IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI DI SMAN 1 NGUNUT - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data
Kurikulum merupakan merupakan sebuah wadah yang menentukan
arah pendidikan yang sedang ditempuh. Kurikulum memegang kedudukan
kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan
proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi
lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum 2013 tersebut dapat dirasakan
keberadaannya hanya dengan cara mengimplementasikannya dalam suatu
pembelajaran. Implementasi sendiri dalam suatu pembelajaran mencakup tiga
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Peneliti sebagai
instumen utama dalam penelitian ini harus memilih berbagai sumber data
yang relevan dengan implementasi kurikulum 2013 dalam 3 tahap tersebut.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMAN 1
Ngunut, diketahui bahwa sekolah ini telah menerapkan Kurikulum 2013 pada
tahun pelajaran 2016/2017. Dengan kata lain, baru tahun pelajaran inilah
kurikulum 2013 diterapkan di SMAN 1 Ngunut. Peneliti akan melakukan
penelitian di SMAN 1 Ngunut mulai dari implementasi tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan penilaian. Untuk lebih jelasnya, sesuai data yang
berhasil peneliti kumpulkan di lapangan, peneliti akan mendeskripsikan data

sesuai dengan fokus penelitian sebagai berikut:
107

108

1.

Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti Tahap Perencanaan
Setiap hal harus direncanakan terlebih dahulu agar segalanya
berjalan lebih maksimal. Begitu pula dalam suatu pembelajaran. Terkait
tahap perencanaan, sekolah haruslah memfasilitasi para guru sebagai
salah satu ujung tombak pengimplementasian kurikulum 2013 tersebut
agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, diawal pemberitahuan tentang
perubahan kurikulum baru di SMAN 1 Ngunut, maka ditunjuklah satu
perwakilan guru dari masing-masing mata pelajaran untuk melakukan
pelatihan Kurikulum 2013 selama 1 minggu. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan Waka SMAN 1 Ngunut bagian kurikulum,
Di awal tahun pelajaran baru, kami mendelegasikan seorang guru
dari masing-masing mata pelajaran untuk melakukan pelatihan

selama satu minggu. Harapannya, agar mereka lebih memahami
kurikulum yang baru diterapkan di sekolah ini, dan harapannya lagi
setelah kembali dari pelatihan, para perwakilan tersebut dapat
menularkan ilmunya ke guru yang lain. Selain itu, kita juga
memberikan kelonggaran kepada para guru terutama guru kelas X
untuk mengikuti workshop yang berkaitan dengan Kurikulum
2013.119
Setelah serangkaian pelatihan dan sosialisasi kurikulum 2013
dilakukan, barulah para guru merencanakan pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum 2013. Perencanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan
baik

secara

kelompok

maupun

individu.


Oleh

karena

itu,

dikembangkanlah berbagai perangkat pembelajaran. Berkaitan dengan

119

Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017

109

pengembangan perangkat pembelajaran, akan peneliti paparkan sebagai
berikut:
a.

Pengembangan Silabus, Prota, Promes, dan Rencana Pekan Efektif
(RPE)

Dalam hal ini, hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran
khususnya pembelajaran yang di lakukan di sekolah, dibuatlah suatu
serangkaian perangkat pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang
diutarakan oleh Waka bagian Kurikulum SMAN 1 Ngunut. Beliau
mengatakan bahwa,
Untuk tahap perencanaan yang jelas dimulai dari penyusunan
perangkat pembelajaran. Khususnya RPP. Karena RPP itu kan
senjata awal guru masuk kelas. Tapi selain itu juga ada
perangkat pembelajaran yang lain, yaitu silabus, prota, promes,
dan pekan efektif.120
Dalam bagian pengembangan perangkat pembelajaran, salah
satu hal yang utama yang digunakan untuk mengembangkan RPP
adalah silabus. Untuk silabus sendiri, diperoleh dari pemerintah
kemudian dikembangkan sendiri oleh sekolah masing-masing.
Seperti yang dipaparkan oleh Waka bagian Kurikulum,
Untuk penyusunan perangkat pembelajaran, acuannya kita
melihat dari silabus yang sudah diedarkan oleh pemerintah.
Tapi tetap kita kembangkan sesuai kebutuhan kita, mbak . Lalu
nanti prota promes-nya, dan perangkat yang lain seperti
perhitungan pekan efektif disusun oleh sekolah bersama-sama

dengan guru di awal tahun ajaran baru. Dan untuk selanjutnya,
masalah RPP diserahkan kepada masing-masing guru. 121

120
121

Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017
Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017

110

Silabus dan perangkat pembelajaran lain yang dikembangkan
oleh

para

guru

SMAN


1

Ngunut

secara

bersama-sama

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan dibagi sesuai
dengan mata pelajaran masing-masing. Tiap-tiap guru berkumpul
dengan para guru yang mengampu mata pelajaran yang sama dan
mulai mengembangkan silabus, prota, dan promes sesuai kebutuhan.
Dan dalam silabus yang peneliti peroleh dari guru PAI dan Budi
Pekerti di SMAN 1 Ngunut tercantum beberapa informasi seperti
kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan selama

satu tahun pelajaran. Untuk lebih

jelasnya terkait silabus, prota, promes, dan rencana pekan efektif

dapat dilihat pada lampiran 7, 8, 9, dan 10.
b.

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kemudian, berlanjut ke penyusunan perangkat pembelajaran
yang lain yang penting selain silabus yaitu Rencana Perangkat
Pembelajaran

(RPP).

RPP

tersebut

merupakan

suatu

bukti


implementasi dari kurikulum tahap perencanaan. RPP dibuat oleh
masing-masing guru di SMAN 1 Ngunut. Tidak terkecuali guru mata
pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Mereka membuat RPP sebagai
langkah awal implementasi K13.
Untuk selanjutnya, dalam hasil wawancara dengan seorang
GPAI 1, diketahui bahwa RPP dibuat oleh masing-masing guru

111

secara individu yang merujuk dari silabus yang diedarkan oleh
pemerintah,
Pedomannya kita punya silabus yang diperoleh dari
pemerintah. Kalau RPP nya kita membuat sendiri. Walaupun
pelajarannya PAI, untuk silabusnya, sekolah langsung dapat
dari Kemendikbud, mbak. Soalnya, kita jenjangnya kan SMA
bukan Aliyah.122
Hal senada juga diungkapkan oleh GPAI 2,
RPP kita buat sendiri dengan mengikuti langkah-langkah yang
telah disosialisasikan oleh pemerintah. Mulai dari informasi
yang harus tercantum di RPP itu apa saja, kemudian langkah

pembelajaran itu harus seperti apa, sampai penilainnya yang
sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berlaku, semuanya ada di
RPP.123
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi. Peneliti
melihat secara langsung bahwa guru telah membuat rencana
pembelajaran yang telah dijilid dengan rapi.124
Kemudian, berkaitan dengan waktu pembuatan RPP, diketahui
bahwa pembuatan RPP dilakukan di awal semester berurutan dengan
pembuatan silabus dan penentuan perangkat pembelajaran yang lain,
seperti yang dikatakan oleh GPAI 1,
Untuk masalah pembuatan RPP, disini biasanya rencana itu
dibuat diawal tahun pelajaran.125
Tetapi pembuatan RPP diawal tahun tersebut membuat kendala
sendiri pada implementasi kurikulum pada tahap berikutnya, GPAI 1
melanjutkan,

