MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI TEO

TEORI - TEORI PSIKODINAMIKA
(KLINIS)

NURUL ISTIKHOMAH
NPM. 1511505338

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA
SEPTEMBER 2015

1
TEORI PSIKOANALISA SIGMUND FREUD
Freud adalah seorang pemikir besar pada abad ke-19 yang berpengaruh pada
proses perkembangan ilmiah yang berorientasi kepada bagaimana cara manusia
memandang dunia dan dirinya sendiri. Penemuannya tentang teori psikoanalisa membawa
namanya menjadi masyhur kala itu. Ia dikenal sebagai pendiri teori psikoanalisa karena
istilah itu pertama kali tercetus dari hasil pemikirannya meski sebenarnya Freud tidaklah
seorang diri dalam proses penggagasan teori psikoanalisa. Ia dibantu oleh seorang dokter
asal Wina, Joseph Breuer yang turut serta menyumbangkan ide - ide intelektualnya
dimana saat itu status Freud masih menjadi seorang mahasiswa yang tengah sibuk dengan
persiapan ujian (1880-1882).

Selama bekerjasama dengan Breuer, Freud menggunakan metode hipnosa
(katarsis). Setelah hasilnya tak cukup memuaskan, ia beralih menggunakan metode sugesti
yang ia pelajari dari dr. Bernheim. Pun begitu, Sigmund Freud tak juga memperoleh
kepuasan dari metode tersebut, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerapkan
metodenya sendiri, yakni : asosiasi bebas.Metode asosiasi bebas yang digunakan oleh
Freud merupakan tongkak dari dimulainya perjalanan teori psikoanalisa.
Sigmund Freud mengklasifikasi kehidupan alam mental menjadi tiga tingkatan,
sebagai berikut :
 Alam tak sadar (unconsciuos), tempat terbentuknya atau timbulnya dorongan,
nafsu, ide yang tanpa disadari berimplikasi terhadap perkataan, perbuatan, dan
perasaan manusia.
 Alam bawah sadar (preconscious), tempat berkumpulnya semua elemen yang
tak disadari namun dapat muncul sebagai kesadaran dengan cepat atau agak
sukar.
 Alam sadar (conscious), didefenisikan sebagai elemen mental yang selalu
berada dalam kesadaran.

1.1 Struktur Kepribadian
Berdasarkan studi ilmiah yang meliputi berbagai eksperimen yang telah dilakukan
dan teori-teori yang telah dikemukakannya, maka Freud memperkenalkan model struktural

dari teori kepribadian yang terdiri dari tiga bagian, diantaranya :

1. Id
Id merupakan satu-satunya komponen yang didapat seseorang sejak lahir yang
sepenuhnya merupakan aspek kepribadian tak sadar. Termasuk perilaku
naluriah dan primitif. Menurut Freud, id merupakan komponen utama
kepribadian karena merupakan sumber dari segala energi psikis.
Id didorong oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle). Dimana id menuntut
sebuah kepuasan yang disegerakan dari kebutuhan dan keinginan. Jika tak
terpenuhi dapat menimbulkan kecemasan atau ketegangan. Sebagai contoh,
bayi yang sedang lapar atau haus akan terus menangis apabila tuntutan id tak
segera dipenuhi.
Untuk mencegah terjadinya ketegangan, id dapat diredakan melalui tindakan
refleks dan proses primer. Apabila ketegangan tak berhasil tereduksi, maka
struktur kepribadian kedua akan terbentuk.
2. Ego
Ego merupakan komponen kepribadian yang bertanggungjawab untuk
memenuhi keinginan id secara realitas objektif dan tepat secara sosial. Ketika
tekanan kecemasan berkembang menjadi ketegangan yang berlebihan, maka
ego dapat menempuh cara-cara yang ekstrem untuk mereduksi ketegangan.

Proses ini disebut sebagai mekanisme pertahanan ego, yang meliputi :
a. Represi, mekanisme ego untuk meredakan kecemasan dengan cara
mengubur perasaan yang menyakitkan dari kesadaran meskipun suatu saat
dapat muncul dalam bentuk simbolis.
b. Proyeksi, mengalihkan rasa kecemasan terhadap orang lain atau sesuatu
yang lain.
c. Pembentukan reaksi, perilaku defensif yang berupa pernyataan yang kontra
terhadap apa yang dirasakan.
d. Regresi, perilaku defensif dengan cara kembali kepada masa dimana ia
merasa terfiksasi sebelumnya dan bertingkah laku tidak sesuai dengan
tingkat ke perkembangannya.

