Teori Sosiologi Sastra Durkheim .

Sosiologi Sastra
Emile Durkheim

Anggun Nirmala Safitri
(14/372445/PSA/7755)

Program Magister Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

2014

Latar Belakang
Sosiologi adalah studi tentang hubungan manusia dalam sebuah komunitas
tertentu . Menurut Cragun (2006 : 8 ), sosiologi didefinisikan sebagai “an attempt to
understand the social world by situating social events in their corresponding
environment (i.e., social structure, culture, history) and trying to understand social
phenomena by collecting and analyzing empirical data.” Namun dalam sosiologi
sastra, sosiologi muncul bukan sebagai ilmu murni. Disini sosiologi digunakan
sebagai cara untuk memahami karya sastra atau fiksi dan hubungannya dengan
realitas sosial

Emile Durkheim adalah seorang sosiolog terkemuka pada masanya. Sering
juga ia disebut sebagai bapak sosiologi karena ialah yang pertama kali merumuskan
dasar keilmuan sosiologi. Sebelum munculnya pemikiran Durkheim, Sosiologi hanya
menjadi kajian yang tidak memiliki dasa-dasar keilmuan. Durkheim telah membuat
ilmu sosial menjadi sebuah disiplin ilmu yang setara dengan ilmu alam.
Mendengar kebesarannya sebagai seorang sosiolog, saya tertarik untuk
mencoba mengenal Durkheim dengan lebih dalam. Terlebih lagi saya ingin mencoba
menerapkan teori yang dicetuskan oleh Durkheim kedalam karya sastra.
Biografi
Emile Durkheim lahir di Epinal Prancis, pada 15 April 1858. Durkheim
merupakan keturunan panjang rabi, pendeta agama yahudi. Ia dibesarkan dan belajar
untuk menjadi rabi. Akan tetapi saat remaja ia menolak menjadi rabi. Ia tidak puas
dengan pendidikannya yang menekankan masalah keagamaan dan estetika juga
kesusastraan padahal ia lebih tertarik pada hal-hal yang ilmiah. Ia menolak tawaran
karir akademis dalam bidang filsafat sebaliknya dia berusaha memperoleh pelatihan

ilmiah yang dibutuhkan bagi tuntutan moral masyarakat. Pada tahun 1882 dan 1887
dia menagjar sekolah-sekolah provinsi di Paris.
Ketertarikannya dengan kajian ilmiah diperkuat oleh perjalanan ke jerman.
Disana dia bertemu dangan pemikiran Psikologi Ilmiah yang sedang dirintis oleh

Wilhelm Wundt. Beberapa tahun setelah kunjungannya ke Jerman tersebut, ia mulai
mempublikasikan karya-karyanya. Publikasi-publikasi tersebut membantu dia untuk
mendapatkan jabatan di Departemen Filsafat Universitas Bordeaux. Disana ia
mengajarkan kuliah Ilmu Sosial. Akan tetapi pekerjaan utama Durkheim adalah
mengajarkan serangkaian kuliah kepada guru sekolah.
Pada 1893 dia menerbitka tesis doktoralnnya berjudul, The Division of Labor
in Society. Kemudian disusul dengan The Rules of Sociological Method (1895) dan
Suicide: a Study of Sociology (1897). Pada 1986 ia telah menjadi profesor di
Universitas Bordeaux dan pada 1906 ia diangkat sebagai profesor ilmu pendidikan.
Karyanya yang paling terkenal adalah The Elementary Form of Religious Life
(1912).
Saat ini Durkheim dianggap sebagai seorang sosiolog konservatif karena
pengaruhnya yang konservatif terhadap sosiologi. Akan tetapi pada masanya dia
adalah seorang yang liberal. Durkheim memiliki pengaruh yang mendalam dalam
bidang sosiologi. Ia meninggal pada 15 November 1917.
Teori Bunuh Diri Durkheim
Bunuh diri adalah tindakan yang menyebabkan kematian pelaku sendiri,
seperti yang disebutkan oleh Durkheim (2005: XI), “...the term suicide is applied to
any death which is the direct or indirect result of a positive or negative act
accomplished by the victim himself.” Dalam bunuh diri, pelakunya benar-benar

sadar bahwa tindakannya akan mengakibatkan kematiannya sendiri. Sebagai contoh,
bunuh diri dapat dimaknai sebagai tindakan positif dalam konteks ibu yang
menyelamatkan anaknya ketika ia akan ditabrak oleh mobil atau dengan dimaknai

sebagai tindakan negatif seperti orang yang melakukan bunuh diri karena dia tidak
bisa menerima kenyataan jika dia bangkrut.
Bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang ini mempengaruhi dirinya saja.
Namun dalam teori ini, bunuh diri dipandang bukan sebagai masalah psikologis,
tetapi sebagai fenomena sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Ketika
kasus bunuh diri dilihat secara terpisah, alasan-alasan yang didapatkan terkesan
individual. Namun demikian, ketika dipelajari lebih dalam, setiap kasus bunuh diri
memiliki ciri-ciri serupa yang menghubungkan setiap bunuh diri yang sebagian besar
berakar dari masalah sosial.
“If, instead of seeing in them only separate occurrences, unrelated and
to be separately studied, the suicides committed in a given society
during a given period of time are taken as a whole, it appears that this
total is not simply a sum of independent units, a collective total, but is
itself a new fact sui generis, with its own unity, individuality and
consequently its own nature—a nature, furthermore, dominantly social.
(Durkheim, 2005:xliv)”