122

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017

124
Observasi di Ruang Guru, tanggal 18 April 2017
125
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
123

112

Jadi betul kalau nanti sampeyan penelitian sambil observasi
masuk kelas. Karena bagaimanapun kalau sudah di kelas tidak
akan sepenuhnya sama, karena ini pembuatannya di awal tahun.
Tapi untuk langkah-langkahnya tetap sama.126
Hal senada juga dikatakan oleh GPAI 2 terkait dampak pengumpulan
RPP di awal semester,
Karena kita sistem pembuatan RPP-nya berada di awal, jadi ya
pasti ada perbedaan sedikit saat melakukan pembelajaran yang
sebenarnya. Tergantung situasi dan kondisi. Yang jelas
sebelum maju (masuk kelas) kita sudah ada RPP.127
Walaupun pembuatan RPP di awal semester berdampak pada
tahap implementasi selanjutnya, para guru tetap membuat perangkat

pembelajaran sesuai dengan kesepakatan dengan pihak sekolah.
Untuk selanjutnya, dalam membuat RPP dibuatlah langkahlangkah pengembangan RPP. Langkah-langkah tersebut akan
peneliti paparkan sebagai berikut:
1) Mengkaji Silabus
Dalam bagian pengembangan perangkat pembelajaran,
salah

satu

hal

yang

utama

yang

digunakan

untuk

mengembangkan RPP adalah silabus. Untuk silabus sendiri,
diperoleh dari pemerintah kemudian dikembangkan sendiri oleh
sekolah masing. Seperti yang dipaparkan oleh Waka bagian
Kurikulum,
Untuk penyusunan perangkat pembelajaran, acuannya kita
melihat dari silabus yang sudah diedarkan oleh pemerintah.
Tapi tetap kita kembangkan sesuai kebutuhan kita,
mbak .Lalu nanti prota promes-nya, dan perangkat yang
126
127

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017

113

lain seperti perhitungan pekan efektif disusun oleh sekolah
bersama-sama dengan guru di awal tahun ajaran baru. Dan
untuk selanjutnya, masalah RPP diserahkan kepada
masing-masing guru. 128
Terkait fungsi dari silabus yang akan digunakan dalam
pembuatan RPP, peneliti berhasil memperoleh informasi dari
salah satu Guru PAI dan Budi Pekerti kelas X yang juga
menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajarannya. Peneliti
memberi kode guru tersebut dengan GPAI 2. Beliau
menjelaskan,
Fungsi dari silabus itu kan digunakan sebagai acuan, mbak.
Acuan dalam arti materi apa yang harus disampaikan.
Kemudian terkait penjabaran KI menjadi KD juga. Semua
masih umum kalau dalam silabus. Maka dari itu, hal-hal
yang umum dalam silabus itulah kita jabarkan dalam
RPP.129
Guru mengkaji silabus dan memasukkan semua yang
tertera dalam silabus ke dalam RPP masing-masing guru.130
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran juga dimasukkan dalam RPP. Materi
ini berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
pembelajaran. Guru telah memasukkan materi pelajaran sesuai
dengan materi pokok yang telah guru tuliskan di bagian awal
RPP. Terkait materi pembelajaran, GPAI 2 menjelaskan,
Untuk materi yang dimasukkan ke dalam kurikulum hanya
sebatas intisari saja. Tidak semua dimasukkan. Karena
materi yang lengkap ada pada buku ajar, buku pegangan,
128

Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017
130
Dokumentasi tentang silabus pada Lampiran 7
129

114

dan referensi lain yang sesuai dengan KD yang
diinginkan.131
Terkait isi dari materi pembelajaran, terlihat dalam RPP
baik di RPP GPAI 1 maupun GPAI 1 bahwa tidak semua materi
dimasukkan, hanya intisari atau pokok dari materi itu saja.
3) Menentukan Tujuan Pembelajaran
Di RPP sudah terlihat bahwa guru telah menentukan dari
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pertemuan.
Terkait dengan tujuan pembelajaran, GPAI 1 menjelaskan,
Untuk tujuannya kita buat per-pertemuan memiliki tujuan
yang akan dicapai mbak. Hal ini dilihat dari Kompetensi
Dasar apa yang ingin kita capai pada pertemuan tersebut.
Setiap kompetensi itu kan memiliki indikator. Indikator
itulah yang mendasari perumusan dari tujuan yang ingin
dicapai.132
Terlihat di RPP bahwa ada kecocokan antara indikator
pencapaian kompetensi yang dibuat guru sama dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Pengembangan kegiatan pembelajaran dalam hal ini
termasuk pengembangan metode dan pendekatan yang akan
dilakukan dalam suatu pertemuan pembelajaran. Di RPP 2 guru
tersebut terdapat beberapa metode yang mengarah pada
pendekatan scientific, yaitu mengacu pada metode-metode yang
dapat membuat para peserta didik menjadi aktif di dalam

131
132

Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017

115

pembelajaran. Metode yang terlulis di RPP yang digunakan oleh
GPAI 1 antara lain model pembelajaran role playing, metode
diskusi, dan demonstrasi. Sedangkan GPAI 2 menggunakan
metode tanya jawab, diskusi, simulasi,dan drill dalam RPP nya.
Kemudian langkah-langkah pembelajaran juga para guru
paparkan secara rinci pada setiap pertemuan. Langkah-langkah
ini merupakan hal yang paling penting dan harus ada di dalam
RPP. Di RPP tersebut terlihat perinciannya dimulai dari kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup pada setiap pertemuan. Dan
terlihat

bahwa

pendekatan

kegiatan-kegiatan

scientific,

yaitu

tersebut

merujuk

mengamati,

pada

menanya,

mengumpulkan, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

133

Terkait hal ini, GPAI 1 menjelaskan,
Dalam membuat RPP, kita berusaha membuat serinci
mungkin. Karena RPP merupakan patokan kita mengajar.
Dan diharapkan pembelajaran yang sebenarnya nantinya
bisa berjalan secara ilmiah sesuai karakteristik K13 yang
telah kita gambarkan di RPP.134
5) Penjabaran Jenis Penilaian
Pada bagian penilaian, juga dipaparkan secara rinci caracara penilaian yang akan ditujukan kepada para siswa. Dimulai
dari penilaian dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kesemuanya sudah ada di RPP masing-masing guru lengkap
dengan instrumen penilaian masing-masing ranah.
133
134

Dokumentasi tentang RPP GPAI 1 pada Lampiran 11
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017