3. Superego
Superego merupakan komponen kepribadian terakhir yang dikembangkan.
Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standarisasi
secara internal yang berupa moral value dan cita-cita yang diperoleh dari
orangtua dan masyarakat. Superego mengusung idealisme dan bukan
realistisme. Perhatian utamanya adalah sebuah sikap pengambilan keputusan
terhadap benar atau salahnya sesuatu.
Superego bertindak untuk menyempurnakan danmembudayakanperilaku kita.

Ia

bekerjauntuk

menekansemuadoronganyang

diterimadariiddanperjuanganuntuk
berdasarkanstandaridealislebih

tidak

dapat

membuategobertindak
karenapada

prinsip-prinsiprealistis.

Superegohadir dalamsadar, prasadardan tidak sadar.
Dengan


begitu

banyaknya

persaingan,

mudah

untuk

melihatbagaimana

mengategorikan konflikyang timbul termasuk ke dalamid, ego,atausuperego. Freud
menggunakankekuatanego

sebagaiistilah

untuk


merujukpada

kemampuanegountuk

berfungsimeskipundalam persaingan. Seseorangdengan kekuatanegoyang baikdapatsecara
efektif mengelolatekanan ini, sementara mereka denganterlalu banyakatau terlalu
sedikitkekuatanegodapatmenjadi terlalukeras hatiatau terlalumengganggu.
MenurutFreud, kuncikepribadian yang sehatadalah keseimbanganantaraid, ego,
dansuperego.

1.2 Tahapan Perkembangan
a. Tahap Infantile (0 – 5 tahun)
 Fase Oral (0 – 1 tahun)
Pada perkembangan psikoseksual, alat yang paling penting untuk memberikan
kenikmatan pada seorang bayi sejak lahir ialah mulutnya sendiri. Sebab mulut
akan mengalami kontak langsung dengan payudara seorang ibu, dimana itu
sebagai kebutuhan bayi. Selama fase ini berlangsung, bayi akan sangat
tergantung pada ibunya.
 Fase Anal (1 – 3 tahun)


Fase ini dikaitkan dengan tindakan menahan faeces pada seorang anak.
Perlakuan ibu terhadap anak apabila defekasi memiliki pengaruh pada
pembentukan mental anak.


Fase Phalik (3 – 5 tahun)
Dinamika pada tahap perkembangan ini terpusat pada perasaan seksual dan
agrsif yang berkaitan dengan mulai berfungsinya organ genital pada anak. Freud
mengemukakan pendapat tentang Oedipus Complex , Electra Complex, dan
Penis Envy.

b. Tahap Latensi (5 – 12 tahun)
Merupakan periode dimana aktivitas libidinal pada seorang anak berkurang. Pada
fase ini pul akan terbentuk rasa malu dan aspirasi moral serta estetis.
c. Tahap Pubertas (12 – 18 tahun)
Pada tahap ini, akan muncul kembali dorongan-dorongan. Apabila dorongandorongan ini dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, maka anak akan
bertemu dengan tahap kematangan yang terakhir.
d. Tahap Genital
Karakteristik dari tahap ini mengiktisarkan idealisme kepribadian yang berasal dari
seseorang


yang

mampu

mengembangkan

retasi

seksualnya

secara

bertanggungjawab. Untuk dapat mencapainya, maka tiap individu harus terlepas
dari ketidakpuasan serta hambatan di masa anak-anak demi tercapainya
produktivitas manusia dewasa.

2
TEORI PSIKOANALITIK KONTEMPORER
ERIK ERIKSON

2.1Struktur Kepribadian
Menurut Erikson struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga, diantaranya
sebagai berikut :
1. Ego Kreatif
Ego kreatif merupakan ego yang dapat memecahkan masalah – masalah yang
muncul dalam babak kehidupan secara kreatif. Ketika ego menemui hambatan
dalam proses pemecahan masalahnya, ego tidak lantas menyerah begitu saja. Ego
bereaksi dengan usaha baru. Dengan adanya konflik dan hambatan yang muncul,
justru ego akan dapat lebih berkembang.
Ego yang sempurna harus berpijak pada 3 aspek kenyataan, yaitu :
a. Faktualitas, kumpulan sumber data, fakta, dan metode yang digunakan
dimana hal ini dapat diverifikasi kebenarannya berdasarkan berlangsungnya
sebuah peristiwa.
b. Universalitas, aspek ini berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sense
of reality) yang menggabungkan visi tentang semesta dengan sesuatu yang
praktis dan konkret.
c. Aktualitas, suatu metode yang digunakan individu untuk berhubungan
dengan individu yang lainnya guna tercapainya tujuan bersama.
Erikson berpendapat bahwa sebagian dari ego yang dimiliki oleh individu
bersifat tak sadar, kemudian mengorganisir pengalaman yang terjadi di masa

lampau dan di masa yang akan datang. Dengan adanya hal ini, maka Erikson
menemukan tiga aspek yang saling berintegrasi, yakni :
a. Body Ego, pengalaman individu tentang bagaimana cara individu melihat
fisiknya sendiri berbeda dengan individu yang lain.
b. Ego Ideal, digambarkan sebagai konsep diri yang sempurna. Individu
menginginkan dirinya lebih sempurna daripada individu lain.

