Analisa Karakteristik Aggregat Kasar Sebagai Material Lapisan Pondasi dan Lapisan Permukaan Jalan Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di
laboratorium Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Lokasi Pengambilan Sampel
Sebelum melakukan penelitian, dilakukan dahulu survey bahan material
aggregat kasar yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun sumber aggregat
kasar yang didapat berasal dari 3 AMP yakni AMP PT. Rapi Arjasa (Quarry Sei
Wampu) yang berada di Kota Binjai serta AMP PT. Adhi Karya ( Quarry
Patumbak) dan AMP PT. Karya Murni Perkasa (Quarry Binjai) yang berada di
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Kota Binjai dibentuk oleh batuan sedimen tersier, yang masing–masing
satuan tersusun oleh formasi Seurula, kemudian formasi Seurula diendapkan
secara selaras oleh formasi Julok Reyeu yaitu berupa batu pasir diselingi dengan
batu lempung. Kondisi geologi daerah Kota Binjai termasuk ke dalam Zona
Dataran Rendah, dengan susunan batuan lempung, kerikil serta pasir dengan
ketinggian daratannya 0 -100 meter diatas permukaan laut (Girsang dan Siddik,
1992). Sedangkan kondisi geologi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang
terletak pada ketinggian 0–100 m di atas permukaan laut dan terdiri dari susunan

tanah lempung berlanau (Girsang dan Siddik, 1992).

39
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3 Lokasi AMP PT. Karya Murni Perkasa
terletak pada JL. Pertahanan Dusun II Desa Patumbak II Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang (3°28'52.18"U 98°42'30.38"T)

3.3

Tahap Persiapan Penelitian
Pengambilan sampel aggregat menggunakan peraturan SNI 03-6889-2002

dimana, aggregat yang diambil untuk setiap AMP, masing-masing terdiri dari 2
sampel, yaitu sampel aggregat Lapisan Pondasi digunakan batu 1½” sebanyak ±75
Kg dan sampel aggregat Lapisan Permukaan digunakan batu ¾” sebanyak ±50
Kg. Aggregat diambil berdasarkan ketentuan tertentu dimana sampel harus

memenuhi semua aggregat yang ada di dalam AMP.
3.4

Tahap Pengujian Aggregat

3.4.1

Pemeriksaan Gradasi Aggregat
Pemeriksaan gradasi menggunakan SNI 03-1968-1990 dengan mengacu

kepada AASHTO T27-06. Pemeriksaan ini dilakukan pada aggregat kasar Lapisan
Pondasi (1 sampel tiap AMP) dan aggregat Lapisan Permukaan (1 sampel tiap
AMP). Prosedur Pemeriksaan Aggregat Lapisan Pondasi :

41
Universitas Sumatera Utara

1. Aggregat ditimbang menggunakan timbangan seberat 16000 gram.
2. Aggregat di ayak menggunakan analisa saringan dimulai dari ayakan
2”, 11/2”, 1”, 3/4", 1/2", 3/8”, dan #4.

3. Dicatat hasil ayakan yang tertahan dan dianalisa.
Prosedur Pemeriksaan Aggregat Lapisan Permukaan :
1. Aggregat ditimbang menggunakan timbangan seberat 11000 gram.
2. Aggregat diayak menggunakan analisa saringan dimulai dari ayakan
3/4", 1/2", 3/8”, #4, #8, #10, dan #16.
3. Dicatat hasil ayakan yang tertahan dan dianalisa.
3.4.2

Pengujian Berat Jenis Aggregat
Pengujian berat jenis menggunakan SNI 1969-2008 dengan acuan

AASHTO T85-891 (2004). Pengujian ini terdiri atas Berat Contoh Kering Oven
(A), Berat Contoh Kering Permukaan (SSD) (B) dan Berat Contoh di Dalam Air
(C). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui Berat Jenis Kering, Berat Jenis
SSD, dan Berat Jenis Jenuh aggregat kasar. Terdiri dari 2 sampel dimana 1 sampel
aggregat Lapisan Pondasi untuk setiap AMP dan 1 Sampel aggregat Lapisan
Permukaan untuk setiap AMP. Untuk kedua sampel tersebut, prosedur Pengujian
Berat Jenis Aggregat adalah sebagai berikut :
1. Aggregat ditimbang menggunakan timbangan seberat ±5000 gram.
2. Aggregat di cuci menggunakan air yang mengalir hingga bersih dan

terhindar dari debu.
3. Aggregat direndam di dalam ember selama 24±4 jam.
4. Ditimbang berat aggregatnya menggunakan alat Dunnagan Test Set agar
dapat dihitung dan dicatat Berat Contoh di Dalam Air (C).

42
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.4 Dunnagan Test Set
5. Dihamparkan sebentar di dalam pan agar aggregat menjadi SSD atau
kering permukaan
6. Setelah dirasa SSD, aggregat ditimbang dengan timbangan lalu dihitung
dan dicatat Berat Contoh SSD aggregat (B).
7. Setelah dicatat, aggregat dimasukkan ke dalam oven bersuhu ±1600C
dan dikeringkan selama 18-24 jam.
8. Setelah dioven, aggregat ditimbang dan dicatat hasilnya agar diketahui
Berat Contoh Kering Oven (A).
9. Analisa dan dihitung Berat Jenis Kering, Berat Jenis SSD, dan Berat
Jenis Jenuh menggunakan rumus persamaannya.
3.4.3


Pengujian Penyerapan Aggregat
Pengujian berat jenis menggunakan SNI 1969-2008 dengan acuan

AASHTO

T85-891 (2004). Prosedur pelaksanaan Pengujian Penyerapan

Aggregat adalah sama dengan prosedur Pengujian Berat Jenis Aggregat. Yang
membedakannya adalah pada perhitungannya.

43
Universitas Sumatera Utara

3.4.4

Pengujian Keausan/Abrasi Aggregat
Pengujian Abrasi menggunakan Mesin Los Angeles dengan menggunakan

SNI 2417-2008 dengan acuan AASHTO T96-02 (2006). Prosedur Pengujian

Keausan/Abrasi Aggregat :
1. Aggregat diayak dan ditimbang sehingga mendapat berat per ayakan
Gradasi A. (Ayakan 1”, 3/4", 1/2", dan 3/8” @1250 gram)
2. Dicuci hingga bersih menggunakan air yang mengalir sehingga tidak
ada debu yang menempel.
3. Di oven selama 24 jam agar aggregat kering dan bebas air.
4. Ditimbang ulang menggunakan timbangan hingga berat tiap ayakan
sudah pas 1250 gram.
5. Masukkan sampel ke dalam Mesin Los Angeles.
6. Masukkan Bola Baja 12 buah dan diatur perputaran alatnya sebanyak
500 putaran.
7. Setelah 500 putaran, sampel diambil dan diayak kembali pada ayakan
No. 12.
8. Timbang sampel yang tertahan pada ayakan No. 12 menggunakan
timbangan dan di catat berapa besar berat yang hilang.
3.4.5

Pengujian Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
Pengujian kelekatan aggregat menggunakan SNI 2439-2011 dengan


mengacu kepada peraturan AASHTO T 182-84 (2002). Prosedur Pengujian
Kelekatan Aggregat terhadap Aspal :
1. Aggregat diayak dan dicuci menggunakan air bersih yang mengalir
seberat 100 gram.