116

Untuk penilaian di RPP GPAI 1 dijabarkan bahwa GPAI 1
merencanakan melakukan penilaian pengetahuan dengan tes
tulis. Lembar penilaian ranah pengetahuan telah tertera di RPP.
Lembar penilaian tersebut berisikan 5 butir soal lengkap dengan
jawaban. Kemudian juga ada lembar penilaian ranah sikap
dengan tehnik ceklist. Dan untuk keterampilan sudah tertera
kolom-kolom

yang

nantinya

digunakan

untuk

menilai

keterampilan mempresentasikan hasil diskusi siswa. Kemudian
juga ada penilaian non tes berupa observasi dan portofolio.
Untuk pertemuan kedua pun sistem penilaiannya hampir sama.
Hanya saja butir-butir soal untuk menilai aspek pengetahuan
berbeda dengan butir soal pada pertemuan pertama. Dan tidak
terlihat lembar penilaian ranah sikap pada pertemuan kedua.135
Sedangkan dalam RPP GPAI 2 juga menilai semua aspek.
Pada pertemuan pertama, tehnik yang digunakan untuk menilai
adalah tes dengan tes tertulis, dan non-tes yang dilakukan
dengan cara observasi proses. Untuk pertemuan kedua juga
sama, hanya saja butir soal pada lembar tes tertulis yang berbeda.
Sedangkan untuk pertemuan ketiga hanya dilakukan tehnik nontes, dengan bentuk instrumen penilaiannya berupa instrumen
unjuk kerja, penilaian sikap religius dan sikap sosial.136

135
136

Dokumentasi tentang RPP GPAI 1 pada Lampiran 11
Dokumentasi tentang RPP GPAI 2 pada Lampiran 12

117

6) Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu terlihat bervariasi pada tiap-tiap RPP,
tergantung pada keluasan materi dari KD itu sendiri. GPAI 2
menjelaskan bahwa,
Untuk alokasi waktu kita sesuaikan dengan isi dari materi
itu sendiri. Jadi kalau materinya pendek, bisa jadi ya
hanya 1x pertemuan. Tapi kalau materi bab itu panjang,
bisa juga sampai 3x pertemuan.137
Hal ini memang terlihat di RPP bahwa memang alokasi
waktu tiap materi pokok di RPP bervariasi. Tapi alokasi waktu
pada materi yang sama antara RPP GPAI 1dan GPAI 2 memiliki
durasi yang sama. Hal ini dikarenakan pembagian alokasi waktu
pada masing-masing materi ditentukan oleh kalender akademik,
pekan efektif, dan prota promes yang ditentukan bersama-sama
seperti yang telah peneliti paparkan pada poin mengkaji silabus.
Lebih jelasnya terkait alokasi waktu, GPAI 2 menjelaskan,
Salah satu perubahan di K13 yang dapat dirasakan itu
adalah bertambahnya alokasi waktu, yang biasanya hanya
2 jam pelajaran dalam sekali pertemuan sekarang menjadi
3 jam. Tetapi, 3 jam itu tidak dilangsungkan dalam 1
pertemuan, mbak. Sistemnya dipisah, dalam 1 minggu,
pertemuan pertama itu dihitung 2 jam dan pertemuan
kedua hanya 1 jam pelajaran. Tetapi dalam RPP nantinya
walaupun 3 jam pelajaran dibagi 2 pertemuan, tetap
dihitung 1x pertemuan.138
Pernyataan dari GPAI 2 tersebut dikuatkan dengan data
dokumentasi yang ada. Terlihat bahwa memang dalam RPP
yang materi pokoknya adalah zakat misalnya, terlihat alokasi
137
138

Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017

118

waktu ditulis 3x pertemuan (9x45 menit). Hal ini berarti 1x
pertemuan memiliki beban 3 jam pelajaran dan 1 jam pelajaran
terhitung berdurasi 45 menit. Lihat pada lampiran 11 dan 12.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber
direncanakan

belajar
agar

juga

merupakan

pembelajaran

bisa

hal

yang

berjalan

perlu

optimal.

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 1 Ngunut, terlihat bahwa
pada semua ruang kelas terdapat LCD Proyektor yang
dimanfaatkan guru sebagai sumber belajar yang sangat membantu.
Selain itu, didukung oleh buku siswa yang berasal dari
pemerintah. Selain buka siswa tersebut, guru di SMAN 1 Ngunut
juga menggunakan buku tambahan yaitu buku pendamping yang
berasal dari Kabupaten dan dibuat oleh MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran). Hal ini sesuai dengan paparan GPAI 1,
Buku ajar disini ada, mbak. Buku guru juga ada dari
pemerintah. Kemudian buku penunjang lainnya adalah buku
pendamping siswa yang diterbitkan oleh MGMP yang
dibuat oleh kabupaten. Jadi satu kabupaten itu pasti buku
pendampingnya sama. Untuk materinya juga sama, karena
kami tetap mengacu ke buku ajar yang diterbitkan oleh
pemerintah dan berpedoman juga dengan silabus yang
sudah ditetapkan. Yang membedakan hanyalah urutan bab
nya saja. Selebihnya sama.139
Jadi, buku pegangan memang sudah dimiliki oleh guru dan para
siswa. Sehingga diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan
lebih baik. Karena dari buku pegangan itulah yang menjadi dasar

139

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017

119

untuk mengembangkan pengetahuan. Terutama bagi siswa, buku
pegangan itu dianggap sebagai titik awal mereka mempelajari
sesuatu.
Selain itu, sesuai pemaparan GPAI 1, khusus guru PAI
diberikan sebuah software yang berisikan kumpulan materi PAI
lengkap. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan materi bahan
ajar.
Guru PAI disini diberikan fasilitas berupa software tentang
keagamaan yang diberikan di awal semester. Dikasih ini
karena dalam K13 kan harapannya siswa-lah yang aktif. Jika
siswa yang aktif, otomatis guru harus berfikir lebih luas dari
siswa. Karena tidak menutup kemungkinan kalau anak-anak
nanti pertanyaannya akan melebar sesuai dengan
keingintahuan mereka. Jadi diberikanlah software ini untuk
pegangan kami, para guru PAI. Dan juga kami gunakan juga
sebagai sumber belajar.140
Untuk pengadaan software tambahan itu sendiri terlepas dari
campur tangan pemerintah. Jadi tidak ada peraturan dari
pemerintah yang mengharuskan memiliki sesuatu untuk menunjang
implementasi kurikulum 2013. Hal ini senada dengan apa yang
dikatakan oleh GPAI 1 selanjutnya,
Untuk pengadaan software ini sebenarnya inisiatif dari kami
sendiri lalu kita ajukan ke sekolah. Jadi ini bukan pemberian
dari pemerintah seperti halnya buku siswa atau buku guru.
Jadi ini murni dari pemikiran kami dan sekolah mau
merealisasikannya untuk menunjang kami agar lebih baik
dalam melakukan implementasi kurikulum 2013.141

140
141

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017

120

Berkaitan dengan ini, software yang telah diberikan,
digunakan oleh guru PAI dan Budi Pekerti untuk menunjang proses
pembelajaran nantinya.
2.

Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap penerapan yang sebenarnya
dari perencanaan yang dibuat sebelumnya. Dan dalam kegiatan
pembelajaran, pada kurikulum 2013 diketahui bahwa pelaksanaannya
dibagi menjadi 3 tahap. Yaitu tahap pendahuluan (kegiatan awal),
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan tersebut tersusun secara
berurutan dan tidak dapat terpisahkan. Peneliti telah melakukan observasi
untuk melihat implementasi ketiga tahap tersebut. Berdasarkan hasil
observasi, peneliti akan memaparkan data sebagai berikut:
a.

Kegiatan Awal
Dalam observasi pada GPAI 1di kelas X MIPA 1, guru telah
melakukan kegiatan pendahuluan (awal). Langkah-langkah yang
dilakukan oleh GPAI 1 pada kegiatan awal adalah sebagai berikut:
1) Di awal masuk kelas, guru mengucapkan salam kepada para
siswa. Setelah itu, karena kondisi kelas baru saja mengalami
pergantian jam pelajaran, maka ada beberapa siswa yang terlihat
belum masuk kelas. Tidak lama kemudian siswa di kelas X
MIPA 1 lengkap. GPAI 1 memberikan instruksi kepada para
siswa untuk tenang. Setelah itu pembacaan doa dimulai. Doa

121

dipimpin oleh salah satu siswa di kelas. Setelah berdoa, guru
mengucapkan salam lagi untuk menarik perhatian siswa. Para
siswa menjawab salam dengan kompak.
2)

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah
pengkondisian siswa dengan cara mengecek kehadiran siswa.
Dari komunikasi yang terdengar oleh peneliti antara GPAI 1
dan siswa saat melakukan absensi, terdengar bahwa ada
beberapa siswa yang tidak masuk sekolah karena mengikuti
suatu kejuaraan di luar sekolah.142 Karena ini pelajaran agama,
maka di kegiatan awal setelah absensi selesai adalah membaca
Al-Qur’an secara bergantian. Para siswa diharuskan membawa
Al-Qur’an. Bila ada yang tidak membawa, maka guru memberi
punishment (hukuman) berupa maju ke depan dan hafalan surat
pendek. Hal ini merupakan kontrak yang sudah disepakati oleh
guru dan semua siswa di awal tahun pelajaran. Terkait hal ini,
GPAI 1 menjelaskan,
Sejak dulu saya sudah menerapkan sistem membaca AlQur’an di awal pelajaran. Saya memilih siswa untuk
membaca Al-Qur’an secara acak. Saya berharap agar
anak-anak lebih mengenal Al-Qur’an dan terbiasa untuk
membaca Al-Qur’an setiap hari.143
Karena Al-Qur’an sebagai roh agama Islam harus
ditanamkan dalam masing-masing diri peserta didik, maka
GPAI 1 memilih metode ini. Dan juga, dalam kurikulum 2013

142
143

Observasi di Kelas X MIPA 1, tanggal 22 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017

122

juga harus adanya sikap spiritual yang dihadirkan dalam setiap
pembelajaran.
3)

Setelah beberapa siswa ditunjuk secara acak untuk membaca
potongan ayat Al-Qur’an, langkah selanjutnya dalam kegiatan
awal yang dilakukan oleh GPAI 1 adalah menjelaskan tujuan
pelajaran pada hari itu. Pada hari itu, materi yang akan
dipelajari adalah Sejarah Nabi Muhammad SAW periode
Madinah.

4)

Langkah

yang

dilakukan

GPAI

1

dalam

kegiatan

pendahuluan setelah penyampaian tujuan adalah dengan
memotivasi para peserta didik terkait materi yang akan
dibahas. GPAI 1 menjelaskan bahwa sejarah adalah yang
penting, karena manusia khususnya umat Islam tidak bisa
seperti ini tanpa adanya sejarah. Jadi walaupun tidak ada
kegiatan praktik dalam materi sejarah, para siswa harus tetap
serius dalam memahaminya.144
Pada hari yang berbeda, peneliti melakukan observasi di kelas
X IPS 4 yang sedang melakukan proses pembelajaran PAI dengan
GPAI 2. Dan ditemukan data sebagai berikut:
1)

Guru terlihat melakukan kegiatan awal pembelajaran dimulai
dari mengucapkan salam sesaat setelah masuk kelas.
Mengkondisikan kelas dengan sesekali mengajak ngobrol

144

Observasi di Kelas X MIPA 1, tanggal 22 April 2017

123

siswa. Kemudian berdoa bersama-sama dengan para siswa
yang dipimpun oleh seorang siswa di X IPS 4.
2)

Langkah selanjutnya adalah mengecek kehadiran siswa.
Karena pada hari ini pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah
pelajaran jam pertama, maka ada beberapa siswa yang
terlambat dan baru datang setelah pengecekan absensi selesai.
Para siswa yang terlambat tersebut dipanggil untuk maju ke
depan terlebih dahulu dan ditanya alasan terlambat. Kemudian
sebagai hukuman, siswa tersebut diharuskan hafalan surat
pendek di depan kelas saat itu juga. Berbeda dengan GPAI 1
yang mengharuskan para siswa membawa Al-Qur’an, GPAI 2
tidak menghimbau para peserta didik untuk melakukan hal
demikian. Tetapi pada awal pembelajaran, di kelas X IPS 4
tetap membaca Al-Qur’an, dengan surat yang dibaca adalah
surat yang ada di buku pendamping yang berkaitan dengan
materi pada hari itu, yaitu materi waqaf.

3)

Setelah pembacaan Al-Qur’an selesai, hal selanjutnya yang
dilakukan GPAI 2 adalah menjelaskan tujuan pembelajaran
materi wakaq dan kaitan wakaf dengan kehidupan sehari-hari.

4)

Tanpa ada jeda, setelah penyampaian tujuan terlihat bahwa
GPAI 2 sering menyelingi dengan humor saat memberikan

124

motivasi kepada siswa terkait materi wakaf.

145

Beliau

menjelaskan,
Kita kan punya RPP, jadi RPP itu seperti apa nanti kita
sesuaikan dengan keadaan yang ada di kelas. Setiap kelas
kalau saya juga berbeda, mbak penyesuaiannya. Kalau
yang IPA, kan anak-anaknya cenderung diam saat berada
di kelas, sedangkan anak IPS biasanya kan anak sosial,
jadi mereka akan lebih aktif saat ada di kelas.146
Pada saat itu, GPAI 2 menyelingi dengan humor agar
para siswa tertarik dengan materi pelajaran yang akan
dipelajari.
b.

Kegiatan Inti
Setelah kegiatan awal selesai, kegiatan selanjutnya adalah
kegiatan inti. Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan
utama karena

pada

kegiatan inilah materi

pelajaran akan

disampaikan kepada peserta didik.
Pada kegiatan inti di X MIPA 1, guru mengawali kegiatan inti
dengan cara:
1) GPAI 1 menginstruksikan kepada para peserta didik untuk
membuka buku ajar pada halaman yang menerangkan materi
periode dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan
mengarahkan untuk membaca dan memahami isi dari materi
pada buku ajar.