c. Ego Identity, suatu gambaran tentang peran individu dalam kehidupan
sosial pada lingkungan tertentu. Ego identity akan terus berubah karena
pengalaman – pengalaman yang semakin bertambah selama menjalin
interaksi sosial.
2. Ego Otonomi Fungsional
Adalah ego yang berorientasi pada penyesuaian ego terhadap realita. Seperti
hubungan yang terjalin antara seorang ibu dengan bayinya. Dimana selama ibu
berinteraksi dengan bayi, bayi akan belajar mengantisipasi interaksi dalam bentuk
basic trust.
3. Pengaruh Masyarakat
Pada struktur ini, bagian terbesar pada ego akan terbentuk, tentunya tak lepas dari
kapasitas yang dibawa sejak lahir.


2.2 Teori Psikososial tentang Perkembangan
Terdapat 8 tahapan yang akan terjadi pada teori psikososial perkembangan. Menurut
Erikson tiap – tiap tahapan tidak terikat oleh jadwal atau rentang waktu yang ketat dengan
kata lain tahapan yang dilalui oleh tiap individu tak dapat dipastikan lama berlangsungnya.
Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson (Berk,
2003):
1. Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar
Merupakan tahap pertama dari teori Erikson perkembangan psikososial yang
terjadi sejak awal kelahiran dan merupakan tahap dasar dalam kehidupan. Pada
tahap ini, bayi akan sangat bergantung pada pemeran fungsi keibuan. Oleh karena
itu pengembangan kepercayaan pada anak terletak pada kualitas pengasuh anak.
Jika seorang anak berhasil mengembangkan kepercayaan, dia akan merasa
aman dan aman di dunia. Seorang pengasuh yang tidak konsisten secara emosional
berpotensi untuk menciptakan kecurigaan dasar pada anak. Hal ini dapat
menimbulkan rasa takut dan praduga bahwa kehidupan dunia yang tak dapat
diprediksi.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Keragu – raguan
Pada titik ini dalam pengembangan, anak-anak baru mulai mendapatkan
sedikit kemerdekaan. Mereka mulai melakukan tindakan dasar sendiri dan

membuat keputusan sederhana tentang apa yang mereka sukai. Dengan
membiarkan anak-anak untuk membuat pilihan dan mendapatkan kontrol, orang
tua dan pengasuh dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi.
Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini akan merasa aman dan
mendapatkankepercayaan diri, sedangkan mereka yang tak berhasil akan diselimuti
dengan rasa ketidakmampuan diri dan penuh keraguan.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Selama usia pra-sekolah anak memulai untuk menegaskan kekuasaan dan
kontrol mereka atas dunia melalui bermain dan interaksi sosial lainnya.
Anak-anak yangsuksespada tahap inimerasa mampumemimpin orang lain.
Sedangkan mereka yang gagaluntuk memperolehketerampilan ini, hasilnya anak
akan akrab denganrasa bersalah, keraguan diri, dan kurangnyainisiatif.
4. Kerajinan vs Inferioritas
Tahap

ini

terjadi

pada

tahun



tahun

awal

memasuki

usia

sekolah.Melaluiinteraksi sosial, anakmulai mengembangkanrasa bangga pada
kemampuan danprestasi yang mereka dapatkan.
Anak-anak

yangdidorongdandipuji

gurumengembangkanperasaankompetensi

olehorang

tua

dankepercayaandalam

dan

kemampuan

mereka. Mereka yangmenerimasedikit atau tidak adadorongan dariorang tua, guru,
atauteman

sebayaakanmeragukankemampuan

merekauntuk

Berhasilmenemukankeseimbanganpada
psikososialmengarah

menjadi

sukses.

tahapperkembangan
kekekuatandikenal

sebagaikompetensiataukeyakinankemampuankita sendiri untukmenangani tugastugasdi depan kita.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Selama masa adolesen, anak – anak mencoba untuk mengeksplorasi kebebasan
mereka dan mengembangkan perasaan diri. Mereka yang menerima impuls yang
tepat dan penguatan eksplorasi pribadi akan berhasil dalam fase ini. Ditandai
dengan munculnya perasaan diri yang menguat dan kebebasan yang terkontrol.
Sedangkan mereka yang tidak yakin dengan dirinya sendiri akan mengalami rasa
taka man, kecemasan, dan bingung dengan diri mereka sendiri di masa depan.
Melengkapi tahap ini sama artinya denganl mengarah ke kesetiaan, yang
digambarkan Erikson sebagai kemampuan untuk hidup dengan standar masyarakat.

