BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Kesesuaian Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu organisasi. Melalui pencatatan dan pelaporan, akan tergambar jelas aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Pemerintahan sebagai organisasi publik juga memiliki kewajiban untuk melaporkan aktivitas yang terjadi di pemerinahan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan menggambarkan bagaimana pemerintah memenuhi kebutuhan masyarakatnya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang akan dinikmati oleh masyarakat secara nyata. Masyarakat dalam hal ini juga harus andil dalam laporan keuangan ini karena masyarakat adalah pengawas utama kinerja pemerintahan.

  Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa “akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktifitas dan kinerja financial pemerintah kepada pihak- pihak yang berkepentingan”. Terwujudnya akuntabilitas publik merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional,saat ini menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu agenda pokok reformasi yang diharapkan dapat dilaksanakan secara konsisten oleh pemerintah daerah. Apalagi saat ini kepercayaan masyarakat terhadap transparansi pemerintah mulai berkurang dengan banyaknya kasus-kasus mengenai ketidaktransparanan yang dilakukan oleh pemegang kekuasan baik di tingkat daerah hingga provinsi.

  Tuntutan transparansi dalam sistem Pemerintah semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh pemerintah pusat dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Reformasi pemerintahan tersebut mengarahkan pemerintah untuk lebih bertanggungjawab kepada publik atas program yang mereka kerjakan dan penggunaan dana publik atas program tersebut. akuntabilitas publik diharapkan mampu menjadi jawaban atas berbagai permasalahan akut pemerintahan berupa korupsi yang telah mengakar mulai dari pemerintah dari daerah hingga pusat.

  Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan dan publik terus digalakkan seiring dikeluarkannnya PP Nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Selanjutnya berdasarkan PP Nomor 105 tahun 2000, departemen dalam negeri mengeluarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang merupakan petunjuk teknis pelaksanaan PP Nomor 105 tahun 2000. Keseriusan pemerintah dalam menciptakan good governance ditunjukkan kembali dengan dikeluarkannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tantang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 entang Perbendaharaan, serta UU Nomor 14 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggungjawab Keuangan Negara. Setelah itu, dikeluarkan pula UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang merupakan revisi dari UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor

  25 Tahun 1999. Setelah undang-undang tersebut selanjutnya bermunculan beberapa peraturan pemerintah yang pada intinya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, terutama yang berkaitan dengan masalah keuangan.

  Berdasarkan penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003, asas pengelolaan keuangan Negara antara lain :

1. Akuntabilitas; 2.

  Profesionalitas; 3. Proporsionalitas; 4. Keterbukaan pengelolaan keuangan Negara; 5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

  Mahsun (2006:97) menjelaskan ada beberapa kendala dalam mengimplementasikan akuntabilitas dalam sektor publik antara lain agenda atau rencana yang tidak transparansi, favoritism (isu yang licik), kepemimpinan yang lemah, kekurangan sumber daya, lack of follow-through (manajemen tidak dapat dipercaya), garis wewenang dan tanggung jawab kurang jelas dan kesalahan penggunaan data. Didasari oleh keinginan untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, maka pemerintah berupaya mewujudkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

  Sebagai upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan pertanggung- jawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan (reliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah diterima secara umum. Steccolini (2002) menyebutkan bahwa:

  Dalam upaya mewujudkan pemerintah yang akuntabel dibutuhkan adanya suatu jaminan bahwa segala aktivitas dan transaksi pemerintah terekam secara baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan melalui proses akuntansi dalam bentuk laporan sehingga bisa dilihat segala yang terjadi dan terdapat di dalam ruang entitas pemerintah tersebut. Laporan tahunan (laporan keuangan) meskipun belum melaporkan akuntabilitas secara keseluruhan dari entitas pemerintah, secara umum dipertimbangkan sebagai media utama akuntabilitas.

  Pada tahun 1999 Pemerintah melakukan reformasi dibidang pemerintahan dan pengelolaan k euangan daerah yang ditandai dengan ditetapkannya Undang- Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Terdapat juga Peraturan Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan PP No. 24 Tahun 2005 yang direvisi dengan PP No. 71 Tahun 2010. Darise (2009:3) Semua peraturan ini tidak serta merta dibuat tanpa tujuan melainkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sumber daya keuangan daerah.

  PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan revisi dari PP nomor 24 tahun 2005 yang digunakan instansi publik sebagai acuan dan pedoman dalam kegiatan pengelolaan keuangannya. Dalam PP nomor 71 tahun 2010, lebih ditekankan pada perubahan pelaporan yang tadinya berbasis kas menjadi berbasis akrual. Namun untuk instansi pemerintahan yang masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dalam hal pelaporan keuangan menuju akrual, masih diperbolehkan untuk menggunakan pelaporan berbasis kas ataupun pelaporan berbasis kas menuju akrual. PP nomor 71 tahun 2010 ini akan berlaku efektif 5 tahun setelah penerbitannya atau lebih tepatnya akan berlaku efekif per Januari 2015.

  Badan perencanaan dan pembangunan daerah (BAPPEDA) kota medan merupakan salah satu badan pemerintah pendukung walikota yang dipimpin oleh kepala badan yang akan bertanggungjawab atas kewenangan yang dilaksanakan melalui sekretaris daerah. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukan berupa surat pertanggungjawaban, melainkan berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 yang direvisi dengan Permendagri No.

  59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah ini didukung pula dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang kemudian direvisi dengan PP No. 71 Tahun 2010.

  Dari latar belakang yang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh BAPPEDA kota Medan yang dituangkan dalam skripsi yang ber judul : “Analisis Kesesuaian Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan”

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan telah melakukan pencatatan akuntansi dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ?

  2. Apakah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan telah menyusun laporan keuangan dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ?

  3. Apakah upaya yang dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ?

  1.3 Batasan Masalah

  Penelitian ini difokuskan pada pencatatan dan pelaporan keuangan yang dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Medan tahun 2013 dan 2014, serta sudah sejauh mana Bappeda Kota Medan mengimplementasikan PP Nomor 71 Tahun 2010 sebagai revisi dari PP Nomor 24 Tahun 2005

  1.4 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui apakah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan telah melakukan pencatatan akuntansi dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No. 59 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ?

  2. Mengetahui apakah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan telah menyusun Laporan keuangan dengan baik sesuai dengan pedoman pelaporan keuangan pada Permendagri No.

  59 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 ?

  3. Mengetahui sejauh mana Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dalam penyusunan pelaporan keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian

  Melalui penelitian ini, penulis berharap terdapat manfaat bagi :

  1. Peneliti Untuk menambah pengetahuan mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan pemerintah daerah khususnya pada BAPPEDA

  2. BAPPEDA Sebagai bahan pertimbangan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan

  3. Peneliti selanjutnya Sebagai referensi bagi peneliti lain yang sejenis.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perendaman Cetakan Alginat Dalam Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% dan Glutaraldehid 2% Terhadap Perubahan Dimensi

0 3 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian - Perbandingan Tingkat Keberhasilan Kateter Fleksibel Dan Kaku Dalam Inseminasi Intrauteri

0 0 17

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Dividen - Analisis Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Subsektor Pulp dan Kertas

0 3 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Keputusan Investasi - Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Analisis Kesesuaian Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi - Analisis Kesesuaian Pencatatan dan Pelaporan Keuangan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

0 1 25