145
146

Observasi di Kelas X IPS 4, tanggal 25 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017

125

2) Bersamaan dengan mengarahkan para siswa, GPAI 1 juga
memancing siswa untuk menceritakan dengan bahasa para siswa
sendiri terkait materi tersebut. Karena beberapa kali GPAI 1
mengajak siswa untuk maju ke depan dan tidak ada respon dari
siswa, akhirnya GPAI 1 sendirilah yang menjelaskan materi.
Saat peneliti bertanya alasan siswa tidak bersedia maju ke
depan adalah seperti yang disampaikan oleh salah satu siswa di
X MIPA 1,
Kalau menerangkan ke depan itu memang belum terbiasa,
kak. Soalnya kan dulu di SMP jarang banget disuruh
kayak gitu sama guru. Jadi kalau ketepatan disuruh maju
ya masih bingung untuk nyusun kalimat yang harus
diomongin. 147
Hal yang serupa juga dikatakan oleh siswa X MIPA 1
yang lain. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa masih
merasa kesulitan untuk maju ke depan. Terlebih jika itu adalah
pelajaran sejarah. Tetapi beberapa dari mereka menjelaskan
bahwa jika materi pelajarannya berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, mereka akan lebih mudah mengutarakan pendapat.
Ditengah-tengah proses guru menjelaskan materi, guru
terus berusaha menarik minat siswa dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, para siswa terlihat menanggapi pertanyaan
yang dilontarkan GPAI 1, beliau menjelaskan bahwa,
Tapi kita tetep berusaha menjalankan pendekatan scientific
juga, walaupun tidak berjalan mulus. Kita pancing
147

Wawancara dengan salah satu siswa X MIPA 1, tanggal 22 April 2017

126

keaktifan mereka dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan dan mengarahkan mereka untuk melihat
peristiwa-peristiwa di kehidupan nyata yang sesuai dengan
materi pada hari itu.148
Pada pembelajaran pada hari itu, guru terus memancing
siswa dengan berbagai pertanyaan. Beliau melanjutkan,
Kalau PAI saya pikir tidak ada metode yang paling pas
selain ceramah, apalagi kalau berbicara tentang sejarah.
Jadi untuk materi mayoritas disampaikan terlebih dahulu
oleh guru. Karena agama itu kan pegangan dan mengingat
anak-anak pengetahuan seberapa tentang agama kan kita
tidak tahu.149
Hal ini dimaklumi oleh para guru, karena berbicara di
depan banyak orang bukanlah suatu perkara yang mudah. Waka
kurikulum-pun memahami hal tersebut dengan menjelaskan,
Kesulitan dalam K13 tahap pelaksanaan itu mungkin di
SDM-nya mbak. Kalau di K13 itu kan seharusnya itu
siswa yang lebih aktif. Guru hanya sebagai fasilitator. Tapi
kalau hal itu benar-benar diterapkan, menurut saya itu
masih agak sulit. Selain ini merupakan hal baru, guru juga
diawal pelaksanaan K13 di sekolah ini kan tidak semuanya
yang ikut workshop secara langsung. Mereka yang tidak
ikut kan hanya mendapat pengetahuan dari guru yang
sudah ikut. Jadi kalau benar-benar mengikuti K13saya rasa
sulit. Jadi kita pakainya semi-semi begitu mbak. Jadi misal,
ada suatu kasus, nunggu anak memecahkan kasus itu
sendiri yang ga selesai-selesai. Butuh 1 sampai 2 jam
jangan-jangan. Itu kan malah mengganggu, mbak.150
Dalam observasi di X MIPA 1, terlihat bahwa baik siswa
maupun guru memanfaatkan sumber belajar yang telah ada. Hal ini
terlihat dalam observasi. Semua siswa terlihat membawa buku

148

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
150
Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017
149

127

pegangan

siswa

saat

pembelajaran

berlangsung.

Dan

guru

menggunakan papan tulis sebagai media penyampaian materi.151
Kemudian berlanjut pada observasi di X IPS 4 pada kegiatan
inti. Kegiatan inti di X IPS 4 adalah sebagai berikut:
1) Guru mengawali kegiatan inti dengan mengajak para siswa
melakukan kegiatan mengamati. Para siswa mengamati buku
ajar mereka masing-masing.
2) Kemudian, guru membuka sesi tanya jawab terkait materi wakaf.
Beberapa siswa mulai bertanya, tetapi ada beberapa siswa pula
yang bertanya diluar tema, sehingga membuat kelas terasa
gaduh.
3) Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kelompok.
Kelas dibagi menjadi 6 kelompok. Tema yang didiskusikan tiap
kelompok berbeda, seuai dengan ketentuan yang diberikan
GPAI 2.
4) Setelah pembagian kelompok dan penjelasan mengenai kegiatan
kelompok diberikan, mereka melakukan diskusi berkaitan
dengan tema masing-masing dan materi terkait. Kegiatan diskusi
diberi waktu 10 menit.
5) Waktu yang ditentukan selesai, para perwakilan tiap-tiap
kelompok maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi.152
Terkait kegiatan kelas pada hari itu, GPAI 2 menjelaskan,

151

Observasi di Kelas X MIPA 1, tanggal 22 April 2017

128

Materi hari ini adalah materi waqaf, jadi pas kalau
diterapkan metode cooperative berupa jigsaw. Disini
mereka akan lebih aktif menerangkan pendapat mereka
atau sekedar menjelaskan apa yang mereka baca di buku.
Tapi karena materi hari ini membicarakan tentang dalil,
maka para siswa dituntut hafalan dalil itu dan
mempresentasikan isi dari dalil yang telah mereka
hafalkan.153
Kegiatan diskusi menggunakan metode jigsaw. Para
peserta didik menjelaskan hasil diskusinya di depan kelas
kepada teman-teman lain yang memiliki tema yang berbeda
untuk didiskusikan masing-masing kelompok. Dan GPAI 2 terus
mengawasi kegiatan diskusi dengan ikut berinteraksi dengan
siswa.
Terkait

kegiatan

inti,

kesulitan

dirasakan

oleh

guru

dikarenakan selain ini merupakan kurikulum yang masih baru, untuk
implementasi tahap pelaksanaan di Kurikulum 2013 menuntut siswa
untuk lebih aktif menggali pengetahuan daripada guru itu sendiri.
Seperti yang dipaparkan oleh GPAI 1 pada wawancara peneliti yang
dilakukan sebelum peneliti melakukan observasi,
Karena Kurikulum 13 itu kan sebenarnya siswanya yang harus
lebih aktif dalam pembelajaran daripada guru itu sendiri. Jadi
ada segmennya sendiri ketika anak-anak menerangkan opini
mereka ke depan.154
Kemudian GPAI 1 menjelaskan,
Kesulitan yang terlihat dari anak-anak itu mereka belum bisa
menyampaikan dengan lancar di depan kelas. Makanya PR nya
adalah bagaimana cara menumbuhkan keberanian anak-anak.
152