6. Keintiman vs Isolasi
Tahap

inimeliputiperiodeawal

masa

dewasaketika

seseorang

mulaimenjelajahihubungan pribadi. Menurut Erikson, mereka yang sukses daam
tahap ini akan membentuk hubungan yang berkomitmen dan aman.
Perlu diingat bahwa setiap langkah yang harus dijalani didasarkan pada
langkah yang sebelumnya. Erikson percaya bahwa memiliki perasaan identitas diri
yang kuat akan cukup membantu untuk mengembangkan keintiman dalam sebuah
hubungan. Hasil studi pun telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki
perasaan identitas diri yang lemah cenderung memilikihubungan yangkurang
berkomitmendan lebih berpotensiuntuk menderitaisolasiemosional, kesepian, dan
depresi.
7. Generativitas dan Stagnasi
Memasuki tahap kedewasaan, fokus utama manusia dewasa adalah
keberlanjutan untuk membangun hidup, keluarga, dan karir. Mereka yang berhasil
melalui fase ini akan merasa bahwa mereka telah berkontribusi pada dunia melalui
rutinitas dan aktivitasnya pada sebuah komunitas. Mereka yang tidak berhasil pada
fase ini akan merasa tidak menjadi manusia yang produktif dan tidak berkontribusi
apapun pada dunia.
Pemeliharaan adalah kebajikan yang tercapai apabila tahap ini berhasil dilalui.
Bangga dengan segala pencapaian prestasi, melihat anak – anak bertumbuhkembang dengan baik, dan mengembangkan rasa kesatuan dengan pasangan hidup
adalah pencapaian yang penting pada tahap ini.
8. Integritas vs Keputusasaan
Merupakan tahap terakhir dalam psikososial perkembangan. Terjadi selama
usia senja dan difokuskan pada mencerminkan kembali kehidupan (throwback).
Mereka yang tidak berhasil selama tahap ini akan merasa bahwa hidup mereka
telah terbuang dan terdapat banyak penyesalan. Individu ditinggali perasaan pahit
dan keputusasaan.
Mereka

yang

rasaintegritas.Berhasil

merasabangga

dengan

menyelesaikantahap

belakangdengansedikitpenyesalandanbanyak

prestasimerekaakanmerasakan
iniberartimelihat

merasakankepuasan.

iniakanmencapai kebijaksanaan, bahkan ketikamenghadapikematian.

ke

Orang-orang

3
TEORI ANALITIK CARL JUNG
3.1 Struktur Kepribadian
a. Kesadaran (Consciousness) dan Ego
Kesadaran muncul pada fase awal kehidupan, bahkan sebelum bayi lahir.
Namun, lambat laun kesadaran akan terbentuk ketika bayi sudah mulai mengenali
manusia dan objek – objek di sekitarnya.
Sedangkan ego merupakan bagian dari kesadaran yang terdiri dari : ingatan,
persepsi, pikiran, dan perasaan sadar manusia.
b. Ketidaksadaran Pribadi (Personal Unconscious) dan Kompleks (Complexes)
Ketidaksadaran pribadi adalah area yang berdekatan dengan ego yang
terdiri dari pengalaman – pengalaman yang pernah sadar namun kemudian
direpresikan, diabaikan, disupresikan, atau pengalaman yang sukar untuk
menciptakan kesan sadar pada individu.
Kompleks adalah konstelasi perasaan-perasaan,pikiran-pikiran,persepsipersepsi,dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidak sadaran pribadi.
c. Ketidaksadaran Kolektif (Collective Unconscious)
Ketidaksadaran kolektif merupakan kumpulan sisa – sisa psikis
perkembangan evolusi manusia kemudian menumpuk sebagai akibat dari
banyaknya pengalaman yang didapat antargenerasi. Hal ini merupakan warisan
kejiwaan yang lebih besar daripda perkembangan manusia.
d. Arkhetipe – Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk gagasan yang berupa gambaran atau visi
yang dalam kehidupan normal berhubungan dengan aspek tertentu dari situari. Ide
ini bersifat universal.
e. Persona
Persona adalah individu yang berperan sebagai pemberi respon terhadap
tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat. Tujuannya adalah untuk menciptakan
atau menimbulkan penilaian dan kesan tertentu dari orang lain, meski sering kali
menyembunyikan hakikat keindividuannya.

