Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penilaian Status Kesuburan Tanah Dan Pengelolaannya, di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
ISSN 2460 - 5506
PROSIDING
KONSER KARYA ILMIAH
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018
“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
di Era Global dan Digital”
Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW
PENILAIAN STATUS KESUBURAN TANAH DAN PENGELOLAANNYA,
DI KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH
1) 2) 1 Icha Agustian dan Bistok Hasiholan SimanjuntakFakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
2email: [email protected]
Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
email: [email protected]
ABSTRACT
Karanggede Sub-district, Boyolali District is an agricultural area because the largest landuse is allocated for agriculture. As an agricultural area, soil fertility is one of the determining
indicators of stability and production increasement. Agricultural businesses also depend on soil
fertility. Karanggede District has not yet information about soil fertility, so this research was
conducted to determine the soil fertility status and its distribution map, and also to determine the
limiting factors and the following management actions. The research stages were desk study,
survey, soil analysis, determination of soil fertility status and its distribution map, and also
descriptive analysis. The survey level is an in-depth survey. The soil fertility parameters analyzed
were cation exchange capacity, base saturation, total phosphorus, total potassium and C-organic.
Determination of soil fertility status was conducted according to the Soil Research Center (1995)
with Soil Fertility Index method. The distribution map was made with ArcView version 3.2 application.
The results showed that the soil fertility status at Karanggede Sub-district is classified as low,
with limiting factors are total phosphorus, total potassium, base saturation and C-organic soil.
PENDAHULUAN
sebagai penyangga sumber pangan untuk Kecamatan Karanggede merupakan salah wilayah kecamatan bahkan untuk Kabupaten satu kecamatan di Kabupaten Boyolali seluas
Boyolali, oleh karena itu, sebagai wilayah 4741,5 ha dengan penggunaan lahan pertanian pertanian, perlu dijaga kestabilan bahkan sebesar 3.685,1 ha (74%) dan sisanya digunakan peningkatan hasil pertanian. untuk pemukiman dan lainnya. Penggunaan
Kesuburan tanah sebagai salah satu lahan pertanian di Kecamatan Karanggede penentu kestabilan dan peningkatan produksi berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi, tegalan, pertanian. Tanah dapat dikatakan subur jika kebun dan hutan (Pemerintah Desa di tanaman yang ditanam di atasnya dapat tumbuh
Kecamatan Karanggede, 2017). Kondisi ini dan berkembang dengan baik dan produksinya menunjukkan bahwa Kecamatan Karanggede tinggi sepanjang tahun (Swastika, 2014). Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar tanaman. Keberagaman komposisi kimia tanah mampu menopang kehidupan komoditas pertanian dengan adanya ketersediaan hara dalam tanah sehingga ada tanah yang disebut tanah subur dan sebaliknya (Utomo dkk, 2016). Usaha pertanian bergantung pada kesuburan tanah. Tanah dengan tingkat kesuburan rendah akan meningkatkan input yang lebih tinggi sehingga biaya usaha taninya akan lebih mahal oleh karena itu, karakteristik dan kualitas tanah merupakan faktor penting dalam pengembangan pertanian (Lie dkk, 2013).
Penilaian status kesuburan tanah penting untuk menilai dan memantau kesuburan tanah dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi kendala bagi tanaman (PPT, 1995). Penetapan status kesuburan tanah ditujukan untuk menilai karakteristik tanah dan menentukan kendala utama kesuburan tanah. Kendala utama kesuburan tanah dapat diminimalkan dengan adanya alternatif pengelolaan kesuburan tanah dalam upaya peningkatan produktivitas tanah (Siswanto, 2006).
Kecamatan Karanggede belum terdapat informasi tentang penilaian status kesuburan tanah, oleh karena itu dalam rangka meningkat- kan produktivitas komoditas pertanian maka dilakukan penelitian tentang Penilaian Status Kesuburan Tanah dan Pengelolaannya di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan status kesuburan tanah dan peta sebarannya serta menentukan faktor pembatas kesuburan tanah dan tindakan pengelolaannya.
METODE PENELITIAN Ruang Lingkup/Objek
Ruang lingkup penelitian adalah kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Karanggede yang terletak antara 7º 19’ 16" - 7º 24’ 55" LS dan 110º 37’ 22" - 110º 41’23" BT.