Observasi di Kelas X IPS 4, tanggal 25 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 25 April 2017
154
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
153

129

Karena yang aktif itu kan seharunya anak bukan guru.
Makanya kita kolaborasi, mbak. Ada kalanya guru yang aktif
menerangkan. Tapi tidak sepenuhnya menerangkan. Jadi kita
melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi kepada siswa. Harapannya agar anak-anak ada respon,
sehingga mereka bisa aktif saat pembelajaran di dalam kelas.
Jadi komunikasi 2 arahnya disitulah nanti.155
Lalu,

terkait

dengan

metode

pembelajaran,

GPAI

2

menambahkan,
Begini mbak, untuk metode pembelajarannya tidak serta merta
semua bisa menggunakan atau terpaku pada satu metode saja.
Walaupun di K13 siswa dituntut aktif, tapi terkadang ada
saatnya guru juga mendominasi kelas. Ya disesuaikan dengan
materinya juga, apalagi kalau sejarah, sebagian besar pasti
memilih ceramah. Intinya metode yang kita pakai itu harus
disesuaikan dengan materi yang akan kita sampaikan dan
kondisi kelas saat itu. Jadi tidak monoton itu-itu saja
metodenya, harus bervariasi.156
Dalam hal ini peneliti mencoba mengklarifikasi dengan
bertanya kepada Waka kurikulum terkait metode pembelajaran,
Untuk metode pembelajaran kami serahkan sepenuhnya
kepada guru yang bersangkutan. Karena kelas itu kan sudah
menjadi tanggung jawab pendidik. Sifat kita hanya melakukan
kontrol, menyediakan fasilitas untuk menunjang K13 bisa
berjalan sesuai dengan harapan dan melakukan bimbingan
kepada guru yang masih mengalami kesulitan. Seperti halnya
pembuatan RPP, kita membebaskan guru untuk berkreasi. Tapi
harapannya juga harus mengikuti pedoman kurikulum 2013
yang sudah disediakan.157
Sama seperti pembuatan RPP yang diserahkan sepenuhnya
pada kreatifitas guru, metode pembelajaran pun demikian. Itu adalah
hak sepenuhnya yang dimiliki oleh guru terkait pengembangan
kegiatan kelas.
155

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 25 April 2017
157
Wawancara dengan Waka bagian Kurikulum, tanggal 27 April 2017
156

130

c.

Kegiatan Penutup
Kegiatam teakhir adalah kegiatan penutup. Untuk kegiatan
penutupnya, pada kelas X MIPA 1 adalah seperti berikut:
1) Terlihat bahwa pelajaran berakhir tepat waktu. GPAI 1 memberi
kesimpulan pada materi yang telah dipelajari pada hari itu
2) GPAI 1 juga mempersilah para siswa untuk bertanya untuk yang
terakhir kalinya pada pertemuan hari itu
3) Setelah dirasa tidak ada yang mengajukan pertanyaan, GPAI 1
memberi gambaran sekilas tentang materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya. Untuk pertemuan selanjutnya juga
masih membahas terkait sejarah islam.158
Dan untuk kelas X IPS 4 kegiatan penutup yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Di kelas X IPS 4 pembelajaran juga berakhir tepat waktu. GPAI
2 menyimpulkan hasil diskusi pada hari itu.
2) Selain itu, GPAI 2 juga memberi umpan balik kepada para siswa
yang mengajukan pertanyaan serta memberi reward kepada
siswa yang bersedia maju ke depan. Dan kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan salam.159

158
159

Observasi di Kelas X MIPA 1, tanggal 22 April 2017
Observasi di Kelas X IPS 4, tanggal 25 April 2017

131

3.

Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti Tahap Penilaian
Penilaian adalah tahap akhir dari suatu rangkaian pembelajaran.
Penilaian diperoleh dari hasil pembelajaran. Jika berbicara tentang
kurikulum 2013, maka diharapkan segala aspek dari peserta didik dinilai.
Mulai dari penilaian pada Kompetensi Inti (KI) 1 sampai dengan 4. Jadi
pembagiannya adalah penilaian pada ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Semuanya harus dinilai tanpa terkecuali pada tiap-tiap
individu peserta didik. Jadi bukan hanya menilai pada salah satu aspek
saja seperti kurikulum yang sebelum-sebelumnya.
Kemudian terkait penilaian itu sendiri, bukan hanya menilai pada
salah satu aspek saja seperti kurikulum yang sebelum-sebelumnya.
Seperti yang diungkapkan oleh GPAI 2,
Yang membedakan kurikulum 13 dengan kurikulum sebelumnya
salah satunya adalah ini, mbak. Penilaiannya lebih rumit. Jadi untuk
penilaiannya memang banyak. Setiap aspek dari peserta didik
dinilai. Jadi kalaupun si peserta didik itu pintar tapi sikapnya
kurang ya itu akan mempengaruhi penilaian juga.160
Hal inilah yang menjadi kendala sebagian besar guru, tidak
terkecuali para guru PAI dan Budi Pekerti di SMAN 1 Ngunut. Penilaian
dianggap terlalu rumit dan ditambah belum terbiasanya melakukan
penilaian seperti itu pada kurikulum sebelumnya. Meskipun begitu para
guru tetap berusaha melakukan penilaian seperti yang diharapkan. Seperti
yang diungkapkan GPAI 1,

160

Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017

132

Iya, mbak, kendalanya itu memang di bagian penilaian. Tapi kita
tetap berusaha untuk melakukannya. Dan penilaian untuk anakanak bermacam-macam. 161
Kemudian seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahwa penilaian
dalam kurikulum 2013 harus meliputi segala aspek. Untuk bagaimana
cara guru menilai masing-masing aspek, tergantung dari guru itu sendiri
dan disesuaikan dengan materi pelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh
GPAI 1,
Penilaian yang ditawarkan oleh pemerintah, kan banyak. Tetapi itu
tidak harus dipakai semua. Tehnik kita menilai kita sesuaikan
dengan materi atau Kompetensi Dasar yang ingin diraih saat
pembelajaran itu. Tetapi intinya tetap saja, apapun tehniknya, kita
harus tetap menilai segala aspek masing-masing peserta didik.162
Aspek peserta didik tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk lebih lengkapnya
tentang penilaian K13, peneliti akan paparkan masing-masing aspek.
a.

Penilaian Sikap
Penilaian sikap dalam kurikulum 2013 dibagi menjadi 2 ranah,
yaitu sikap spiritual dan sikap sosial. Dalam silabus ditandai dengan
KI-1 untuk sikap spiritual, dan KI-2 untuk sikap sosial. Sikap
spiritual

dan

sosial

tidak

memiliki

materi,

diinternalisasikan dalam setiap kegiatan pembelajaran.

161
162

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017

tetapi

harus

133

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di tahap pelaksanaan,
masing-masing guru sudah melakukan internalisasi sikap spiritual
disetiap kegiatan pembelajaran.163
Untuk selanjutnya, berkaitan dengan RPP, ada perbedaan
dengan RPP yang telah dibuat dengan implementasi sebenarnya,
GPAI 1 menjelaskan,
Untuk RPP dan pembelajaran yang nyata memang terkadang
memiliki perbedaan, mbak. Sedangkan terkait penilaian,
karena kita masih kesusahan juga, jadi RPP nya memang ada
beberapa poin yang kurang dirinci. Tapi sebenarnya di
penerapan ada beberapa yang sudah saya nilai.164
Kemudian cara penilaiannya, untuk sikap spiritual, GPAI 1
menjelaskan,
Kalau untuk penilaian sikap, saya melakukan observasi kepada
anak-anak. Jadi kan sikap ada dua, yaitu sikap spiritual dan
sikap sosial. Untuk sikap spiritual, saya melakukan
pengamatan saat mereka sholat dhuhur berjamaah di masjid
sekolah. nanti akan kelihatan siapa yang rajin berjamaahnya,
siapa yang kurang. Saya akan cek secara berkala.165
Kemudian untuk ketentuan penilaian sikap ranah sosial,
GPAI1 menjelaskan bahwa beliau melakukan penilaian juga dengan
melakukan observasi. Beliau menerangkan bahwa setiap siswa
dalam setiap kelas pasti terlihat bagaimana hubungan sosialnya
dengan teman mereka dalam satu kelas. Untuk menguatkan hal ini,
GPAI 1 menjelaskan bahwa,

163

Observasi di kelas X MIPA 1, tanggal 22 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
165
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
164

134

Untuk kompetensi sikap sosial, saya melakukan pengamatan
saat ada kegiatan kelompok. Bagaimana interaksi mereka
dengan teman satu kelompok atau diluar kelompoknya. Itu
nanti akan saya tandai, mbak. Lalu untuk rekap keseluruhannya
saya lakukan di akhir. Yang penting daftar nama anak-anak
yang sudah memiliki nilai tidak hilang.166
Pada pembelajaran di X IPS 4, GPAI 2 mrlakukan penilaian
sikap sosial saat peserta didik melakukan kegiatan diskusi di
kelas.167
b.

Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan adalah hal yang sudah sering dilakukan
dalam suatu penilaian pendidikan. Tehnik penilaian yang sering
dilakukan dalam penilaian pengetahuan adalah berbentuk tes tulis.
Hal ini sesuai dengan paparan dari GPAI 1,
Kemudian untuk penilaian pengetahuannya, ya seperti biasa.
Kita melakukan ulangan pada setiap akhir materi. Kita
melakukan tes tulis kepada anak-anak. Nanti akan langsung
kita koreksi pada hari ulangan itu juga. Harapannya agar
mereka bisa mengukur kemampuan diri mereka sendiri. Lalu
kalau nanti sekiranya ada soal yang tidak bisa dikerjakan oleh
hampir seluruh siswa dalam kelas itu, kita akan mengulang
materi yang dianggap sulit itu.168
Hal senada juga dikatakan oleh GPAI 2,
Nanti kita akan ulangan setiap akhir materi. Para siswa yang
belum bisa mencapai standart penilaian, nanti akan melakukan
remidi.169
Dan berdasarkan RPP yang telah peneliti peroleh, masingmasing guru PAI jugatelah menuliskan penilaian pengetahuan. Kisikisi yang tercantum dalam RPP juga disesuaikan dengan KD

166

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
Observasi di Kelas X IPS 4, tanggal 25 April 2017
168
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 18 April 2017
169
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 18 April 2017
167

135

masing-masing RPP. Dengan butir soal dan lengkap dengan kunci
jawaban. untuk lebih lengkapnya lihat pada lampiran 12 bagian
penilaian.
c.

Penilaian Keterampilan
Keterampilan yang diharapkan disini adalah agar para peserta
didik mampu lebih aktif dalam menggambarkan teori yang telah
mereka dapat dari KI-3. Untuk penilaiannya, GPAI 2 menjelaskan,
Kemudian untuk keterampilannya, mengambil nilainya saat
bagaimana siswa mengkomunikasin hasil diskusi mereka. Ada
juga tugas kelompok membuat suatu proyek. Itu akan
dijadikan sebagai penilaian. Yang pasti tiap-tiap siswa akan
ada nilainya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.170
Sedikit berbeda dengan GPAI 1, GPAI 1 menambahkan
membaca Al-Qur’an sebagai bagian dari penilaian keterampilan.
Seperti yang diutarakan beliau,
Untuk keterampilan, saya biasanya menilai membaca AlQur’an anak-anak. Kan diawal setiap pembelajaran PAI selalu
saya ajak untuk membaca Al-Qur’an. Beberapa anak saya
tunjuk untuk membaca beberapa surat. Dari situ saya juga
mengambil nilai dari tepat tidaknya mereka membaca. Selain
itu juga saya akan memberi nilai saat ada kegiatan praktik
presentasi di depan kelas. Jadi saya akan tahu keaktifan mereka
seberapa.171
GPAI 1 melakukan penilaian aspek keterampilan pada saat
kegiatan awal dilaksanakan. Untuk mengklarifikasi hal tersebut,
peneliti melakukan wawancara terhadap GPAI 1 selaku guru agama
X MIPA 1 menjelaskan bahwa,

170
171

Wawancara dengan GPAI 2 tanggal 18 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1 , tanggal 22 April 2017

136

Kalau untuk tadi, penilaian saya waktu di kelas hanya
keterampilan saja mbak. Kan tadi ada sesi membaca Al-Qur’an
di awal pembelajaran. Tadi anak yang saya tunjuk untuk
membaca saya kasih penilaian. apakah bacaannya sudah benar,
atau masih ada yang harus diperbaiki lagi cara bacanya.172
Kemudian terkait pemerataan nilai ranah keterampilan, jika
dalam pengamatan peneliti tidak semua peserta didik membaca AlQur’an pada hari itu, GPAI 1 kembali menjelaskan,
Tidak semua anak membaca dalam satu kali pertemuan, hanya
beberapa anak saja yang saya tunjuk secara acak. Tapi saya
usahakan semua sudah kebagian membaca saat semester ini
berakhir. Jadi semua kebagian nilai sehingga saya bisa
mengukur kemampuan mereka.173
Lalu

selain

keterampilan

terkait

membaca

Al-Qur’an,

berdasarkan paparan GPAI 1 disebutkan bahwa nilai juga diambil
dari hasil diskusi,
Dan juga biasanya nilai keterampilan saya tambahi jika mereka
bersedia untuk mempresentasikan suatu materi. Tapi ya, hari
ini tidak ada yang maju, jadi tidak ada nilai tambahan.174
Sedangkan GPAI 2 yang peneliti wawancara setelah selesai
mengajar menjelaskan bahwa,
Untuk hari ini kita kan ada presentasi, sampeyan ya lihat
sendiri. Tadi ada nilai untuk anak-anak yang berani maju dan
menjawab pertanyaan, seperti itu. Pokoknya yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran pasti akan saya kasih nilai tambahan.
Dan untuk sikap sosialnya juga saya nilai pada saat itu. Anakanak yang terlihat tidak begitu memperhatikan temannya
waktu ke depan akan saya kasih nilai sendiri. Semua akan
memiliki catatan sendiri-sendiri.175

172

Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
174
Wawancara dengan GPAI 1, tanggal 22 April 2017
175
Wawancara dengan GPAI 2, tanggal 25 April 2017
173

137

GPAI 2 melakukan penilaian aspek keterampilan saat siswa
maju ke depan kelas untuk mengutarakan hasil diskusi kelompok.
Dan juga, tambahan nilai untuk para siswa yang bersedia bertanya
maupun menjawab pertanyaan.
Untuk memperkuat data dari wawancara tersebut, masingmasing guru PAI menunjukkan hasil penilaiannya kepada peneliti.
Terlihat dalam absensi yang dimiliki guru tersebut terdapat tandatanda yang menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki nilai
masing-masing

sesuai

keaktifan

mereka

dalam

proses

pembelajaran.176
B. Temuan Penelitian
1.

Temuan penelitian terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana
implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut?
Berdasarkan paparan data lapangan terkait dengan fokus penelitian
yang pertama, dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum 2013
pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1
Ngunut seperti di bawah ini:
a.

Pengembangan Silabus, Prota, Promes, dan Rencana Pekan Efektif
(RPE)
Silabus didapat dari pemerintah dan untuk selanjutnya
dikembangkan oleh sekolah masing-masing sesuai kebutuhan. Selain

176

Dokumentasi tentang Penilaian pada Lampiran 13

138

itu program tahunan (prota), program semester (promes), dan
Rencana Pekan Efektif (RPE) juga ikut dikembangkan bersamaan
dengan silabus. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut
dikembangkan bersama-sama di awal tahun pelajaran baru. Untuk
selanjutnya digunakan sebagai acuan pembuatan RPP. Silabus yang
dikembangkan oleh sekolah berisi beberapa informasi, diantaranya
adalah:

Kompetensi

dasar,

materi

pembelajaran,

kegiatan

pembelajaran.
Untuk mampu mengembangkan perangkat pembelajaran,
sekolah memberikan fasilitas kepada guru untuk membuat
perencanaan yang dibuat menjadi lebih baik. Fasilitas tersebut antara
lain adalah pengiriman salah satu guru pada masing-masing
pelajaran

melakukan

pelatihan

yang

diselenggarakan

oleh

pemerintah.
b.

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Guru di SMAN 1 Ngunut membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran secara individu. Dan pembuatan RPP tersebut
dilakukan buat di awal tahun pelajaran baru bersamaan dengan
berpedoman pada silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah dan
perangkat pembelajaran yang lain. RPP dibuat dengan mengikuti
langkah-langkah yang disosialisasikan pemerintah. Diantaranya:

139

1) Mengkaji silabus. Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan RPP. Karena dalam silabus masih secara umum, oleh
karena itu, oleh para guru dijabarkan ke dalam RPP
2) Mengidentifikasi materi pelajaran. Materi pelajaran yang
dimasukkan dalam RPP hanya intisari materi saja
3) Menentukan

tujuan

pembelajaran.

Tujuan

pembelajaran

dikembangkan sesuai dengan indikator yang telah dijabarkan
dari kompetensi dasar
4) Mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang dibuat oleh GPAI 1 dan GPAI 2 menggambarkan kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan metode yang
digunakan bermacam-macam sesuai dengan kreativitas guru
5) Penjabaran jenis penilaian. GPAI 1 menjabarkan penilaian di
RPP nya dalam ranah sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Dan untuk GPAI 2 pada pertemuan pertama dan
kedua menggunakan tehnik tes tulis dan observasi proses,
sedangkan pada pertemuan ketiga yang dinilai adalah aspek
keterampilan dan sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial
6) Menentukan alokasi waktu. Alokasi waktu yang dipakai
disesuaikan dengan panjangnya materi yang akan dibahas
7) Menentukan sumber belajar. Sumber belajar yang tertera di RPP
adalah buku ajar, dan buku penunjang lain sesuai dengan materi.

140

Selain itu, LCD proyektor juga digunakan sebagai sumber
belajar
2.

Temuan penelitian terkait fokus penelitian kedua: Bagaimana
implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti tahap pelaksanaan di SMAN 1 Ngunut?
Berdasarkan paparan data lapangan terkait dengan fokus penelitian
yang kedua, dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum 2013
pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap pelaksanaan di SMAN 1
Ngunut seperti berikut ini:
a.

Kegiatan Awal
1) Guru melakukan kegiatan awal dengan cara, mengucapkan
salam saat memasuki kelas dan mulai melakukan kegiatan
pongkondisian awal pada para siswa. Setelah kelas dirasa cukup
tenang, barulah mereka membaca doa secara bersama-sama
yang dipimpin oleh salah satu siswa di masing-masing kelas
2) Baik GPAI 1 maupun GPAI 2 melakukan kegiatan mengecek
kehadiran peserta didik. Setelah absensi selesai, GPAI 1
menginstruksikan para siswa untuk membuka Al-Qur’an yang
telah mereka bawa dan mulai membacanya dengan dipanggil
secara acak oleh GPAI 1. Sedangkan di kelas GPAI 2 juga
membaca Al-Qur’an, akan tetapi, ayat yang dibaca sesuai materi
pada hari itu dan mereka membaca bersama-sama dengan
melihat buku ajar

141

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu
4) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dan kehidupan
nyata dan memberi materi secara sekilas.
b.

Kegiatan Inti
1) Mengamati. GPAI 1 dan GPAI 2 melakukan hal yang sama,
yaitu menginstruksikan peserta didik untuk membaca buku ajar
terkait materi pada hari itu.
2) Menanya. GPAI 1 dan GPAI 2 menstimulus siswa untuk
mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah dibaca
3) Mengumpulkan. GPAI 2 menginstruksikan kepada siswa untuk
membuat kelompok diskusi terkait materi hari itu. Tema
ditentukan oleh GPAI 2. Di X MIPA 1, kegiatan mengumpulkan
dilakukan oleh guru, yaitu dengan cara GPAI 1 menggunakan
metode ceramah untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
para siswa sepanjang kegiatan inti berlangsung
4) Mengasosiasi. Kegiatan diskusi berlangsung di kelas X IPS 4
dengan tetap dalam pengawasan GPAI 2
5) Mengkomunikasikan.

Siswa

yang

dipilih

teman

satu

kelompoknya maju ke depan sebagai perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.

142

c.

Kegiatan Penutup
1) Pada kegiatan penutup, kedua kelas berakhir tepat waktu dan
baik GPAI 1 dan GPAI 2 memberi kesimpulan di akhir materi
yang diperoleh pada hari itu.
2) GPAI 2 memberi umpan balik dengan cara memberi reward
kepada para siswa yang berani maju menjelaskan hasil diskusi
mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum
mereka pahami
3) Sebelum meninggalkan kelas, GPAI 1 menginformasikan tentang
materi yang akan mereka pelajari pad