44
Universitas Sumatera Utara

2. Siapkan aspal cair pen 60/70 seberat 5 gram.
3. Oven aggregat dan aspal ditempat yang terpisah pada suhu ±1600 C
selama 4-5 jam.
4. Panaskan Pan hingga mencapai suhu 1600 C. Untuk mengukur
temperaturnya digunakan thermometer.
5. Masukkan aggregat dan aspal bersamaan dan diaduk hingga tercampur
merata.
6. Dinginkan sampel 10–15 menit hingga mencapai suhu ruangan.
7. Rendam sampel didalam air suling hingga tertutup seluruh permukaan
sampel dan tergenang di dalam air.
8. Diamkan selama 4-5 jam lalu amati sampel apakah aspal terkelupas dari
aggregat atau tidak dan dicatat hasil pengamatannya.


Gambar 3.5 Contoh Sampel Pengujian Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
3.4.6

Pengujian Indeks Kelonjongan dan Kepipihan Aggregat

Pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan menggunakan RSNI T-01-2005
dengan mengacu kepada peraturan ASTM D 4791. Prosedur Pengujian Kepipihan
dan Kelonjongan Aggregat :
1. Aggregat ditimbang menggunakan timbngan seberat 5000±20 gram.
2. Diayak berdasarkan urutan ayakan 1”, 3/4”, 1/2”, dan 3/8”.

45
Universitas Sumatera Utara

3. Berat aggregat per ayakan ditimbang ulang dan diambil ±10% atau
sekitar segenggam tangan.
4. Hitung aggregat yang pipih, lonjong dan tidak pipih dan tidak lonjong
menggunakan Alat Jangkar Ukur Rasio.
5. Catat Hasil Penelitian dan Analisa.

3.4.7

Pengujian Kekekalan Bentuk Aggregat terhadap Larutan Natrium
Sulfat.
Pengujian kekekalan bentuk aggregat menggunakan SNI 3407-2008

dengan mengacu kepada AASHTO T 104-99 (2003). Prosedur Pengujian
Kelarutan Aggregat terhadap Larutan Natrium Sulfat :
1. Aggregat diayak dan ditimbang dengan berat masing-masing ayakan yaitu
ayakan 1” seberat 1012±20 gram, ayakan 3/4" seberat 513±20 gram,
ayakan 1/2" seberat 675±20 gram, ayakan 3/8” seberat 333±20 gram
2. Aggregat dicuci menggunakan air yang mengalir hingga kotoran debu
yang menempel pada aggregat bersih.
3. Aggregat dioven 18-24 jam untuk mendapatkan berat kering aggregat.
4. Siapkan Larutan Natrium Sulfat.
5. Aggregat yang sudah dioven dicampurkan ke dalam larutan Natrium
Sulfat hingga semua permukaan aggregat tertutup dengan sempurna.
6. Diamkan selama 24 jam lalu dicuci hingga bersih sehingga butiran
Natrium Sulfat tidak menempel pada aggregat.
7. Diayak kembali tiap ayakan dan dicatat berapa berat akhirnya lalu

dianalisa menggunakan rumus persamaannya.

46
Universitas Sumatera Utara

Prosedur Pembuatan Larutan Natrium Sulfat :
1. Siapkan gelas ukur berukuran 1100 ml.
2. Tuangkan air suling sebanyak 1000 ml.
3. Tambahkan bubuk Natrium Sulfat sebanyak ±150 gram lalu diaduk
hingga larutan menjadi jenuh.
4. Diamkan larutan hingga butiran sudah menyatu dengan air.

Gambar 3.6 Bubuk Natrium sulfat
3.5

Gambar 3.7 Larutan Natrium Sulfat

Tahap Pengolahan Data
Seluruh data dari tahap pengujian diatas, dicatat kemudian ditabelkan dan


dihitung dengan rumus masing-masing pengujian.
3.6

Tahap Analisa Data
Data di analisa dengan menggunakan teori-teori yang terkait dengan

dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat ditemukan karakteristik
aggregat kasarnya dan dianalisa korelasi antar karakteristik aggregatnya.
3.7 Tahapan Penelitian
Metode penelitian untuk studi ini dperlihatkan melalui bagan alir pada
gambar dibawah ini :

47
Universitas Sumatera Utara

Mulai

Perumusan Masalah

Survei Lokasi :
 Lokasi AMP
 Lokasi Laboratorium

Tahap Persiapan:
Mengambil aggregat kasar dari ketiga AMP.

Tahap Pengujian Aggregat

Karakteristik Aggregat Kasar :
 Analisa Saringan Aggregat Kasar.
 Berat jenis dan Penyerapan aggregat
kasar.
 Abrasi dengan mesin Los Angeles.
 Pemeriksaan partikel pipih dan lonjong.
 Kelekatan aggregat terhadap aspal.
 Kekekalan bentuk aggregat terhadap
larutan natrium sulfat.

Tahap Pengolahan data:
menurut pedoman Bina Marga
2010 Revisi 2 dan peraturan lain
yang terkait.

Tahap Analisa Data :
Hasil penelitian dianalisa menurut teori
karakteristik aggregat kasar

Kesimpulan dan Saran

Selesai

48
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pemeriksaan Gradasi Aggregat
Dari hasil pemeriksaan gradasi aggregat diperoleh data lapisan
pondasi dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 :
Tabel 4.1 Analisa Saringan Gradasi Lapisan Pondasi batu 1½” PT. Adhi Karya
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Lapisan Pondasi 1½”
Berat
No.
Tertahan
Saringan
(Gram)

Berat Contoh Kering : 16.000 Gram
Jumlah Persen

1"

A.K
12838

Tertahan
(%)
A.K
80,23

A.K
19,76

3/4"

-

-

-

1/2"
3/8"
No.4

3132
3,3

19,57
0,02

0,19
0,18

Lewat (%)
Spesifikasi

Tertahan atau lebih dari
saringan No. 10

Keterangan :
A.K = PT. Adhi Karya

49
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Analisa Saringan Gradasi Lapisan Pondasi batu 1½” PT. Rapi Arjasa
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Berat Contoh Kering : 16.000 Gram
Lapisan Pondasi 1½”
No.
Saringan

1"
3/4"
1/2"
3/8"
No.4
Keterangan :

Jumlah Persen

Berat
Tertahan
(Gram)

Tertahan
(%)

R.A
14327
1545
125

R.A
89,54
9,65
0,78

Lewat (%)
R.A
10,45
0,81
0,03

Spesifikasi

Tertahan atau lebih dari
saringan No. 10

R.A = PT. Rapi Arjasa
Tabel 4.3 Analisa Saringan Gradasi Lapisan Pondasi batu 1½”
PT. Karya Murni Perkasa
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Berat Contoh Kering : 16.000 Gram
Lapisan Pondasi 1½”
Jumlah Persen
Berat
No.
Tertahan
Tertahan
Saringan
Lewat (%)
(Gram)
(%)
K.M.P
K.M.P
K.M.P
Spesifikasi
1"
14033
87,71
12,29
3/4"
Tertahan atau lebih
1/2"
dari saringan No. 10
3/8"
1915
11,97
0,32
No.4
Keterangan :
K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
Untuk gradasi aggregat lapisan permukaan diperoleh data seperti yang tertera
pada Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 :