Kecamatan Karanggede terdiri dari 16 desa yaitu Desa Manyaran, Sempulur, Mojosari, Grogolan, Klumpit, Pinggir, Tegalsari, Bantengan, Sranten, Kebonan, Sendang, Pengkol, Karangkepoh, Dologan Bangkok dan Klari.
Bahan dan Alat Utama
Bahan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah, peta administrasi Kecamatan Karanggede, peta jenis tanah, peta kelerengan, peta curah hujan dan peta penggunaan lahan. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu seperangkat alat pengambilan sampel tanah, GPS, seperangkat alat analisis tanah (KTK, KB, P 2 O 5 total, K 2 O total, C-organik, pH dan tekstur). Alat pemetaan menggunakan software ArcView versi 3.2.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer diambil dari hasil analisis laboratorium dan pengumpulan data sekunder diambil dari Pemerintah Desa di Kecamatan Karanggede (2017).
Penentuan Status Kesuburan Tanah dan Peta Sebarannya
Penentuan status kesuburan tanah ber- pedoman pada Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1995) metode Indeks Kesuburan Tanah melalui berbagai kombinasi sifat tanah (KTK, KB, P 2 O 5 total, K 2 O total dan C-organik) yang tertera dalam Tabel 1.
Analisis Deskriptif
Analisis ini atas dasar kajian pustaka yang bertujuan untuk menentukan faktor pembatas kesuburan tanah dan tindakan pengelolaan untuk mengurangi faktor pembatas kesuburan tanah. Penentuan faktor pembatas yaitu mempresen- tasekan jumlah status rendah (R) dan sangat rendah (SR) terhadap keseluruhan sampel pada masing-masing parameter. Nilai tersebut diten- tukan tingkatan faktor pembatas dengan melihat Tabel 3.
- Kelas kesuburan tanah tiap sampel diinput ke peta titik sampel dan di skoring
- Interpolasi kelas kesuburan tanah dengan metode IDW
- Reclassify dalam 3 (tiga) kelas
- Overlay
peta kelas kesuburan tanah dan peta administrasi Kecamatan Karanggde Penentuan Status Kesuburan Tanah dan
) No KTK KB
P
2
O 5 , K 2 O, C-organik Status KesuburanTabel 1 Kriteria Beberapa Karakteristik Kimia Tanah Sumber : Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah, PPT (1995
2 O (HCl, 25%) mg/100g >60 Sangat Tinggi (ST) 41-60 Tinggi ( T ) 21-40 Sedang ( S ) 10-20 Rendah ( R ) <10 Sangat Rendah (SR)
4 P 2 O 5 (HCl, 25%) mg/100g >60 Sangat Tinggi (ST) 41-60 Tinggi ( T ) 21-40 Sedang ( S ) 10-20 Rendah ( R ) <10 Sangat Rendah (SR)
3 C-organik (%) >5,00 Sangat Tinggi (ST) 3,01-5,00 Tinggi ( T ) 2,01-3,00 Sedang ( S ) 1,00-2,00 Rendah ( R ) <1,00 Sangat Rendah ( SR )
2 Kejenuhan Basa (%) >70 Sangat Tinggi (ST) 51-70 Tinggi ( T ) 36-50 Sedang ( S ) 20-35 Rendah ( R ) <20 Sangat Rendah ( SR )
1 KTK (me/100g) >40 Sangat Tinggi (ST) 25-40 Tinggi ( T ) 17-24 Sedang ( S ) 5-16 Rendah ( R ) <5 Sangat Rendah ( SR )
Gambar 1 Tahap-tahap Penelitian
No Sifat Kimia Nilai Klas Harkat TanahPeta Sebarannya Atas dasar kajian pustaka
(rendah = 1, sedang = 2 dan tinggi = 3)
Analisis Deskriptif Desk Study
2. Pembuatan peta dengan ArcView v. 3.2 yaitu:
1. Penentuan status kesuburan tanah dengan Metode Indeks Kesuburan Tanah (PPT, 1995)
