J00631

APAKAH KEPRIBADIAN AUDITOR MENINGKATKAN
BURNOUT?

Intiyas Utami
Mahasiswa Program S3 Akuntansi FEB UGM
Pengajar Program Akuntansi FEB UKSW

Ertambang Nahartyo
Pengajar Program S3 Akuntansi FEB UGM

1|Page

Abstract
This research examines the moderating effect of type A personality on the relationship between
role overload and burnout in audit contexts. Most burnout research has focused on the
correlation of various environmental factors, whereas individual differences factors also play
an important role in the development of burnout (Maslach et al., 2001). The participants of this
study are 58 auditors (junior, senior and manager) who work at public accounting firms in
Yogyakarta, Semarang, Jakarta and Palembang. The result shows the effect of role overload on
burnout. The study also finds that type A personality intensifies the relationship between role
overload and burnout.The paper concludes with a discussion of the implications of the result for

practice and further research.
Keywords: Role Overload, Burnout, Type A Personality

2|Page

Introduksi
Auditor adalah salah satu titik kritis praktik audit selain proses dan pasca audit di
dalam sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) (Tuanakotta, 2011, Morris dan Empson,
1998). Peranan auditor dalam dunia bisnis dan politik sudah bukan lagi menjadi wacana
namun sudah merupakan sebuah keniscayaan dan kepastian. Fungsi sentral auditor
dalam penyediaan jasa profesional mensyaratkan keahlian khusus, sikap mental
independen, dan kecermatan profesional. Syarat tersebut dapat dipenuhi tatkala auditor
memiliki kesempatan jasmani dan rohani dalam menjalankan tugasnya. Riset dengan
domain kualitas dan kinerja audit telah menyoroti karakteristik pribadi auditor sebagai
determinan judgment dan kinerja auditor (lihat misalnya ulasan oleh Solomon dan
Trotman, 2003). Demikian juga dalam kenyataannya, kegagalan atau kesuksesan kantor
akuntan publik lebih ditentukan oleh penataan sumber daya manusianya (baca: auditor)
dibandingkan dengan unsur lain, misalnya kepemilikan dan managemen aset berwujud
(Brocheler dkk., 2004).
Riset yang berfokus pada karakteristik dan lingkungan kerja audit (misal: Fisher,

2001; Rebele dan Michaels, 1990) umumnya beralasan bahwa auditor berhadapan
dengan lingkungan pekerjaan yang menekan sekaligus berpotensi menurunkan kualitas
hasil pekerjaan auditnya. Salah satu bentuk kondisi kurang menguntungkan yang
dihadapi auditor adalah stres yang berkaitan dengan pekerjaan. Adanya kemungkinan
stres kerja yang dapat membawa akibat pada ketidakpuasan kerja dan kinerja yang
buruk semestinya mendapatkan perhatian khusus dari profesi akuntan publik. Kinerja
audit yang kurang baik bisa menurunkan kredibilitas profesi ini dan memungkinkan
timbulnya kerugian baik finansial maupun nonkeuangan.
Stres kerja diakibatkan oleh sejumlah pemicu stres (stresor), misalnya kondisi
atau karakteristik lingkungan pekerjaan yang mempunyai ancaman terhadap kondisi
psikologis individu. Stres bersifat dan akumulatif aditif sehingga pengaruh pemicu stres
akan meningkatkan level stres seseorang dalam jangka waktu yang panjang (Larson,
2011). Salah satu bentuk stres kerja yang menarik perhatian sementara peneliti adalah
burnout. Istilah “burnout” diperkenalkan oleh Freudenberger (1974) dan diteliti secara
intensif pada domain kesehatan kerja dan psikologi. Burnout adalah respon terhadap
situasi emosional dan interpersonal kronis jangka panjang yang mendera seseorang yang
berkaitan dengan faktor-faktor pekerjaan. Burnout dapat dikategorikan sebagai kondisi