50
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4. Analisa Saringan Gradasi Lapisan Permukaan batu ¾“ PT. Adhi Karya
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Berat Contoh Kering : 11.000 Gram
Lapisan Permukaan ¾“
Jumlah Persen
Berat
No.
Tertahan
Tertahan
Saringan
Lewat (%)
(Gram)
(%)
A.K
A.K
A.K
Spesifikasi
1"
3/4"
2930
26,63
73,36
1/2"
5375
48,86
24,51
Tertahan atau
3/8"
1730
15,72
8,78
lebih dari
No.4
299
2,718
6,07
saringan No.
No.8
54,3
0,49
5,57
10
No.10
No.16

-

-

-

Keterangan :
A.K = PT. Adhi Karya
Tabel 4.5. Analisa Saringan Gradasi Lapisan Permukaan batu ¾“ PT. Rapi Arjasa
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Berat Contoh Kering : 11.000 Gram
Lapisan Permukaan ¾“
Jumlah Persen
Berat
No.
Tertahan
Tertahan
Saringan
Lewat (%)
(Gram)
(%)
R.A
R.A
R.A
Spesifikasi
1"
3/4"
1/2"
4720
42,91
57,09
Tertahan atau
3/8"
3880
35,27
21,82
lebih dari
No.4
847
7,7
14,12
saringan No.
No.8
8,7
0,079
14,04
10
No.10
No.16

-

-

-

Keterangan :
R.A = PT. Rapi Arjasa

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6. Analisa Saringan Gradasi Lapisan Permukaan batu ¾“
PT. Karya Murni Perkasa
Analisa Saringan
Aggregat Kasar
Berat Contoh Kering : 11.000 Gram
Lapisan Permukaan ¾“
Jumlah Persen
Berat
No.
Tertahan
Tertahan
Saringan
Lewat (%)
(Gram)
(%)
K.M.P
K.M.P
K.M.P
Spesifikasi
1"
3/4"
3224
29,31
70,69
1/2"
5700
51,81
18,87
Tertahan atau
3/8"
1786
16,23
2,64
lebih dari
No.4
164,5
1,49
1,15
saringan No.
No.8
10,7
0,09
1,06
10
No.10
No.16

-

-

-

Keterangan :
K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa

4.1.2 Hasil Pengujian Berat Jenis Aggregat
Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 untuk analisa berat jenis
aggregat Lapisan Pondasi
Tabel 4.7. Berat Jenis Aggregat Lapisan Pondasi
Material Lapisan Pondasi

A.K

K.M.P

R.A

Spesifikasi

Berat Contoh Kering Oven A (Gr)
Berat Contoh Kering Permukaan
jenuh (SSD) B (Gr)
Berat Contoh di Dalam Air C (Gr)
Berat Jenis Curah Kering
Berat Jenis Semu
Berat Jenis Curah SSD
Keterangan :

5099

5092

5155

-

5160

5130

5190

-

3215
2,621
2,706
2,653

3220
2,665
2,721
2,685

3260
2,671
2,721
2,689

Min 2,5
Min 2,5
Min 2,5

K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
R.A
= PT. Rapi Arjasa
A.K = PT. Adhi Karya

52
Universitas Sumatera Utara

Untuk Penelitian berat jenis aggregat Lapisan Permukaan dapat dilihat pada
Tabel 4.8

Tabel 4.8. Berat Jenis Aggregat Lapisan Permukaan
Material Lapisan Permukaan

A.K

K.M.P

R.A

Spesifikasi

Berat Contoh Kering Oven A (Gr)
Berat Contoh Kering Permukaan
jenuh (SSD) B (Gr)
Berat Contoh di Dalam Air C (Gr)
Berat Jenis Curah Kering
Berat Jenis Semu
Berat Jenis Curah SSD
Keterangan :

5038

5050

5076

-

5130

5110

5105

-

3182
2,586
2,714
2,633

3200
2,644
2,729
2,675

3220
2,692
2,735
2,708

Min 2,5
Min 2,5
Min 2,5

K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
R.A
= PT. Rapi Arjasa
A.K = PT. Adhi Karya

4.1.3 Hasil Pengujian Penyerapan Aggregat
Hasil penelitian ini dibagi dalam 2 tabel yaitu Tabel 4.9 untuk penyerapan
aggregat kasar Lapisan Pondasi dan untuk penyerapan aggregat kasar Lapisan
Permukaan dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.9 Penyerapan Aggregat Lapisan Pondasi
Material Lapisan Pondasi
Berat Contoh Kering Oven A (Gr)
Berat Contoh Kering Permukaan
jenuh (SSD) B (Gr)
Berat Contoh di Dalam Air C (Gr)
Penyerapan (%)
Keterangan :

A.K

K.M.P

R.A

Spesifikasi

5099

5092

5155

-

5160

5130

5190

-

3215
1,1

3220
0,7

3260
0,6

Maks. 3%

K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
R.A
= PT. Rapi Arjasa
A.K = PT. Adhi Karya

53
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10 Penyerapan Aggregat Lapisan Permukaan
Material Lapisan Permukaan
Berat Contoh Kering Oven A (Gr)
Berat Contoh Kering Permukaan
jenuh (SSD) B (Gr)
Berat Contoh di Dalam Air C (Gr)
Penyerapan (%)
Keterangan :

A.K
5038

K.M.P
5050

R.A
5076

Spesifikasi
-

5130

5110

5105

-

3182
1,8

3200
1,1

3220
0,5

Maks. 3%

K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
R.A
= PT. Rapi Arjasa
A.K = PT. Adhi Karya

4.1.4 Hasil Pengujian Keausan/Abrasi Aggregat
Hasil penelitian ini ditampilkan oleh Tabel 4.11, Tabel 4.12 dan Tabel
4.13 :
Tabel 4.11. Keausan/Abrasi Aggregat PT. Adhi Karya.
Gradasi yang Diuji
(Grading A)
Berat Contoh yang Diuji
(Gr)
Berat Contoh yang
Tertahan Saringan No. 12
(Gr)
Keausan Contoh

I

Adhi Karya
II

5000

5000

3715

3710

25,7

25,8

Mean

25,75

Spesifikasi

Maks. 40%

Tabel 4.12. Keausan/Abrasi Aggregat PT. Karya Murni Perkasa.
Gradasi yang Diuji
(Grading A)
Berat Contoh yang Diuji
(Gr)
Berat Contoh yang
Tertahan Saringan No. 12
(Gr)
Keausan Contoh

I

Karya Murni Perkasa
II
Mean

5000

5000

4010

3990

19,8

20,2

20

Spesifikasi

Maks. 40%

54
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13. Keausan/Abrasi Aggregat PT. Rapi Arjasa.
Gradasi yang Diuji
(Grading A)
Berat Contoh yang Diuji
(Gr)
Berat Contoh yang
Tertahan Saringan No. 12
(Gr)
Keausan Contoh

Rapi Arjasa
II
Mean

I
5000

5000

4086

4030

18,28

19,4

18,84

Spesifikasi

Maks. 40%

4.1.5 Hasil Pengujian Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.14 dibawah ini :
Tabel 4.14. Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
A.K

K.M.P

R.A

100

100

100

Berat Aspal Pen 60/70 (Gr)

5

5

5

Kelekatan (%)

99

99

99

Berat Contoh Kering Oven (Gr)

Spesifikasi

> 95%

Keterangan :
K.M.P = PT. Karya Murni Perkasa
R.A
= PT. Rapi Arjasa
A.K = PT. Adhi Karya