1. Penentuan faktor pembatas setiap status kesuburan tanah 2. Rekomendasi pengelolaan kesuburan tanah berdasar faktor pembatas status kesuburan tanah Parameter: 1. KTK metode ekstraksi NH 4 OAc 1 M, pH 7 2. Kejenuhan Basa metode ekstraksi NH 4 OAc 1 M, pH 7 3. C-organik metode Walkley and Black 4. P 2 O 5 total metode ekstraksi HCl 25 % 5. K 6. pH (H 2 O total metode ekstraksi HCl 25 % 2 O) 7. Tekstur tanah metode Bouyoucos
Analsisis Tanah di Laboratorium Analisis laboratorium
2. Pengumpulan data-data sekunder yaitu peta administrasi Kecamatan Karanggede, peta jenis tanah, peta kelerengan,
peta curah hujan, peta penggunaan lahan
Aktivitas survey: 1. Pengambilan sampel tanah 2. Pengamatan lapangan1. Mengetahui karakteristik wilayah Kecamatan Karanggede
2. Mewakili administrasi desa, jenis tanah, kelerengan, curah hujan dan penggunaan lahan
1. Tinjau mendalam, skala 1 : 50.000
Survey
5 K
1 T T =2 T tanpa R Tinggi
19 S S =2 S tanpa R Sedang
1. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah di Kecamatan Karanggede memiliki status rendah sampai tinggi dengan nilai antara 11.895 me/100g sampai 75.414 me/100g yang didominasi oleh status KTK tinggi dengan persentase 74.2 % (Tabel 4). Tingginya status
Sumber : Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah, PPT (1995)
HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Penilaian Status Kesuburan Tanah
30 SR T, S, R Semua kombinasi Sangat Rendah
Tabel 2 Kriteria Penilaian Status Kesuburan Tanah
29 R R Semua kombinasi Rendah
28 R S kombinasi lain Rendah
27 R S =2T tanpa R Sedang
26 R T Kombinasi lain Rendah
25 R T =2 S tanpa R Sedang
24 R T =2 T dengan R Rendah
23 R T =2 T tanpa R Sedang
22 S R Kombinasi Lain Rendah
3 T Sedang
21 S R
20 S S Kombinasi Lain Rendah
18 S S =2 T tanpa R Sedang
2 T T =2 T dengan R Sedang
9 T S =2 T dengan R Sedang
3 T T =2 S tanpa R Tinggi
4 T T =2 S dengan R Sedang
5 T T T > S >R Sedang
6 T T =2 R dengan T Sedang
7 T T =2 R dengan S Rendah
8 T S =2 T tanpa R Tinggi
10 T S =2 S Sedang
17 S T Kombinasi lain Rendah
11 T S Kombinasi lain Rendah
12 T R =2 T tanpa R Sedang
13 T R =2 T dengan R Rendah
14 T R Kombinasi lain Rendah
15 S T =2 T tanpa R Sedang
16 S T =2 S tanpa R Sedang
KTK tanah di Kecamatan Karanggede diikuti dengan kandungan liat yang tinggi pula yang tercermin dari hasil tekstur tanah yaitu bertekstur liat, liat berdebu dan lempung liat berdebu. Jenis tanah di Kecamatan Karang- gede adalah Alfisol (88 %) dan Vertisol (12 %). Tanah Alfisol memiliki horizon argilik yang memiliki kandungan liat tinggi. pH tanah juga mendukung ketersediaan kation tanah (Tufaila dan Syamsu, 2014),
No. Desa KTK (me/100g) KB (%) P 2 O 5 (mg/100g) K (mg/100g) 2 O C-org (%) S ta tu Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai s 1 Kebonan 53,32 51,49 7,608 15,594 3,316 S 2 Kebonan 47,21 44,4 19,610 19,153 3,394 R 3 Kebonan 64,00 50,94 11,410 28,947 3,516 S 4 Kebonan 33,95 54,28 6,537 22,061 2,589 S
