Hubungan Lengkung Transversal Maksila Dengan Asimetri Vertikal Mandibula Pada Crossbite Posterior Unilateral

23

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asimetri
Definisi simetri adalah persamaan dalam segi ukuran, bentuk, dan susunan bagian
dari

suatu

bidang,

garis

atau

titik antara

satu


sisi

dengan

yang sisi

berlawanan.3,14,19 Asimetri berarti ketidakseimbangan ukuran, bentuk serta susunan
pada bidang, titik ataupun garis antara satu sisi dengan sisi yang lain.19 Asimetri
merupakan kondisi yang dapat ditemui hampir pada semua individu seperti halnya
asimetri fungsi ataupun morfologi yang dapat terlihat dalam aktivitas hidup seharihari seperti dominan dalam menggunakan tangan kanan atau tangan kiri.12
Simetri pada morfologi wajah adalah persamaan dalam ukuran, bentuk, dan lokasi
landmark wajah pada sisi berlawanan terhadap dataran midsagital.14,20,21 Dengan
demikian penerapan asimetri pada wajah menggambarkan ketidakseimbangan atau
disproporsionalitas antara sisi kanan dan kiri wajah. Namun, tidak ada wajah manusia
yang menunjukkan simetri bilateral sempurna.12,14
Penyebab asimetri bersifat multifaktorial dan berbeda pada setiap individu, serta
melibatkan faktor genetik dan lingkungan.3,22 Erupsi gigi yang tidak normal, gigi
desidui yang tanggal terlalu dini, ekstraksi gigi permanen dan kelainan skeletal yang
meliputi maksila dan mandibula dapat menjadi faktor penyebab asimetri. Meskipun
sangat beragam, etiologi asimetri dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

karena gangguan perkembangan, trauma dan patologi.22

24

Gangguan perkembangan adalah gangguan yang terjadi selama proses
perkembangan seseorang yang menyebabkan kondisi yang sebelumnya simetri
menjadi asimetri. Misalnya kebiasaan mengunyah di satu sisi atau tidur dengan posisi
miring ke satu sisi, dapat menyebabkan perubahan pada skeletal ataupun jaringan
lunak yang bersifat ipsilateral (hanya pada satu sisi).12 Trauma pada sendi
temporomandibula dapat menyebabkan perkembangan mandibula pada sisi yang
terkena trauma tidak sesuai dengan perkembangan yang seharusnya sehingga
menyebabkan asimetri pada wajah. Penyakit seperti artritis, infeksi pada sendi
temporomandibula, dan paralisis otot-otot ekspresi wajah seperti yang terjadi pada
pasien Bell’s Palsy juga menyebabkan asimetri pada wajah.3,12
Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kraniofasial yang terlibat
menjadi asimetri dental, skeletal, jaringan lunak, dan fungsional. Keempat jenis
asimetri tersebut dapat menimbulkan tampilan asimetri pada wajah.3,12,14,22
2.1.1 Asimetri Dental
Asimetri dental merupakan asimetri yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara jumlah gigi dengan lengkung gigi, ketidakseimbangan antara jumlah gigi

dengan lengkung gigi maksila dan mandibula pada segmen yang yang berlawanan,
serta ketidakseimbangan lengkung gigi maksila dan mandibula secara keseluruhan
atau sebagian.19,22
Pada individu dengan perkembangan simetri, sedikit perbedaan antara sisi kanan
dan kiri mungkin karena faktor lingkungan eksternal, seperti: mengisap ibu jari,
pengunyahan unilateral, kehilangan kontak karena gigi berlubang, kehilangan dini

25

karena ekstraksi atau trauma. Anak-anak maupun dewasa dapat memiliki asimetri
lengkung gigi, namun asimetri lengkung gigi pada orang dewasa cenderung lebih
besar. Hal ini terjadi akibat faktor lingkungan eksternal yang terus-menerus.3,23,24
Faktor-faktor genetik yang mempengaruhi ukuran material gigi dan ukuran lengkung
rahang dinilai belum terlalu memberi pengaruh terjadinya asimetri dental.3
Analisa asimetri lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan gigi
antara kanan dan kiri dalam arah sagital maupun transversal dengan membandingkan
letak gigi permanen kanan dan kiri. Analisa asimetri lengkung maksila dan mandibula
dari pandangan oklusal tidak hanya dapat mengungkapkan asimetri sisi kanan dan kiri
tetapi juga perbedaan angulasi bukolingual gigi.14,24,25,26
2.1.1.1 Asimetri Lengkung Gigi Transversal

