Hubungan Sense Of Humor dengan Personal Adjustment pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sense of Humor
1. Humor
Hartanti (2008), mengungkapkan bahwa humor berasal dari kata umor
yaitu You-moors= cairan-mengalir. Stimulus humor merupakan ungkapan
verbal dan non verbal yang dapat menyebabkan pendengar atau mereka
yang menciptakan humor tergelitik untuk tertawa (Danandjaja dalam
Bastaman, 2008).
Menurut Thorson dan Powell (1993), humor memiliki komponenkomponen sebagai berikut:
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif mencakup evaluasi dari humor sebagai stimulus
dalam bentuk humor yang diterima. Berikut ini adalah beberapa hal
yang terkait dengan komponen kognitif dalam melatarbelakangi
penerimaan respon humor secara personal:
1) pengetahuan seseorang,
2) latar belakang sosial-budaya,
3) tipe kepribadian,
4) keadaan jiwa tertentu,
5) kedewasaan seseorang.

b. Komponen Afektif

Universitas Sumatera Utara

Komponen afektif meliputi perasaan subjektif yang dihasilkan oleh
humor sebagai stimulus. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi
perasaan seseorang secara subjektif dari penerimaan humor, yaitu:
1) sebagai bentuk pemberian penghargaan oleh orang lain kepada
individu,
2) pengakuan yang dilontarkan dari orang lain,
3) sebagai bentuk apresiasi pada humor,
4) perasaan humor (sense of humor),
5) perspektif atau sudut pandang seseorang.

2. Definisi Sense of Humor
Sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor yang dimiliki oleh

seseorang. Menurut Meredith (Hartanti, 2008), kepekaan humor adalah
kemampuan untuk menertawakan semua hal, bahkan diri sendiri dengan
tetap mencintai dan menyukainya.

Hughes

(2008)

menjelaskan

kepekaan

humor

merupakan

kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan dan
menikmati humor. Kepekaan humor ini dapat menghasilkan hal-hal positif
ataupun konsep diri yang positif. Kemudian menurut Martin dan Lefcourt
(2010), frekuensi seseorang ketika tersenyum, tertawa dan merespon halhal yang berkaitan dengan hiburan dalam berbagai situasi menunjukkan
sense of humor. Tidak hanya mencakup kognitif dan apresiasi terhadap

Universitas Sumatera Utara


stimulus humor yang diberikan, sense of humor juga berkaitan dengan
kemampuan dalam memproduksi stimulus humor.
Menurut Martin (2007), Sense of humor dikonsepkan sebagai
perilaku

kebiasaan

(kecenderungan

untuk

sering

tertawa,

untuk

memberitahu lelucon dan menghibur orang lain dengan spontan,
menertawakan humor dari produksi orang lain), kemampuan (untuk
membuat humor, untuk menghibur orang lain, untuk mendapatkan lelucon,

mengingat lelucon), sifat temperamen (kebiasaan kegembiraan dan jiwa
bermain), respon estetika (kesenangan jenis tertentu dari bahan humoris),
sikap (sikap positif terhadap humor dan orang-orang yang humoris), dan
mekanisme pertahanan (kecenderungan untuk mempertahankan perspektif
humor dalam menghadapi kesulitan).
Thorson & Powell (1993) menyatakan bahwa sense of humor
merupakan konsep yang multidimensional, yang berarti sense of humor
yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya ditunjukkan melalui satu dimensi
seperti kemampuan seseorang untuk menciptakan humor melainkan juga
menunjukkan dimensi lainnya seperti kemampuan bereaksi, menghargai,
bahkan menyelesaikan masalah menggunakan humor.
Eysenck (Ruch, 2007) menyatakan istilah kepekaan humor
digunakan untuk tiga hal berikut ini:
a. The conformist sense , yaitu tingkat kesamaan di antara individu satu
dengan yang lain dalam apresiasi terhadap materi-materi humor.

Universitas Sumatera Utara

b. The quantitative sense , yaitu yang menunjukkan seberapa sering
seseorang tertawa dan tersenyum serta seberapa mudah seseorang

merasa gembira.
c. The productive sense , yaitu menekankan seberapa banyak seseorang
menceritakan cerita-cerita lucu dan membuat orang lain gembira.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor
yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menertawakan segala hal
termasuk dirinya sendiri serta kemampuan untuk mempersepsikan,
mengekspresikan dan menangkap humor yang dikaitkan dengan frekuensi
tersenyum, tertawa dan merespon hal-hal yang berhubungan dengan
hiburan, tidak hanya dalam hal merespon humor, tetapi juga dalam hal
bereaksi, menghargai, bahkan menyelesaikan masalah menggunakan
humor serta menciptakan humor itu sendiri dalam bentuk perilaku,
kemampuan, temperamen, respon, sikap dan mekanisme mempertahankan
humor itu sendiri yang digambarkan dengan conformist sense, quantitative
sense dan productive sense.