5 Kebonan 24,09 46,83 3,968 29,752 1,902 R 6 Kebonan 11,90 43,87 6,928 50,375 3,212 R 7 Kebonan 26,02 45,21 7,638 18,056 1,815 R 8 Kebonan 34,52 52,05 7,174 18,392 2,472 R 9 Sendang 36,91 35 5,232 13,278 2,839 R 10 Sendang 25,73 28,51 1,663 22,452 3,217 R 11 Sendang 23,84 31,97 7,172 40,933 3,430 R
12 Sendang 21,67 30,73 4,627 27,585 2,551 R 13 Sendang 32,27 38,34 2,838 18,454 2,710 R 14 Sendang 32,35 38,08 5,507 13,340 3,251 R 15 Sendang 26,29 40,16 9,243 11,254 2,663 R 16 Sendang 42,72 32,72 16,906 34,769 2,071 R 17 Klari 21,26 29 2,852 30,291 5,197 R 18 Klari 34,42 46,83 30,805 16,064 2,239 S
19 Klari 13,54 43,07 6,697 38,371 3,766 R 20 Klari 46,04 31,97 5,102 42,984 3,557 R 21 Klari 35,72 35,25 2,542 21,841 3,129 R 22 Klari 57,74 59,98 7,205 73,678 2,634 S 23 Klari 23,27 59,98 5,663 17,673 2,262 R 24 Klari 37,66 58,26 13,337 42,578 0,211 S 25 Sranten 35,32 31,47 4,934 29,947 3,469 R
26 Sranten 36,49 42,27 14,497 22,330 2,775 S 27 Sranten 33,12 36,53 5,170 22,206 2,908 S 28 Sranten 31,29 40,16 8,848 24,620 4,669 R 29 Sranten 36,31 36,02 6,554 15,512 3,274 R 30 Sranten 34,82 44,94 4,956 23,752 2,564 S 31 Sranten 34,74 36,53 7,322 29,099 3,035 R 32 Sranten 35,69 32,72 4,482 23,531 4,012 R
33 Tegalsari 31,44 27,29 5,786 50,483 4,651 R 34 Tegalsari 27,77 37,8 6,854 29,121 2,967 S 35 Tegalsari 32,46 30,73 9,284 13,371 6,026 R 36 Tegalsari 42,42 22,5 4,540 51,388 2,476 S 37 Tegalsari 17,78 52,32 5,380 43,355 2,060 R 38 Tegalsari 28,77 34,24 4,238 20,310 4,731 R 39 Tegalsari 33,78 28,75 2,324 48,786 2,407 R
40 Tegalsari 27,53 37,05 5,394 14,430 2,543 R 41 Bantengan 30,45 38,6 5,338 21,932 3,796 R 42 Bantengan 16,15 29,49 5,981 21,740 2,424 R 43 Bantengan 24,24 33,99 4,458 37,645 4,370 R 44 Bantengan 21,38 35 4,801 89,430 2,339 R 45 Bantengan 21,97 52,05 2,467 93,273 4,767 R 46 Bantengan 14,93 44,67 13,231 29,077 2,446 R
47 Bantengan 26,44 44,67 1,214 44,943 3,569 S 48 Bantengan 17,95 40,95 3,393 13,917 3,256 R 49 Pinggir 18,92 46,02 4,955 43,558 1,476 R 50 Pinggir 26,99 42,27 2,767 10,388 2,444 R 51 Pinggir 29,41 31,97 10,206 3,425 3,561 R 52 Pinggir 22,47 32,98 4,053 36,287 2,658 R 53 Pinggir 26,36 41,74 3,875 42,845 1,706 R
54 Pinggir 22,96 37,56 8,311 15,497 2,222 R 55 Pinggir 27,49 32,98 4,115 12,899 2,254 R 56 Pinggir 31,17 26,32 3,497 35,483 1,471 R 57 Klumpit 25,88 28,26 6,062 3,185 4,360 R 58 Klumpit 19,14 25,84 4,500 15,382 2,940 R 59 Klumpit 29,75 30,48 3,332 45,340 3,721 R 60 Klumpit 59,94 40,69 8,909 23,168 3,038 R
61 Klumpit 29,08 38,6 3,913 36,924 2,002 R 62 Klumpit 24,07 37,31 3,140 13,801 0,989 R 63 Klumpit 26,96 32,22 3,114 19,184 1,158 R 64 Klumpit 36,56 35,25 11,353 10,882 2,531 R 65 Manyaran 28,58 27,78 4,683 20,199 2,109 R 66 Manyaran 26,72 26,08 2,971 34,787 1,260 R 67 Manyaran 18,12 30,48 1,919 105,726 5,468 R
