LEGAL OPINION Pendapat Hukum Analisis Me

LEGAL OPINION (Pendapat Hukum)

“Analisis Mengenai Pemberian Sanksi Kepada Pembunuh
Bermotif Ekonomi Keluarga”
Frieda Pratiwi Wijanarko
Friedapratiwi61@students.unnes.ac.id
A. Pendahuluan
Evolusi atau adat atau budaya yang dilangsir sebagai proses modernisasi,
dilangsir merupakan perubahan yang umum terjadi pada sebuah negara, dan
Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam proses modernisasinya
tidak langsung signifkan berkembanya dalam beberapa hal yaitu adat,
budaya, dan pola pikir masyarakat. Proses ini menimbulkan efek atau dampak
yang akan menghasilkan dua respon yaitu positif dan negatif.
Dampak negatif yang menarik adalah terjadinya kriminalitas atau kejahatan
yang melibatkan generasi muda sebagai pelak, seperti kejahatan yang terjadi
yaitu kejahatan pembunuhan yang berencana yang dilakukan oleh remaja,
kerabat dekat, teman dekat .
Pembunuhan secara berencana atau tidak berencana adalah suatu tindakan
pidana berat karena telah menghabisi atau merampas nyawa orang lain baik
secara sengaja atau tidak sengaja. Penjatuhan pidana seumur hidup dianggap
setimpal karena sama-sama nyawa yang dimilikinya terampas. Namun banyak

yang berpandangan juga hukuman seumur hidup dianggap tidak berperi
kemanusiaan bagi pelaku pembunuhan berencana. Perdebatan konseptual
seputar penggunakan pidana seumur hidup sebagai satu-satunya sarana
penanggulangan kejahatan telah muncul setelah berkembangnya sejak
berkembangnya falsafah pembinaan “(treatment philosophy)” dalam
pemidanaan. Perdebatan tentang pidana seumur hidup semakin meruncing
seiring meningkatnya isu global tentang Hak Asasi Manusia. 1Pembunuhan
yang dilakukan oleh pelaku belum diketahui motifnya karena pembunuhan itu
dilakukan saat ia sedang dirumahnya sendiri. Dan banyak yang mengatakan
pelaku tidak memiliki riwayat kriminalitas. Hanya suatu tanda tanya besar
suatu pembunuhan tetapi tidak diketahui motifnya. Banyak yang
memperkirakan pelaku membunuh keluarganya karena pelaku sudah geram
karena pelaku hanya sebagai penjual makanan di dekat rumahnya dan
menurut pengakukan tetangga pelau adalah keluarga yang berkekurangan dan
ingin menadapat uang banyak.
Kejahatan ialah tiap kelakuan yang merugikan (merusak) dan asusila, yang
menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu masyarakat
tertentu, sehingga masyarakat itu berhak mencela dan mengadakan
perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan dengan
sengaja suatu nestapa (penderitaan) terhadap pelaku perbuatan itu

(pembalasan). Dengan demikian setiap kejahatan yang terjadi akan
menimbulkan korban, yaitu mereka yang menderita secara jasmaniah dan
rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan
1

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, ( Jakarta: Kencana, 2008), hlm
3.

kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi penderita. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini
dalam menganalisa maupun dalam menangani suatu peristiwa kejahatan,
perhatian kebanyakan hanya tercurah pada sanksi pidana tindak kejahatan
tersebut, sedikit sekali perhatian diberikan pada hal yang melatarbelakangi
pelaku kejahatan yang merupakan elemen (unsur) dalam peristiwa pidana. Si
pelaku merupakan salah satu sebab terjadinya kriminalitas tetapi hal yang
melatarbelakangi dalam diri korban sangat memainkan peranan penting dalam
usaha mencari kebenaran materil yang dikehendaki hukum pidana materil
serta dalam penjatuhan putusan hukuman yang akan diterimanya. Perbuatan
melawan hukum merupakan suatu perbuatan yang menyimpang, yang
mempunyai sifat tercela, sehingga perbuatan ini selalu menimbulkan reaksi