f. Anima dan Animus
Secara fisiologis laki – laki mengekskresikan hormon laki – laki dan
perempuan, begitu pula pada perempuan. Secara psikologis, sisi maskulin dan
feminin juga terdapat pada kedua jenis. Jung menghubungkan sisi feminin pada
kepribadian pria dan sisi maskulin pada kepribadian wanita dengan arkhetipe –
arkhetipe. Arkhetipe feminin pada pria disebut anima, sedangkan arkhetipe
maskulin pada wanita disebut animus.
g. Bayang – Bayang
Bayang – bayang adalah cerminan manusia dari sisi hewan dimana sebagai
arkhetipe dapat melahirkan konsepsi dosa asal pada diri kita, yang jika
diproyeksikan keluar maka ia menjadi iblis atau musuh.
h. Diri (Self)
Titik pusat kepribadian terletak pada diri. Karena pada titik ini, semua
sistem lain terkonstelasikan dengan mempersatukan sistem dan memberikan
kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian.
i. Fungsi
Terdapat fungsi psikologis fundamental, diantaranya :
 Fungsi Rasio (akal, penilaian, abstraksi, dan generalisasi), meliputi :
1. Pikiran, proses intelektual yang menyebabkan timbulnya ide – ide.
2. Perasaan, berperan sebagai fungsi evaluasi yang merupakan value bagi
benda, subjek baik secara positif dan negatif. Selain itu juga berfungsi
untuk memberikan pengalaman subjektifnya kepada manusia.
 Fungsi Irrasional (konkret, khusus, aksidental), meliputi :
1. Pendirian, merupakan fungsi perceptual atau fungsi kenyataan dimana
fungsi ini memberikan representasi dunia dalam bentuk yang konkret.
2. Intuisi, adalah persepsi yang berproses di bawah ambang sadar.

3.2 Interaksi di Antara Sistem – Sistem Kepribadian
1. Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem lain.
2. Salah satu sistem bisa menentang sistem lain
3. Dua sistem atau lebih bisa bersatu membentuk sintesis.

3.3 Dinamika Kepribadian
1. Energi Psikis
Merupakan energi yang menjalankan fungsi kepribadian, bukan
merupakan suatu substansi, bukan pula bersifat konkret, melainkan konstruk
hipotesis. Keberadaannya terefleksikan melalui daya actual dan potensial dari
individu.
Kapasitas energi psikis yang terdapat pada salah satu unsure kepribadian
disebut nilai – nilai psikis. Untuk menentukan nilai tak sadar dengan
menggunakan daya konstelasi unsur inti suatu kompleks yang dapat dengan
dilakukan dengan cara observasi, indicator – indicator kompleks, dan intensitas
ungkapan emosi.
2. Prinsip Entropi
Prinsip entropi menyatakan bahwa dalam proses distribusi energy pada
psikhe mencari keseimbangan. Aktualisasi diri merupakan tujuan dari
perkembangan psikis yang dimaksudkan agar kepribadian dapat bergerak menuju
ke arah keseimbangan daya yang sempurna.
3. Penggunaan Energi
Terdapat dua tujuan umum dalam pemanfaatan seluruh energi psikis yang
tersedia, diantaranya :
 Untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk memelihara kehidupan.
 Untuk pembiakan spesies

3.4 Perkembangan Kepribadian
1. Kausalitas vs Teleologi
Pandangan kausalitas menyatakan bahwa apa yang terjadi pada saat ini
merupakan sebuah akibat dari peristiwa – peristiwa di masa lampau. Sedangkan
teleologi adalah gagasan yang membimbing dan mengarahkan manusia pada
kehidupan yang hakiki. Masa sekarang tidak hanya ditentukan oleh kausalitas,
namun juga teleologi.
2. Sinkronisitas
Prinsip sinkronitas diterapkan pada peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam
waktu yang sama, namun antara peristiwa yang satu dengan yang lain tidak
memiliki hubungan sebab-akibat.