- – 6 %. Hal ini didukung penelitian bahwa nilai KTK tanah dipengaruhi oleh kandungan liat, kandungan bahan organik dan pH tanah (Belachew dan Abera, 2010). Tanah dengan nilai KTK tinggi cenderung lebih subur karena memiliki cadangan hara tinggi (Susanto, 2005 dan Puja dkk, 2013). 75 Sempulur 26,23 48,19 3,962 20,104 1,742 R 76 Sempulur 24,06 50,94 5,607 28,587 2,336 R 77 Sempulur 24,51 44,4 2,605 28,230 1,030 R 78 Sempulur 32,11 50,38 5,478 48,153 3,752 S 79 Sempulur 25,34 34,75 18,545 13,916 5,403 R 80 Sempulur 36,96 27,29 14,700 10,188 2,314 R 81 Mojosari 38,66 36,79 10,322 19,641 2,884 R 82 Mojosari 23,94 36,79 4,688 17,416 3,200 R 83 Mojosari 17,96 43,6 7,148 14,661 1,270 R 84 Mojosari 29,53 58,26 6,012 30,652 3,830 S 85 Mojosari 31,99 51,77 11,178 12,156 3,745 S 86 Mojosari 37,13 31,72 17,186 54,032 2,384 R 87 Mojosari 30,40 52,32 10,659 10,439 2,768 R 88 Mojosari 29,51 48,19 3,605 34,595 3,534 R 89 Grogolan 24,11 66,42 6,547 38,901 3,209 R 90 Grogolan 34,88 54,85 7,714 13,703 4,742 S 91 Grogolan 48,57 50,66 7,732 124,395 3,419 S 92 Grogolan 38,93 46,29 9,921 12,895 4,269 R 93 Grogolan 24,67 42,8 5,922 27,386 3,432 R 94 Grogolan 29,54 41,21 6,012 44,529 4,022 S 95 Grogolan 23,05 39,38 4,864 4,943 2,399 R 96 Grogolan 36,17 68,2 24,189 15,834 3,705 S 97 Pengkol 18,76 59,4 5,420 21,251 3,441 R 98 Pengkol 26,04 54,85 6,956 22,668 5,085 S Sumber : Analisis data primer (2017) 99 Pengkol 35,08 54,28 9,608 17,389 3,740 S 100 Pengkol 40,74 53,44 7,973 33,756 2,270 S 101 Pengkol 24,24 44,13 20,318 25,055 2,448 R 102 Pengkol 75,41 52,88 17,667 59,946 1,477 S 103 Pengkol 30,97 37,56 9,596 14,058 2,128 R 104 Pengkol 17,65 44,13 46,143 15,951 2,192 R 105 Krkepoh 25,29 41,74 21,443 39,933 3,153 S 106 Krkepoh 52,71 44,13 22,688 4,705 4,014 R 107 Krkepoh 37,80 50,94 32,379 2,856 2,852 S 108 Krkepoh 14,93 50,38 2,668 54,913 3,953 R 109 Krkepoh 20,67 41,21 7,275 26,914 3,432 R 110 Krkepoh 29,37 47,64 3,249 10,456 1,792 R 111 Krkepoh 38,49 33,23 17,704 3,100 3,395 R 112 Krkepoh 24,60 37,56 3,693 15,151 3,756 R 113 Dologan 26,34 31,47 2,662 38,821 3,780 R 114 Dologan 38,90 41,74 11,309 56,051 1,994 R 115 Dologan 41,54 54 7,458 35,471 2,370 S 116 Dologan 29,80 44,94 16,169 36,535 2,804 S 117 Dologan 50,36 59,98 12,135 129,764 1,844 S 118 Dologan 39,28 64,94 12,567 94,874 1,682 S 119 Dologan 45,14 70,91 13,364 118,777 2,126 S 120 Dologan 18,17 48,73 6,172 17,834 1,751 R 121 Bangkok 37,69 59,4 22,460 58,650 2,308 T 122 Bangkok 39,30 67,61 20,492 114,816 2,803 S 123 Bangkok 27,85 37,82 6,185 40,526 2,652 S 124 Bangkok 28,37 32,72 14,896 25,832 2,880 R 125 Bangkok 47,44 56,26 17,146 97,690 1,741 S 126 Bangkok 52,30 53,16 6,017 76,297 1,651 S 127 Bangkok 40,15 43,33 4,401 35,250 2,299 S 128 Bangkok 41,43 43,6 8,140 48,812 2,194 R Keterangan : R = Status Kesuburan Tanah Rendah; S = Status Kesuburan
- – 78.58% (Tabel 4). Status KB tanah tersebut dipengaruhi oleh kondisi pH tanah. Nilai pH tanah di Kecamatan Karanggede yaitu 5.2 – 7.2, berdasarkan golongan pH dari Siswanto (2006), pH tanah di Kecamatan Karanggede tergolong masam (pH 4.5 – 5.5), agak masam (pH 5.6 – 6.5) sampai netral (pH 6.6 – 7.5). Status KB yang tinggi, yang dapat diakibatkan oleh keadaan lereng 0 – 8 % yang mendominasi wilayah di Kecamatan Karanggede sehingga kecil kemungkinannya terjadi erosi dan keadaan ini memberikan pengaruh sangat kecil terhadap hilangnya kation-kation basa, hal ini sesuai dengan penelitian Pinatih dkk (2015). Pada status KB yang rendah, dapat diakibatkan oleh pencucian tanah. Pada proses pencucian tanah, kation-kation basa ikut terlarut dalam air sehingga tidak lagi berada pada area perakaran. Pada penelitian Rahayu dkk (2015) bahwa kation-kation