3|Page


kelelahan fisik, emosi, dan mental. Seseorang yang mengalami kondisi ini akan
kehilangan energi, semangat hidup, dan kepercayaan diri (Larson, 2011). Burnout
meliputi tiga dimensi: kelelahan emosional, penurunan kinerja pribadi, dan
depersonalisasi (Cordes dan Dougherty 1993). Kelelahan emosional ditandai dengan
kondisi kehilangan energi dan adanya perasaan bahwa sumber daya emosional
seseorang telah habis terpakai. Penurunan kinerja pribadi meliputi motivasi dan selfesteem yang rendah. Depersonalisasi adalah kondisi hilangnya keterikatan emosional
dengan orang lain.
Fogarty dkk. (2000) menemukan bahwa kecenderungan terhadap burnout yang
dialami oleh akuntan publik merupakan akibat dari beberapa stresor (pemicu stres).
Salah satu penyebab burnout adalah role overload (Zohar, 1997). Maslach dan Jackson
(1984) menyatakan bahwa burnout diyakini sebagai hasil dari role overload (beban
kerja berlebih) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Individu yang mengalami
beban kualitatif berlebih merasakan kehilangan keahlian dasar atau talenta mereka yang
diperlukan untuk melengkapi tugas secara efektif. Beban kerja kuantitatif berlebih
terjadi ketika individu merasakan pekerjaan tidak akan bisa diselesaikan dalam waktu
yang terbatas (Kahn, 1978; Pines dan Maslach, 1978 dalam Cordes dan Dougherty,
1978).
Riset ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara role overload dengan
burnout dengan kepribadian tipe A auditor sebagai pemoderasi. Kepribadian tipe A
yaitu suatu respon perilaku yang dikarakterisasi dalam bentuk pribadi yang mempunyai

daya saing, kemauan keras, bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan, menghargai
waktu, agresif, bermusuhan, hyper-alertness dan ketidakmampuan merespon tandatanda tubuh atas stress (Choo, 1983). Hubungan antara burnout dengan salah satu
antesedennya ini perlu ditinjau ulang dalam konteks profesi

akuntan publik di

Indonesia untuk membangun generalitas temuan riset-riset sebelumnya. Selanjutnya,
riset ini juga memperluas penelitian sebelumnya dengan menyelidiki efek moderasi dari
pola perilaku tipe A.
Lima puluh delapan auditor yang mempunyai jenjang yunior, senior, dan
manager berpartisipasi dalam studi survei ini. Mereka bekerja pada KAP di empat kota:
Yogyakarta, Semarang, Jakarta, dan Palembang. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling dengan bantuan beberapa orang yang mempunyai

4|Page

akses ke kantor akuntan publik. Angket juga disebar pada forum sosialisasi rancangan
Undang-Undang Akuntan Publik yang diselenggarakan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI).


Hasil penelitian menunjukkan bahwa role overload berasosiasi

positif terhadap burnout. Riset ini juga berhasil menemukan bahwa kepribadian tipe A
mengintensifkan hubungan antara role overload dengan burnout. Hasil penelitian ini
penting bagi penguatan literatur akuntansi keperilakuan yang berfokus pada aspek
karakteristik individual auditor dan kaitannya dengan lingkungan dan kualitas pekerjaan
audit. Riset ini juga berkontribusi pada managemen organisasi kantor akuntan publik
terutama dalam menunjang usaha peningkatan efektivitas kondisi kerja dan managemen
sumber daya manusia di dalam KAP. Pemahaman akan anteseden burnout dan
konsekuensinya dapat membantu managemen KAP dalam pengerahan sumber daya
auditor yang optimal untuk memperoleh jasa yang berkualitas tinggi. Managemen
burnout auditor merupakan salah satu variabel yang akan menghasilkan nilai tambah
bagi KAP.
Bagian selanjutnya dari makalah ini mengungkapkan tinjauan literatur tentang
role overload, burnout, dan kepribadian tipe A sekaligus pengembangan hipotesis
penelitian. Berikutnya adalah pemaparan tentang metoda penelitian yang digunakan.
Analisis data dan hasil penelitian disajikan pada bagian sesudahnya. Makalah ini
kemudian ditutup dengan penarikan kesimpulan dan rekomendasi bagi penelitian
selanjutnya.


Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Stres yang terkait dengan pekerjaan sudah banyak diteliti dalam profesi
pengauditan (Choo, 1992; Rebele dan Michaels, 1990; Weick 1983; Gaertner dan
Ruhe, 1981; Senatra, 1980; Friedman dan Rosenman, 1974; Sorenson dan Sorenson,
1974). Sumber stres pada umumnya terkait dengan role conflict, role ambiguity dan role
overload (Fogarty dkk., 2000). Riset yang menginvestigasi penanganan stres atas
pekerjaan yang efektif telah banyak diteliti pada akuntan publik, akuntan managemen,
auditor internal, maupun profesi lain di luar akuntan. Weick (1983) menunjukkan
bagaimana stres merupakan bagian penting yang tidak lepas dari praktik akuntansi.
Argyris (1953) dalam Weick (1983) menyatakan bahwa akuntan mengalami stres
karena mereka berada dalam suatu kondisi kegagalan, pada saat mana mereka