sosial dalam masyarakat. adanya reaksi seperti ini merupakan salah satu
bentuk usaha untuk mencapai tata tertib sosial, dimana reaksi ini akan
semakin nampak pada saat ancaman kejahatan ataupun pelanggaran
meningkat secara kuantitas dan kualitas. Para pelaku (Pasal 55 Ayat (1) yang
terlibat dalam penyertaan tindak pidana penganiayaan dipandang sebagai
pelaku
tindak
pidana
yang
secara
yuridis
ancaman
atau
pertanggungjawabannya adalah sama tapi secara keadilan seorang hakim
harus menentukan para pelaku tersebut sesuai dengan apa yang dilakukannya
atau kapasitas dari masing-masing pelaku dan akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan atau tindak pidana tersebut.
Hukum pidana dapat melahirkan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan dilarang, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan
hukum pidana.

2. Pidana, yaitu nestapa atau penderitaan yang dibebankan terhadap
orang yang melakukan perbuatan yang dilarang.
3. Pelaku, yaitu orang yang melakukan perbuatan yang dilarang
menurut aturan hukum pidana.2
Ketiga unsur-unsur tersebut merupakan rangkaian yang saling berkaitan satu
sama lain, sehingga harus selalu ada dalam setiap permasalahan yang
berkaitan dengan hukum pidana. Dengan demikian dapat dilihat bahwa hukum
mengatur masyarakat secara patut dan bermanfaat dengan menetapkan apa
yang diharuskan. Dengan pengaturan hukum yang demikian dapat diketahui
perbuatan-perbuatan mana yang melawan hukum dan dapat diketahui pula
alasan seseorang melakukan perbuatan yang melawan hukum. Upaya
pembuktian sangat diperlukan oleh hakim dalam menentukan putusan yang
akan dijatuhkan kepada terdakwa. Hakim harus dapat mengolah dan
memproses datadata yang diperoleh selama proses persidangan dalam hal ini
bukti-bukti, keterangan saksi, pembelaan terdakwa, serta tuntutan jaksa
maupun muatan psikologis.
Kasus ini berawal saat Agus Supriyatna seorang penjual makanan arum
manis di dekat rumanya dan di SD dekat rumanya tersebut membunuh satu
keluarganya banyak yang mengatkan motif ia membunuh ialah karena faktor
ekonomi.warga setempat banyak yang tidak percaya karena tetangga Agus

tahu bahwa agus tidak memiliki riwayat kriminal apaun. Agus membunuh
ibunya, istrinya, dua anaknya, seorang adik dan saudara ipatrnya terluka. Istri
dan ibunya meninggal akibat luka tusukan sementara kedua anaknya
menderita luka tusukan. Adik dan suami adiknya terkena tusukan di dada dan
di punggung. Lantas ada warga yang mendengar teriakan dari rumah Agus lalu
2

Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana. Bina Aksara, Jakarta,1985,hlm,7.

menanggil warga lainuntuk pergi kerumah Agus dan mengecek kejadian. Saat
sampai di sana pintu rumah tertutup rapat dan saat memanggil tidak ada
balasan dari pemilik rumah. Tetanggapun langsung berinisiatif untuk
mendobrak pintu. Saat tetangga mendobrak pintu Agus mengarahkan pisau ke
tetangganya tersebut. Terlihat Agus menggenggam pisau dengan berlumuran
darah. Dan para anggota keluarganya tergeletak dilantai. Tetangga berburu
membawa anggota keluarganya tersebut ke Puskemas terdekat. Saat tetangga
memergoki pelaku pelaku malah mengacungkan pisaunya dan menodongkan
kepada tetangga. Tidak lama kemudian datang polisi dan polisi membantu
menangkap pelaku. Pelaku berusaha untuk kabur dan beruntung polisi sigap
menangkap pelaku. Saat diberi pertanyaan pelaku hanya diam saja dan tidak

