PERANAN AUDITOR INTERNAL DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (Studi Kasus Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. Kota Bandung)

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Perkembangan yang sangat pesat pada dunia usaha sangat berpengaruh terhadap lingkup aktivitas perusahaan-perusahaan yang merupakan tulang punggung perekonomian bagi perkembangan dalam dunia usaha. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan senantiasa menghadapi berbagai risiko yang dinamakan risiko bisnis (business risk), termasuk di antaranya adalah risiko terjadinya kecurangan (fraud) (Amrizal, 2004).

Fraud di suatu perusahaan bisa terjadi karena banyaknya celah yang terdapat di suatu perusahaan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu perlu internal audit yang mengawasi proses dan transaksi dalam suatu perusahaan tersebut jujur, handal, teliti. Faktor kedisiplinan dan moral suatu perusahaan perlu dibentuk, karena hal tersebut adalah hal dasar yang diperlukan agar fraud tidak terjadi (Soeharmono, 2012).

Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan perusahaan. Sedangkan tujuan dilaksanakannya audit internal adalah untuk memperbaiki kinerja perusahaan dengan cara membantu karyawan perusahaan agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara


(2)

memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang akan diperiksa (Tugiman, 2006:11).

Salah satu jenis kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh audit internal adalah pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Tipe kejadian ini merupakan aktivitas yang volumenya cukup tinggi dan secara normal dihadapi oleh audit internal. Kecurangan adalah suatu bentuk kejahatan. Ada banyak jenis kecurangan dan juga sebutan untuk kecurangan, diantaranya korupsi, penggelapan, pencurian, dan lainnya (Amrizal, 2004).

Agar berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan pendektesian adanya kecurangan, sebaiknya internal auditor perlu memahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan yang terjadi dalam perusahaan (Amrizal, 2004). Kecurangan itu sendiri dibedakan antara misapropriasi aktiva yang sering kali disebut dengan penyalahgunaan karyawan atau kecurangan karyawan atas aktiva atau aset perusahaan, serta pelaporan keuangan yang curang yang sering kali disebut sebagai kecurangan manajemen. Salah satu contoh penyalahgunaan aktiva adalah pengambilan kas pada saat penjualan dan tidak memasukkannya ke dalam register kas. Pelaporan keuangan yang curang adalah dengan sengaja melebihsajikan penjualan menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. (Arens, 2008:186).

Biasanya kecurangan ini tidak mudah untuk ditemukan. Kecurangan biasanya ditemukan karena suatu ketidaksengajaan ataupun disengaja. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di perusahaan yang dikelolanya terlebih dalam


(3)

pengelolaan aset sebagai harta perusahaan. Untuk mengatasi timbulnya kecurangan, audit internal diperlukan keberadaannya di dalam perusahaan, yang bertugas untuk mengevaluasi suatu sistem dan prosedur yang telah disusun secara benar dan sistematis serta apakah telah diimplementasikan secara benar, melalui pengamatan, penelitian, dan pemeriksaan atas pelaksanaan tugas yang telah didelegasikan di setiap unit kerja perusahaan (Amrizal, 2004).

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21), yang mengutip Standar Profesi Audit Internal, evaluasi sistem pengendalian internal harus mencakup :

1. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi. 2. Keandalan dan integritas informasi.

3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Pengamanan aset organisasi

Sudah beberapa tahun belakangan PT KAI gencar melakukan penertiban dan penyelamatan aset-asetnya. Hingga tahun 2014 tercatat PT KAI memiliki total aset seluas 270.670.874 . Dari jumlah tersebut, baru sebanyak 147.512.092 atau 54% tanah yang sudah bersertifikat. Sementara itu, PT KAI juga tercatat memiliki aset berupa rumah dinas sebanyak 16.424 unit yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Dari jumlah tersebut, sejumlah 8.517 unit (52%) dinyatakan “clean and clear” dan dapat diberdayakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. (www.kereta-api.co.id, tanggal publikasi : 06.03.2015) diakses pada Kamis, 6 Oktober 2016, pkl 21:10 WIB. Gambaran rekapitulasi aset tanah dan rumah dinas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2014 :


(4)

Rekapitulasi data aset tanah PT KAI : (dalam satuan ) Total Aset Tanah Clean and Clear Dlm Proses Sertifik asi Digunak an Pihak Lain Tanpa Perikatan Digunakan Tak Bayar Atau Tidak Sesuai Harga Sewa Diduduki Dengan Bukti Baru Sedang Dalam Proses Pengadil an Sengketa Dengan Instansi Pemerint ah Masih Dilakuk an Validas i 270.6 70.87 4 147.5 12.09 2 1.618.6 53 59.405.4 94 44.044.13 3 7.168.55 7 600.727 9.966.12 8 462.03 7