3. Hereditas
Insting biologis yang menjalankan sebagai fungsi pemeliharaan dan
reproduksi suatu individu berkaitan dengan adanya hereditas, dimana akan timbul
suatu dorongan batiniah untuk melakukan sesuatu pada kondisi tertentu.
4. Tahap – Tahap Perkembangan
a. Tahun – tahun paling awal, libido disalurkan pada hal – hal yang dapat
menyebabkan suatu individu tetap bisa bertahan hidup.
b. Usia < 5 tahun, mulai tampak nilai seksual dan pada masa adolesen akan
mencapai puncaknya.
c. Masa muda dan awal tahun – tahun dewasa, mulai meningkatnya insting
kehidupan dasar dan proses vital pada individu.
d. Usia 30 tahun – 40 tahun, akan terjadi perubahan yang bersifat radikal.
Individu dapat menjadi lebih introvert dan kurang impulsif ketika
berinteraksi sosial. Meningkatnya nilai – nilai spiritual pada diri. Jika
mengalami ketidakberhasilan dalam fase ini, maka kepribadian berpotensi
untuk menjadi “lumpuh”.
5. Progresi dan Regresi
Menurut Jung, progresi dalam artian ini merupakan perkembangan
kepribadian

dimana

individu

mengalami

kemajuan

dalam

beradaptasi,

pemenuhan tuntutan – tuntutan dari luar, serta kebutuhan – kebutuhan
ketidaksadaran. Sedangkan regresi merupakan ketidakmampuan individu untuk
melakukan itu.
6. Proses Individuasi
Proses individuasi merupakan sebuah mekanisme untuk tercapainya
kepribadian

yang

sehat

dan

terintegrasi

yang

berkemampuan

untuk

merealisasikan diri. Setiap sistemnya harus dibiarkan untuk mencapai tingkat
diferensiasi.
7. Fungsi Transenden
Tercapainya keberagaman melalui proses individuasi akan diintegrasikan
oleh fungsi transenden.
8. Sublimasi dan Represi

Sublimasi menghasilkan sesuatu yang rasional, bersifat progresif, dan
integratif. Sedangkan represi menghasilkan sesuatu yang irrasional, bersifat
regresif, dan tidak integratif.
9. Perlambangan
Memiliki dua fungsi, yaitu :
 Sebagai usaha untuk memuaskan impuls yang bersifat insting saat
terhambat
 Sebagai perwujudan bahan – bahan arkhetipe.

4
TEORI PSIKOSOSIAL ALFRED ADLER
Teori kepribadian Adler memiliki sedikit konsep yang sudah mencakup atau
menopang secara keseluruhan dari struktur teoritisnya (ekonomis). Pandangan Adler
dibaga menjadi beberapa rubric, sebagai berikut :
1. Finalisme Fiktif
Adler mengemukakan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh cita – cita
yang ada pada masa depan daripada pengalaman – pengalaman yang telah terjadi i=di
masa lampau.tanpa disadari setiap orang memiliki rancangan – rancangan, keingingan
– keinginan dalam hidup yang mana hal itu merupakan sesuatu yang bersifat semu;
khayalan, tak mungkin teralisasikan. Cita – cita semu ini dikenal dengan istilah
Leitlenie.
2. Perjuangan ke Arah Superioritas
Konsep superioritas yang dimaksud Adler pada teorinya bukan tentang
kekuasaan, kepemipinan, ataupun kepemimpinan yang tinggi dalam masyarakat.
Namun, yang dimaksud adalah tentang bagaimana individu dapat bergerak naik
menuju kea rah kesempurnaan, seperti yang terdapat pada konsep Jung.
Perjuangan kea rah superioritas berbanding lurus dengan pertumbuhan fisik
serta kebutuhan hidup.
3. Perasaan Inferioritas dan Kompensasi
Inferioritas merupakan rasa memiliki kekurangan dari segi psikologis dan sosial
yang dirasakan secara subjektif maupun kelemahan – kelemahan pada fisik yang
muncul secara nyata. Selama berada pada masa ini individu mendapatkan dorongan –
dorongan untuk terus bergerak maju, kemudian setelah tercapai perasaan itu akan
kembali muncul, begitu seterusnya.
4. Minat Kemasyarakatan
Adanya minat kemasyarakatan merupakan cerminan dari adanya potensi yang
dimiliki oleh setiap individu. Minat sosial merupakan bawaan; bahwa tiap individu
tidak dapat terlepas dari kepentingan – kepentingan.sosial dimana hal itu akan

terpenuhi dengan kegiatan bermasyarakat dan bukan karena kebiasaan yang terbentuk
namun memang secara lahiriah.
5. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan prinsip atau landasan yang digunakan untuk memahami
tingkah laku seseorang. Tiap individu memiliki tujuan yang sama, yaitu pencapaian
superioritas. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut manusia memiliki gaya hidup
yang berbeda – beda dan tak terhingga sebagai cara yang dipilih.
Menurut

Adler

gaya

hidup

merupakan

bentuk

kompensasi

dari

ketidaksempurnaan individu karena gaya hidup ditentukan oleh inferioritas yang
khusus.
6. Diri Kreatif
Sebagai teoritikus kepribadian, konsep diri kreatif mencapai posisi puncak dari
semua teori yang ia kemukakan. Pasalnya diri kreatif merupakan penggerak utama,
pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Diri kreatif merupakan
jembatan penghubung antara perangsang yang dihadapi individu dengan respon yang
dilakukannya. Karena berbekal memiliki kekreatifan dalam diri, manusia tak hanya
dapat menetapkan tujuan namun juga dapat membuat alat untuk mencapai tujuan
tersebut.