menyadari apa yang dilalakukannya. Banyak yang mengira pelaku itu gila
tetapi dalam hidupnya dia tidak pernah mendapat catatan kriminologi dari
kepolisian, saat ini keluarganya telah dibawa kerumah sakit dan anak seta
istrinya telah dimakamkan. Memang di rumahnya ditinggali beberapa anggota
keluarganya dan kemungkinan itu adalah masalah utamanya karena terhimpit
masalah ekonomi tersebut karena ia hanya penjualmakanan didekat SD dan
penghasilanya tidak pasti kadang dapat banyak kadang sedikit.
B. Analisis Aturan Hukum
Dalam kasus ini pertanggungjawaban pidana atau (criminal liability)
diartikan sebagai suatu kewajiban hukum pidana untuk memberikan
pembalasan yang akan diterima pelaku terkait karena orang lain dirugikan.
Pertanggung jawaban pidana menyangkut pengenaan pidana karena sesuatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana. Kesalahan (schuld)
menurut hukum pidana mencakup kesengajaan dan kelalian. Kesengajaan
(dolus) merupakan bagian dari kesalahan. Sengaja diartkan sebagai kemauan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh
undang-undang. Ada 2 (dua) teori yang berhubungan dengan kesengajaan
teori kehendak dan teori pengetahuan (teori membayangkan). Teori kehendak
memandang bahwa sengaja adalah kehendak untuk mewujudkan unsure-unsur
delik dalam rumusan undang-undang. Fakta-fakta yang terungkap ditingkat

penyidikan hanyalah berlaku sebagai hasil pemeriksaan sementara ,
sedangkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan sidang yang
menjadi dasar-dasar bagi pertimbangan bagi keputusan pengadilan.
Setelah fakta-fakta dalam persidangan tersebut diungkapkan, pada putusan
hakim kemudian akan dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari tindak
pidana yang telah didakwakan oleh jaksa/penuntut umum dan pleidoi dari
terdakwa dan atau penasehat hukumnya.Pertimbangan hakim dipertegas pula
dalam Pasal 183 KUHAP dan Pasal 184 KUHAP. Pasal 183 berisi tentang Hakim
tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah sedangkan Pasal 184
berisikantentang alat bukti yang sah dalam persidangan yaitu: keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.
Pertanggung jawaban pidana ada 2 yaitu dengan penal dan nonpenal.
1. Sarana nonpenal yaitu upaya preventif dengan melakukan
pencegahan sebelum kejahatan itu terjadi. Salah satu untuk
mengatasi masalah-masalah sosial yaitu dengan kebijakan sosial pada
(social policy). Kebijakan sosial pada dasarnya adalah kebijakan
upaya-upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Upaya non penal dapat didalami lagi dari sumber lain juga yang

mempunyai potensi efek-preventif dari aparat penegak hukum.
2. Sarana penal merupakan sarana atau upaya yang bersifat represif
setelah kejahatan itu terjadi dengan menggunakan hukum pidana,
berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman dan
bertujuan untuk efek jera agar tidak terjadinya kembali kerjahtan
tersebut dan memasyarakatkan pelaku agar diterima kembali didalam
masyarakat dengan sejahtera. Dasar penerapan sarana ini adalah
pasal 10 KUHP.
Berdasarkan pasal 340 KUHP yang mengatur tentang pembunuhan
berencana, kasus pembunuhan dalam keluarga ini memenuhi unsur-unsur dari
pasal tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dari putusan hakim yang menyatakan
pelaku bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan pidana sesuai
dengan dakwaan.
Pasal 340 KUHP yaitu mengandung unsur:
a. Unsur barangsiapa.
b. Unsur dengan sengaja.
c. Unsur rencana terlebih dahulu.
d. Unsur merampas nyawa orang lain.
Fakta yang ada dipersidangan menurut hakim sudah menunjukan bahwa
semua unsur-unsur sudah terpenuhi oleh si pelaku.