4.1.6 Hasil Pengujian Kepipihan dan Kelonjongan Aggregat
Untuk hasil penelitian ini terbagi atas 3 tabel untuk masing-masing AMP
yaitu Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17 :

55
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.15. Indeks Kepipihan dan kelonjongan PT. Karya Murni Perkasa
Berat Contoh Uji (Wt) = 5020 gr
Ukuran
Saringan

Gradasi
Aggregat

%
Tertahan
(P1)

Berat
Tertahan
(W1) gram

Berat Tertahan
Setelah
Pengurangan ≥
10%
gram

Butiran Pipih (f1) Rasio
1:5

Butiran Lonjong (e1) Rasio
1:5

Tidak Pipih & Tidak Lonjong
(NfNe1) Rasio 1:5

Gram

%

gram

%

gram

%

e

F

g = f/e*100

h

i = h/e*100

j

k = j/e*100

-

-

-

-

-

-

-

A

b

C

1"

-

-

d=c*
Wt/ Pt
-

3/4"

o

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1/2"

3039

60,54

3215,81

115,6

6,3

5,45

9

7,79

100,3

86,765

3/8"

1705

33,96

1804,19

86,9

2

2,3

5,9

6,79

79

90,909

Total % tertahan (Pt = P1+P2+P3+....) = 94,50 %

Rata-rata (%) = 4,32

Rata-rata (%) = 7,43

Rata-rata (%) = 88,25

Spesifikasi = Maksimum 10%

56
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.16. Indeks Kepipihan dan kelonjongan PT. Adhi Karya
Berat Contoh Uji (Wt) = 5020 gr
Ukuran
Saringan

Gradasi
Aggregat

%
Tertahan
(P1)

Berat
Tertahan
(W1) gram

Berat Tertahan
Setelah
Pengurangan ≥
10%
gram

Butiran Pipih (f1) Rasio
1:5

Butiran Lonjong (e1) Rasio
1:5

Tidak Pipih & Tidak Lonjong
(NfNe1) Rasio 1:5

gram

%

gram

%

gram

%

e

f

g = f/e*100

h

i = h/e*100

j

k = j/e*100

-

-

-

-

-

-

-

A

b

C

1"

-

-

d=c*
Wt/ Pt
-

3/4"

o

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1/2"

2495

49,7

3926,3

83,6

7,4

8,85

6,2

7,42

70

83,732

3/8"

695

13,84

1093,7

77,5

6,9

8,9

5,5

7,1

65,1

84

Total % tertahan (Pt = P1+P2+P3+....) = 63,55 %

Rata-rata (%) = 8,86

Rata-rata (%) = 7,35

Rata-rata (%) = 83,79

Spesifikasi = Maksimum 10%

57
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.17. Indeks Kepipihan dan kelonjongan PT. Rapi Arjasa
Berat Contoh Uji (Wt) = 5020 gr
Ukuran
Saringan

Gradasi
Aggregat

%
Tertahan
(P1)

Berat
Tertahan
(W1) gram

Berat Tertahan
Setelah
Pengurangan ≥
10%
gram

Butiran Pipih (f1) Rasio
1:5

Butiran Lonjong (e1) Rasio
1:5

Tidak Pipih & Tidak Lonjong
(NfNe1) Rasio 1:5

gram

%

gram

%

gram

%

e

f

g = f/e*100

h

i = h/e*100

j

k = j/e*100

-

-

-

-

-

-

-

A

b

C

1"

-

-

d=c*
Wt/ Pt
-

3/4"

o

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1/2"

2650

52,79

2990,11

69,4

6,6

9,51

9,51

7,7

55,1

79,395

3/8"

1799

35,84

2029,89

63,1

2

3,17

3,17

1,8

59,3

93,978

Total % tertahan (Pt = P1+P2+P3+....) = 88,63 %

Rata-rata (%) = 6,95

Rata-rata (%) = 7,76

Rata-rata (%) = 88,25

Spesifikasi = Maksimum 10%

58
Universitas Sumatera Utara

4.1.7 Hasil Pengujian Kekekalan Bentuk Aggregat terhadap Larutan Natrium
Sulfat
Hasil pengujian ini ditampilkan dalam 3 tabel untuk masing-masing sampel.
Tabel 4.18.Kekekalan Aggregat terhadap Larutan Natrium Sulfat PT. Adhi Karya
Ukuran Saringan
Berat Per Ayakan (gram)
1" & 3/4"
1/2" & 3/8"

1027,1
514,1
675,6
333

Berat
Contoh uji
Awal
(Gram )
(B)

Berat Contoh
Uji Akhir
(Gram) (C)

Presentase
Bahan yang
Lolos (X)

1541,2

1480,9

3,91%

1008,6

988

2,04%

Spesifikasi

Maksimum
12 %

Tabel 4.19.Kekekalan Aggregat terhadap Larutan Natrium Sulfat
PT. Karya Murni Perkasa
Ukuran Saringan
Berat Per Ayakan (gram)
1" & 3/4"
1/2" & 3/8"

1015,5
513,4
675
333,5

Berat
Contoh uji
Awal
(Gram) (B)

Berat Contoh
Uji Akhir
(Gram) (C)

Presentase
Bahan yang
Lolos (X)

1528,9

1464,6

4,21%

1008,5

930,8

7,71%

Spesifikasi

Maksimum
12 %

Tabel 4.20.Kekekalan aggregat terhadap larutan Natrium Sulfat PT. Rapi Arjasa
Ukuran Saringan
Berat Per Ayakan (gram)
1" & 3/4"
1/2" & 3/8"

1019,5
515,3
675
333

Berat
Contoh uji
Awal
(Gram ) (B)

Berat Contoh
Uji Akhir
(Gram) (C)

Presentase
Bahan yang
Lolos (X)

1534,8

1497,2

2,45%

Spesifikasi

Maksimum
12 %
1008

892,6

11,44%

59
Universitas Sumatera Utara

4.1.8 Rangkuman Hasil Penelitian
Di bawah ini adalah rangkuman seluruh hasil penelitian yang dilakukan :
Tabel 4.21. Rangkuman Hasil Penelitian
Rapi Arjasa