Keberadaan asimetri pada lengkung gigi dapat dinilai beberapa teknik di
antaranya dengan menggunakan ruled grid. Teknik ini dilakukan dengan meletakkan
ruled grid yang transparan di atas foto model studi dengan aksis midline grid berada
pada midplatal raphe, sehingga distorsi pada lengkung gigi dapat diamati langsung
(Gambar 2.1).14,25 Teknik ini memiliki keuntungan yaitu dapat dengan cepat
menentukan sisi kiri atau kanan yang lebih lebar dan dapat dengan mudah melihat
pergeseran gigi.25
Teknik penentuan asimetri lengkung gigi dengan menggunakan ruled grid jarang
dipakai dalam penelitian. Beberapa penelitian melakukan penilaian keberadaan
asimetri lengkung gigi seperti yang dilakukan oleh Maurice TJ dan Mahmoud JK
mengukur jarak dari masing-masing titik referensi terhadap midline model studi. Medial

26

palatal plane (MPP) digunakan sebagai referensi pengukuran transversal dan MPPB
merupakan titik perpotongan antara MPP maksila dan MPP mandibula, seperti yang
dijelaskan dalam Gambar 2.2. Titik-titik referensi pada model studi maksila yaitu mesial
insisivus sentralis kanan dan kiri (U1R dan U1L), tonjol kaninus kanan dan kiri
(UCR/U3R dan UCL/U3L), tonjol mesiobukal molar dua desidui kanan dan kiri
(UERMB dan UELMB) serta tonjol mesiobukal molar satu permanen (U6RMB dan

U6LMB). Titik-titik

referensi pada model studi mandibula yaitu mesial insisivus

sentralis kanan dan kiri (L1R dan L1L), tonjol kaninus kanan dan kiri (LCR/L3R dan
LCL/L3L), tonjol mesiobukal molar dua desidui kanan dan kiri (LERMB dan LELMB)
serta tonjol mesiobukal molar satu permanen (L6RMB dan L6LMB). 10,13,27

Gambar 2.1. Ruled grid transparan ditempatkan di atas
permukaan oklusal model studi untuk
mengevaluasi asimetri lengkung gigi dan
posisi gigi (diskrepansi sagital dan
transversal)25
Maurice dkk menentukan midline pada model studi dengan menghubungkan
titik pertemuan rugae palatina kedua kiri dan kanan pada raphe palatina maksila dan

27

titik yang jaraknya 1 cm lebih distal dari titik pertama pada raphe palatina maksila.
Midline model mandibula diambil dari refleksi midline model maksila.10,13


Gambar 2.2. Titik- titik referensi model studi pada teknik
yang dipakai oleh Maurice dkk14
Teknik lain yang dipakai oleh Mahmoud untuk menentukan midline

model

maksila adalah dengan menghubungkan 2 titik referensi yaitu titik pertemuan bagian
distal papila insisivum dan fovea centralis. Midline model mandibula juga diambil
dari refleksi midline model maksila.27
Penilaian asimetri lengkung gigi dalam arah transversal yaitu membandingkan
jarak dari titik-titik referensi ke midline model antara sisi kanan dan kiri. Penelitian

28

Maurice dkk dan Mahmoud mengategorikan asimetri lengkung gigi secara klinis bila
selisih jarak titik referensi kiri dan kanan ke midline model ≥ 2 mm
(Gambar 2.3).10,13,27

Gambar 2.3. Perhitungan asimetri lengkung

gigi pada teknik yang dipakai
Maurice dkk15
Ferro dkk juga melakukan penelitian untuk menilai keberadaan asimetri lengkung
transversal maksila dengan memodifikasi teknik Maurice dkk. Titik-titik variabel
dental yang digunakan adalah ujung tonjol kaninus, tonjol bukal premolar pertama
dan kedua, serta tonjol mesiobukal, mesiolingual, dan distobukal molar pertama dan
kedua pada kedua sisi. Titik-titik ini diukur terhadap midpalatal raphe (midline
maksila) pada model studi dengan menghubungkan dua titik referensi anatomi pada
raphe palatina. Titik referensi anterior dibuat pada titik tengah rugae palatinal kedua