68 Manyaran 56,93 41,74 3,214 25,481 3,319 R 69 Manyaran 26,46 39,38 4,760 25,155 3,458 R 70 Manyaran 31,54 78,58 2,785 41,061 0,839 S 71 Manyaran 36,75 58,26 10,142 54,580 2,963 S 72 Manyaran 22,23 54,85 3,173 25,155 2,222 R 73 Sempulur 28,06 55,69 6,909 28,410 3,577 S 74 Sempulur 29,00 55,69 6,429 21,699 2,954 S
75 Sempulur 26,23 48,19 3,962 20,104 1,742 R
Tabel 4 Penilaian Status Kesuburan Tanah di Kecamatan Karanggede
pH tanah di Kecamatan Karanggede bernilai pH 5.2 – 7.2. Tingginya nilai KTK tanah dipengaruhi pula oleh ketersediaan bahan organik yang dicerminkan oleh kandungan C- organik tanah. Nilai C-organik berkisar 0.2
2. Kejenuhan Basa (KB) Nilai Kejenuhan Basa (KB) tanah di
Kecamatan Karanggede memiliki status rendah sampai tinggi dengan nilai antara 22.5
basa dapat ikut tercuci bersama dengan air yang menyebabkan nilai KB rendah.
3. P 2 O 5 total Nilai P 2 O 5 total pada tanah di Kecamatan
Karanggede memiliki status R sampai tinggi dengan nilai antara 2,856 mg P 2 O 5 /100 g sampai 129,764 mg P 2 O 5 /100 g yang didominasi oleh status R dengan presentase 94.53 % (Tabel 4). Rnya status P 2 O 5 ini dapat disebabkan karena tanah yang miskin mineral yang mengandung fosfor, kandungan bahan organik yang sedikit atau terangkutnya hasil panen dan tidak dilakukan penggantian hasil panen ke tanah tersebut. Soewandita (2009), Zulkaranain (2013) dan Sulakhudin dkk (2015) menyatakan bahwa kandungan P 2 O 5 tanah yang rendah menandakan Rnya kandungan bahan organik dan miskin mineral yang mengandung P, sehingga menyebabkan kandungan P-total tanah yang rendah, selain itu kadar fosfor yang sangat rendah dalam lautan tanah pada suatu saat berarti bahwa pencucian memindahkan sedikit fosfor dari dalam tanah.
4. K 2 O total Nilai K 2 O total pada tanah di Kecamatan
Karanggede memiliki status rendah sampai tinggi dengan nilai antara 2,856 mg K 2 O/ 100 g sampai 129,764 mg K 2 O/100 g (Tabel 4). Soewandita (2009) menyatakan bahwa variasi kandungan K 2 O tanah ini ditentukan oleh kondisi pembentukan tanahnya. Status
K- 2 O yang tinggi pada tanah dapat disebabkan karena tingginya KTK pada tanah. Kapasitas tukar kation yang semakin besar dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan K, dengan demikian larutan tanah lambat melepas K dan menurunkan potensi pencucian, sehingga terjadinya penumpukan K. Kalium yang tersedia menumpuk dalam tanah berkelembaban R tanpa ada pencucian sehingga di dalam tanah K tergolong tinggi. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Widyantari dkk (2015) dan Husni dkk (2016) bahwa tingginya KTK tanah mempengaruhi nilai K tanah. Status K O yang tergolong rendah pada tanah dapat disebabkan karena hara K dalam larutan tanah peka terhadap pencucian. Menurut Soewandita (2009) dan Soekamto (2015) menyatakan bahwa hara K peka terhadap pencucian.