5|Page

mengalami turunnya kemampuan memprediksi dan rendahnya kepercayaan diri.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan sulitnya melakukan tindakan-tindakan inovatif.
Stres merupakan kondisi dinamik yang dialami ketika individu dihadapkan pada
tuntutan untuk melakukan hal-hal yang diinginkan lingkungannya dan keputusan yang
diambil oleh individu tersebut akan membawa hasil yang penting walaupun tingkat
kepastiannya relatif rendah. Burnout menunjukkan tipe khusus dari stres kerja yang

terdiri dari tiga dimensi: kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi
(depersonalization) dan penurunan prestasi kerja (reduced personal accomplishement)
(Cordes dan Dougherty, 1993). Burnout merupakan reaksi emosional negatif terhadap
suatu pekerjaan akibat dari lingkungan kerja yang penuh tekanan (Maslach dan Jackson,
1984; Maslach, Schaufeli, dan Leiter, 2001). Burnout merupakan variabel penting yang
tidak hanya sebagai indikator rendahnya kesejahteraan karyawan, tetapi juga terkait
dengan sikap, kesehatan, dan perilaku (Cordes dan Dougherty, 1993; Lee dan Ashforth,
1996; Maslach dkk., 2001).
Beberapa anteseden yang memicu timbulnya burnout dikupas oleh Cordes dan
Dougherty (1993) dan dikategorikan ke dalam karakteristik pekerjaan dan peran,
organisasional dan personal. Hasil telaah menunjukkan bahwa role conflict, role
overload dan role ambiguity mempunyai korelasi yang paling tinggi dengan dimensi
kelelahan emosional dari burnout. Lee dan Asforth (1996) dalam meta analisis job
burnout, menginvestigasi berbagai stressor dan burnout yang meliputi workload,
tekanan pekerjaan, role ambiguity dan role conflict.
Studi terdahulu yang terus berkembang tentang burnout untuk auditor dalam
pengujian role stress model menempatkan variabel ini sebagai pemediasi hubungan
antara job stressor (role conflict, role ambiguity, role overload) dan job outcome (job
satisfaction, turnover intention, job performance). Pengujian role stress model yang
semula menghubungkan langsung antara job stressor dan job outcome ternyata hasilnya

masih kontradiktif. Selanjutnya adalah Fogarty dkk. (2000) yang memasukkan konstruk
burnout dalam role stress model sebagai variabel pemediasi antara job stressor dan job
outcome. Demikian juga penelitian burnout dalam konteks auditor di Indonesia
(Murtiasri dan Ghozali, 2006) juga memberikan bukti empiris yang sama dengan
Fogarty dkk.(2000). Jones dkk. (2010) memperluas model Fogarty dkk. (2000) dengan
memasukkan gaya hidup sehat sebagai faktor yang dapat memitigasi burnout pada

6|Page

akuntan. Jones dkk. (2010), Fogarty dkk. (2000), dan Murtiasri dan Ghozali (2006)
berhasil menunjukkan bukti bahwa burnout mampu memisahkan aspek fungsional
(eustress) dan disfungsional (distress) dari role stressor terhadap job outcomes.
Kebanyakan riset burnout masih berfokus pada korelasi berbagai faktor
lingkungan, padahal faktor perbedaan individual juga memegang peranan penting dalam
pengembangan burnout (Maslach dkk., 2001). Konsekuensi role stress telah diuji dalam
berbagai riset pada berbagai profesi, namun hasil dari meta analisis menunjukkan
perlunya memasukkan pengaruh kepribadian tipe A sebagai moderator dalam role stress
model (Jackson dan Schuler, 1985). Riset yang memasukkan kepribadian tipe A dalam
role stress model belum memasukkan burnout sebagai suatu konstruk yang dipengaruhi
oleh role stressor padahal dalam pengembangan riset role stress, burnout terbukti

merupakan suatu konstruk yang dipengaruhi oleh role stressor. Penelitian kepribadian
tipe A pada hubungan role stress model banyak dikaitkan dengan kepuasan kerja
(Ivancevich dkk., 1982; Keenan dan McBain, 1979). Dukungan empiris atas keberadaan
pengaruh interaksi yang melibatkan kepribadian tipe A akan menyediakan suatu
platform bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk menginvestigasi perkembangan
yang berfokus pada individual sebagai target dalam perencanaan intervensi stres
(Goolsby, 1992) dan akan menyediakan kebijakan untuk penilaian kembali kebijakan
dan managemen sumber daya manusia pada KAP. Karakteristik personal berkontribusi
dalam menjelaskan mengapa seseorang dalam role stressor yang tinggi akan mudah
mengalami burnout dan ada yang tidak mudah mengalami burnout.
Munculnya kondisi burnout tidak lepas dari tipe kepribadian yang dimiliki
auditor. Ada beberapa tipe kepribadian yang tahan terhadap stres dan adapula yang tidak
tahan sehingga mudah sekali tertekan dalam menghadapi suatu masalah sehingga
berpengaruh pada hasil kerja yang buruk dan akan berdampak pada kerugian organisasi
tempatnya bekerja. Choo (1986) menemukan hubungan antara job stress dan
kepribadian tipe A. Fisher (2001) yang menguji role stress, kepribadian tipe A, serta
kepuasan dan kinerja eksternal, tidak berhasil menemukan bukti akan pengaruh
moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan antara komponen role stress dan
kepuasan kerja serta kinerja auditor.
Riset terdahulu (Fogarty dkk., 2000; Murtiasri dan Ghozali, 2006 dan Jones