3. Aspek Sense of Humor
Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting sense of
humor , yang terdiri dari:


a. Humor Production
Humor production adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang

dapat membuat orang tertawa atau tersenyum, menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

kesenangan pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan
diterima oleh lingkungan.
b. Coping with Humor
Aspek

coping

with

humor

menjelaskan


bagaimana

individu

menggunakan sesuatu yang membuat seseorang tertawa atau
tersenyum dan menimbulkan kesenangan untuk mengatasi situasisituasi stressful pada diri individu.
c. Humor Appreciation
Humor appreciation adalah kemampuan untuk mengapresiasikan

sesuatu yang membuat orang tertawa atau tersenyum, indikasi dari
seberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu
sebagai bagian dari perilaku orang lain.
d. Attitude Toward Humor
Attitude toward humor merupakan kecenderungan untuk tersenyum

atau tertawa pada setiap situasi yang lucu.

4.

Dimensi Sense of Humor

Masih menurut Martin (2007), sense of humor terdiri atas beberapa dimensi,
yaitu:
a. Affiliative Humor
Dimensi ini ditunjukkan dengan melemparkan hal-hal yang lucu,
melemparkan canda atau banyolan, senang menghibur orang secara

Universitas Sumatera Utara

spontan, menggunakan humor untuk meningkatkan hubungan, dan untuk
meredakan ketegangan interpersonal.
b. Self-enhancing Humor
Melibatkan pandangan yang humoris terhadap hidup, suatu kecenderungan
merasa terhibur dengan ketidakpastian hidup dan memiliki perspektif yang
humoris bahkan saat menghadapi stres atau kemalangan.
c. Aggressive Humor
Berhubungan dengan sarkasme, sindiran, ejekan, cemoohan, atau humor
yang bersifat meremehkan dan menghina orang lain.
d. Self-defeating Humor
Meliputi humor yang bersifat sangat menghina diri sendiri dan berusaha
untuk menghibur orang lain dengan melakukan atau mengatakan hal-hal

yang lucu mengenai diri sendiri.

B. Personal Adjustment
1. Definisi Personal Adjustment
Personal adjustment atau adjustment saja adalah istilah Psikologi untuk

menyebutkan penyesuaian diri. Adjustment sendiri merupakan suatu proses
untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.
Calhoun dan Acocella (2007) menyatakan bahwa personal adjustment
adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri,
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu tersebut
hidup. Kartono (2008) menyatakan bahwa personal adjustment adalah

Universitas Sumatera Utara

reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan pada individu dan
merupakan usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan
pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka,
depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi
yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Gerungan (2010)

menjelaskan bahwa menyesuaikan diri memiliki pengertian yang luas, di
mana individu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi
individu juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan
dirinya.
Berdasarkan

definisi-definisi

personal

adjustment

yang

dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa personal
adjustment adalah suatu proses di mana individu mencari titik temu antara

dirinya dan tuntutan lingkungannya meliputi interaksi yang terus menerus
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan tempat
tinggalnya, sehingga perasaan dan emosi pribadi yang tidak sesuai dapat

dikikis dan untuk mencapai harmonisasi diri sendiri dengan lingkungan,
yang berarti tidak hanya mengubah diri sesuai tuntutan lingkungan, namun
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri.

Universitas Sumatera Utara

2. Karakteristik Personal Adjustment
Personal adjustment yang baik memiliki lima karakteristik (Runyon dan

Haber, 1984; Irene, 2013). Karakteristik tersebut adalah:
a. Persepsi yang akurat terhadap realita
Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian
menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan
yang realistik sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengenali
tindakan serta konsekuensi tindakannya agar dapat menuntun individu
pada perilaku yang sesuai.
b. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan
Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan dimiliki individu untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu
menerima kegagalan yang dialami.
c. Self- image positif
Penilaian diri harus bersifat positif dan negatif. Individu harus berusaha
memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu
perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu seharusnya
mengakui kelemahan dan kelebihannya secara realistik, sehingga ia
mampu mengembangkan potensi diri secara penuh.
d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan
Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik
dan tetap berada di bawah kontrol. Kontrol yang berlebihan atau

Universitas Sumatera Utara

sebaliknya kekurangan kontrol, akan menyebabkan ketidakstabilan
emosi.
e. Hubungan interpersonal yang baik
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan
interpersonal dengan orang-orang di sekitarnya hingga mencapai
hubungan yang saling menguntungkan.

3. Aspek Personal Adjustment
Baker & Siryk (1984) berpendapat bahwa penyesuaian diri mahasiswa di
lingkungan Perguruan Tinggi memiliki aspek tersendiri, yaitu:
a. Academic Adjustment
Academic adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan serta mencapai
tingkat kepuasan pada prestasi akademisnya. Academic adjustment
meliputi motivasi (sikap terhadap tujuan akademis, motivasi untuk
mencapai tujuan akademis dan untuk berkuliah), aplikasi (seberapa
mampu motivasi diubah menjadi suatu usaha untuk mencapai tujuan
akademis), performa (keberhasilan dan keefektifan dalam mencapai
tujuan akademis), dan lingkungan akademis (kepuasan terhadap
lingkungan akademis).

Universitas Sumatera Utara

b. Social Adjustment
Social adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan kampus. Aspek ini meliputi keterlibatan
individu dalam kegiatan di lingkungan kampus, keterlibatan dan
hubungan individu dengan orang lain di lingkungan kampus, serta
kepuasan individu terhadap lingkungan kampus.
c. Emotional Adjustment
Emotional

adjustment

adalah

kemampuan

mahasiswa

untuk

menyesuaikan diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik yang
dihadapi sebagai mahasiswa baru. Aspek ini meliputi kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) dan kesejahteraan fisik (physical
well-being).

d. Institutional Attachment
Institutional

attachment

adalah

kemampuan

mahasiswa

untuk

menyesuaikan diri dengan institusi tempatnya berkuliah dengan
membangun kelekatan antar dirinya, kampus dan kegiatan perkuliahan
yang dijalani. Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan perkuliahan. Aspek ini meliputi perasaan
dan kepuasan terhadap lingkungan atau kegiatan perkuliahan secara
umum dan kepuasan terhadap kegiatan perkuliahan secara khusus
(fakultas atau program studi).

Universitas Sumatera Utara

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Adjustment
Soeparwoto, dkk (2004) mengemukakan faktor-faktor personal adjustment
yang terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
1) Motif dari dalam diri individu, yaitu motif-motif sosial seperti
motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi.
2) Konsep diri individu, yaitu bagaimana individu memandang dirinya
sendiri baik dari aspek fisik, psikologis maupun sosial. Individu
dengan konsep diri positif akan lebih mampu melakukan personal
adjustment yang menyenangkan dibanding individu dengan konsep

diri negatif, pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya.
3) Persepsi individu, yaitu pengamatan dan penilaian individu
terhadap objek, peristiwa maupun kehidupan, baik melalui proses
kognisi maupun afeksi untuk membangun konsep tentang objek
tertentu dalam hidup.
4) Sikap individu, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku
positif atau negatif. Individu yang bersikap positif terhadap segala
sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk
melakukan personal adjustment yang baik daripada individu yang
sering bersikap negatif.
5) Intelegensi dan minat, di mana intelegensi merupakan modal untuk
menalar dan menganalisis, sehingga individu memiliki dasar
melakukan personal adjustment. Faktor minat akan terlihat

Universitas Sumatera Utara

pengaruhnya jika individu memiliki minat terhadap sesuatu,
sehingga mendorong personal adjustment yang lebih cepat.
6) Kepribadian, di mana tipe kepribadian ekstrovert pada prinsipnya
akan lebih lentur dan dinamis, sehingga individu dengan tipe
kepribadian ekstrovert akan lebih mudah melakukan personal
adjustment dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung

kaku dan statis.

b. Faktor eksternal
1) Keluarga, di mana pada dasarnya kehidupan dalam keluarga yang
demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan
peluang bagi individu untuk melakukan proses personal adjustment
secara efektif.
2) Kondisi sekolah atau kampus, di mana kondisi kampus yang sehat
akan mendasari terjadinya proses personal adjustment yang
harmonis.
3) Kelompok teman sebaya, di mana kelompok teman sebaya sendiri
ada yang menguntungkan da nada yang justru menghambat proses
personal adjustment individu, tergantung bagaimana orang-orang di

dalam kelompok tersebut.
4) Prasangka sosial, di mana pandangan masyarakat terhadap kelompok
tertentu akan mempengaruhi bagaimana proses personal adjustment.

Universitas Sumatera Utara

Individu yang mendapat streotip negatif dari masyarakat dianggap
akan terhambat dalam proses personal adjustment.
5) Hukum dan norma sosial, di mana semakin dijunjung suatu aturan
hukum atau norma yang berlaku di masyarakat, maka akan baik
perkembangan personal adjustment individu.

C. Mahasiswa Rantau Tahun Pertama
Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa
Indonesia Online, kbbi.web.id). Menurut Siswoyo (2007), mahasiswa dapat
didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang
dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani
pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari
akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.
Kata rantau didefinisikan sebagai daerah (negeri) di luar daerah
(negeri) sendiri atau daerah (negeri) di luar kampung halaman; negeri asing
(Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id). Menurut Naim (2013),
perantau memiliki enam unsur pokok, yaitu meninggalkan kampung halaman;
dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu yang lama atau singkat; dengan
tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman;
biasanya dengan maksud pulang; dan adalah lembaga sosial yang
membudaya. Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa mahasiswa rantau adalah

Universitas Sumatera Utara

sekelompok individu yang berada pada tahapan usia dewasa awal yang
memutuskan untuk menuntut ilmu di luar daerah asalnya dalam jangka waktu
tertentu dan atas kemauan sendiri.
Mahasiswa rantau tahun pertama dalam hal ini adalah mahasiswa
yang berasal dari daerah luar Kota Medan dan merupakan pelajar USU yang
baru memasuki dunia perkuliahan atau masih berada di tahun pertama
perkuliahan.

D. Dinamika Hubungan antara Sense of Humor dan Personal Adjustment
pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama
Mahasiswa baru yang pada umumnya berusia 18 sampai 21 tahun berada
pada rentang usia dewasa awal yang oleh Havighurst (dalam Monks, Knoers
& Haditono, 2001) dikatakan bahwa tugas perkembangan dewasa awal adalah
menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik
atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara,
membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan
suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Vailant (dalam Papalia,
1998) yang membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, di mana masa
pertamanya adalah masa pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas
perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga
baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Pendapat para
tokoh ini menyimpulkan bahwa sesuai dengan tugas perkembangannya,
mahasiswa sebagai dewasa awal dituntut untuk lebih berperan fungsional,

Universitas Sumatera Utara

yang dalam hal ini berarti mampu menjalani hidup dengan mandiri di
manapun ia berada dan mampu membangun serta memelihara hubungan
interpersonal untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut.
Di samping tugas perkembangannya sebagai dewasa awal,
mahasiswa tingkat pertama memang diharapkan dapat menyesuaikan dirinya
secara sosial dengan lingkungan dan kehidupan barunya sebagai mahasiswa,
terlebih sebagai mahasiswa rantau yang masih minim pengalaman dan
pengetahuannya terhadap kota yang dituju. Ini berarti, sebagai mahasiswa
rantau tahun pertama, kesuksesan proses penyesuaian diri atau yang lebih
dikenal dengan personal adjustment menjadi penting untuk diperhatikan.
Salah satu aspek personal adjustment adalah kemampuan untuk mengatasi
stres dan kecemasan di lingkungan baru. Faktor-faktor personal adjustment
seperti sikap dan konsep diri individu dalam hal ini mempengaruhi individu
untuk melewati stress dan kecemasan ini, begitu juga dengan faktor-faktor
eksternal

lainnya

yang berkontribusi

terhadap kesuksesan

personal

adjustmeni. Namun lebih spesifik lagi, terkait untuk mengatasi stres dan

kecemasan di lingkungan baru, beberapa penelitian membuktikan bahwa
humor memiliki pengaruh terhadap stres pada individu. Hal ini diungkapkan
oleh Setiawan (1990), bahwa humor berfungsi untuk menghilangkan stres
akibat tekanan jiwa atau batin. Terkhusus dalam hal personal adjustment,
Hartanti dan Soerjantini (2003) berpendapat bahwa seseorang akan mudah
beradaptasi dengan humor karena humor mengurangi kecemasan pada
seseorang.

Universitas Sumatera Utara

Aspek lainnya yang terdapat pada personal adjustment adalah social
adjustment, yaitu kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang baik.

Hubungan sosial dalam hal ini meliputi hubungan interpersonal yang
dibangun oleh mahasiswa dengan orang-orang di lingkungan kampusnya.
Humor adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
ini, di mana Mulkay (dalam Martin, 2007) memandang humor sebagai cara
menggabungkan, merangkul, dan bahkan merayakan kontradiksi, keganjilan
atau ambiguitas yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal. Modus lucu
memungkinkan orang untuk bernegosiasi mengenai konflik tertentu.
Misalnya, bercanda dan menggoda tentang topik yang tidak saling disetujui
akan lebih baik daripada menggunakan komunikasi yang terlalu serius dan
akhirnya berujung pada argumen yang tidak bisa menyelesaikan masalah
hingga menyebabkan kemarahan dan merusak hubungan. Jenis humor yang
digunakan dalam hal ini dapat berupa affiliative humor (Martin, 2007) di
mana perilaku affiliative humor

salah satunya ditunjukkan dengan

melemparkan canda atau banyolan dengan tujuan meningkatkan hubungan
atau meredakan ketegangan interpersonal.
Modus lucu memungkinkan mereka untuk mengekspresikan
pandangan pribadi, namun di sisi lain juga mendengar dan mengakui
pendapat pihak lain. Dengan demikian, humor adalah cara untuk bermain dan
tertawa tentang keganjilan dalam perasaan yang sebenarnya saling
bertentangan, di mana secara bersamaan, individu juga mampu bersikap
tahan terhadap pendapat pihak lainnya. Hal ini berarti bahwa humor juga

Universitas Sumatera Utara

dapat mendukung salah satu karakteristik personal adjustment yang baik,
yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, di mana individu mampu
menyatakan pendapatnya yang dengan menggunakan humor akan jauh lebih
aman dari konflik. Persepsi ini akan menghasilkan dan mempertahankan

perasaan positif tentang hubungan, meskipun pandangan kedua pihak
berbeda. Ini adalah salah satu contoh dari banyaknya cara menggunakan
humor

untuk

memungkinkan

orang

dalam

hubungan

interpersonal

menyampaikan informasi tentang keyakinan mereka, sikap, motif, perasaan,
dan kebutuhan, yang mungkin memang tidak sesuai jika disampaikan dengan
komunikasi yang terlalu serius. Dengan cara seperti ini, tidak hanya informasi
yang tersampaikan, namun tawa dan kegembiraan dalam hubungan juga akan
muncul dan kemudian mempengaruhi sikap serta perasaan positif satu sama
lain.
Kepribadian ekstrovert merupakan salah satu faktor internal yang
menurut Runyon dan Haber (dalam Irene, 2013) dapat membantu proses
personal adjustment. Berkaitan dengan hal ini, orang-orang dengan sense of
humor yang tinggi dikarakteristikkan dengan trait-trait positif, seperti ramah,

ekstrovert, penuh perhatian, menyenangkan, menarik, imajinatif, cerdas,
perceptive dan stabil secara emosional kepada siapa saja sehingga individu

dengan sense of humor yang tinggi dianggap lebih menarik untuk dijadikan
teman (Cann and Calhoun, 2001 dalam Martin, 2007). Ketika kita bertemu
dengan seseorang yang tinggi sense of humor nya untuk pertama kali, kita
cenderung dengan cepat membentuk kesan dan penilaian tentang kepribadian

Universitas Sumatera Utara

yang ramah-tamah, bersahabat, dapat dipercaya, dan sebagainya (E. E. Jones,
1990 dalam Martin, 2007).
Sense of humor juga secara positif berkaitan dengan kesehatan

psikologis, seperti sikap optimis dan self esteem yang baik, namun sebaliknya
berkorelasi negatif dengan tanda-tanda distress dan depresi (Thorson, &
Powell, 1993). Holden, 1993; Moody, 1979; Robinson, 1991 (dalam Thorson,
& Powell, 1993) menyatakan, humor memiliki peran penting dalam
kehidupan, membantu individu untuk hidup lebih baik dan mampu
menghadapi masalah sehari-hari. Pada mahasiswa, hal ini akan menunjang
salah satu aspek personal adjustment, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik.

E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai teori masing-masing variabel dan hubungan di
antara keduanya, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan
antara sense of humor dan personal adjustment pada mahasiswa rantau tahun

pertama di USU.

Universitas Sumatera Utara