5. C-organik Nilai C-organik pada tanah di Kecamatan Karanggede memiliki status R sampai tinggi dengan nilai antara 0,2 % sampai 6 % (Tabel 4). Sumber bahan organik sebagian besar dari vegetasi (Sulakhudin dkk, 2015 dan Suarjana
dkk , 2015). Variasi status C-organik tanah
Tabel 5 Status Kesuburan Tanah dan Luas Wilayahnya
pada wilayah penelitian disebabkan karena
Kelas Kesuburan Tanah ha %
variasi vegetasi di atasnya. Tingginya status
Tinggi 34,0 0,72
C-organik tanah disebabkan oleh keragaman
Sedang 1094,5 23,08
dan jumlah vegetasi serta timbunan seresah
Rendah 3613,0 76,20
di permukaan tanah yang banyak. Rnya
Jumlah 4741,5 100 Sumber: Analisis data primer (2017)
bahan organik di wilayah penelitian menyebabkan efek buruk pada kesuburan
Faktor Pembatas Kesuburan Tanah dan
tanah yang dapat disebabkan karena tidak
Tindakan Pengelolaannya
dilakukan pemberian sumber-sumber bahan Faktor yang membatasi kesuburan tanah di organik pada lahan yang diambil hasil
Kecamatan Karanggede sehingga status kesu- produksinya seperti pada penelitian Suarjana burannya tergolong rendah adalah kandungan (2015).
dkk
fosfor tanah (faktor pembatas sangat berat), kandungan kalium dan kejenuhan basa (faktor
Status Kesuburan Tanah pada Lahan Pertanian
pembatas sedang) dan C-organik (faktor pembatas
di Kecamatan Karanggede dan Peta Sebarannya ringan).
Penilaian status kesuburan tanah di
a. Fosfor Tanah Kecamatan Karanggede tergolong dalam tingkat
Kandungan fosfor yang cenderung rendah kesuburan tanah rendah. Berikut ini tertera peta pada tanah di Kecamatan Karanggede
Kesuburan Tanah di Kecamatan Karanggede membuat tanah menjadi kurang subur karena dan luas wilayah masing-masing status kesuburan fosfor ini menjadi faktor pembatas sangat tanah (Gambar 2). Tanah dengan tingkat kesuburan berat. Hal yang sebaiknya dilakukan untuk rendah mendominasi Kecamatan Karanggede meningkatkan unsur hara ini adalah dengan seluas 3613,1 ha atau 76%. Tingkat kesuburan penambahan input berupa pemupukan P, tanah sedang seluas 1094,5 ha atau 23% dan pengaturan pH tanah dan penambahan bahan tingkat kesuburan tanah tinggi hanya 1% dari organik. Pemupukan dapat meningkatkan luas wilayah yaitu 33,9 ha yang terletak di kandungan fosfor dalam tanah, pengaturan sebagian kecil wilayah Desa Bangkok dan Klari. pH dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan fosfor dalam tanah dan penambahan bahan organik juga dapat dilakukan karena bahan organik merupakan salah satu sumber fosfor.
b. Kalium Tanah dan Kejenuhan Basa Faktor pembatas kalium tanah dan kejenuhan basa tergolong sedang. meskipun demikian perlu dilakukan tindakan untuk mengurangi faktor pembatas kesuburan tanah di Kecamat- an Karanggede. Hal yang sebaiknya dilaku- kan adalah penambahan pupuk kalium dan penambahan bahan organik dan pengaturan pH. Penambahan pupuk kalium pada tanah dapat meningkatkan kandungan kalium dan penambahan bahan organik yang kaya
Gambar 2 Peta Kesuburan Tanah Kecamatan Karanggede kandungan kalium dapat meningkatkan kandungan kalium. Bahan organik juga dapat meningkatkan KB pada tanah. Bahan organik berupa humus memiliki muatan negatif yang dapat mengikat K + sehingga potensi kalium untuk mengalami pencucian menjadi lebih rendah. Pengaturan pH untuk pH yang tergolong masam dan agak masam dapat ditingkatkan sehingga basa-basa yang dapat diserap tanaman dapat berubah menjadi bentuk tersedia.
c. C-organik Tanah C-organik menjadi faktor pembatas yang tergolong ringan. Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi faktor pembatas kesuburan tanah ini adalah dengan penambahan bahan organik pada tanah yang bisa didapatkan dari pengembalian sisa-sisa hasil panen dan penambahan pupuk kandang serta pupuk kompos.
Penyusunan Peta Status Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa .
Tanah dan Status Kesuburanya
PPT. 1995. Kombinasi Beberapa Sifat Kimia
Agroekoteknologi Tropika 4(4): 282- 292.