No

Uraian Pemeriksaan
Aggregat

Metode
Pengujian

Spesifikasi

1

Pemeriksaan Gradasi
Agregat

Divisi 5 Bina
Marga 2010
Revisi 2

2

Pemeriksaan
Berat Jenis

Berat
Jenis
Curah
Kering
Berat
Jenis
Semu
Berat
Jenis
Curah
SSD

Karya Murni Perkasa

Adhi Karya

Lapisan
Pondasi

Lapisan
Permukaan

Lapisan
Pondasi

Lapisan
Permukaan

Lapisan
Pondasi

Lapisan
Permukaan

Tertahan
ayakan
No.10

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

SNI 1969 2008

Min 2,5

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

SNI 1969 2008

Min.2,5

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

SNI 1969 2008

Min 2,5

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

3

Pemeriksaan Penyerapan
Aggregat

SNI 1969 2008

Maks 3%

4

Pemeriksaan Keausan
dengan mengunakan mesin
Los Angeles

SNI 2417 2008

Maks 40 %

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

60
Universitas Sumatera Utara

No

Uraian Pemeriksaan
Aggregat

Metode
Pengujian

Spesifikasi

Rapi Arjasa

Karya Murni Perkasa

Adhi Karya

5

Pemeriksaan Kelekatan
Aggregat terhadap Aspal

SNI 2439 2011

> 95 %

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

6

Pemeriksaan Indeks
Kelonjongan Aggregat

RSNI T-012005

Maks 10 %

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

7

Pemeriksaan Indeks
Kepipihan Aggregat

RSNI T-012005

Maks 10 %

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

8

Kekekalan bentuk aggregat
terhadap larutan Natrium
Sulfat

SNI 3407 2008

Maks 12%

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

61
Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisa Penelitian
4.2.1 Analisa Karakteristik Gradasi Aggregat
Dilihat dari Gambar 4.1 Untuk aggregat Lapisan Pondasi batu 1½” diketahui
bahwa ukuran aggregat PT. Adhi Karya berkisar antara 19-25,5 mm. Untuk aggregat
PT. Karya Murni Perkasa berkisar antara 19-25,5 mm. Untuk aggregat PT. Rapi Arjasa
berkisar 19-25,5 mm. Dari ketiga aggregat AMP tersebut semua memiliki ukuran yang
sama sehingga dapat dianalisa pengaturan ukuran mesin stone crusher yang digunakan
untuk aggregat lapisan pondasi sama.
Dilihat dari Gambar 4.2 Untuk aggregat Lapisan Permukaan batu ¾” diketahui
bahwa ukuran aggregat PT. Adhi Karya berkisar antara 9,5-19 mm karena aggregat
kasar tertahan dari ayakan ¾” hingga ayakan No.4. Untuk aggregat PT. Karya Murni
Perkasa berkisar antara 12,5-19 mm karena aggregat kasar tertahan dari ayakan ½”
hingga ayakan 3/8” . Untuk aggregat PT. Rapi Arjasa berkisar antara 2,5-12,5 mm
karena aggregat kasar tertahan dari ayakan ½” hingga No.8. Dapat dianalisa bahwa
perbedaan ukuran aggregat ketiga AMP ini disebabkan oleh perbedaan pengaturan
ukuran mesin stone crusher masing-masing AMP yang menghancurkan aggregat dengan
ketentuan tertentu sesuai dengan ukuran yang diinginkan setiap AMP.
Dilihat dari ukuran aggregat kasar ketiga AMP tersebut, aggregat kasar yang
digunakan ketiga AMP memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan sebagai aggregat
kasar untuk lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.

62
Universitas Sumatera Utara

Analisa Saringan Aggregat Kasar Lapisan Pondasi 1½”
100

Adhi
Karya

80

60
Karya
Murni
Perkasa
40

19,76

19,76

19,76

20
12,29

0
NO.200 No.100

No.50

No.40

No.30

No.16

No.10

0,18
0,03
No.8
No.4

10,45
0,32
0,19 0,81
3/8"
1/2"

12,29
10,45
3/4"

12,29

Rapi
Arjasa

10,45
1"

1 1/2"

2"

Gambar 4.1 Grafik Analisa Saringan Gradasi Lapisan Pondasi 1½”

63
Universitas Sumatera Utara

Analisa Saringan Aggregat Kasar Lapisan Permukaan 3/4"
100
Adhi
Karya
80

73,36
70,69

60
57,09

Karya
Murni
Perkasa

40

21,82
20

14,04

24,51
Rapi
Arjasa

18,87

14,12
8,78

5,57
0
NO.200 No.100

No.50

No.40

No.30

No.16

1,06
No.10
No.8

6,07
1,15
No.4

2,64
3/8"

1/2"

3/4"

1"

1 1/2"

2"

Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Gradasi Lapisan Permukaan ¾“

64
Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Analisa Karakteristik Berat Jenis Aggregat

4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

2,653 2,689 2,685
2,2

2,55

2,52

2,72

2,75 2,733 2,69

2,67

Gambar 4.3 Grafik Berat Jenis Aggregat Lapis Pondasi

Dilihat dari Gambar 4.3 berat jenis aggregat lapisan pondasi memiliki nilai
yang hampir mirip tetapi belum tentu jenis aggregat yang digunakan setiap daerah
memiliki karakteristik yang sama. Begitu pula dengan ketiga aggregat yang telah
diteliti yaitu aggregat PT. Rapi Arjasa yang memiliki nilai berat jenis 2,689;
aggregat PT. Karya Murni Perkasa yang memiliki nilai berat jenis 2,685 dan
aggregat PT. Adhi Karya yang memiliki nilai berat jenis 2,653.
Aggregat kasar PT. Rapi Arjasa adalah aggregat kasar berjenis batuan
basalt dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya hitam pekat dan
cenderung memiliki pori-pori permukaan yang sedikit sehingga berat jenis
aggregat jenis ini cenderung besar sehingga aggregat kasar ini dapat memenuhi
spesifikasi untuk material aggregat kasar lapisan pondasi jalan.

65
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

4
3,5
2,708
3 2,633
2,675
2,5

2,54 2,5
2,24

2,824
2,744 2,68
2,624
2,68
2,78
2,65
2,622
2,65
2,45
2,56

2
1,5
1
0,5
0

Gambar 4.7 Grafik Berat Jenis Aggregat Lapis Permukaan

Dilihat dari Gambar 4.7 berat jenis aggregat lapisan permukaan memiliki
nilai yang relatif beda dikarenakan jenis aggregat yang digunakan setiap daerah
tidak memiliki karakteristik yang sama. Seperti pada aggregat Pandaan dan
aggregat Schoolcraft Michigan memiliki nilai berat jenis yang sama yaitu 2,65
tetapi belum tentu memiliki jenis aggregat yang sama. Begitu pula dengan ketiga
aggregat yang telah diteliti yaitu aggregat PT. Rapi Arjasa yang memiliki nilai
berat jenis 2,708; aggregat PT. Karya Murni Perkasa yang memiliki nilai berat
jenis 2,675 dan aggregat PT. Adhi Karya yang memiliki nilai berat jenis 2,633.

68
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Aggregat kasar PT. Karya Murni Perkasa adalah aggregat kasar berjenis
batuan andesit dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya coklat keabuabuan dan memiliki pori-pori permukaan yang cukup banyak sehingga berat jenis
aggregat ini baik untuk material aggregat kasar lapisan permukaan jalan.

Gambar 4.9 Contoh material lapisan permukaan PT. Karya Murni Perkasa

70
Universitas Sumatera Utara

Aggregat kasar PT. Adhi karya adalah aggregat kasar berjenis batuan dasit
dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya coklat keemasan dan cenderung
memiliki pori-pori permukaan yang cukup banyak sehingga berat jenis batuan ini
sedikit rendah tetapi masih memenuhi spesifikasi aggregat untuk material
aggregat kasar lapisan permukaan jalan.

Gambar 4.10 Contoh material lapisan permukaan PT. Adhi Karya

Ketiga aggregat tersebut sudah memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan
untuk material lapisan pondasi jalan. Semakin besar nilai berat jenis maka
semakin baik aggregat tersebut karena massa aggregat menjadi lebih berat dan
kualitas aggregat pun semakin baik.