Dalam teorinya, Durkheim menyatakan bahwa ada empat jenis bunuh diri.
Mereka bunuh diri Egoistik, bunuh diri altruistik, bunuh diri Anomik dan bunuh diri
Fatalistik. Ada dua variabel yang digunakan oleh Durkheim sebagai dasar untuk
membagi empat jenis bunuh diri tersebut, mereka adalah integrasi dan regulasi.
Integrasi adalah kualitas interaksi individu dengan masyarakat, sementara regulasi
adalah aturan yang mengatur dan menstabilkan masyarakat.
Bunuh diri egoistik adalah jenis bunuh diri yang disebabkan oleh rendahnya
integrasi antara individu dan masyarakat. Di sini, individu tidak memiliki
kemampuan untuk berinteraksi. Dia tidak ingin berinteraksi dengan masyarakat. Dia
menjadi

individualis.

Individualis

adalah

orang

independen


yang

hanya

membutuhkan sedikit keterikatan dengan lingkungannya. Ketika dia memiliki
masalah, dia menghadapi sendiri dan memecahkan masalah sendiri. Oleh karena itu,
bebannya lebih berat daripada orang biasa karena dia tidak bisa berbagi masalah

dengan orang lain. Jika dia tidak mampu menanggung masalahnya, ia cenderung
melakukan bunuh diri.
Bunuh diri altruistik adalah kebalikan dari bunuh diri Egoistik. Bunuh diri
egoistik terjadi karena individu tidak memiliki integrasi dengan masyarakat
sementara bunuh diri altruistik terjadi ketika integrasi sosial yang sangat kuat. Bunuh
diri ini didorong oleh masyarakat. Dalam hal ini, individu dipandang sebagai bagian
terkecil dari masyarakat yang memiliki nilai pribadi yang kecil. Jika dibandingkan
dengan masyarakat yang lebih besar, kepentingan diri tidak penting. Individu diserap
dalam kelompok. Masyarakat memiliki kekuatan untuk membuat mereka
mengorbankan hidup mereka. Mereka tidak dipaksa untuk mengorbankan diri.
Mereka menganggapnya sebagai tugas mereka.

Jenis terakhir adalah bunuh diri anomik. Bunuh diri ini terjadi sebagai akibat
dari melemahnya kekuatan masyarakat dalam mengatur keinginan masyarakat pada
masa transisi ekonomi. Untuk memahami bunuh diri anomi, istilah anomi istilah
harus dijelaskan. “...anomie refers to the state which results in society when there is a
decline of the social regulatory mechanisms” (Morrison, 2001:186). Apa yang
dimaksud dengan menurunnya kemampuan masyarakat dalam meregulasi? Menurut
Durkheim, regulasi berfungsi untuk menetapkan batas hasrat agar hasrat mereka
tidak melampaui sarana-sarana yang mereka gunakan untuk mencapainya. Regulasi
diperlukan untuk mengontrol hasrat sehingga hasrat dan kemampuan untuk
mendapatkan mereka berada dalam harmoni. Tugas ini dilakukan oleh masyarakat
melalui lembaga-lembaga moral yang mereka miliki. Namun, perkembangan bidang
industri dan ekonomi membangkitkan perubahan dalam mekanisme regulasi
masyarakat. Pengembangan tersebut melemahkan kekuatan masyarakat dalam
meregulasi hasrat karena itu hasrat menjadi tak terkendali. Bunuh diri karena
ketidakmampuan untuk mencapai hasrat karena menurunnya kemampuan ekonomi
itulah yang disebut dengan bunuh diri anomik.

Sebaliknya, bunuh diri fatalistis terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim
menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang
yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang

menindas. Contoh: perbudakan.
Pertanyaan Riset
1. Tipe bunuh diri apa yang dilakukan oleh karakter dalam karya sastra?
2. Kondisi sosial seperti apa yang menyebabkan karakter tersebut bunuh diri?
Referensi
Cragun, R.T. 2006. Introduction to Sociology. First Edition.
Durkheim, E. 2005. Suicide: a Study of Sociology. London: Routledge Classics.
Morrison, K. 2001. Marx Durkheim Weber: Formations of Modern Thought.
London:
SAGE Publications Ltd.
Ritzer George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.