journal of finance.

  Hungarian: University of Sciences Pecs.Statistical Review, Special number 7. 2002. Mahadwartha, PA.2003. Uji Teori Keagenan dalam Hubungan Interdependensi antara

  Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen . Simposium Nasional Akuntansi V. Ikatan Akuntansi Indonesia.

  Martani, D dkk. 2012. Akuntansi Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat. Midiastuty, PP & Mas, UM. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance

  dan Indikasi Manajemen Laba . Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya.

  Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. Liberty Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang,

  ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia 1995-1996) . Jurnal Akuntansi dan Keuangan

  Indonesia. Sambuaga, Reinhard. 2013. Evaluasi Akuntansi Persediaan Pada PT. Sukses Era Niaga

  Manado

  . Jurnal Emba Vol.1 No. 4 Siagian, H. 2011. Sentimen Investor, Kendala Keuangan, dan Equity Market Timing, Finance and Banking Journal, Vol 13, No.1.

  Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

  Sutrisno. 2010. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonesia. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Edisi Pertama.

  Kanisius. Ujiyantho, Muh. Arief. 2009. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan

  dalam Hubungan Keagenan . Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.

  Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Pada

  Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency , Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No.1.