71
Universitas Sumatera Utara

4.2.3. Analisa Karakteristik Penyerapan Aggregat

Aggregat Molintogopu

1,251

Aggregat Tangkobu

1,55

Aggregat Pilolalenga

1,034

Aggregat Bandung

2,54

Aggregat Pandaan

1,69

Aggregat Pacitan

2,01

Aggregat Kalimantan

2,19

Aggregat Bali

5,25

Aggregat Karya Murni Perkasa

0,7

Aggregat Rapi Arjasa

0,6

Aggregat Adhi karya

1,1
0

2

4

6

Gambar 4.11 Grafik Penyerapan Aggregat Lapisan Pondasi

Dilihat dari Gambar 4.11 untuk penyerapan aggregat lapisan pondasi,
batas nilai penyerapan yang diizinkan oleh spesifikasi adalah 3%. Untuk
penyerapan aggregat PT. Rapi Arjasa adalah 0,6%. Untuk penyerapan aggregat
PT. Karya Murni Perkasa adalah 0,7% dan penyerapan Aggregat PT. Adhi Karya
adalah 1,1%.
Aggregat PT. Rapi Arjasa adalah batuan basalt yang memiliki rongga pori
yang kecil sehingga penyerapan aggregat kasar tersebut kecil. Sedangkan aggregat
PT. Karya Murni Perkasa adalah batuan andesit yang memiliki rongga pori yang
cukup banyak tetapi penyerapan aggregat kasar tersebut kecil dikarenakan poripori di permukaannya tidak menyerap banyak air. Sedangkan aggregat PT. Adhi
Karya adalah batuan dasit yang memiliki rongga pori yang banyak sehingga
penyerapan aggregat kasar tersebut sedikit besar tetapi masih memenuhi
spesifikasi.

72
Universitas Sumatera Utara

Aggregat ketiga AMP tersebut memenuhi spesifikasi penyerapan aggregat
sehingga baik digunakan untuk lapisan pondasi jalan. Semakin sedikit penyerapan
aggregat maka lebih baik karena rongga di dalam aggregat semakin sedikit
sehingga penyerapan air semakin sedikit dan membuat aggregat menjadi semakin
awet. Untuk penyerapan aggregat lapisan permukaan akan dijelaskan pada gambar
dibawah ini :

Aggregat Arenac,MI

2,13

Aggregat Schoolcraft,MI

0,64

Aggregat Kent,MI

1,1

Aggregat Monroe,MI

4,16

Aggregat Mackinak,MI

0,52

Aggregat Cot Girek Aceh Utara

1,261

Aggregat Rikit Gaib Gayo lues

0,813

Aggregat Molintogopu

1,818

Aggregat Tangkobu

1,52

Aggregat Pilolalenga

1,585

Aggregat Pandaan

1,14

Aggregat Pacitan

3,2

Aggregat Kalimantan

2,19

Aggregat Bali

5,98

Aggregat Karya Murni Perkasa

1,1

Aggregat Rapi Arjasa

0,5

Aggregat Adhi karya

1,8
0

1

2

3

4

5

6

Gambar 4.12 Grafik Penyerapan Aggregat Lapisan Permukaan

Dilihat dari Gambar 4.12 untuk penyerapan aggregat lapisan permukaan,
batas nilai penyerapan yang diizinkan oleh spesifikasi adalah 3%. Untuk
penyerapan aggregat PT. Rapi Arjasa adalah 0,5%. Untuk penyerapan aggregat
PT. Karya Murni Perkasa adalah 1,1% dan penyerapan Aggregat PT. Adhi Karya

73
Universitas Sumatera Utara

adalah 1,8%. Semakin sedikit penyerapan aggregat maka lebih baik karena rongga
di dalam aggregat semakin sedikit sehingga penyerapan air semakin sedikit dan
membuat aggregat menjadi semakin awet.
Aggregat PT. Rapi Arjasa adalah batuan basalt yang memiliki rongga pori
yang kecil sehingga penyerapan aggregat kasar tersebut kecil. Sedangkan aggregat
PT. Karya Murni Perkasa adalah batuan andesit yang memiliki rongga pori yang
cukup banyak tetapi penyerapan aggregat kasar tersebut kecil dikarenakan poripori di permukaannya tidak menyerap banyak air. Sedangkan aggregat PT. Adhi
Karya adalah batuan dasit yang memiliki rongga pori yang banyak sehingga
penyerapan aggregat kasar tersebut sedikit besar tetapi masih memenuhi
spesifikasi.
Aggregat ketiga AMP tersebut memenuhi spesifikasi penyerapan aggregat
sehingga baik digunakan untuk lapisan permukaan jalan.

74
Universitas Sumatera Utara

4.2.4. Analisa Karakteristik Keausan/Abrasi Aggregat

%

50
45
42
45
40
36,39
33,53
35
30,48
28,76
27
30 25,75
25
23
22,89
22,54
25
20
19,6
19
18,84
20
15 14,37
15
10
5
0

Gambar 4.13 Grafik Keausan/Abrasi Aggregat
Dilihat dari Gambar 4.13 untuk pengujian keausan/abrasi aggregat. Nilai
abrasi PT. Rapi Arjasa adalah 18,84%, nilai abrasi PT. Karya Murni Perkasa
adalah 20% dan nilai abrasi dari PT. Adhi Karya adalah 25,75%
Aggregat kasar PT. Rapi Arjasa adalah aggregat kasar berjenis batuan
basalt dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya hitam pekat dan
cenderung memiliki pori-pori permukaan yang sedikit dan memiliki ketahan yang
kuat sehingga aggregat kasar ini dapat memenuhi spesifikasi untuk material
aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.
Aggregat kasar PT. Karya Murni Perkasa adalah aggregat kasar berjenis
batuan andesit dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya coklat keabuabuan dan memiliki pori-pori permukaan yang cukup banyak dan memiliki
ketahan yang cukup bagus sehingga aggregat kasar ini dapat memenuhi

75
Universitas Sumatera Utara

spesifikasi untuk material aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan
jalan.
Aggregat kasar PT. Adhi karya adalah aggregat kasar berjenis batuan dasit
dimana tekstur batuan relatif padat dan warnanya coklat keemasan dan cenderung
memiliki pori-pori permukaan yang cukup banyak dan memiliki ketahanan yang
cukup bagus sehingga aggregat kasar ini dapat memenuhi spesifikasi aggregat
untuk material aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.
Semakin kecil persentase keausan aggregat maka semakin baik kualitas aggregat
tersebut karena aggregat dapat mempertahankan bentuknya dan tidak tergerus.

4.2.5. Analisa Karakteristik Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
Dilihat dari Gambar 4.8. untuk pengujian Kelekatan aggregat terhadap
aspal. PT. Rapi Arjasa, PT. Adhi Karya dan PT. Karya Murni Perkasa memiliki
nilai yang sama yaitu sebesar 99%. Semakin besar persentase kelekatan aggregat
terhadap aspal maka semakin baik kualitas aggregat tersebut karena aggregat
dapat mempertahankan adhesinya.

Kelekatan terhadap Aspal
PT. Adhi Karya
99%

PT. Karya Murni Perkasa
99%

PT. Rapi Arjasa
99%

Gambar 4.14 Grafik Kelekatan Aggregat terhadap Aspal
76
Universitas Sumatera Utara

4.2.6. Analisa Karakteristik Kepipihan dan Kelonjongan Aggregat
40
35
30
25
% 20
15
10
5
0

Kepipihan

33,43
28,88

Kelonjongan

8,86
7,35

6,95
7,76

7,43
4,32

24,75

9,97
6,363
3,215

Gambar 4.15 Grafik Kepipihan dan Kelonjongan Aggregat

Dilihat dari Gambar 4.15 untuk pengujian kepipihan dan kelonjongan
aggregat, aggregat PT. Adhi Karya memiliki banyak aggregat yang berbentuk
pipih sehingga ketika aggregat digunakan bisa menimbulkan masalah yaitu
aggregat cenderung mudah patah. Tetapi aggregat PT. Adhi Karya masih dapat
digunakan untuk aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan
karena masih memenuhi spesifikasi yaitu dibawah 10%. Aggregat PT. Rapi
Arjasa juga memiliki aggregat yang berbentuk pipih yaitu sebesar 6,95% tetapi
masih bisa digunakan karena masih memenuhi spesifikasi dan masih dapat
digunakan untuk aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.
Aggregat PT. Karya Murni Perkasa memiliki aggregat pipih yang sangat sedikit
dibandingkan dengan aggregat AMP lain dan aggregat ini dapat digunakan untuk
aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.