Motif sebagai suatu driving force yang menggerakan manusia untuk bertingkah
laku telah dimiliki oleh pelaku dalam melakukan tindk pidana pembunuhan. Di
dalam perbuatanya yaitu: Berdasarkan Pasal 338 KUHP yang menagtur tentang
pembunuhan dalam keluarga ini telah memenuhi unsur-unsur dari pasal
tersebut. Hal ini dapat dibuktikan jufa dari putusan hakim yang menyatakan
pelaku bersalah secara sah dan meyakinkan tindak pidana sesuai dengan
dakwaan kesatu subsidair Pasal 338 KUHP. Berikut adalah unsur-unsur Pasal
338 KUHP:
a. Unsur barang siapa
b. Unsur dengan sengaja.
c. Unsur menghilangkan nyawa orang lain.
Fakta-fakta lain yang ada dipersidangan sudah memenuhi unsur-unsur tersebut
telah terpenuhi oleh si pelaku.
Motif sebagai suatu driving forceyang menggerakan manusia juga telah
dimiliki oelh pelaku dalam menjalankan pelaku dalam melakukan tindak pidana
pembunuhan, sama seprti sebelumnya. Dalam perbuatanya pelaku telah
mempunyai tujuan tertentu yaitu mengembangkan ilmu hitam yang ia miliki. 3
C. Uji Syarat
Menurut saya untuk alternatifnya adalah:
1. Syarat untuk menjadi tersangka haruslah mereka yang sudah melakukan

penyidikan penyelidikan yang harus diikuti sejak awal. Contohnya dalam
hal ini adalah menjadi tersangka pembunuhan walaupun belum
ditetapkan sebagai tersangka saksi harus tetap dalam pengawasan
kepolisian.

3

KITAB Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 338

2. Berdasarkan kasus, pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana.
Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana tersebut adalah :
Barangsiapa, adalah subyek hukum dimana subyek hukum yang dapat
dimintai pertanggungjawaban menurut hukum pidana adalah Naturlijk
person, yaitu manusia. Menurut doktrin, tindak pidana melekat pada

pelakunya
Manusia yang dapat dimintai pertanggung jawaban adalah siapa saja oleh
orang dengan pengecualian yang diatur oleh beberapa pasal pada buku I
aturan umum bab III, yaitu :
1.

alasan pembenar : daya paksa (pasal 48 KUHP), bela paksa (pasal 49
ayat (1) KUHP), melaksanakan ketentuan UU (pasal 50 KUHP), dan
perintah jabatan sah (pasal 51 ayat (2) KUHP)
2. alasan pemaaf : ketidakmampuan bertanggungjawab (pasal 44 KUHP),
Daya paksa dalam arti sempit (Pasal 48 KUHP), Bela paksa lampau batas
(pasal 49 ayat (2) KUHP), dan perintah jabatan tidak sah (Pasal 51 ayat (2)
KUHP).
Dalam kasus, yang dapat dimintai pertanggungjawaban adalah Harun, sebab
dia merupakan pelaku tunggal dimana dia mengakui dirinya telah membunuh
Fahmi, dan Harun tidak memenuhi pengecualian yang diatur oleh beberapa
pasal pada buku I aturan umum bab III KUHP tersebut
Sengaja, Adalah pelaku memiliki kehendak dan keinsyafan untuk
menimbulkan akibat tertentu yang telah diatur dalam perundangundangan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif),
1. Dalam kasus, Pelaku memiliki kehendak dan keinsyafan untuk
memukulkan martil ke kepala korban agar korban mati sebab didorong
oleh motif ingin mengetahui kebenaran pengakuan Harun yang
menyatakan dirinya memiliki ilmu kebal dimana tindak pidana tersebut
telah diatur dalam pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana
Dengan rencana lebih dahulu, artinya terdapat waktu jeda antara
perencanaan dengan tindakan yang memungkinkan adanya perencanaan
secara sistematis terlebih dahulu lalu baru diikuti dengan tindakannya.
Kesalahan dan pertanggungjawaban pidana
Terdapat adagium yang terkenal mengenai kesalahan yaitu “Geen straf zonder
schuld” (tiada suatu hukuman tanpa kesalahan atau tiada pemidanaan tanpa
adanya kesalahan). Kesalahan dalam arti luas adalah dolus/kesengajaan dan
culpa/kelalaian
1.

Kesengajaan/Dolus

Adalah kehendak untuk melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
pemenuhan nafsu (motif). Untuk mewujudkan tindakannya, ada tiga tahapan
yaitu adanya motif, adanya kehendak, dan adanya tindakan.
Kesengajaan terbagi atas :
1.
2.

