PERFORMA BIBIT SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA BERBAGAI NILAI EC (ELECTRICAL CONDUCTIVITY) DENGAN METODE HIDROPONIK Imam Ifanto dan Suprihati Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Email : imam.ifanto07gmail.com ABSTRACT - Ins

  ISSN 2460 - 5506

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

  

“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

di Era Global dan Digital”

  Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW

  

PERFORMA BIBIT SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA BERBAGAI NILAI EC

(ELECTRICAL CONDUCTIVITY) DENGAN METODE HIDROPONIK

Imam Ifanto dan Suprihati

  

Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Email : imam.ifanto07@gmail.com

ABSTRACT

  

The planting media that does not contain nutrients and provide nutrients with an inappropriate

EC (Electrical Conductivity) value when nursery in hydroponics causes the growth rate of

pakcoy mustard seedlings to be slow. The purpose of this study is to determine the effect of

various EC values on the growth of mustard seeds and to know the EC value that can produce

the best growth of mustard greens. The study was conducted in Candirejo Village, Ungaran

Barat District, Semarang Regency from July to August 2018. The experimental design used

was a Randomized Block Design with 7 treatments EC (0 mS), (0.4 mS), (0.8 mS), (1.2 mS), (1.6

mS), (2.0 mS), and (2.4 mS) and 4 repetitions. Observation parameters include seedling height,

seedling weight, and leaf area. Observations were analyzed using variance (F5% test). To find

out the differences between treatments the DMRT test with a 5% confidence interval was used.

To determine the closeness and shape of the relationship between treatments used correlation

and regression tests. The results showed various EC values had a very significant effect on

seed height, seedling weight, and leaf area. EC 2.4 mS values give the highest yield on seedling

growth parameters.

  Keywords: Nutrients, EC, Seedlings Growth, Pakcoy Mustard PENDAHULUAN bibitan, benih akan berimbibisi selama 3 hari.

  Sawi pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan Setelah itu benih muncul tunas dan membentuk salah satu komoditas pertanian yang dapat perkecambahan yang berlangsung selama 7 hari. dibudidayakan secara konvensional maupun

  Bibit yang siap pindah tanam adalah bibit yang secara hidroponik. Dalam budidaya tanaman sudah berumur 20 hari setelah semai (Herwibowo secara hidroponik terdapat dua tahapan yaitu dan Budiana, 2016). tahap pembibitan dan tahap produksi. Pembibitan

  Media tanam yang sering digunakan dalam merupakan suatu proses penanaman bibit dari budidaya tanaman secara hidroponik adalah benih hingga siap pindah tanam. Selama pem-

  rockwool . Rockwool merupakan media tanam yang tidak mengandung unsur hara, dan hanya berperan sebagai penopang atau penyangga tanaman. Untuk mendapatkan unsur hara maka tanaman harus diberikan nutrisi dalam bentuk larutan (Sarawa, 2011). Sementara jika media tidak mengandung ketersediaan hara maka tanaman tidak mendapatkan hara untuk proses fisiologis, sehingga dapat menyebabkan pertum- buhan tanaman menjadi terhambat (Junita dkk., 2002).

  Bibit yang tidak segera diberi nutrisi per- tumbuhannya akan menjadi tidak maksimal, sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi (Mas’ud, 2009). Kurang maksimalnya pertum- buhan sawi pada tahap pembibitan juga disebabkan oleh pemberian nutrisi yang ECnya terlalu rendah. Pemberian nutrisi dengan EC yang terlalu rendah pada pembibitan seperti dibawah 1,0 mS dapat menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan pesat (Pratiwi dkk., 2015; Saroh, 2016; Subandi dkk., 2015). Sedangkan jika nilai EC melebihi ambang batas seperti 3,0 mS dapat membuat tanaman menjadi rusak, seperti terbakarnya daun tanaman yang diawali dengan daun menjadi coklat yang perlahan mengering dan hangus (Sutiyoso, 2003).Nilai EC yang dapat diaplikasikan pada tahap pembibitan yaitu berkisar 1,0 – 1,2 mS. Sedangkan pada tahap medium sampai tahap pembesaran nilai EC yang dapat diterapkan adalah 1,5 – 2,0 mS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya pemberian nutrisi dengan memperhatikan umur, nilai EC yang cukup dan berimbang bagi tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti tinggi tanaman (Binaraesa dkk., 2016; Pratiwi dkk., 2015; Suryani, 2015). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian pada tahap pembibitan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai nilai EC terhadap pertumbuhan bibit.

  Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh dari berbagai nilai EC terhadap pertumbuhan bibit sawi pakcoy, (2)

  Untuk mengetahui nilai EC yang dapat menghasilkan pertumbuhan bibit sawi pakcoy yang terbaik. Hipotesis penelitian ini adalah (1) berbagai nilai EC berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sawi pakcoy, (2) Nilai EC 1,6 hingga 2,4 mS dapat menghasilkan pertumbuhan bibit sawi yang terbaik. Manfaat dari penelitian untuk memberikan informasi mengenai performa bibit sawi pakcoy dengan pemberian berbagai EC saat pembibitan.

  METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan bulan Juli hingga Agustus 2018 di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang dengan ketinggian tempat ± 400 m di atas permukaan laut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, benih pakcoy varietas Diana, air,

  rockwool , dan nutrisi hidroponik. Sedangkan

  untuk alat yang digunakan adalah tds dan ec meter, pH meter, gelas ukur, ember, tray semai, penggaris, dan pinset.

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Macam perlakuan yang diujikan meliputi nilai EC P0 (0 mS), P1 (0,4 mS), P2 (0,8 mS), P3 (1,2 mS), P4 (1,6 mS), P5 (2,0 mS), dan P6 (2,4 mS). Tiap perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat 28 satuan percobaan. Parameter yang diamati meliputi tinggi bibit, jumlah daun terbentuk, bobot bibit, dan luas daun. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan metode sudik ragam (Uji F 5 %).

  Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan selang kepercayaan 5%. Untuk mengetahui keeratan dan bentuk hubungan antar perlakuan digunakan uji korelasi dan regresi.

  Cara pembibitan yang diterapkan dalam metode hidroponik ini yaitu

  1. Rockwool dipotong ukuran 2,5 cm 3 atau ukuran dadu, kemudian di letakkan pada baki atau tray semai.

  2. Selanjutnya benih sawi dimasukan pada

  Pengaruh Berbagai Nilai EC terhadap

  media (rockwool) sedalaman kurang lebih Komponen Pertumbuhan (Tinggi Bibit,

  Jumlah Daun Terbentuk, Luas Daun, dan

  0,5–1 cm. Selanjutnya disiram menggunaka

  Bobot Bibit) air biasa (tidakboleh terendam).

  3. Penyiraman selama pembibitan hanya Berdasarkan uji sidik ragam (uji F=5%) menggunkan air biasa sampai bibit berumur berbagai nilai EC berpengaruh sangat nyata 10 hari. Setelah bibit berumur 10 hari setelah terhadap tinggi bibit, jumlah daun terbentuk, semai (hss) barulah diberikan nutrisi dengan bobot bibit, dan luas daun. hal ini sejalan dengan nilai EC yang berbeda-beda sampai bibit penelitian yang dilakukan sebelumnya dimana berumur 20 hss pemberian nutrisi dengan memperhatikan umur,

  4. Penyiraman menggunakan nutrisi diberikan nilai EC yang cukup dan berimbang bagi tanaman setiap sore hari dengan takaran 300 ml dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti tinggi tanaman (Binaraesa dkk., 2016; Pratiwi dkk.,

  Berikut gambaran tempat pembibitan 2015; Suryani, 2015).