77
Universitas Sumatera Utara

Untuk nilai kelonjongan aggregat terbesar adalah aggregat PT. Rapi Arjasa
dengan nilai kelonjongan sebesar 7,76% sedangkan nilai yang terkecil adalah
aggregat PT. Adhi Karya dengan nilai kelonjongan sebesar 7,35%. Untuk nilai
kelonjongan, aggregat ketiga AMP memiliki nilai yang cukup tinggi tetapi masih
bisa digunakan karena memenuhi spesifikasi yaitu dibawah 10% dan aggregat
tersebut layak untuk material aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan
permukaan jalan. Semakin besar nilai kepipihan dan kelonjongan semakin buruk
kualitas aggregat karena aggregat pipih dan lonjong cenderung mudah patah
ketika digradasi dan sulit untuk digunakan.

4.2.7. Analisa Karakteristik Kekekalan Bentuk Aggregat terhadap Larutan

%

Natrium Sulfat
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

16,1
14,22
8,71
6,95

5,96

2,98
0,59

0,29

1,16

Gambar 4.16 Grafik Kekekalan Bentuk Aggregat terhadap larutan

Dilihat dari Gambar 4.16 untuk pengujian kekekalan bentuk aggregat
terhadap larutan Natrium Sulfat, untuk nilai kekekalan aggregat PT. Rapi Arjasa

78
Universitas Sumatera Utara

adalah 6,945%, nilai kekekalan aggregat PT. Karya Murni Perkasa adalah 5,96%
dan nilai kekekalan aggregat PT. Adhi karya adalah 2,98%.
Untuk karakteristik kekekalan bentuk aggregat, batuan basalt yang
digunakan PT. Rapi Arjasa tidak cukup baik begitu juga dengan batuan andesit
yang digunakan PT. Karya Murni Perkasa dikarenakan jenis batuan tersebut
mudah sekali tergerus dengan larutan natrium sulfat sehingga ukuran aggregat
menjadi semakin kecil dan dapat menyebabkan kerusakan pada perkerasan lentur
jalan.
Sedangkan batuan dasit yang digunakan PT. Adhi Karya sangat baik untuk
karakteristik kekekalan bentuk aggregat karena memiliki nilai yang sangat rendah
sehingga ukuran aggregat yang digunakan tidak mudah tergerus dan dapat
mempertahankan ukurannya meskipun direndam di dalam larutan natrium sulfat.
Ketiga Aggregat tersebut masih memenuhi spesifikasi dan layak untuk digunakan
sebagai material aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan.

4.2.8. Analisa Korelasi Antar Karakteristik Aggregat Kasar
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai korelasi antar karaktertistik
aggregat kasar diantaranya adalah: korelasi antara berat jenis aggregat dengan
penyerapan aggregat, korelasi keausan aggregat dengan berat jenis aggregat,
korelasi keausan aggregat dengan penyerapan aggregat, korelasi keausan aggregat
dengan kekekalan bentuk aggregat dan korelasi kepipihan aggregat dengan
kelonjongan aggregat.
Untuk korelasi antara berat jenis aggregat dengan penyerapan aggregat
lapisan pondasi akan dilihat pada Gambar 4.17

79
Universitas Sumatera Utara

Analisa Korelasi Berat Jenis dan
penyerapan Lapisan Pondasi
6

Berat jenis

5
4

y = -6,9329x + 20
R² = 0,7126

3
2
1
0
0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Penyerapan Aggregat

Gambar 4.17 Grafik Korelasi Berat Jenis Aggregat dengan Penyerapan Aggregat
Lapisan Pondasi

Sedangkan untuk korelasi antara berat jenis aggregat dengan penyerapan aggregat
lapisan permukaan akan dilihat pada Gambar 4.18

Analisa Korelasi Berat Jenis dan
Penyerapan Lapisan Permukaan
7
6
Berat Jenis

5
y = -9,397x + 26,482
R² = 0,8108

4
3
2
1
0
-1 0

0,5

1

1,5
2
Penyerapan Aggregat

2,5

3

Gambar 4.18 Grafik Korelasi Berat Jenis Aggregat dengan Penyerapan Aggregat
Lapisan Permukaan

Dari kedua gambar diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara berat jenis
aggregat dengan penyerapan aggregat memiliki korelasi yang kuat.

80
Universitas Sumatera Utara

Untuk korelasi antara keausan aggregat dengan berat jenis aggregat lapisan
pondasi akan dilihat pada Gambar 4.19

Keausan Aggregat

Analisa Korelasi Keausan Aggregat
dengan Berat Jenis Lapisan Pondasi
40
35
30
25
20
15
10
5
0

y = -32,667x + 108,86
R² = 0,5859

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Berat Jenis

Gambar 4.19 Grafik Korelasi Keausan Aggregat dengan Berat Jenis Aggregat
Lapisan Pondasi
Sedangkan untuk korelasi antara keausan aggregat dengan berat jenis aggregat
lapisan permukaan akan dilihat pada Gambar 4.20

Keausan Aggregat

Analisa Korelasi Keausan Aggregat
dengan Berat Jenis Lapisan Permukaan
50
y = -40,804x + 133,4
R² = 0,406

40
30
20
10
0
0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Berat Jenis

Gambar 4.20 Grafik Korelasi Keausan Aggregat dengan Berat Jenis Aggregat
Lapisan Permukaan

Dari kedua gambar diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara keausan
aggregat dengan berat jenis aggregat memiliki korelasi yang sedang.

81
Universitas Sumatera Utara

Untuk korelasi antara keausan aggregat dengan penyerapan aggregat lapisan
pondasi akan dilihat pada Gambar 4.21

Analisa Korelasi Keausan Aggregat
dan Penyerapan Aggregat Lapisan
Pondasi
Keausan Aggregat

40
30
20

y = 3,5271x + 16,772
R² = 0,4607

10
0
0

1

2

3

4

5

6

Penyerapan Aggregat

Gambar 4.21 Grafik Korelasi Keausan Aggregat dengan Penyerapan Aggregat
Lapisan Pondasi

Sedangkan untuk korelasi antara keausan aggregat dengan penyerapan aggregat
lapisan permukaan akan dilihat pada Gambar 4.22

Analisa Korelasi Keausan Aggregat dan Penyerapan
Aggregat Lapisan Permukaan
Keausan Aggregat

50
40
30
y = 3,4977x + 19,972
R² = 0,3249

20
10
0
0

1

2

3

4

5

6

7

Penyerapan Aggregat

Gambar 4.22 Grafik Korelasi Keausan Aggregat dengan Penyerapan Aggregat
Lapisan Permukaan
Dari kedua gambar diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara berat jenis
aggregat dengan penyerapan aggregat memiliki korelasi yang sedang.