5
TEORI PSIKOSOSIAL ERICH FROMM
Terdapat lima kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi – kondisi eksistensinya :
1. Kebutuhan akan keterhubungan, kebutuhan manusia untuk dapat mengatasi
perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dirinya sendiri.
2. Kebutuhan akan transendensi, kebutuhan untuk dapat mencapai peningkatan
diri, yang semula pasif dikuasai keadaan menjadi lebih aktif, bertujuan, dan bebas.
3. Kebutuhan akan keterberakaran, kebutuhan untuk dapat memiliki keterikatan –
keterikatan agar hidupnya merasa nyaman.
4. Kebutuhan akan identitas, kebutuhan untuk mengenali dan menyadari
bagaimana dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah.
5. Kebutuhan akan kerangka orientasi, seseorang membutuhkan pedoman yang
menuntun dan mengarahkannya untuk menjalani perjalanan hidupnya. Untuk itu
kerangka orientasi diperlukan.
Fromm menemukan dan membagi struktur masyarakat menjadi 3 pokok karakter sosial,
yang meliputi :
1. Sistem A, masyarakat yang mencintai kehidupan. Tipe ini tidak menyukai
adanya konfrontasi dari pihak luar. Pada masyarakat seperti ini, jarang sekali
ditemui kekejaman dan kekerasan. Tidak ada hukuman yang bersifat fisik pada
tatanan masyarakat sistem A
2. Sistem B, masyarakat non – destruktif – agresif. Masyarakat tipe ini, memiliki
unsur dasar tidak destruktif. Meskipun begitu, pada lapisan ini masyarakat tidak
asing lagi dengan adanya keagresifan. Persaingan serta adanya pengkotakkotakkan, bukan merupakan hal yang lazim.
3. Sistem C, masyarakat yang destruktif. Memiliki karakter sosial yang destruktif,
kebrutalan, keagresifan, bahkan kekejaman. Persaingan terjadi berkembang begitu
pesat pada sistem ini.

6
TEORI PSIKOSOSIAL KAREN HORNEY
Horney mengemukakan gagasan yang terdiri dari 10 kebutuhan ‘neurotik’ yang
merupakan kebutuhan untuk pemecahan suatu permasalahan irasional, diantaranya sebagai
berikut :
1. Kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan
Memiliki

kebutuhan

untuk

menyenangkan

orang

lain

dan

sebenarnya

membutuhkan sebuah pengakuan, ingin dianggap keberadaannya oleh individu yang
lain. Selain itu, mereka juga mengharapkan feedback yang baik.
2. Kebutuhan neurotik akan mitra yang bersedia mengurus kehidupan seseorang
Memiliki kebutuhan tidak ingin ditinggalkan seorang diri dan selalu membutuhkan
kasih sayang.
3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi kehidupan dalam batas – batas yang
sempit
Kebutuhan untuk tidak menjadi populer. Tidak mendapatkan masalah yang berarti
saat dia tetap tinggal dalam lingkar kehidupan yang kecil.
4. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan
Kebutuhan yang mengagungkan sebuah kekuasaan superior. Mereka sangat
memuja kekuatan dan melcehkan kelemahan.
5.

Kebutuhan neurotik untuk mengeksploitasi orang lain

6.

Kebutuhan neurotik akan prestis
Memiliki kebutuhan akan penghargaan sebagai simbol bahwa kemampuannya
diakui oleh individu lain.

7. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi
Memiliki kebutuhan ingin dikagumi atas dasar gambaran – gambaran diri
melambung.

8.

Ambisi neurotik akan prestasi pribadi
Orang – orang ini berkebutuhan untuk dapat menjadi yang terbaik meskipun
melalui cara – cara yang terlalu dipaksakan.