29

pada raphe palatina, sedangkan titik referensi posterior pada perbatasan antara
palatum keras dan lunak yaitu titik tengah antara foveola pada raphe palatina.2
Hasil penelitian Ferro dkk tersebut menyatakan bahwa ada 3 lengkung transversal
maksila pada sisi crossbite posterior unilateral, yaitu simetri, ekspansi dan kontraksi
(Gambar 2.4). Lengkung transversal ini ditetapkan dengan mengukur nilai
perbedaaan tranversal gigi antara sisi crossbite yang dibandingkan dengan sisi
noncrossbite.2


Gambar 2.4. Tipe lengkung transversal maksila yang dikelompokkan oleh
Ferro dkk: simetri, ekspansi dan kontraksi pada sisi crossbite
(XBS) 2
2.1.1.2 Asimetri Lengkung Gigi Sagital
Penilaian asimetri lengkung gigi dalam arah sagital juga dilakukan dengan
menggunakan teknik Maurice TJ dan Mahmoud JK menggunakan titik-titik referensi
yang sama pada penilaian asimetri lengkung gigi transversal (Gambar 2.2). Penilaian

asimetri lengkung gigi dalam arah sagital yaitu membandingkan jarak anteroposterior
titik-titik referensi terhadap dataran palatal transversal (TPP) yaitu garis yang tegak
lurus ke midpalatal raphe antara sisi kanan dan kiri (Gambar 2.3).10,13,27

30

2.1.1.3 Asimetri Lengkung Gigi Bukolingual
Penilaian asimetri lengkung gigi dalam arah bukolingual dilakukan untuk
mengetahui adanya rotasi molar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ferro dkk,
rotasi molar diukur menurut metode Friel. Rotasi molar diukur dengan mengukur
sudut antara raphe palatina dan garis yang melalui tonjol mesiobukal dan
mesiopalatal dari molar pertama maksila berkisar antara 55˚ sampai 65˚ untuk sisi

kanan dan 52˚ sampai 62˚ untuk sisi kiri.2
2.1.2 Asimetri Skeletal
Asimetri skeletal merupakan asimetri yang terjadi pada tulang pembentuk wajah
mencakup tulang rahang baik maksila maupun mandibula.12 Asimetri skeletal dapat
mencakup satu atau beberapa tulang pendukung wajah. Salah satu bentuk asimetri
yang mencakup beberapa tulang pendukung wajah adalah hemifacial microsomia
(Gambar 2.5).3,12 Mengunyah di satu sisi dalam waktu lama merupakan salah satu
penyebab terjadinya asimetri skeletal.12

Gambar 2.5. Hemifacial microsomia3

31

2.1.2.1 Asimetri Maksila
Asimetri skeletal maksila tidak ada yang berdiri sendiri karena deformasi maksila
secara bersamaan menyebabkan gangguan mandibula.28 Asimetri skeletal maksila
dapat terjadi karena:
1. Rotasi di sekitar sumbu sagital, dengan manifestasi canting transversal
dataran oklusal maksila.
2. Rotasi di sekitar sumbu vertikal, dengan manifestasi deviasi midline gigi

maksila.
3. Deviasi transversal di sepanjang dataran transversal, dengan manifestasi

crossbite posterior bilateral maupun unilateral.15
2.1.2.2 Asimetri Mandibula
Haraguchi dkk menyatakan bahwa asimetri pada 1/3 wajah bawah lebih besar
dibandingkan 1/3 wajah tengah dan atas.29

Bagian 1/3 wajah bawah mencakup

maksila dan mandibula, asimetri skeletal lebih sering terjadi pada mandibula.12 Hal
ini disebabkan pertumbuhan mandibula berlangsung lebih lama dari maksila sehingga
cenderung menunjukkan lebih banyak deviasi.12,29 Selain itu mandibula merupakan
organ yang bebas bergerak dan dapat beradaptasi secara fungsional, sedangkan
maksila terhubung secara kaku ke struktur skeletal yang berdekatan dengan sutura
dan sinkondrosis.29
Asimetri mandibula merupakan masalah yang penting karena berpengaruh
langsung terhadap penampilan wajah.20 Potensi pertumbuhan mandibula yang paling
besar terletak


pada regio kartilago kondilus.7,20 Kondilus memiliki kemampuan

32

pertumbuhan ke segala arah serta mampu beradaptasi sebagai respon selektif terhadap
pergerakan dan rotasi mandibula. Respon selektif mempengaruhi pertumbuhan ke
berbagai arah sesuai dengan kemampuan pertumbuhan individu yang bervariasi.
Cedera pada regio kondilus selama periode pertumbuhan dapat mengganggu potensi
pertumbuhan mandibula ke depan dan ke bawah, sehingga terjadi pergeseran
mandibula ke arah sisi yang terkena.20 Besarnya kemampuan adaptasi kondilus akan
mempengaruhi ramus. Ramus adalah bagian penting yang dipengaruhi secara
langsung dalam kompensasi pertumbuhan.7
Etiologi asimetri mandibula sangat luas, kemungkinan kombinasi genetik dan
pengaruh lingkungan. Penyebab umum termasuk trauma, infeksi, kelainan
perkembangan, masalah myogenic seperti; myospasm, pemendekan otot kronis, atau
splinting otot, sindrom Treacher Collins seperti: gangguan oklusal serta patologi
sendi seperti reumatoid artritis.30 Selain itu, dapat pula merupakan hasil dari
perkembangan asimetri dental, jaringan lunak maupun fungsional yang tidak dirawat
dalam waktu yang lama.12
Asimetri mandibula secara tradisional telah didiagnosis dengan menggunakan
kombinasi berbagai alat. Pemeriksaan asimetri mandibula mencakup pemeriksaan
klinis menyeluruh yang diikuti dengan foto dari berbagai pandangan frontal dan
lateral, serta pemeriksaan radiografi.3,19 Radiografi yang dapat digunakan

untuk

mendiagnosa asimetri mandibula adalah sefalometri lateral dan posteroanterior,
radiografi oblikus mandibula dengan sudut 45°, radiografi submentovertex, serta
radiografi panoramik.3,11,15,16,20,31

33

2.1.3 Asimetri Jaringan Lunak
Asimetri jaringan lunak merupakan asimetri yang terjadi karena adanya
perkembangan otot yang abnormal atau penyakit yang mempengaruhi perkembangan
otot pada salah satu sisi wajah. Asimetri ini dapat terjadi pada kondisi penyakit
hemifacial atrophy atau cerebral palsy. Asimetri jaringan lunak/muscular asymmetry
dapat menyebabkan disproporsi wajah dan diskrepansi midline.3,12
2.1.4 Asimetri Fungsional
Asimetri fungsional merupakan asimetri yang dapat terjadi karena adanya
gangguan untuk mencapai oklusi sentrik sehingga mandibula beradaptasi dengan
bergerak lebih ke arah lateral atau anteroposterior ketika oklusi sentrik. Hal yang
dapat menghalangi oklusi sentrik tersebut antara lain terjadinya kontriksi lengkung
rahang atas ataupun dapat juga karena adanya gigi yang malposisi.3 Pada kasus
gangguan sendi temporomandibula satu sisi, asimetri fungsional ditunjukkan dengan
adanya pergeseran midline wajah saat pembukaan mulut disebabkan adanya
gangguan pergerakan mandibula pada bagian yang terganggu.12
2.2 Crossbite Posterior Unilateral
Crossbite posterior banyak terjadi pada anak-anak dalam periode gigi bercampur,
antara usia 19 bulan sampai dengan 5 tahun. Prevalensi crossbite posterior
berdasarkan penelitian pada anak-anak Scandinavian adalah berkisar antara 8,7%
hingga 23,3%. Keadaan ini terlihat hampir konstan pada anak-anak usia 3, 6, 8, dan
10 tahun, dan yang paling banyak ditemui adalah crossbite posterior unilateral. Kutin
dan Hawes melakukan penelitian terhadap anak-anak usia prasekolah, menemukan

34

bahwa ada satu kasus crossbite posterior dari setiap 13 anak (7,69 %). Keadaan ini
menunjukkan persentase yang cukup tinggi.2,4,6,23
Crossbite posterior unilateral dapat terjadi dengan atau tanpa adanya shifting
mandibula.2,23 Untuk menentukan apakah crossbite yang terjadi adalah crossbite
dental, skeletal atau fungsional dilakukan evaluasi midline dental dan wajah dalam
posisi mulut terbuka, relasi sentrik, kontak awal dan oklusi sentrik.12,23 Selain itu
evaluasi juga dilakukan pada gambaran radiografi anteroposterior dalam posisi oklusi
sentrik dan relasi sentrik.23 Crossbite posterior unilateral dental menunjukkan
diskrepansi midline wajah dan dental yang sama besar dalam relasi dan oklusi sentrik.
Crossbite posterior unilateral skeletal menunjukkan diskrepansi midline wajah dan
dental yang sama dalam relasi dan oklusi sentrik, selain itu pada gambaran
anteroposterior menunjukkan diskrepansi skeletal dalam arah transversal. Crossbite
posterior unilateral fungsional menunjukkan terdapat shifting mandibula dari relasi
sentrik ke oklusi sentrik saat berfungsi.12,23
Langlade menyatakan bahwa crossbite posterior unilateral selain dapat dianalisa
secara klinis maupun fungsional, juga dapat dianalisa dengan menggunakan
sefalometri tiga dimensi dan model studi. Pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa
tidak hanya gigi molar maksila yang dapat menyebabkan crossbite posterior, tetapi
ditemukan bahwa 19,36% gigi molar mandibula dari 280 pasien ortodonti
menyebabkan crossbite posterior. Sejak tahun 1988, pernyataan Langlade digunakan
sebagai klasifikasi internasional dengan molar maksila dan mandibula sebagai
patokan kelainan transversal untuk menunjukkan derajat keparahan crossbite. Derajat

35

keparahan crossbite terdiri dari: (a) 0 adalah normal; (b) 1 adalah tonjol lawan tonjol;
(c) 2 adalah crossbite satu tonjol; dan (d) 3 adalah crossbite dua tonjol.32
Crossbite posterior dapat disebabkan posisi molar maksila atau mandibula yang
salah, yang terdiri dari:
Maksila:

UB3= crossbite 2 tonjol bukal molar maksila.
UB2= crossbite 1 tonjol bukal molar maksila.
UEE= molar maksila dan mandibula tonjol lawan tonjol.
UL2= crossbite 1 tonjol lingual molar maksila.
UL3= crossbite 2 tonjol lingual molar maksila. (Gambar 2.6)

Mandibula:

LB3= crossbite 2 tonjol bukal molar mandibula.
LB2= crossbite 1 tonjol bukal molar mandibula.
LEE= molar maksila dan mandibula tonjol lawan tonjol.
LL2= crossbite 1 tonjol lingual molar mandibula.
LL3= crossbite 2 tonjol lingual molar mandibula.(Gambar 2.7)

Gambar 2.6. Crossbite posterior akibat posisi molar maksila yang salah, secara
berurutan gambar menunjukkan UB3, UB2, UEE, UL2, dan
UL3.32

36

Gambar 2.7. Crossbite posterior akibat posisi molar mandibula yang salah,
secara berurutan gambar menunjukkan LB3, LB2, LEE, LL2,
dan LL3.32
Pada pasien crossbite unilateral, biasanya mandibula shifting ke arah crossbite
ketika gigi beroklusi dari posisi istirahat ke posisi interkuspasi maksimal. Pada
beberapa kasus, shifting mandibula menetap ke arah crossbite pada saat istirahat.
Shifting yang terjadi pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan displacement
fungsional mandibula, khususnya pada regio kondilus. Berdasarkan hal ini, posisi
mandibula yang asimetri pada crossbite unilateral kemungkinan dapat memicu tinggi
kondilus yang tidak sama.16
2.3 Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik merupakan proyeksi yang berguna untuk melihat struktur
dental maupun tulang dari maksila dan mandibula, menentukan keberadaan kondisi
patologis, kehilangan gigi, serta gigi supernumerari.1,14,23 Radiografi panoramik
adalah salah satu bahan diagnosa

yang sering digunakan karena dapat

menggambarkan sendi, gigi, dan bagian rahang lainnya. Selain untuk pengukuran
mandibula seperti panjang gigi atau tinggi tulang, radiografi panoramik sekarang

37

digunakan sebagai alat diagnostik dalam situasi yang lebih rumit, seperti evaluasi
asimetri mandibula serta untuk mengetahui adanya masalah TMD (Gambar 2.8).20,33
Pengukuran asimetri mandibula secara linear yaitu dari perbedaan tinggi vertikal
kondilus dan ramus kanan dan kiri, atau secara angular yaitu pengukuran sudut
gonial, sudut pogonion dan sudut kondilus.11
Radiografi panoramik rutin digunakan di klinik sebagai bahan diagnosa karena
hasil radiografi yang dapat diterima, tidak bersifat invasif, hemat, serta subjek hanya
mendapat radiasi yang minimal.15,31,34 Menurut Graber, pembesaran pada radiografi
panoramik seragam dan secara material tidak mempengaruhi keputusan diagnostik.
Dalam bidang vertikal, pembesaran tergantung pada faktor proyeksi saja. Karena
jarak antara titik fokus dari tabung X-Ray dan film selalu sama, pembesaran subjek di
atau dekat palung fokus adalah linear. Oleh karena itu beberapa penulis menyatakan
bahwa pengukuran vertikal pada radiografi panoramik relatif reliable.16,35