  Tinggi Bibit

  Perlakuan P6 (EC ; 2,4 mS ) menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (EC; 1,2), P4 (EC; 1,6), dan P5 (EC; 2,0) dengan hasil tanaman yaitu 8,89 cm, 9,01 cm, dan 9,14 cm. Pada P6 dengan nilai EC 2,4 mS dapat menghasilkan tinggi bibit lebih baik dengan hasil tinggi bibit sebesar 9,30 cm. Sedangkan

  Gambar 1 Desain Pembibitan Sawi secara Hidroponik

  untuk perlakuan P0 nyata memberikan hasil terendah pada tinggi bibit dengan tinggi sebesar

  HASIL DAN PEMBAHASAN

  2,49 cm. Hal tersebut terjadi karena didukung Bibit dengan pertumbuhan dan perkem- dengan hara yang sesuai dengan kebutuhan dan bangan yang optimal akan memiliki panen hasil pH yang juga mendukung. Selain itu pada yang maksimal secara kuantitas dan kualitas. perlakuan P6 dengan EC 2,4 mS menandakan

  Untuk itu upaya untuk mengoptimalkan hasil bahwa banyak terkandung unsur hara yang lebih sawi maka salah satunya dengan memberikan tinggi dibanding dengan perlakuan yang lain nutrisi dengan konsentrasi yang tepat. Nilai EC (Subandi dkk., 2015).

  Jumlah Daun Terbentuk Tabel 1 EC dan pH Nutrisi

  Perlakuan P6 (EC ; 2,4 mS) menunjukan

  Perlakuan EC (mS) pH

  hasil yang nyata dengan hasil tertinggi (Tabel

  P0 7,3

  3). Sedangkan pada perlakuan P0 menunjukan

  P1 0,4 6,9

  hasil yang terendah dengan jumlah daun

  P2 0,8 6,8

  terbentuk sebanyak 2,4 helai. Kemudian pada

  P3 1,2 6,7

  perlakuan P1, P2, dan P3 menunjukan hasil yang

  P4 1,6 6,6

  tidak berbeda nyata yaitu dengan hasil jumlah

  P5 2,0 6,5 daun terbentuk 4 helai, 4 helai, dan 4,1 helai. P6 2,4 6,4

  

Bobot Bibit pengaplikasian EC diberikan nilai EC 0,4 mS dan

  0,8 mS yang menghasilkan bobot sebesar 0,82 g Perlakuan P6 memberikan hasil yang nyata dan 1,1 g. dengan hasil bobot tertinggi (tabel 3). Namun pada perlakuan P6 menunjukan hasil tidak

  Luas Daun

  berbeda nyata dengan perlakuan P5 yaitu dengan Pada tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan hasil bobot 2,88 g dan 2,38 g. Untuk hasil

  P6 nyata memberikan hasil tertinggi terhadap terendah terjadi pada perlakuan P0 dengan hasil luas daun. Sedangkan perlakuan P0 menunjukan

  0,09 g. Hal tersebut disebabkan karena nilai EC hasil yang terendah dengan luas daun sebesar yang rendah menggambarkan kandungan hara 2

  3,24 cm . Hal ini diduga disebabkan adanya yang rendah pula, hal inilah yang menyebabkan pengaruh hara N yang lebih tinggi pada EC 2,4 pertumbuhan tidak optimal (Prameswari dkk., mS atau pada perlakuan P6 yang menyebabkan

  2014). Selain itu tingginya hasil bobot bibit pada pertumbuhan luas daun menjadi cepat. Hal ini perlakuan P6 diduga oleh adanya serapan hara didukung dengan Novizan (2002) yang menyata- N yang tinggi. Serapan hara N yang tinggi dan kan nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dengan cukup mampu membuat pertumbuhan dan jumlah yang relatif besar pada tahap per- perkembangan tanaman menjadi optimal. Hal tumbuhan khususnya saat fase vegetatif. ini sejalan dengan Bhaskoro dkk. (2015) yang

  Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh

  menyatakan bahwa N pada tanaman selain

  Berbagai Nilai EC terhadap Komponen

  berperan dalam pertumbuhan juga berperan

  Peubah Satuan F Hitung

  penting terhadap proses fotosintesis, pembentuk-

  Tinggi Bibit cm 319,23**

  an protein, lemak, dan berbagai persenyawaan

  Jumlah Daun helai 76,15**

  organik lainnya berjalan dengan optimal, sehing- ga dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan Terbentuk 2 tanaman terutama bobot bibit. Oleh sebab itu

  Luas Daun cm 41,48**

  bobot bibit tanaman sawi pada perlakuan P6

  Bobot Bibit g 38,12**

  menghasikan bobot tertinggi dibanding dangan

  Keterangan **= berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%

  perlakuan yang lainnya. Hasil yang rendah juga

  • = berpengaruh nyata uji F 5% tn= tidak berpengaruh nyata

  sejalan pada perlakuan P1 dan P2 yang pada

  

Tabel 3 Pengaruh Berbagai Nilai EC terhadap Tinggi Bibit (cm), Jumlah Daun Terbentuk (helai),

Bobot bibit (g), dan Luas Daun (helai) Sawi Pakcoy

2 Perlakuan Tinggi Bibit (cm) Jumlah Daun Luas Daun (cm ) Bobot Bibit (g)

  (mS) Terbentuk (helai) 0,4 6,60 d 4 cd 24,68 e 0,82 ef 0,8 8,44 c 4 cd 32,73 cd 1,1 de 1,2 8,89 ab 4,1 cd 40,7 cd 1,58 cd 1,6 9,01 ab 4,2 bc 42,93 c 1,72 c 2,0 9,14 ab 4,5 b 56,93 b 2,38 ab 2,4 9,30 a 4,9 a 68,11 a 2,88 a

  

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada

uji DMRT 5%

  Hubungan antar EC dengan Komponen

  Dimana pada gambar 3 menggambarkan bahwa

  Pertumbuhan (Tinggi Bibit, Jumlah Daun

  semakin tinggi nilai EC akan diikuti luas daun

  Terbentuk, Luas Daun, dan Bobot Bibit) yang juga bersifat linear.

  Hubungan antara EC dengan tinggi bibit dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukan hasil bersifat kuadratik yang dinyatakan dalam 2 2 persamaan y= -2,155x + 7,500x + 3,173 (R =

  0,935, n= 28, y= Tinggi bibit (cm), x= EC (1,74 mS)). Dimana semakin tinggi nilai EC akan diikuti dengan bertambahnya tinggi bibit.

   Gambar 3 Hubungan EC dengan Luas KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

  1. Berbagai nilai EC berpengaruh sangat nyata

  Gambar 2 Hubungan EC dengan Tinggi Bibit

  terhadap tinggi bibit, jumlah daun terbentuk, Hasil yang sama juga terlihat pada jumlah bobot bibit, dan luas daun. daun terbentuk hubungan yang bersifat kuadratik

  2. Nilai EC yang dapat menghasilkan pertum- yang dinyatakan dengan dalam persamaan y= - 2 2 buhan bibit terbaik adalah EC dengan nilai 0,347 x + 1,613x + 2,802 (R = 0,790, n= 28, y= 1,74 mS hingga 2,4 mS. Jumlah daun terbentuk (helai), x= EC (2,32 mS)). Terbentuk hubungan yang bersifat linear pada

  DAFTAR PUSTAKA

  parameter bobot bibit yang dinyatakan dalam 2 Binaraesa, N. N. P. C., M. S. Sutan, dan A. M. persamaan y= 1,082 x + 0,21 (R = 0,980, n=28,

  Ahmad. 2016. Nilai EC (Electro y= Bobot bibit (g), x = EC (mS)). Kemudian

  Conductivity ) berdasarkan umur tanam-

  Regresi antara EC dengan luas daun an selada daun hijau (Lactuca sativa L.) menunjukan hasil sama yaitu bersifat linear yang dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient dinyatakan dalam persamaan y= 24,04x + 9,614 2 Film Technique ). Jurnal Keteknikan

  

Tabel 4 Rekapitulasi Regresi EC dengan Parameter Pertumbuahan Bibit

2 Parameter Persamaan Regresi R EC Maks (mS) 2 Tinggi Bibit y= -2,155x + 7,500x + 3,173 0,935 1,74 2 Jumlah Daun Terbentuk y= -0,347 x + 1,613x + 2,802 0,790 2,32

  • Bobot Bibit y= 1,082x + 0,21 0,980
  • Luas Daun y= 24,04x + 9,614 0,956

  Pertanian Tropis dan Biosistem . 4 (1) : 65-74.

  Conductivity ) terhadap pertumbuhan

  Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik . Penebar Swadaya. Jakarta.

  Tanaman Tanpa Tanah . Arcitra.Yogya- karta.

  Suryani, R. 2015. Hidroponik Budidaya

  Pengaruh berbagai nilai EC terhadap pertumbuhan dan hasil bayam pada hidroponik sistem rakit apung. 9 (2) : ISSN 1979-8911.

  Subandi, M., N. P. Salam, dan B. Frasetya.2015.

  Agrohita . 1 (1) : 29-37.

  Pengaruh jenis media tanam dan larutan AB Mix dengan konsentrasi berbeda pada pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.) dengan hidroponik sistem sumbu. Jurnal

  Sarawa. 2011.Perkecambahan dan pertumbuh- an tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang diberi pupuk cair nutriflora dengan sistem hidroponik. Jurnal Agroteknos. 1 (2): 82-88. Saroh, M., Syawaluddin, dan I. S. Harahap.2016.

  Agro . 11(1). 50-55.

  tanaman sawi (Brassica juncea L.) pada sistem instalasi aeroponik vertikal. Jurnal

  Pengaruh tingkat EC (Electrical

  Bhaskoro, A, W., K. Novalia, dan Syekhfani.

  Pratiwi., P, R., M. Subandi, dan E. Mustari. 2015.

  Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

  zapota ( L.) van Royen) pada musim penghujan. J Vegetalika 3(4) : 107-118.

  Waluyo. 2014. Pengaruh macam media dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manikara

  Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media. Jakarta. Pramaeswari, Z. Kumala, S. Trisnowati, dan S.

  Mas‘ud, H. 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Jurnal Media Litbang Sulteng . 2 (2) : 131-136.

  Pengaruh frekuensi penyiraman dan takaran pupuk kandang terhadap pertum- buhan dan hasil pakchoi. Jurnal Ilmu Pertanian . 9 (1): 37-45.

  Junita, Fitra, S. Muhartini, dan D. Kastono. 2002.

  Hidroponik Sayuran Untuk Hobi dan Bisnis . Penebar Swadaya. Jakarta.

  Herwibowo, K dan N. S. Budiana. 2016.

  2015. Efisiensi pemupukan nitrogen tanaman sawi pada inceptisol melalui aplikasi zeolit alam. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan . 2 (2). 219-226.

  

ooOoo

Dokumen yang terkait

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN RAJUNGAN (KASUS DI SENTRA PENGOLAHAN RAJUNGAN DESA BETAHWALANG KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

1 11 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Daya Saing Kompetitif Agrowisata Kopi Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang Menggunakan Pendekatan Diamond Cluster Model

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon Bibit Kelapa Sawit Terhadap Penambahan Penyinaran Dengan Berbagai Warna Lampu Serta Konsentrasi Larutan Kompos Kotoran Kambing Dalam Sistem Hidroponik

0 0 7

RESPON BIBIT KELAPA SAWIT TERHADAP PENAMBAHAN PENYINARAN DENGAN BERBAGAI WARNA LAMPU SERTA KONSENTRASI LARUTAN KOMPOS KOTORAN KAMBING DALAM SISTEM HIDROPONIK

0 2 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Fisik-Biofisik, Sosial-Budaya dan Estetika Lanskap Untuk Pengembangan Agrowisata Desa Tlahab

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Fisik-Biofisik, Sosial-Budaya dan Estetika Lanskap Untuk Pengembangan Agrowisata Desa Tlahab

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Karakter Tujuh Varietas Cabai Merah Keriting Pada Fase Pembibitan dan Potensi Hasil Produksi Buah Cabai

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Aplikasi Asam Humat Terhadap Peningkatan Produktivitas Hasil Jagung Pada Tanah Inceptisol

0 0 7

PENGARUH APLIKASI ASAM HUMAT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HASIL JAGUNG PADA TANAH INCEPTISOL Tia Rostaman 1) , Antonius Kasno 2)

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Performa Bibit Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.) Pada Berbagai Nilai EC (Electrical Conductivity) Dengan Metode Hidroponik

0 1 7