Pinatih, I. D. A. Sri Purnami, Tati, B. K., dan Ketut, D. S. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-journal
2017. Materplan Desa Kebonan. P e me r i nt a h De s a d i K ec a mat a n Karanggede. Boyolali.
Pemerintah Desa di Kecamatan Karanggede.
Asian Agricultural Research 5(12): 59- 64.
Lie, W., Y. Zhang, C. Wang, W. Mao, T. Hang, M. Chen dan B. Zhang. 2013. How to evaluate the rice cultivation suitability.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2009. Pedoman Teknis
KESIMPULAN
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah 1(1): 147 – 154.
Evaluasi status kesuburan tanah pada beberapa jenis tanah di lahan kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal
Husni, M. Rahmat, Sufardi dan M. Khalil. 2016.
World Journal of Agricultural Sciences 6(5): 525-531.
Belachew T. and Y. Abera. 2010. Assessment of soil fertility status with depth in wheat growing highlands of Southeast Ethiopia.
DAFTAR PUSTAKA
Tindakan pengelolaan yang sebaiknya dilakukan yaitu dengan pemupukan fosfor dan kalium, penambahan bahan organik dan pengaturan pH tanah.
2. Faktor pembatas kesuburan tanah yaitu P 2 O 5 total (sangat berat), K 2 O total dan Kejenuhan Basa (sedang) dan C-organik (ringan).
1. Status kesuburan tanah berdasarkan analisis tanah dan penetapannya dengan metode Indeks Kesuburan Tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1995), Kecamatan Karanggede tergolong status kesuburan tanah rendah. Peta sebaran status kesuburan tanah dibuat sehingga diketahui luas wilayah untuk masing- masing tingkat kesuburan tanah. Status kesuburan tanah dari yang terluas sampai terkecil yaitu status R (3613,1 ha atau 76 % dari luas wilayah), status sedang (1094.5 ha atau 23 % dari luas wilayah) dan status tinggi (33.9 ha atau 1 % dari luas wilayah)
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yaitu:
. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Puja, I Nyoman, Nyoman Supadma, dan I Made M. 2013. Kajian unsur hara tanah sawah untuk menentukan tingkat kesuburan.
Agrotrop 3(2): 51 – 56.
Susanto, A. Noko. 2005. Pemetaan dan pengelo- laan status kesuburan tanah di Dataran Wai Apu, Pulau Biru. Jurnal Pengkajian
Zulkaranain. 2014. Status sifat kimia tanah pada lahan bekas tambang batu bara yang telah di reklamasi. Jurnal Media Sains 7(1): 96-99.
Agroekoteknologi Tropika 4(4): 293- 303.
Kusmawati. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah untuk lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Timur. E-Jurnal
Prenadamedia Group. Jakarta. Widyantari, D. A Gede, K. D Susila dan T.
Utomo, M., Sudarsono, B. Rusman, T. Sabrina, J. Lumbanraja, Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan .
Tufaila, M. dan Syamsu, A. 2014. Karakteristik tanah dan evaluasi lahan untuk pengem- bangan tanaman padi sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Agriplus 24(2): 184 – 194.
untuk Pertanian . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Semarang.
Swastika. 2014. Pengelolaan Tanah dan Hara
dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8(3): 315 – 332.
Sulakhudin, D. Suswati, S. Gafur. 2015. Kajian status kesuburan tanah pada lahan sawah di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Menpawah. Jurnal Pedon Tropika 1(3): 106 -114.
Rahayu, A., S. Rahayu dan M. Luthfi. 2014.
Agroekoteknologi Tropika 4(4): 314- 323.
Arthagama. 2015. Kajian status kesuburan tanah sawah untuk menentukan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi tanaman padi di Desa Manggis. E-Jurnal
Soewandita, H. 2009. Kajian status kesuburan tanah di lahan berlereng Gunung Sindoro- Sumbing. Jurnal Alami 14(1): 14 – 19. Suarjana, I Wayan, A. N. Supadma, I Dewa M.
Soewandita, H. 2008. Studi kesuburan tanah dan analisis kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 10(2): 128 – 133.
Jurnal Agroforestri 10(3): 201- 208.
Klain Distrik Mayamuk Kabupaten Sorong.
UPN Press. Surabaya. Soekamto, M. Herawati. 2015. Kajian status kesuburan tanah di lahan kakao Kampung
Siswanto. 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan.
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2): 77-87.
Karakteristik dan klasifikasi tanah pada lahan kering dan lahan yang disawahkan di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang.
ooOoo