Gambar 2.8. Asimetri mandibula dapat dilihat secara panoramik.34

38

Kambylafkas dkk menyatakan bahwa radiografi panoramik dapat digunakan
untuk mengevaluasi asimetri vertikal posterior mandibula.15,16,31 Banyak penulis
menunjukkan bahwa reproduksibilitas pengukuran vertikal dan sudut pada radiografi
panoramik diterima jika kepala pasien diposisikan dengan benar pada alat dan
menggunakan bite block.15,34,35 Habets dkk menyatakan bahwa pemegang kepala
harus tetap ke perangkat, dan kepala harus berpusat pada pemegang kepala karena
radiografi panoramik klinis harus dievaluasi.15,20,31 Selain itu Habet dkk juga
menyatakan bahwa perubahan 1 cm posisi kepala saat pengambilan roentgenografi
panoramik menghasilkan perbedaan nilai dimensi vertikal sebesar 3%, sehingga
perbedaan nilai dimensi vertikal lebih dari 3% menunjukkan adanya asimetri vertikal
kondilus, ramus, dan kondilus-ramus pada mandibula.17,18
Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam
menentukan asimetri skeletal mandibula adalah kondilus dan ramus.11 Asimetri
ramus

ditentukan

menurut

metode

yang

dikemukakan

Habet

dkk

(Gambar 2.9).2,15,20,30,31,33,34,36
Perbedaan nilai dimensi vertikal ramus dihitung menggunakan rumus
berikut:2,15,20,33,35,36
A = ([TRkanan - TRkiri]/[TRkanan + TRkiri]) x 100%

Keterangan : IA
TR

= Indeks Asimetri
= Tinggi Ramus

39

Gambar 2.9. Metode pengukuran tinggi ramus Z-Y berdasarkan
Habet dkk. Y, titik terendah dari tepi posterior ramus
yang paling menonjol; Z, perpotongan antara 2 garis
singgung yaitu garis singgung Y (tangen ramus) yang
tegak lurus terhadap garis singgung yang melalui bagian
atas kondilus (tangen kondilus).2

40

2.4 Kerangka Teori

Wajah
Gangguan
perkembangan

Simetri

Hambatan
oklusal

Asimetri

Kebiasaaan
buruk

Crossbite

Anterior

Posterior

Radiografi
Sefalometri
lateral

Panoramik
Angular

Skeletal

Fungsional

Tulang
wajah

Pergeseran
mandibula

Asimetri
mandibula

Pemeriksaan
fotometrik
Sefalometri
anteroposterior

Dental
Gigi

Submentovertex

Transversal

Sagital

Crossbite
posterior

Linear
Unilateral
Vertikal

Tinggi
ramus

Tinggi
kondilus

Simetri

Otot
wajah

Model
studi

Asimetri
maksila

Pemeriksaan
klinis

Lengkung
gigi

Jaringan
lunak

Ekspansi

Kontraksi

Bukolingual

41

2.5 Kerangka Konsep

Crossbite Posterior Unilateral

Model studi

Panoramik

Lengkung Maksila
Transversal

Asimetri Vertikal
Mandibula

Simetri

Ekspansi

Perbedaan Tinggi
Ramus

Kontraksi

Hubungan

2.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan lengkung transversal maksila simetri dengan asimetri vertikal
mandibula pada crossbite posterior unilateral.
2. Ada hubungan lengkung transversal maksila ekspansi dengan asimetri vertikal
mandibula pada crossbite posterior unilateral.
3. Ada hubungan lengkung transversal maksila kontraksi dengan asimetri
vertikal mandibula pada crossbite posterior unilateral.
4. Salah satu lengkung transversal maksila dominan mengalami asimetri vertikal
mandibula pada crossbite posterior unilateral.

42

5. Ada perbedaan lengkung transversal maksila antara mandibula yang simetri
dan asimetri pada crossbite posterior unilateral.