Kesengajaan dengan dasar mengetahui, termasuk delik formil
Kesengajaan dengan dasar menghendaki, termasuk delik materil

Kasus pembunuhan tersebut masuk kedalam kesengajaan dengan dasar
menghendaki, sebab menghendaki akibat yang terjadi dari tindakan
membunuh tersebut, yaitu matinya korban.
Gradasi kesengajaan yaitu :
1.

Kesengajaan dengan maksud, adalah terjadinya suatu tindakan atau
akibat tertentu adalah perwujudan dari maksud atau tujuan dan
pengetahuan pelaku
2. Kesengajaan dengan kesadaran tujuan yang pasti mengenai
tujuan/keharusan/akibat perbuatan
3. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan (kesengajaan bersyarat)
Kasus pembunuhan tersebut termasuk dalam kesengajaan dengan maksud,
karena terjadinya tindakan yaitu pemukulan dengan martil, atau akibat
tertentu yaitu kematian yang direncanakan oleh pelaku guna dimakan organ
tubuh bagian dalamnya untuk kekebalan, adalah perwujudan dari maksud atau
tujuan dan pengetahuan pelaku.

D. Kesimpulan

Pembunuhan di Indonesia akhir-akhir ini sangat melaju cepat hal ini
dipengaruhi beberapa faktor yaitu salah satunya akibat terhimpit ekonomi.
Terkadang seseorang tidak berpikir panjang untuk menghabisi nyawa
seseorang pada saaat mereka tersulut emosi mereka hanya meimikirkan saat
itu saja. Hal ini harus disikapi dengan berpikir lebih bijak bukan hanya dengan
menghabisi nyawa orang lain karena hal itu hanya menambah masalah saja.
Apabila ia dapat berpikir secara jernih setidaknya ia telah mengurangi beban
keluarganya dengan cara mungkin ia dapat mencari pekerjaan lagi atau ia
pindah keluar kota untuk mencari pekerjaan yang tepat intuk dirinya sendiri.
Bukan dengan membunuh istrinya karana itu bukan cara yang baik.

Faktor lainnya adalah karena istri yang selalu menuntut suaminya dan
setiap hari selalu minta uang padahak suaminya belum memiliki uang sama
sekali. Hal ini yang terkadang membuat suami jengkel dan terkadang anak pun
menjadi korban kedua orang tuanya. Dan terkadang anaknya juga dibunuh
karena orang tuanya mengira mencampuri urusanya tetapi pikiran anaknya
hanya ingin meringankan beban orang tuanya.
Menurut saya uji syarat tersebut sudah tepat karena tersangka pembunuh
dari keluarga sendiri dan kebanyakan keluarga tidak terima. Dan ujisyarat yang
dilakukan dengan pasal 338 dan 240 KUHP sudah tepat karena tersangka
sudah terang-terang ingin membunuh istrinya tersebut. Ketertinggalan pria
dengan wanita sekarang ini sudah sangat pesat kemajuanya, karena itu
terkadang membuat pria berpikir pendek keinginan tersebut diluar nalar dan
berakhir membunuh istrinya tersebut. kesimpulanya pertanggung jawaban
pidana harus menurut fakta-fakta dan alat bukti yang ada bukan sekedar
langsung memberikan sanksi dan harus menurut Undang-Undang tidak
sekedar menetapkan hukuman saja. Semisal hanya menggunakan UndangUndang seharusnyadengan pas dan dengan melihat keadilan yang ada pada
diri dari pelaku dan korban harus seimbang. Tidak merugikan semuanya.
Setelah adanya fakta-fakta dalam persidangan tersebut diungkapkan, pada
putusan hakim kemudian akan dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari
tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa/penuntut umum dan pleidoi
dari terdakwa dan atau penasehat hukumnya.Pertimbangan hakim dipertegas
pula dalam Pasal 183 KUHAP dan Pasal 184 KUHAP. Pasal 183 berisi tentang
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah sedangkan Pasal 184
berisikantentang alat bukti yang sah dalam persidangan yaitu: keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.

Daftar Rujukan
Barda Nawawi Arief,Barda Nawawi. 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum
Pidana. Jakarta: Kencana Jaya.
Moeljatno. 1985. Azas-azas Hukum Pidana. Bina Aksara. Jakarta.
KITAB Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 338

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63