9. Kebutuhan neurotik untuk berdiri sendiri dan independensi
Kebutuhan untuk tidak terikat dengan orang lain karena ketidakmampuan untuk
menjalin hubungan – hubungan yang hangat dengan individu lain.
10. Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan
Kebutuhan untuk menjadi individu yang tak terkalahkan dan tak memiliki cela.
Merek terus mencari – cari kekurangan mereka untuk kemudian dapat ditutupi sebelum
orang lain mengetahuinya.
Kesepuluh kebutuhan ini diklasifikasikan menjadi 3 kategori oleh Horney, yakni :
1. Bergerak menuju orang lain, misalnya : kebutuhan akan mitra yang bersedia
mengurus
2. Bergerak menjauhi orang lain, misalnya : kebutuhan akan independensi
3. Bergerak melawan orang lain, misalnya : kebutuhan untuk berkuasa

7
TEORI PSIKOSOSIAL HARRY STACK SULLIVAN
6.1 Struktur Kepribadian
1. Dinamisme
Merupakan pola transformasi yang relatif menetap, dan secara berulang
dapat menimbulkan suatu ciri pada individu, selama itu adalah individu hidup.
Setiap orang memiliki kesamaan dasar dinamisme, namun pengungkapannya
berbeda – beda sesuai dengan situasi dan pengalaman – pengalamn yang didapt
oleh individu yang bersangkutan.
2. Personifikasi
Merupakan suatu gambaran tentang individu baik dirinya sendiri maupun
orang lain. Personifikasi dapat timbul dan mengonsepsikan individu lain karena
adanya perasaan puasa akan kebutuhan atau kecemasan. Gambaran – gambaran
semacam ini, tidak selalu memiliki nilai kebenaran karena sangat bergantung pada
subjektivitas individu.
3. Proses Kognitif
Merupakan klasifikasi pengalaman ke dalam tiga golongan menurut
Sullivan, diantaranya :
1. Prototaksis, serangkaian pengalaman yang terpisah-pisah dan dialami
pada masa bayi, dimana arus kesadaran (pengindraan, bayangan dan
perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian “sebelum” dan
“sesudah”.
2. Parataksis,pada awal tahun kedua, bayi mulai mengenali persamaanpersamaan

dan

perbedaan

peristiwa-peristiwa,

hal

ini

disebut

pengalaman parataksis atau pengalaman asosiasi. Pada tahap ini, bayi
mengembangkan cara berfikir dengan cara melihat hubungan sebab
akibat, asosiasional peristiwa yang terjadi pada saat yang bersamaan
atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai detail yang sama, tetapi
hubungan itu tidak harus logis.
3. Sintaksis, proses berpikir logik dan realistik, menggunakan lambanglambang yang diterima bersama, khususnya bahasa - kata - bilangan.

6.2 Dinamika Kepribadian
1. Tegangan
Sullivan memulai dengan konsepsi umum tentang organisme, yakni suatu
sistem tegangan yang secara teoritis dapat bervariasi antara batas pengendoran
mutlak (absolute relaxation) atau euphoria (perasaan sangat bahagia dan gembira)
sebagaimana Sullivan lebih suka menyebutnya, dan tegangan mutlak seperti
halnya yang terjadi dalam perasaan takut yang luar biasa. Ada dua sumber
tegangan, yaitu:
1. Tegangan-tegangan yang disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan organisme;
2. Tegangan-tegangan sebagai akibat dari kecemasan.
2. Transformasi Energi
Energi ditransformasikan dengan melakukan pekerjaan. Pekerja bisa berupa
kegiatan-kegiatan yang melibatkan otot-otot badan atau berupa kegiatan-kegiatan
mental, seperti persepsi, ingatan, berpikir. Kegiatan-kegiatan yang terbuka
ataupun yang sembunyi ini bertujuan untuk mengurangi tegangan. Kegiatankegiatan ini pada umumnya ditentukan oleh masyarakat dimana orang dibesarkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Psikologi Kepribadian 1 Teori-teori Psikodinamik
(Klinis). Yogyakarta: Kanisius
2. Hadi, Nur. (n.d.). Teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
Retrieved fromhttp://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1-2007nurhadinim-1688-bab3_410-9.pdf

3. Cherry, K. (n.d.). Theories of Personality.
Retrieved fromhttp://psychology.about.com/od/theoriesofpersonality/a/personalityelem.htm
4. Utah, P. (n.d.) Defense
Mechanism.Retrieved fromhttp://www.utahpsych.org/defensemechanisms.htm
5. Halman, S.U. (2014). Teori Kepribadian Erik H
Erikson.Retrieved fromhttp://www.utamitamii.blogspot.co.id/2014/10/teori-kepribadianerik-h-erikson.html

6. Cherry, K. (n.d.). Psychosocial Theories. Retrieved from
http://psychology.about.com/od/psychosocialtheories/a/psychosocial.htm
7. Hall, Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius