Performansi Mesin Sepeda Motor Satu Silinder Berbahan Bakar Premium Dan Pertamax Plus Dengan Modifikasi Rasio Kompresi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Motor Bakar
Motor bakar adalah adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin

yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah
energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi termal tersebut
diperoleh dari hasil proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin itu sendiri.
Cara memperoleh energi termal tersebut dari hasil proses pembakaran bahan
bakar di dalam mesin itu sendiri, maka dapat dibagi menjadi 2 bagian dengan
kelebihan masing-masing, yaitu:
1. Mesin Pembakaran Luar (External Combustion Engine)
Contohnya :
a. Steam engine (mesin uap torak), panas pembakaran di dalam ruang
bakar akan memanasi air yang kemudian menjadi uap sehingga uap
tersebut akan menggerakkan torak.
b. Turbin gas dan turbin uap
Kelebihannya:

1.

Dapat digunakan bahan bakar berkualitas rendah baik bahan bakar
padat, cair maupun gas.

2.

Kapasitas besar, seperti : pusat pembangkit tenaga listrik, pusat
pembangkit tenaga uap, dalam hal ini untuk penggerak turbin dan
proses produksi.

3.

Pada umumnya tidak terdapat bagian yang bergerak translasi bolakbalik sehingga getaran yang terjadi kecil.

2. Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engine)
Contohnya :
a. Motor bakar torak : mesin otto dengan penyalaan loncatan bunga api,
mesin diesel dengan penyalaan kompresi, mesin wankel dengan gerak
torak berputar (rotary).

Kelebihannya:
1. Sederhana/simple

Universitas Sumatera Utara

2. Bahan bakar lebih irit.
3. Investasi awal lebih kecil.
4. Cocok untuk tenaga penggerak pada kendaraan.

2.1.1. Mesin Diesel
Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam.
Karakteristik utama pada mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar
yang lain terletak pada metode pembakaran bahan bakarnya.
Cara kerja mesin diesel ini adalah udara masuk ke dalam ruang bakar
mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi dari rasio
kompresi dari mesin otto. Beberapa saat sebelum piston pada posisi Titik Mati
Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan bakar diesel
diijeksikan ke ruang bakar dalam tekanan tinggi melalui nosel supaya bercampur
dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil pencampuran ini menyala dan
membakar dengan cepat, ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang

pembakaran mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan
menghasilkan tenaga linear. Siklus diesel (ideal) pembakaran tersebut dimisalkan
dengan pemasukan panas pada tekanan konstan.

Gambar 2.1 Diagram P-v Mesin Diesel aktual dan ideal

Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)
V = Volume Spesifik (m3/kg)

Universitas Sumatera Utara

qin = Kalor yang masuk (kJ)
qout = Kalor yang dibuang (kJ)

Gambar 2.2 Diagram T-S Mesin Diesel

Keterangan Gambar :
T = Temperatur (K)
S = Entropi (kJ/kg.K)


qin = Kalor yang masuk (kJ)
qout = Kalor yang dibuang (kJ)
Keterangan siklus :
1-2 Kompresi Isentropik
2-3 Pemasukan Kalor pada Tekanan Konstan
3-4 Ekspansi Isentropik
4-1 Pengeluaran Kalor pada Tekanan Konstan

Mesin diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine). Prinsip kerja motor diesel
adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia di dapatkan
melalui proses reaksi kimia (pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser

Universitas Sumatera Utara

(udara) di dalam silinder (ruang bakar). Pembakaran pada mesin diesel terjadi
karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi
torak hingga mencapai temperatur nyala.


Gambar 2.3 Langkah kerja mesin diesel [12]
Proses kerja motor diesel terdiri dari 4 langkah sebagai berikut :
a). Langkah Hisap
Piston bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah),
katup masuk terbuka. Udara murni terhisap masuk ke dalam selinder akibat
terjadinya kevakuman dalam ruang silinder karena terjadi pembesaran volume
ruang di atas torak (gerak dari TMA ke TMB).
b). Langkah Kompresi
Poros engkol terus berputar, piston bergerak dari TMB ke TMA, kedua
katup tertutup. Udara murni yang terhisap tadi terkompresi dalam ruang bakar.
Karena terkompresi suhu dan tekanan udara tersebut naik hingga mencapai 35 atm
dengan temperatur 500⁰ - 800⁰ (pada perbandingan kompresi 20 : 1).
c). Langkah Usaha
Poros engkol masih terus berputar, beberapa derajat sebelum torak
mencapai TMA di akhir langkah kompresi, bahan bahar diinjeksikan ke dalam
ruang bakar. Karena suhu udara kompresi yang tinggi terjadilah pembakaran yang
menghasilkan tekanan eksplosif yang mendorong piston bergerak dari TMA ke

Universitas Sumatera Utara


TMB. Kedua katup masih dalam keadaan tertutup. Gaya dorong ke bawah
diteruskan oleh batang piston ke poros engkol untuk dirubah menjadi gerak rotasi.
Langkah usaha ini berhenti ketika katup buang mulai membuka beberapa derajat
sebelum torak mencapai TMB.
d). Langkah Buang
Poros engkol masih terus berputar, piston bergerak dari TMB ke TMA,
katup buang terbuka. Gas sisa hasil pembekaran terdorong keluar dari ruang bakar
(ruang silinder di atas torak) menuju udara luar melalui katup buang yang terbuka.
Karena gas sisa tersebut masih bertekanan tinggi.

2.1.2. Mesin Otto
Mesin
menggunakan

otto
nyala

adalah
busi


sebuah
untuk

tipe
proses

mesin

pembakaran

pembakaran,

dalam yang

dirancang

untuk

menggunakan bahan bakar gasoline atau yang sejenis.
Mesin otto berbeda dengan mesin diesel dalam metode pencampuran

bahan bakar dengan udara, dan mesin otto selalu menggunakan penyalaan busi
untuk proses pembakaran. Pada mesin diesel, hanya udara yang dikompresikan
dalam ruang bakar dan dengan sendirinya udara tersebut terpanaskan, bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar di akhir langkah kompresi untuk bercampur
dengan udara yang sangat panas, pada saat kombinasi antara jumlah udara, jumlah
bahan bakar, dan temperatur dalam kondisi tepat maka campuran udara dan bakar
tersebut akan terbakar dengan sendirinya. Siklus otto (ideal) pembakaran tersebut
dimisalkan dengan pemasukan panas pada volume konstan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1 Siklus Ideal Otto (Siklus Volume Konstan)

Gambar 2.4 Diagram P-v Mesin Otto ideal

Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)
V = Volume Spesifik (m3/kg)

qin = Kalor yang masuk (kJ)

qout = Kalor yang dibuang (kJ)
Agar lebih mudah memahami diagram p-v motor bakar torak, maka dilakukan
terlebih dahulu idealisasi. Proses yang terjadi sebenarnya berbeda dengan proses
ideal.
Beberapa idealisasi pada siklus ideal antara lain :
a. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dianggap gas ideal dengan
konstanta kalor yang konstan.
b. Proses kompresi dan ekspansi berlangsung secara isentropik.
c. Proses pembakaran dianggap sebagai proses pemanasan fluida kerja.
d. Pada akhir proses ekspansi, yaitu pada saat torak mencapai titik mati
bawah, fluida kerja didinginkan sehingga tekanan dan temperatur turun
mencapai tekanan dan temperatur atmosfer.
e. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah
hisap adalah konstan dan sama dengan atmosfer.

Universitas Sumatera Utara

Proses siklusnya adalah sebagai berikut :
a. Proses 0-1 (Langkah Hisap) : Menghisap udara pada tekanan konstan,
katup masuk terbuka dan katup buang tertutup, campuran bahan bakar dan

udara mengalir ke dalam silinder melalui lubang katup masuk.
P0 = P1....................................................................................................(2.1)
b. Proses 1-2 (Kompresi Isentropik) : Semua katup tertutup. Campuran bahan
bakar dan udara yang berada di dalam silinder tadi ditekan dan
dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas. Akibatnya,
tekanan dan suhu dalam silinder naik menjadi P2 dan T2.
P1V1 = mmRT1.........................................................................................(2.2)
V1 = Vd + Vc............................................................................................(2.3)
T2  V1 
= 
T1  V2 
P2  V1
=
P1  V2

W1− 2 =

r0 =






k −1

k

T2 = T1 (rc ) k −1

.........................................................(2.4)

P2 = P1 (rc ) k ............................................................(2.5)

mm R(T2 − T1 )
(1 − k ) ..............................................................................(2.6)

(Vd + Vc )
Vc

.........................................................................................(2.7)

Dimana :
P1 = tekanan pada titik 1 (kPa)
P2 = tekanan pada titik 2 (kPa)
T1 = tekanan spesifik pada titik 1 (K)
T2 = tekanan spesifik pada titik 2 (K)
V1 = volume pada titik 1 (m3)
V2 = volume pada titik 2 (m3)
W1-2 = kerja pada siklus 1-2 (kJ)
Mm = massa campuran gas di dalam silinder (kg)
rc = rasio kompresi
k = Cp/Cr = rasio kalor spesifik

Universitas Sumatera Utara

c. Proses 2-3 : Proses penambahan kalor pada volume konstan.
Q2−3 = Qin = m f QHV η c = mm C v (T3 − T2 )
................................................(2.8)
P3  T3
=
P2  T2



 ..............................................................................................(2.9)

V2 = V3..................................................................................................(2.10)
T3 = Tmaks dan P3 = Pmaks.......................................................................(2.11)
Dimana :
Cv = panas jenis pada volume konstan (kJ/kg K)
P3 = tekanan pada titik 3 (kPa)
QHV = kalor yang masuk (kJ)
T3

= temperatur pada titik 3 (K)

ɳc

= efisiensi pembakaran

d. Proses 3-4 : Ekspansi Isentropik
P4  V3
=
P3  V4

1

 = 

 rc

T4  V3 
= 
T3  V4 

k

k −1



 ............................................................................(2.12)
k

1
= 
 rc





k −1

........................................................................(2.13)

Kerja ekspansi dari titik 3 ke titik 4 dari siklus Otto juga merupakan proses

mR(T4 − T3 )
(1 − k )

isentropis, persamaannya ditunjukkan sebagai berikut :

W3− 4 =

................................................................................(2.14)

Dimana :
P4 = tekanan pada titik 4 (kPa)
T3= temperatur pada titik 3 (K)
T4 = temperatur pada titik 4 (K)
W3-4 = kerja pada siklus 3-4 (kJ)
V3 = volume pada titik 3 (m3)

Universitas Sumatera Utara

V4 = volume pada titik 4 (m3)

Q4−1 = Qout = mm C v (T1 − T4 )

e. Proses 4-1 : Proses pembuangan kalor pada volume konstan

T3  V4 
= 
T4  V3 

k −1

...............................................................(2.15)
= r k −1

Wnett = W1− 2 + W3− 4

..............................................................................(2.16)
................................................................................(2.17)

V4 = V1

..................................................................................................(2.18)

η th =

Wnett
Qin

.............................................................................................(2.19)
Dimana :
Qout = kalor yang dibuang (kJ)
T4 = temperatur pada titik 4 (K)
Wnett = kerja netto (kJ)
ɳth = efisiensi thermal
2.1.2.2. Siklus Aktual

Gambar 2.5 Diagram Siklus P-v Mesin Otto Aktual
Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)

Universitas Sumatera Utara

V = Volume Spesifik (m3/kg)

qin = Kalor yang masuk (kJ)
qout = Kalor yang dibuang (kJ)
Dalam siklus aktual, fluida kerjanya adalah campuran bahan bakar-udara, jadi
ada proses pembakaran untuk sumber panas. Pada langkah hisap, tekanannya
lebih rendah dibandingkan dengam langkah buang. Proses pembakaran dimulai
dari penyalaan busi (ignition) sampai akhir pembakaran. Proses kompresi dan
ekspansi tidak adiabatis, karena terdapat kerugian panas yang keluar ruang bakar.

Gambar 2.6 Diagram T-S Mesin Otto

Keterangan Gambar :
T = Temperatur (K)
S = Entropi (kJ/kg.K)

qin = Kalor yang masuk (kJ)
qout = Kalor yang dibuang (kJ)
Keterangan siklus :
1-2 Kompresi Isentropik
2-3 Pemasukan Kalor pada Volume Konstan

Universitas Sumatera Utara

3-4 Ekspansi Isentropik
4-1 Pengeluaran Kalor pada Volume Konstan
Pada mesin otto, pada umumnya udara dan bahan bakar dicampur sebelum
masuk ke ruang bakar, sebagian kecil mesin otto modern mengaplikasikan injeksi
bahan bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk mesin otto 2 langkah
untuk mendapatkan emisi gas buang yang ramah lingkungan. Pencampuran udara
dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi, keduanya
mengalami perkembangan dari sistem manual sampai dengan penambahan sensorsensor elektronik. Sistem Injeksi Bahan bakar di motor otto terjadi diluar silinder,
tujuannya untuk mencampur udara dengan bahan bakar seproporsional mungkin,
hal ini disebut EFI.

2.1.2.3. Mesin Otto 2 Langkah
Mesin otto 2 langkah belakangan ini penggunaannya sudah sangat sedikit
dikarenakan emisi gas buang yang relatif lebih besar dibandingkan dengan mesin
otto 4 langkah. Cara kerja pada mesin otto 2 langkah sangat simpel, hakekatnya
mesin motor 2 langkah pada sebuah ruang pembakarannya terjadi dua kali
langkah piston. Langkah buang dan langkah isap terjadi pada saat torak berada
disekitar TMB. Lubang isap dan lubang buang pada dinding silinder dibuka dan
ditutup oleh torak itu sendiri, berikut dijelaskan 2 istilah dalam mesin otto 2
langkah.
-Titik Mati Atas (TMA) atau dengan kata lain Upstroke,
-Titik Mati Bawah (TMB) atau dengan kata lain Downstroke.

Dibawah ini dijelaskan mengenai detail dari gambar mesin otto 2 langkah,
dimana mesin otto 2 langkah ini tidak memiliki klep seperti pada mesin-mesin
yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7 Mesin Otto 2 langkah [10]
Berikut ini dijelaskan langkah kerja mesin otto 2 langkah, disini gas buang
didesak keluar dari dalam silinder melalui lubang buang oleh udara dan campuran
bahan bakar dan udara yang dimasukkan dalam silinder. Sudah barang tentu
sebagian udara atau campuran bahan bakar dan udara segar ikut keluar dari dalam
silinder bersama-sama dengan gas buang

Gambar 2.8 Langkah kerja mesin Otto 2 langkah [11]

1. Langkah Pertama TMA ke TMB
Piston bergerak dari TMA ke TMB maka terjadilah penekanan pada ruang
bilas yang berada diruang piston, pada lubang linier terdapat lubang dari
inlangkahe dan exhaust. Pada saat piston bergerak melewati lubang exhaust, gas
yang ada pada ruang bakar akan keluar melewati lubang exhaust. Sedangkan saat
piston melewati lubang inlangkahe maka gas yang berada di ruang bilas yang ikut

Universitas Sumatera Utara

terpompa oleh piston akan masuk kedalam ruang bakar, dan saat ini sedang terus
berlanjut gas dari sisa pembakaran akan terdorong keluar melalui exhaust.
2. Langkah Kedua dari TMB ke TMA
Pada saat piston bergerak dari TMB ke TMA akan melakukan
penghisapan campuran bahan bakar, udara, dan oli samping. Setelah piston
melewati lubang inlangkahe dan lubang exhaust, maka piston akan melakukan
sistem kompresi yang terjadilah tekanan pada ruang bakar. Piston akan terus
menekan hingga tepat di posisi TMA, sedangkan campuran bahan bakar dan
udara yang sudah dapat tekanan dari piston akan terbakar oleh api yang dihasilkan
oleh sebuah busi, setelah itu terjadi pada uang bakar maka akan diteruskan ke
langkah tenaga, dan tenaga disalurkan ke bagian transmisi, itu terjadi selama
mesin motor hidup.

2.1.2.4 Mesin Otto 4 Langkah
Mesin empat langkah adalah mesin pembakaran dalam yang dalam
satu siklus pembakaran terjadi empat langkah piston. Empat langkah
tersebut meliputi, langkah hisap (pemasukan), kompresi, tenaga dan langkah
buang yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol
(crankshaft) per satu siklus pada mesin otto

Gambar 2.9 Mesin Otto 4 langkah [7]

Universitas Sumatera Utara

Prinsip kerja motor otto empat langkah adalah sebagai berikut :

1. Langkah Hisap
Dalam langkah ini, campuran bahan bakar dan udara di hisap ke dalam
ruang bakar, Katup hisap membuka sedangkan katup buang tertutup. Waktu torak
bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB), menyebabkan
ruang silinder menjadi vakum dan menyebabkan masuknya campuran udara dan
bahan bakar ke dalam silinder yang disebabkan adanya tekanan udara luar.

Gambar 2.10 Langkah hisap mesin otto 4 langkah [6]

2. Langkah Kompresi
Dalam langkah ini, campuran udara dan bahan bakar dikompresikan.
Katup hisap dan katup buang tertutup. Waktu torak naik dari titik mati bawah
(TMB) ke titik mati atas (TMA), campuran yang dihisap tadi dikompresikan.
Akibatnya tekanan dan temperaturnya akan naik, sehingga akan mudah terbakar.
Saat inilah percikan api dari busi terjadi. Poros engkol berputar satu kali ketika
torak mencapai titk mati atas (TMA).

Gambar 2.11 Langkah kompresi mesin Otto 4 langkah [6]

Universitas Sumatera Utara

3. Langkah Usaha
Dalam langkah ini, mesin menghasilkan tenaga dimana gerak translasi
piston diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol dan selanjutnya akan
menggerakkan kendaraan. Saat torak mencapai titik mati atas (TMA) pada saat
langkah kompresi, busi memberikan loncatan bunga api pada campuran udara dan
bahan bakar yang telah dikompresikan. Dengan adanya pembakaran, kekuatan
dari tekanan gas pembakaran yang tinggi mendorong torak ke bawah. Usaha ini
yang menjadi tenaga mesin.

Gambar 2.12 Langkah usaha mesin Otto 4 langkah [6]

4. Langkah Buang
Dalam langkah ini, gas yang sudah terbakar, akan dibuang ke luar silinder.
Katup buang membuka sedangkan katup hisap tertutup.Waktu torak bergerak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), mendorong gas bekas keluar
dari silinder. Pada saat akhir langkah buang dan awal langkah hisap kedua katup
akan membuka sedikit (valve overlap) yang berfungsi sebagai langkah pembilasan
(campuran udara dan bahan bakar baru mendorong gas sisa hasil pembakaran).
Ketika torak mencapai TMA, akan mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah
berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol telah melakukan 2 putaran penuh
dalam satu siklus yang terdiri dari empat langkah yaitu, 1 langkah hisap, 1
langkah kompresi, 1 langkah usaha, 1 langkah buang yang merupakan dasar kerja
dari pada mesin empat langkah.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.13 Langkah buang mesin Otto 4 langkah [6]

Proses Kerja adalah keseluruhan langkah yang berurutan untuk terjadinya
satu siklus kerja dari motor. Proses kerja ini terjadi berurutan dan berulang-ulang.
Piston motor bergerak bolak balik dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah
(TMB) dan dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA) pada langkah
selanjutnya.

Pada motor empat langkah, proses kerja motor diselesaikan dalam empat
langkah piston.
-

Langkah pertama yaitu piston bergerak dari TMA ke TMB, disebut
langkah pengisian.

-

Langkah kedua yaitu piston bergerak dari TMB ke TMA disebut langkah
kompresi.

-

Langkah ketiga piston bergerak dari TMA ke TMB disebut langkah usaha.
Pada langkah usaha ini terjadilah proses pembakaran bahan bakar
(campuran udara dan bahan bakar) di dalam silinder motor/ruang
pembakaran yang menghasilkan tenaga yang mendorong piston dari TMA
ke TMB.

-

Langkah keempat yaitu piston bergerak dari TMB ke TMA disebut
langkah pembuangan. Gas hasil pembakaran didorong oleh piston keluar
silinder motor. Jadi pada motor empat langkah proses kerja motor untuk
menghasilkan satu langkah usaha (yang menghasilkan tenaga) diperlukan
empat langkah piston.

Universitas Sumatera Utara

Empat langkah piston berarti sama dengan dua kali putaran poros engkol.
Pada motor dua langkah proses kerja motornya untuk mendapatkan satu kali
langkah usaha hanya diperlukan dua kali langkah piston. Motor dua langkah yang
paling sederhana, pintu masuk atau lubang masuk dan lubang buang terlelangkah
berhadap-hadapan yaitu berada pada sisi bawah pada dinding silinder motor.

Proses kerjanya adalah sebagai berikut.:
-

Piston berada TMB, kedua lubang (masuk dan buang) sama sama terbuka
kemudian campuran udara dan bahan bakar dimasukkan kedalam silinder
melalui lubang masuk.

-

Gerakan piston dari TMB ke TMA, maka lubang masuk akan tertutup dan
tertutup pula lubang buang, maka terjadilah langkah kompresi. Pada akhir
langkah kompresi ini terjadilah pembakaran gas bahan bakar. Dengan
terjadinya pembakaran gas bahan bakar maka dihasilkan tenaga
pembakaran yang mendorong piston ke bawah dari TMA ke TMB.

-

Langkah usaha terakhir terjadilah pembuangan gas bekas begitu terbuka
lubang buang. Sesudah itu terbuka pula lubang masuk sehingga terjadi
pemasukkan gas baru sekaligus mendorong mendorong gas bekas keluar
melalui lubang buang.

Dengan demikian pada motor dua langkah proses motor untuk
menghasilkan satu kali langkah usaha/pembakaran gas dalam silinder, hanya
diperlukan dua langkah piston. Dilihat dari putaran poros engkolnya diperlukan
satu kali putaran poros engkol.

2.1.3. MesinWankel
Mesin wankel yang juga disebut dengan mesin rotari adalah mesin
pembakaran dalam yang digerakan oleh tekanan yang dihasilkan dari pembakaran
dan diubah menjadi gerakan berputar pada rotor yang selanjutnya akan
menggerakan poros.
Mesin ini ditemukan oleh insinyur Jerman Felix Wankel. Ia mendapatkan
paten untuk mesin tersebut tahun 1929. Pada tahun 1950, ia memulai

Universitas Sumatera Utara

penelitiannya di NSU Motorwenke AG dan tahun 1957 ia membuat prototypenya.
NSU kemudian melisensikan konsepnya kepada beberapa manufaktur di seluruh
dunia untuk diperbaiki konsepnya.
Mesin wankel sering dipakai untuk berbagai kendaraan dan peralatan
seperti mobil, sepeda motor, pesawat terbang, go-kart, speed boat, snowmobile,
pembangkit listrik, mesin pabrik industri dan lain-lain, namun belakangan ini
penggunaan mesin ini semakin jarang diakibatkan emisi gas buang yang relatif
lebih tinggi dari mesin-mesin lainnya dan borosnya pemakain bahan bakar.

Gambar 2.14 Mesin Wankel [8]
Prinsip kerja dari mesin wankel sama saja dengan mesin 4-langkah
konvensional. Pertama-tama, campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam
ruang silinder karena hisapan dari perputaran rotor. Lalu, campuran bahan bakar
dan udara dibawa ke sisi yang lain dan termampatkan oleh pergerakan rotor.
Langkah selanjutnya, busi menyemburkan api yang membakar campuran bahan
bakar dan menyebabkan peningkatan tekanan gas serta meningkatkan perputaran
rotor dan sumbu eksentrik. Kemudian, saat rotor bergerak ke sisi yang lain untuk
memulai siklus yang baru, sisa pembakaran keluar melalui saluran gas buang.
Perbedaan mesin Wankel dengan mesin 4-langkah konvensional adalah
mesin Wankel tidak perlu mengubah energi gerak piston yang naik turun menjadi
energi putar sehingga lebih efisien.
Keunggulan yang dimiliki mesin wankel antara lain bobotnya yang ringan
dan desainnya yang simpel karena menggunakan suku cadang yang lebih sedikit

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan mesin 4-langkah konvensional. Tenaga yang dihasilkan
mesin ini juga lebih besar dibanding dengan mesin konvensional dengan kapasitas
yang lebih besar.
Kekurangan dari mesin ini adalah boros bahan bakar. Emisi yang
dihasilkan mesin ini juga cukup tinggi dan boros oli. Hal ini menyebabkan biaya
perawatan untuk mesin Wankel sangat besar dan sering kali mesin wankel hanya
dipakai untuk keperluan balapan.

2.1.4

Rasio Kompresi

Kompresi pada mesin merupakan perbandingan tekanan udara berbanding
bahan bakar. Dalam pengertian yang lebih luas, rasio kompresi adalah
perbandingan volume ruang bakar saat piston di titik mati bawah (TMB) dengan
volume ruang bakar saat titik mati atas (TMA). Semakin besar perbandingan rasio
kompresi maka pada saat piston berada di titik mati atas (TMA) akan memiliki
tekanan dan suhu yang semakin besar pula.
Rasio kompresi adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan
volume antara volume total silinder dengan volume ruang bakar nya. Volume total
adalah penjumlahan dari volume silinder dan volume ruang bakar.

Untuk menghitung perbandingan kompresi memakai rumus :

Cr = (V1+V2) / (V1).............................................................................(2.20)

Dimana :
Cr = Rasio Kompresi
V1 = Volume silinder saat piston pada TMA (cc)
V2 = Volume silinder saat piston pada TMB (cc)

Universitas Sumatera Utara

2.1. Dinamometer
Dinamometer digunakan untuk mengukur torsi pada keseluruhan operasi
mesin, dinamometer yang digunakan adalah tipe water brake dynamometer
dimana memanfaatkan aliran air secara proporsional dengan beban yang
diterapkan untuk menciptakan resistensi terhadap motor.

Gambar 2.14 Water brake dynamometer operation theory [13]

Dinamometer ini terdiri dari sebuah poros yang memegang sebuah rotor
dan berputar di dalam casing yang tidak bisa dimasuki air. Di setiap permukaan
rotor terdapat sejumlah baling-baling radial yang dipasang pada rotor poros.
Ruangan antara baling-baling ini membentuk poket-poket ½ elip, juga pada
permukaan casing dilengkapi dengan baling-baling seperti pada rotor. Bila rotor
digerakkan, air disemburkan keluar oleh tenaga sentripugal, air yang disemburkan
itu ditahan oleh poket-poket casing dan poket-poket casing ini berfungsi untuk
mengembalikan air ke rotor, sehingga air terus bolak-balik antara poket rotor dan
poket casing. Ini merupakan proses turbulensi yang tinggi yang terus terjadi
berulang-ulang. Akibat proses turbulensi maka akan terjadi panas, tetapi panas ini
dapat dihilangkan dengan jalan mengatur luapan air yang terus menerus mengisi
bagian belakang poket-poket casing dengan sebuah pipa karet yang fleksibel.
Poros rotor pada casing bergerak dan berputar di dalam bearing juga
dilengkapt dengan penekan anti air (water seal), sedang casing ditumpu pada

Universitas Sumatera Utara

trunion bearing yang berbentuk bola besar, (self lining) dan juga pada casing
dilekatkan sebuah lengan torsi yang dihubungkan dengan sebuah spring balance.
Kedudukan spring balance jarumnya harus menunjuk nol (berarti dinamometer
dalam keadaan setimbang) pada waktu berhenti dan pada waktu air mengalir
masuk casing tetapi mesin belum bekerja. Kesetimbangan ini dapat dilakukan
dengan memberi pada casing suatu beban penyeimbang yang sudah dikalibrasi
terlebih dahulu.

2.3. Performansi Motor Bakar
Bagian ini membahas tentang performansi mesin pembakaran dalam.
Parameter mekanik yang termasuk dalam subbab ini adalah torsi, daya,
perbandingan udara bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan effisiensi
dari pembakaran di dalam mesin.

2.3.1. Torsi dan Daya
Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan
dinamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat
dinamometer yang bertindak seolah-olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin,
maka daya yang dihasilkan poros output ini sering juga disebut dengan brake
power. Torsi didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada jarak momen dan
memiliki satuan N-m atau lbf-ft.

Daya didefinisikan sebagai usaha dari mesin per satuan waktu.

�̇ =

2���
60000

...........................................................................................(2.21)

Dimana :
�̇ = Daya poros (kW)

N = Putaran mesin (rpm)

τ = Torsi (Nm)

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR)
Air-Fuel Ratio adalah parameter yang digunakan untuk mendeskripsikan
rasio campuran udara dengan bahan bakar:

��� =
�̇� =
�� =
�� =
�� =

��

��

=

� � �� �
60.�

��

���

� ̇�

� ̇�

........................................................................................(2.23)

...............................................................................................(2.24)

�� ( �� +�� )
� ��

� � +��
��

...................................................................................(2.22)

.....................................................................................(2.25)

................................................................................................(2.26)

Dimana :
�� = Massa udara (kg/siklus)

�̇� = Laju aliran udara ke mesin (kg/sec)
�� = Massa bahan bakar (kg/siklus)

�̇� = Laju aliran bahan bakar ke mesin (kg/sec)

�� = Jumlah silinder

� = Putaran mesin (rpm)

� = 2 (rev/sec) untuk 4 langkah dan 1 (rev/sec) untuk 2 langkah
�� = Tekanan udara masuk silinder (85-90 kPa)
�� = Volume langkah (m3)
�� = Volume sisa (m3)

� = Konstanta gas ideal (0,287 kJ/kg.K)

�� = Temperatur udara masuk silinder (333 K)

�� = 8 – 11 untuk mesin pengapian busi (Spark Ignition Engine) modern

= 12 – 24 untuk mesin pengapian kompresi (Compression Ignition Engine)

Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik didefinisikan dengan :
��� = �̇� /�̇ ........................................................................................(2.27)

Dimana:
��� = Konsumsi bahan bakar spesifik / Specific Fuel Consumption (gm/kWh)

�̇� = Laju aliran bahan bakar ke mesin

�̇ = Daya poros (kW)

2.3.4. Efisiensi Mesin
Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran suatu siklus mesin
sangatlah singkat dan pada umumnya tidak semua bahan bakar habis terbakar oleh
oksigen atau bahkan temperatur sekitar tidak mendukung reaksi kimia yang
terjadi. Kemungkinan terburuk sebahagian kecil molekul bahan bakar tidak
bereaksi dan terbawa ke aliran pembuangan (exhaust). Effisiensi pembakaran ��

menerangkan seberapa banyak bahan bakar yang bereaksi dan terbakar. ��

memiliki nilai yang berkisar dari 0.95 sampai 0.98 ketika mesin bekerja. Untuk
satu siklus mesin pada satu silinder, panas yang ditambahkan adalah :
��� = �� ��� �� ......................................................................................(2.28)

Untuk keadaan steady :
���̇ = �̇� ��� �� ......................................................................................(2.29)

Effisiensi termalnya adalah :
�� = � ⁄��� = �̇ ⁄���̇ = �� ⁄�� ...............................................................(2.30)

Dimana:

Universitas Sumatera Utara

�̇ = Daya poros (kW)

�� = massa bahan bakar (kg/siklus)

�̇� = Laju aliran bahan bakar ke ruang bakar (kg/sec)

��� = Nilai kalor dari bahan bakar (44400 Kj/kg)
�� = Effisiensi pembakaran (0,95 - 0,98)

2.4. Analisis Ketidakpastian
Suatu cara atau metode untuk menaksir ketidakpastian dalam hasil-hasil
eksperimen telah dikemukakan oleh Kline dan McClintock. Metode ini didasarkan
atas spesifikasi yang teliti ketidakpastian dalam berbagai pengukuran primer
eksperimen. Umpamanya, suatu bacaan tekanan tertentu mungkin dinyatakan
sebagai:
P = 100 kN/m2 ± 1 kN/m2

Bila

tanda

plus

atau

minus

itu

digunakan

untuk

menyatakan

katidakpastian, orang yang membuat penandaan itu sebenarnya menyatakan
berapa menurut pendapatnya derajat ketelitian pengukuran yang dilakukannya itu.
Perlu dicatat bahwa spesifikasi itu sendiri tidak pasti, karena pelaku eksperimen
itu tentunya tidak pasti mengenai ketelitian dalam pengukurannya.
Bila instrumen itu baru saja dikalibrasi secara seksama, dengan tingkat
presisi yang tinggi, eksperimentalis itu mungkin dapat memberikan tingkat
ketidakpastian pengukuran yang lebih baik dari bila pengukuran dilakukan dengan
pengukur atau instrumen lain yang riwayat kalibrasinya tidak diketahui. Sebagai
cara yang lebih baik dalam memberikan spesifikasi ketidakpastian suatu
pengukuran, Kline dan McClintock menyarankan agar pelaku eksperimen
menyatakan taruhan (kemungkinan) ketidakpastian itu. Jadi, persamaan diatas tadi
dapat ditulis:
P = 100 kN/m2 ± 1 kN/m2 ( 20 banding 1)

Dengan kata lain, pelaku eksperimen berani bertaruh dengan kemungkinan
20 banding 1 pengukuran itu akan berada dalam ± 1 kN/m2. Perlu dicatat bahwa

Universitas Sumatera Utara

spesifikasi taruhannya itu hanya bisa dilakukan eksperimentalis itu atas dasar
pengalaman laboratorium keseluruhan.
Umpamakan seperangkat pengukuran dilakukan dimana ketidakpastian
masing-masing pengukuran dapat dinyatakan dengan taruhan yang sama.
Perangkat pengukuran ini lalu digunakan untuk menghitung hasil eksperimen
yang dikehendaki. Kita ingin menaksir ketidakpastian dalam perhitungan atas
dasar ketidakpastian dalam pengukuran-pengukuran primer. Hasil R ialah suatu
fungsi dari variabel tak tergantung atau (independent) x1, x2, x3,...xn. jadi,
R = R (x1, x2, x3,...xn) ...........................................................................(2.31)
Umpamakan

WR

ialah

ketidakpastian

dalam

hasil

w1,

w2,...wn

ketidakpastian dalam variabel tak-tergantung itu mempunyai taruhan yang sama,
maka ketidakpastian dalam hasil yang mempunyai taruhan itu diberikan rujukan
sebagai berikut:

��

2

��

2

��

2

WR = ���� �1 � + ��� �2 � + … + ��� �� � �
1

2



1�
2

.......................(2.32)

2.5. Lomba Kendaraan Hemat Energi
Untuk menjawab kebutuhan akan kendaraan masa depan yang hemat akan
penggunaan energi dan ramah lingkungan maka dewasa ini banyak dilakukan riset
dan penelitian termasuk kegiatan – kegiatan yang memancing kaum muda untuk
berpartisipasi didalamnya. Ada beberapa perlombaan kendaraan hemat energi
yang kita kenal salah satunya adalah Shell Eco-marathon dimana kegiatan ini
merupakan reguler tahunan yang menantang tim mahasiswa untuk merancang dan
membangun kendaraan yang paling hemat energi untuk bersaing dengan
kendaraan tim lain, dimana pemenangnya adalah kendaraan yang dapat bergerak
dengan jarak terjauh dengan menggunakan bahan bakar atau energi paling
minimal. Para tim akan bersaing dalam dua kategori utama berdasarkan desain
mobil mereka :

Universitas Sumatera Utara

1.

Kategori Prototype adalah untuk kendaraan berbentuk futuristik yang
bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar melalui elemen desain
yang inovatif.

2.

Kategori Urban Concept adalah untuk desain kendaraan konvensional roda
empat yang hemat bahan bakar, sesuai dengan kebutuhan pengemudi saat ini.

Tim mahasiswa dapat memilih salah satu bahan bakar berikut untuk
sumber daya kendaraan mereka. Kendaraan-kendaraan dapat menggunakan salah
satu bahan bakar berikut atau jenis energi :
1. Shell Unleaded 95 (EU)/Shell Plus 89 (US) Petrol/Gasoline
2. Shell Diesel
3. Liquefied Petroleum Gas (LPG)
4. Shell Gas to Liquids (100% GTL)
5. Fatty Acid Methyl Ester (100% FAME)
6. Ethanol E100 (100% Ethanol)
7. Hydrogen
8. Solar/Energi Surya
9. Plug-In Electricity (Li-on)

Shell Eco-marathon Asia 2012 memiliki jumlah peserta sebanyak 145 tim
dari 18 negara di Asia dimana dari Indonesia sendiri diikuti oleh 8 perguruan
tinggi yaitu: Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB),
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Politeknik Negeri Pontianak,
Universitas Pendidikan Indonesia, Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik
Negeri Jakarta dan Universitas Sumatera Utara (USU).
Di Indonesia sendiri untuk pertama kalinya tahun 2012 diadakan Indonesia
Energy Marathon Challange dimana kegiatan ini pada dasarnya juga sama dengan
konsep Shell Eco-marathon hanya saja peserta kompetisi dari Indonesia dan
keragaman sumber energi yang disediakan juga masih sangat minim yaitu
pertamax plus, solar dan listrik.

Universitas Sumatera Utara