dkk., 2010) menguji tiga komponen dari role stressor terhadap burnout dan

7|Page

pengaruhnya pada job outcome. Fenomena dalam praktik menunjukkan bahwa di antara
role stressor (role conflict, role ambiguity, role overload), variabel yang dirasakan kuat
oleh auditor adalah role overload. Hal ini diperkuat oleh Maslach dan Jackson (1984)
yang menyatakan bahwa burnout diyakini sebagai hasil dari role overload.
Riset tentang burnout dan role stress model (Fogarty dkk., 2000; Murtiasri dan
Ghozali, 2006; dan Jones dkk., 2010) belum memasukkan tipe kepribadian sebagai
salah satu variabel yang memoderasi hubungan role stressor terhadap burnout. Padahal
pengaruh tipe kepribadian penting dalam pengelolaan kondisi burnout auditor oleh
KAP. Dengan mengetahui tipe kepribadian auditor, maka ketika KAP melakukan
evaluasi kinerja auditor dan penentuan tim audit dalam suatu penugasan akan lebih
tepat.
Burnout, Role Overload, Type A Personality
Burnout merupakan sindroma yang terdiri dari kelelahan emosional,
depersonalisasi dan penurunan prestasi kerja yang berefek pada karyawan secara
individu dan organisasinya (Maslach dkk., 2001). Kelelahan emosional bersumber dari
role overload, role conflict dan role ambiguity (Fogarty dkk., 2000; Jones dkk., 2010),

ekspektasi personal yang tidak realistik (Stevens dan O’Neill, 1983), interaksi
interpersonal berlebihan (Cordes dan Dougherty, 1993) dan kurang efektifnya
mekanisme penanggulangan stres (Erera-Weatherley, 1996). Depersonalisasi muncul
karena interaksi interpersonal serta beban kerja yang berlebihan (Burke, 1989). Dimensi
ketiga dari burnout adalah penurunan prestasi kerja yang disebabkan oleh kurangnya
pengakuan dan atau umpan balik yang positif (Jackson dan Schuler, 1986). Fogarty dkk.
(2000) menyatakan bahwa penyebab burnout adalah adanya job stressor yang meliputi
role conflict, role ambiguity, dan role overload.
Type-A behavior pattern (TABP) pada mulanya diidentifikasi oleh Friedman dan
Rosenman (1959) yang menyatakan bahwa pasien dengan penyakit jantung koroner
cenderung mengerjakan tugas dengan cepat, mempunyai sifat kompetitif yang tinggi,
tidak sabar dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Ciri yang
lain adalah menyelesaikan tugas kurang dari waktu yang ditentukan, berorientasi pada
prestasi, ambisius, agresif, mudah stres, mudah tertekan, tergesa-gesa, mudah gelisah,
sering mengalami ketegangan dan berbicara dengan penuh semangat. Choo (1986)
menyatakan bahwa individu dengan kepribadian tipe A cenderung kompetitif dan