82
Universitas Sumatera Utara

Untuk korelasi antara keausan aggregat dengan kekekalan bentuk aggregat
akan dilihat pada Gambar 4.23

Analisa Korelasi Keausan Aggregat dan
Kekekalan Bentuk Aggregat
18
16
y = -0,1056x + 9,1351
R² = 0,0123

14
Abrasi

12
10
8
6
4
2
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

Kekekalan Bentuk Aggregat

Gambar 4.23 Grafik Korelasi Keausan Aggregat dengan
Kekekalan Bentuk Aggregat

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara keausan aggregat
dengan kekekalan bentuk aggregat memiliki korelasi yang sangat rendah.
Untuk korelasi antara kepipihan aggregat dengan kelonjongan aggregat akan
dilihat pada Gambar 4.23

83
Universitas Sumatera Utara

Kepipihan

Analisa Korelasi Kepipihan dan
Kelonjongan Aggregat
40
35
30
25
20
15
10
5
0

y = 0,9737x + 0,6378
R² = 0,9891

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Kelonjongan

Gambar 4.24 Grafik Korelasi Kepipihan Aggregat dengan
Kelonjongan Aggregat

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara keausan aggregat
dengan kekekalan bentuk aggregat memiliki korelasi yang sangat kuat.

84
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aggregat kasar PT. Rapi Arjasa adalah aggregat kasar berjenis batuan
basalt dimana tekstur batuan relatif padat dan warna aggregat hitam pekat
memiliki pori-pori permukaan yang sedikit dan memiliki karakteristik
berat jenis dan penyerapan aggregat yang baik. Aggregat ini juga baik
dalam karakteristik keausan aggregat. Aggregat ini memiliki karakteristik
kepipihan dan kelonjongan yang cukup besar tetapi masih dapat digunakan
karena masih memenuhi spesifikasi. Aggregat ini tidak baik didalam
karakteristik kekekalan bentuk aggregat terhadap larutan natrium sulfat
karena aggregat mudah tergerus oleh larutan tersebut tetapi masih bisa
digunakan karena masih memenuhi spesifikasi. Aggregat ini layak
digunakan sebagai material aggregat kasar untuk lapisan pondasi dan
lapisan permukaan jalan
2. Aggregat kasar PT. Karya Murni Perkasa adalah aggregat kasar berjenis
batuan andesit dimana tekstur batuan relatif padat dan warna aggregat
coklat keabu-abuan memiliki pori-pori permukaan yang banyak dan
memiliki karakteristik berat jenis dan penyerapan aggregat yang baik.
Aggregat ini juga baik dalam karakteristik keausan aggregat. Aggregat ini

85
Universitas Sumatera Utara

memiliki

karakteristik

kepipihan

yang

baik

tetapi

karakteristik

kelonjongan aggregat ini cukup besar tetapi masih dapat digunakan karena
masih memenuhi spesifikasi. Aggregat ini tidak baik didalam karakteristik
kekekalan bentuk aggregat terhadap larutan natrium sulfat karena aggregat
mudah tergerus oleh larutan tersebut tetapi masih bisa digunakan karena
masih memenuhi spesifikasi. Aggregat ini layak digunakan sebagai
material aggregat kasar untuk lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan
3. Aggregat kasar PT. Adhi Karya adalah aggregat kasar berjenis batuan
dasit dimana tekstur batuan relatif padat dan warna aggregat coklat
keemasan memiliki pori-pori permukaan yang cukup banyak sehingga
memiliki karakteristik berat jenis dan penyerapan aggregat yang kurang
baik tetapi masih dapat digunakan karena masih memenuhi spesifikasi.
Aggregat ini juga baik dalam karakteristik keausan aggregat. Aggregat ini
memiliki karakteristik kepipihan dan kelonjongan yang cukup besar tetapi
masih dapat digunakan karena masih memenuhi spesifikasi. Aggregat ini
sangat baik didalam karakteristik kekekalan bentuk aggregat terhadap
larutan natrium sulfat karena aggregat tidak mudah tergerus oleh larutan
tersebut. Aggregat ini layak digunakan sebagai material aggregat kasar
untuk lapisan pondasi dan lapisan permukaan jalan
4. Dari data yang telah diuji dapat disimpulkan bahwa ketiga aggregat
tersebut sudah memenuhi spesifikasi dan layak digunakan sebagai material
aggregat kasar lapisan pondasi dan lapisan permukaan. Diantara ketiga
aggregat tersebut, aggregat yang terbaik adalah aggregat milik PT. Rapi
Arjasa.

86
Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1. Uraian Nilai dari Hasil Penelitian

No

1

2

Uraian Pemeriksaan
Aggregat

Pemeriksaan Gradasi
Agregat

Pemeriksaan
Berat Jenis

Berat
Jenis
Curah
Kering
Berat
Jenis
Semu
Berat
Jenis
Curah
SSD

Metode
Pengujian

Rapi Arjasa
Spesifikasi

Karya Murni
Perkasa
Lapisan
Lapisan
Pondasi Permukaan

Lapisan
Pondasi

Lapisan
Permukaan

Adhi Karya

Lapisan
Pondasi

Lapisan
Permukaan

Divisi 5
Bina Marga
Tertahan
2010 Revisi ayakan No.10
2

Diatas
ayakan
No. 10

Diatas
ayakan
No. 10

Diatas
ayakan
No. 10

Diatas
ayakan
No. 10

Diatas
ayakan
No. 10

Diatas
ayakan
No. 10

SNI 1969 2008

Min 2,5

2,671

2,692

2,665

2,644

2,621

2,586

SNI 1969 2008

Min 2,5

2,721

2,735

2,721

2,729

2,706

2,714

SNI 1969 2008

Min 2,5

2,689

2,708

2,685

2,675

2,653

2,633

0,6

0,5

0,7

1,1

1,1

1,8

3

Pemeriksaan Penyerapan
Aggregat

SNI 1969 2008

Maks 3%

4

Pemeriksaan Keausan
dengan mengunakan mesin
Los Angeles

SNI 2417 2008

Maks 40 %

18,84

20

25,75

87
Universitas Sumatera Utara

Uraian Pemeriksaan
Aggregat

Metode
Pengujian

Spesifikasi

Rapi Arjasa

Karya Murni
Perkasa

Adhi Karya

5

Pemeriksaan Kelekatan
Aggregat terhadap Aspal

SNI 2439 2011

> 95 %

99%

99%

99%

6

Pemeriksaan Indeks
Kelonjongan Aggregat

RSNI T-012005

Maks 10 %

7,76%

7,43%

7,35%

7

Pemeriksaan Indeks
Kepipihan Aggregat

RSNI T-012005

Maks 10 %

6,95%

4,32%

8,86%

8

Kekekalan bentuk aggregat
terhadap larutan Natrium
Sulfat

SNI 3407 2008

Maks 12%

6,945%

5,96%

2,98%

No

88
Universitas Sumatera Utara

5.2

Saran
Berdasarkan hasil evaluasi penelitian ini, maka disampaikan saran untuk

penelitian selanjutnya, yaitu perlu dilakukan penelitian lanjut terhadap
karakteristik aggregat kasar dan aggregat halus sebagai lapisan subgrade dan perlu
dilakukan penelitian lanjut untuk daerah-daerah yang menjadi sumber material
aggregat.

89
Universitas Sumatera Utara