8|Page

kepemilikan gaya hidup serba cepat membuat mereka berada dalam tingkat kecemasan
yang tinggi ketika berhadapan dengan lingkungan kerja tiap harinya. Sebagai
konsekuensinya, individu dengan kepribadian tipe A akan sulit mengatasi stres
pekerjaan.
Fogarty dkk. (2000), Murtiasri dan Ghozali (2006), dan Jones dkk. (2010)
memberikan dukungan empiris bahwa role overload pada auditor akan memicu
kecenderungan burnout. Profesi akuntan menghadapi banyaknya pekerjaan audit dalam
musim-musim sibuk dengan bekerja lebih dari sepuluh jam tiap harinya selama
beberapa bulan (Jones dkk., 2010). Kondisi tersebut memicu beban kerja secara fisik
yang berakibat pada kondisi psikis yang dirasakan. Pekerjaan akuntan yang dihadapkan
pada tenggat waktu yang ketat dan aliran tugas yang tidak dapat dikendalikan oleh
auditor pelaksana akan memicu role overload. Kondisi role overload yang kronis
karena banyaknya penugasan dengan tekanan waktu yang tinggi memicu munculnya
kondisi burnout yang meliputi kelelahan emosional, depersonalisasi dan penurunan
prestasi kerja. Berdasarkan argumentasi dan dukungan literatur di atas maka hipotesis
ketiga dapat disajikan berikut ini:
H1: Role overload pada auditor berasosiasi positif dengan burnout
Cooper dan Payne (1991) dalam Choo (1986) menyatakan bahwa perbedaan
karakteristik individual sebagai mediator dari stress appraisal dan moderator dari
hubungan stres dan outcome dapat dipetakan dalam model transaksional. Lazarus dan
Folkman (1984) menyatakan bahwa model transaksional melihat orang dan lingkungan
sebagai sesuatu yang dinamis, mempunyai timbal balik satu dengan yang lain, dan
resiprokal. Stres timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara sumberdaya dan
permintaan (baca: tuntutan). Dua individu yang berada pada posisi yang sama dan
mendapatkan role stress yang sama maka masing-masing akan mempersepsikan role
stress secara berbeda (Fisher, 2001). Model tersebut menekankan bahwa perbedaan
umur, kebutuhan, nilai, edukasi dan lain-lain pada masing-masing orang akan
menyebabkan persepsi dan respon yang berbeda terhadap role stress.
Auditor dalam kondisi role overload akan mengalami beban fisik maupun psikis
yang berlebihan dari kapasitas yang dimilikinya. Burnout diyakini adalah hasil dari
kelebihan beban secara kualitatif dan kuantitatif (Maslach dan Jackson, 1984).Individu
dengan role overload secara kuantitatif merasakan kehilangan keahlian dasar atau

9|Page

talenta yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas secara efektif (Cordes dan Dougherty,
1993). Dalam kaitannya dengan pengendalian lingkungan, Lee dkk. (1990) menemukan
bahwa pengendalian seseorang dengan lingkungannya berinteraksi dengan kepribadian
tipe A akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja. Dengan demikian, jika auditor
dengan kepribadian tipe A tidak bisa mengendalikan lingkungannya karena karakteristik
kepribadian yang mudah frustrasi dan penuh kepanikan maka ketika dihadapkan pada
beban pekerjaan yang tinggi akan mudah mengalami kelelahan emosional,
depersonalisasi dan penurunan prestasi kerja. Berdasarkan penelitian terdahulu dan
argumentasi di atas, maka dapat diusulkan hipotesis 2 adalah sebagai berikut:
H2: Kepribadian tipe A mengintensifkan pengaruh role overload terhadap burnout
Metoda Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan
antara role overload dengan burnout. Riset bertipe cross sectional yaitu melibatkan
sejumlah sampel pada satu waktu tertentu. Data dikumpulkan dengan menggunakan
survei ke responden dengan menggunakan angket, baik melalui bantuan penghubung
atau visitasi langsung. Unit analisis yang digunakan adalah auditor sebagai individu.
Populasi penelitian ini adalah para auditor (yunior, senior dan manager) yang
bekerja pada KAP di beberapa kota yaitu Yogyakarta, Semarang dan Jakarta serta
Palembang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metoda purposive sampling
dengan kriteria auditor nonpartner (auditor yunior, senior dan manager). Pengumpulan
data dilakukan menggunakan bantuan penghubung (contact person) yang mempunyai
akses pada sejumlah KAP tersebut serta menggunakan forum seminar IAPI (Institut
Akuntan Publik Indonesia) pada saat sosialisasi Rancangan Undang-Undang Akuntan
Publik) di Yogyakarta.
Variabel dependen riset ini adalah role overload sedangkan variabel
independennya adalah burnout. Role overload diukur dengan menggunakan tiga
pertanyaan dari instrumen Beehr dkk. (1976) yang juga digunakan oleh Fogarty dkk.
(2001) dan Jones dkk. (2010).Variabel burnout diukur dengan pertanyaan-pertanyaan
dari instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI) tahun 1981 namun dalam penelitian
ini dilakukan ekstensi yaitu item pengukuran tidak menggunakan tingkat keseringan
terjadinya kondisi burnout pada auditor, namun menggunakan persepsi auditor dalam
menghadapi kasus audit yang diberikan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias

10 | P a g e

keinginan sosial, yaitu bias karena seseorang mempunyai tendensi yang menjadi bagian
dari seseorang untuk membawa dirinya kepada sesuatu yang disukainya walaupun
berbeda dengan perasaan sebenarnya mengenai isu atau topik yang dihadapi (Hartono,
2008). Kecenderungan ini menyebabkan jawaban responden bias potensial dan
menutupi hubungan sebenarnya antara dua variabel (Ganster dkk., 1983).Variabel
kepribadian tipe A menggunakan instrumen yang bersumber dari structured interview
(Friedman dan Rosenman,1974) yang terdiri atas 21 item tipe A dari Jenkins Activity
Survey. Semakin tinggi skor pengukuran menunjukkan seseorang memiliki kepribadian
yang berorientasi tipe A. Data dianalisis dengan menggunakan regresi tunggal untuk
menguji hipotesis 1.Uji selisih mutlak digunakan untuk menguji efek moderasi
kepribadian tipe A (hipotesis 2).
Hasil Penelitian
Dua ratus angket disebarkan dan memperoleh respon sebanyak 75 responden
(tingkat pengembalian 37,5%). Sebanyak 14 kuesioner diisi oleh partner sehingga harus
dikeluarkan dari sampel penelitian, dan 3 tidak diisi dengan lengkap sehingga tidak
dianalisis. Dengan demikian, jumlah kuesioner yang tersisa dan dapat diolah adalah 58
buah. Tabel 1 berikut mendeskripsikan distribusi angket dan sumber data.
Tabel 1: Distribusi Angket dan Sumber Data

Yogyakarta
Semarang
Palembang
Jakarta
Seminar IAPI
Jumlah
Tidak sesuai kriteria
Dapat diolah
Tingkat pengembalian

Sebar
50
20
30
50
50
200

Kembali
9
4
12
20
30
75
17
58
37,5%

Data demografi meliputi wanita 29 orang (50%) dan 29 orang pria ( 50%),
dengan jumlah peserta terbanyak pada usia 20-30 tahun (51,7%). Mayoritas tingkat
pendidikan S1 (84,5%) dengan posisi terbanyak adalah auditor senior sebanyak 27
orang (46,6%) dengan pengalaman kerja 2-5 tahun sebanyak 21 orang (34,5%). Tabel 2
di bawah menyajikan detil demografi peserta.

11 | P a g e

Hasil uji kualitas data meliputi uji reliabilitas dan uji validitas disajikan pada
tabel 3. Suatu konstruk dikatakan andal jika memberikan nilai Cronbach’s alpha>0,60
dan valid jika mempunyai koefisien korelasi antara pertanyaan dan skor total signifikan.
Dari hasil pengujian diperoleh variabel role overload, kepribadian tipe A, dan burnout
telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas karena semua variabel memiliki nilai
Cronbach’s alpha di atas 0,60 dan korelasi antara pertanyaan dengan total skor
pertanyaan signifikan.
Tabel 2. Demografi Partisipan
Keterangan
Jumlah (Orang)
Jenis kelamin
Wanita
29
Pria
29
Usia
20 - 30 th
30
30,1- 40 th
18
40,1- 50 th
7
>50 th
3
Pendidikan
D3
1
S1
49
S2
6
S3
2
Posisi
Manager
8
Auditor Senior
27
Auditor Yunior
23
Lama Bekerja
< 2 tahun
15
2 – 5 tahun
21
5,1 -10 tahun
15
>10 tahun
8
Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Persentase
50
50
51,7
31
12,1
5,2
1,7
84,5
10,3
3,4
13,8
46,6
39,7
25,9
34,5
25,9
13,8

Tabel 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No
1.
2.
3.

Uji Reliabilitas
Nilai Cronbach
Keterangan
Alpha
Role Overload
0,813
Reliabel
Tipe A Personality
0,929
Reliabel
Burnout
0,908
Reliabel
** = signifikan, sumber: Data Diolah (2011)
Variabel

Uji Validitas
Kisaran Korelasi
0,849** - 0,857**
0,478**-0,824**
0,291**-0,810**

Ket.
Valid
Valid
Valid

Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan regresi linear tunggal untuk menguji
pengaruh role overload terhadap burnout secara terpisah. Sedangkan pengujian
hipotesis 2 untuk menguji pengaruh moderasi kepribadian tipe A terhadap hubungan

12 | P a g e

antara role overload dengan burnout menggunakan uji nilai selisih mutlak. Hasil
pengujian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis
H1: RO BO
H2: RO*TKBO

nilai
p
0,006
0,049

Keterangan
H1didukung
H2 didukung

Sumber: Data Diolah (2011)

Role overload ternyata berasosiasi positif terhadap burnout dengan nilai p =
0,006 dan berimplikasi bahwa semakin banyak beban tugas berlebih yang dirasakan
auditor maka tingkat burnout juga akan semakin tinggi. Asosiasi positif role overload
terhadap burnout menyokong hasil penelitian-penelitian Fogarty dkk. (2000), Murtiasri
dan Ghozali (2006), dan Jones dkk. (2010). Sedangkan pengujian moderasi kepribadian
tipe A terhadap role overload menunjukkan hasil signifikan pula (nilai p = 0,049). Hal
ini bermakna bahwa kepribadian tipe A mengintensifkan asosiasi positif antara role
overload dengan burnout.
Kontribusi utama penelitian ini terletak pada efek pemoderasi kepribadian tipe
A. Dalam penelitian ini auditor yunior, senior, bahkan sampai manager akan berhadapan
dengan tekanan pekerjaan dan tekanan waktu serta keterbatasan anggaran audit,
sehingga ketika menghadapi tingginya tuntutan partner atas kinerja mereka, timbul
kelelahan emosional dan mental (Gold,1985; Maslach dan Jackson, 1984; Maslach
dkk.,1981).
Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian Choo (1986) tentang kepribadian
tipe A yang memoderasi job stress dan kinerja. Hasil penelitian ini juga mendukung
temuan bahwa individu dengan kepribadian tipe A cenderung menuju strategi
pemecahan masalah yang tidak efektif karena mereka mudah frustrasi dan cemas.
Ketika menghadapi role overload atas pekerjaan yang harus dijalani, auditor dengan
kepribadian tipe A yang memiliki sifat agresif serta ketidaksabaran dalam melaksanakan
tugas akan semakin mengintensifkan munculnya kondisi burnout.
Kesimpulan, Implikasi Teoritis, Implikasi Praktis, Future Research
Penelitian ini bertujuan menguji kepribadian tipe A sebagai pemoderasi
hubungan antara role overload terhadap burnout. Hasil penelitian menunjukkan bukti

13 | P a g e

adanya pengaruhrole overload terhadap burnout. Pengujian terhadap eksistensi efek
pemoderasi kepribadian tipe A menghasilkan bukti empiris tentang keberadaan efek
tersebut. Kepribadian tipe A auditor mengintensifkan pengaruh role overload terhadap
burnout. Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa KAP dapat merancang perekrutan dan
pengerahan sumber daya manusia berupa auditor dengan pertimbangan karakteristik
kepribadian mereka pada penugasan-penugasan tertentu. Selain itu, KAP dapat menata
penjadwalan tugas yang lebih masuk akal dan berorientasi pada kesejahteraan
psikologis auditornya.
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu: pertama, tidak
dilakukannya pemisahan level burnout pada auditor yunior, senior dan manager. Semua
sampel diperlakukan sama dan dianggap sebagai auditor pelaksana yang mendapat
perintahlangsung dari partner sebagai pengelola KAP. Riset selanjutnya dapat
melakukan pemisahan respon dari level auditor yang berbeda dan menginvestigasi
tingkat burnout untuk setiap level auditor.

Kedua, sampel juga tidak dibedakan

berdasarkan masa kerja yang dijalani para auditor pelaksana tersebut. Penelitian yang
akan datang dapat menggunakan sampel partner untuk melihat apakah terdapat
pengaruh role overload terhadap burnout karena partner kemungkinan juga mengalami
stres dengan bentuk yang berbeda.

Referensi
Beehr, T.A, J. T. Walsh, dan T. D. Taber. 1976. Relationship of Stress to Individually
and Organizationally Values States: Higher Order Needs as a Moderator.
Journal of Applied Psychology.Vol. 61: 41-47
Brocheler, V., S. Maijoor, dan A. van Witteloostuijn. 2004. Auditor Human Capital and
Audit Firm Survival in The Dutch Audit Industry in 1930–1992. Accounting,
Organizations and Society.Vol. 29: 627–646
Burke, R. J., dan E. Greenglass. 1989. Psychological Burnout among Men and Women
in Teaching: An Examination of the Cherniss Model. Human Relations. Vol.
42: 261-273
Choo, 1983. Type A Behavior-Coping with Stress. Accountancy (April): 128-129
______. 1986. Job Stress, Job Performance, and Auditor Personality Characteristics.
Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 2: 17- 34
14 | P a g e

______. 1992. The Interactive Effect of Humor and Type A Behavior: Accounting
Perspective and Evidence. Advances in Accounting.Vol. 10: 197-217
Cordes, C. L., dan T. Dougherty. 1993. A Review and an Integration of Research on Job
Burnout. The Academy of Management Review. Vol.18:621-656
Dale, J., dan M. Fox. 2008. Leadership Style and Organizational Commitment:
Mediating Effect of Role Stress. Journal of Managerial Issues.Vol. 20 (1): 109130
Erera-Weatherley, Pauline Irit. 1996. Human Relations, Feb. Vol. 49 Issue 2, p157-170
Fisher, R. 2001. Role Stress, the Type A Behavior Pattern, and External Auditor Job
Satisfaction and Performance. Behavioral Research in Accounting.Vol. 12:143170
Freudenberger, H. 1974. Staff Burnout. Journal of Social Issues 30 (1):159–165.
Friedman, M., dan R. Rosenman. 1974. Type A Behavior and Your Heart. New York,
NY: Knopf
Fogarty, T. J., J. Singh, G. K. Rhoads, dan R.K. Moore. 2000. Antecedents and
Consequences of Burnout. Behavioral Research in Accounting.Vol. 12:31-68
Gaertner, J., dan J. Ruhe. 1981. Job-Related Stress in Public Accounting. Journal of
Accountancy. June: 68-74
Ganster, D. C., H. W. Hennessey, dan F. Luthans. 1983. Social Desirability Response
Effects: Three Alternative Models. Academy of Management Journal.Vol. 26:
231-331
Goolsby, J.R. 1992. A Theory of Role Stress in Boundary Spanning Positions of
Marketing Organizations. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 20
(2):155-164
Gold, Y. 1985. Does Teacher Burnout Begin with Student Teaching. Education. Vol.
105: 254-257
Hartono, J. 2008. Pedoman Survei Kuesioner. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UGM
Ivancevich, J., M. Matteson, and C. Preston. 1982. Occupational Stress, Type A
Behavior and Physical Well Being. Academy of Management Journal. Vol. 25
(2): 373-391
Jackson, S. E., R. L. Schwab&R. S. Schuler.1986.Toward an Understanding of the
Burnout Phenomenon.Journal of Applied Psychology. Vol.71: 630-640

15 | P a g e

Jackson, S dan R. Schuler.1985. A Meta-Analysis and Conceptual Critique of Research
on Role Ambiguity and Role Conflict in Work Settings. Organizational
Behavior and Human Decision Processes. August: 16-78
Jones, Ambrose III., C. S. Norman, B. Wier. 2010. Healthy Lifestyle as a Coping
Mechanism for Role Stress in Public Accounting. Behavioral Research in
Accounting.Vol. 22: 21- 41
Keenan, A dan G. D. M. McBain. 1979. Effect of Type A Behavior, Intolerance of
Ambiguity and Locus of Control on the Relationship Between Stress and WorkRelated Outcomes. Journal of Occupational Psychology. Vol. 52: 277-285
Larson, L. L. 2011. Gender Differences in Internal Auditor Job Burnout.Internal
Auditing. 26: 11-18
Lazarus, R.S., and S. Folkman. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York, NY:
Springer Publications
Lee, R dan B. Ashforth. 1996. A Meta-Analytic Examination of the Correlates of the
Three Dimensions of Job Burnout. Journal of Applied Psychology. Vol. 81 (2):
123-13
Lee, C., S. Ashford dan P. Bobko. 1990. Interactive Effects of Type A Behavior and
Perceived Control on Worker Performance, Job Satisfaction and Somatic
Complaints. Academy of Management Journal.Vol. 33 (4): 870-881
Maslach, C. dan Jackson. 1984. Burnout in Organizational Settings. Applied Social
Psychology Annual. Vol. 5: 133-153
Maslach, C., W. B. Schaufeli dan M. P. Leiter. 2001. Job Burnout. Annual Review of
Psychology.Vol.52:397-422
Morris, T., &L. Empson. 1998. Organisation and Expertise: An Exploration of
Knowledge Bases and the Management of Accounting and Consulting Firms.
Accounting, Organizations and Society.23: 609–624.
Murtiasri, E. dan I. Ghozali. 2006. Anteseden dan Konsekuen Burnout. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006
Rebele, J., dan R. Michaels. 1990. Independent Auditors’ Role Stress: Antecedent,
Outcome and Moderating Variables. Behavioral Research in Accounting.Vol.
2:124-153
Senatra. 1980. Role Conflict, Role Ambiguity and Organizational Climate in a Public
Accounting Firm. The Accounting Review.Vol. 55 (4): 594-603

16 | P a g e

Solomon, I. dan K. T. Trotman. 2003. Experimental Judgment and Decision Research in
Auditing: the First 25 Years of AOS. Accounting, Organizations and Society 28
(2003) 395–412
Sorenson, J dan T. Sorenson. 1974. The Conflict of Professional in Bureucratics
Organizations. Administrative Science Quarterly.Vol.59: 98-106
Stevens, G. B.dan P. O’Neill. 1983. Expectation and Burnout in the Developmental
Disabilities Field. American Journal of Community Psychology. Vol. 11: 615627
Tuanakotta, Theodorus. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Salemba Empat
Weick, K. 1983. Stress in Accounting Systems. The Accounting Review 58 (2): 350-369
Zohar, D. 1997. Predicting Burnout with a Hassle-Based Measure of Role Demands.
Journal Of Organizational Behavior.Vol. 18: 105-116.

17 | P a g e

Dokumen yang terkait

J00631

0 0 17