Rekapitulasi data aset rumah dinas PT KAI : (dalam satuan unit) Total Aset Rumah Dinas Clean and Clear Dlm Proses Sertifi kasi Diguna kan Pihak Lain Tanpa Perikat an Digunak an Tak Bayar Atau Tidak Sesuai Harga Sewa Didudu ki Dengan Bukti Baru Sedang Dalam Proses Pengadi lan Sengket a Dengan Instansi Pemeri ntah Masih Dilak ukan Valid asi Dirob hkan atau Dibon gkar

16.424 8.517 241 822 4.633 19 73 653 1.325 140

Dalam rangka menyelamatkan aset-asetnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. telah melakukan berbagai cara, diantaranya dengan terus melakukan pendataan aset, penertiban terhadap aset-aset yang dikuasai pihak lain, penjagaan terhadap aset yang sudah berhasil diselamatkan, dan pensertifikatan untuk melegalkan kepemilikan aset-aset tersebut.

Fenomena yang pertama termasuk ke dalam kecurangan atas penyalahgunaan aset : Kasus yang bermula ketika pemilik awal perusahaan PT Margo Rahayu yang mengajukan izin menyewa pengelolaan lahan kepada PT KAI sebagai pemilik lahan. ketika sipengelola meninggal dunia. PT Margo Rahayu kemudian dikelola oleh satu diantara keluarga dan kemudian berlanjut


(5)

sebagai perusahaan keluarga yang pada tahun 2010 perusahaan keluarga tersebut menunjuk seorang direktur. Direktur tersebut diperiksa dan dijadikan tersangka terkait dugaan penyalahgunaan aset lahan pihak PT KAI. Dimana yang seharusnya pada tahun 2007 lahan tersebut dikembalikan kepada pihak PT KAI, PT Margo Rahayu malah menyewakan lahan tersebut ke pihak lain dan mengkomersilkannya dan kerugian yang dialami PT KAI mencapai lebih dari Rp 1 Miliar. (www.suarasurabaya.com. Kamis, 16 Januari 2014 pkl 17.10 WIB) yang diakses pada Senin, 3 Oktober 2016, pkl 21.03 WIB.

Fenomena yang kedua termasuk ke dalam kecurangan atas korupsi : Mantan Direktur Keuangan Achmad Kuntjoro dinyatakan menjadi tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Polda Jawa Barat mulai menyidik kasus dugaan korupsi penggunaan dana investasi sebesar Rp 100 miliar milik PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2009. Kasusnya bermula ketika Direktur Keuangan Achmad Kuntjoro menyetujui kontrak kerja sama antara PT KAI dengan PT Optima Kharya Capital Management pada Juni 2008. Isi kontrak adalah PT KAI menanamkan investasi berupa penyertaan dana sebesar Rp 100 miliar untuk digunakan dan diolah oleh PT Optima Kharya Capital Management dengan keuntungan yang diberikan kepada PT KAI sebesar 11 %. Sejak kontrak kerja sama jatuh tempo pada Desember 2008, PT Optima dinilai tidak dapat mengembalikan dana pokok kepada PT KAI. Begitupun jaminan PT Optima senilai Rp 120 miliar tidak dapat dicairkan dan malah diganti surat pengakuan utang PT Optima kepada PT KAI. (www.tempo.co. Kamis, 19 November 2009, pkl 18:26 WIB) yang diakses pada Senin, 7 November 2016, pkl 21:13 WIB.


(6)

Fenomena yang ketiga termasuk ke dalam kecurangan atas laporan keuangan : Dalam laporan kinerja keuangan tahunan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang diterbitkan pada tahun 2005, diumumkan bahwa PT KAI mendapat keuntungan sebesar Rp. 6,90 Milyar. Padahal sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp. 63 Milyar. Kerugian ini terjadi karena PT KAI telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dalam hal ini seharusnya auditor yang melakukan penugasan audit mengetahui adanya kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan tersebut. Maka dari itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Menkeu) terhitung sejak tanggal 6 Juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Salam Mannan, Pemimpin Rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) S. Mannan, Sofwan, Adnan dan Rekan selama 10 bulan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007. Sanksi pembekuan izin diberikan karena AP tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) dan Kode Etik dalam kasus audit umum atas laporan keuangan PT. Kereta Api ( Persero ) Tahun 2005. (www.tempo.co.id. Jum`at, 3 Agustus 2007, pkl 20:32 WIB) yang diakses pada Minggu, 6 November 2016, pkl 20:19 WIB.

Auditor internal adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing. Oleh harena itu, auditor internal selalu berusaha untuk dapat menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas


(7)

setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Kemudian, auditor internal muncul sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas dan dapat memanfaatkan metode dan teknik dasar dari suatu penilaian. Auditor internal haruslah memiliki sikap indenpendensi dan objektif dalam pelaksanaan kegiatannya agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (Standar Profesi Audit Internal, 2004)

Pencegahan kecurangan dalam perusahaan merupakan suatu tindakan/proses yang memberikan keuntungan kepada pelaku dengan menyalahi aturan/hukum yang berlaku sehingga merugikan pihak lain. Jika kita ingin mencegah kecurangan, hilangkan atau tekan sekecil mungkin penyebabnya (Tuannakotta, 2007:159).

Tujuan utama pencegahan kecurangan adalah untuk menghilangkan sebab-sebab munculnya kecurangan. Kecurangan sering terjadi apabila pengendalian internal yang lemah/tidak efektif, kejujuran dan integritas pegawai yang minim, eksploitasi pegawai secara tidak baik, manajemen tidak taat akan aturan dan hukum yang berlaku, pegawai memiliki masalah prbadi, dan adanya budaya yang kental didalam perusahaan untuk melakukan kecurangan oleh para pegawai (Amrizal, 2004:3).

Penelitian yang dilakukan oleh Rien Noviyarni (2011) yang meneliti keandalan efektivitas internal audit dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan (fraud) pada PT Semen Padang. Hasil penilitian tersebut


(8)

menyimpulkan bahwa sudah cukup memadai dan dinilai andal dalam pencegahan dan deteksi kecurangan (fraud).

Penelitian yang dilakukan oleh Olowolaju Monisola (2013) yang meneliti effect of internal audit on prevention of frauds, errors and irregularities in corporate organization. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan audit internal dalam sebuah organisasi bisnis adalah suatu alat yang baik untuk mengontrol perusahaan dari kesalahan, penyimpangan, dan penipuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bob Mora Togi (2016) yang meneliti pengaruh independensi dan profesionalisme auditor internal terhadap pencegahan kecurangan pada 7 PT BPR Nusantara Bona Pasogit di Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa independensi dan profesionalisme auditor internal secara signifikan mencegah kecurangan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : “PERANAN AUDITOR INTERNAL DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (Studi kasus pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan auditor internal PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?


(9)

2. Bagaimana efektivitas usaha pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?

3. Bagaimana peranan auditor internal dalam pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai Peranan Auditor Internal dalam Pencegahan Kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan auditor internal PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

2. Untuk mengetahui efektivitas usaha pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

3. Untuk mengetahui peranan auditor internal dalam pencegahan kecurangan di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berguna untuk : 1. Penulis

Hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi


(10)

Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

2. Perusahaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan yang terkait, khususnya satuan kerja Audit Internal.

3. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis mengadakan penelitian pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Kota Bandung. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2016 sampai dengan selesai.


(1)

sebagai perusahaan keluarga yang pada tahun 2010 perusahaan keluarga tersebut menunjuk seorang direktur. Direktur tersebut diperiksa dan dijadikan tersangka terkait dugaan penyalahgunaan aset lahan pihak PT KAI. Dimana yang seharusnya pada tahun 2007 lahan tersebut dikembalikan kepada pihak PT KAI, PT Margo Rahayu malah menyewakan lahan tersebut ke pihak lain dan mengkomersilkannya dan kerugian yang dialami PT KAI mencapai lebih dari Rp 1 Miliar. (www.suarasurabaya.com. Kamis, 16 Januari 2014 pkl 17.10 WIB) yang diakses pada Senin, 3 Oktober 2016, pkl 21.03 WIB.

Fenomena yang kedua termasuk ke dalam kecurangan atas korupsi : Mantan Direktur Keuangan Achmad Kuntjoro dinyatakan menjadi tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Polda Jawa Barat mulai menyidik kasus dugaan korupsi penggunaan dana investasi sebesar Rp 100 miliar milik PT Kereta Api Indonesia pada tahun 2009. Kasusnya bermula ketika Direktur Keuangan Achmad Kuntjoro menyetujui kontrak kerja sama antara PT KAI dengan PT Optima Kharya Capital Management pada Juni 2008. Isi kontrak adalah PT KAI menanamkan investasi berupa penyertaan dana sebesar Rp 100 miliar untuk digunakan dan diolah oleh PT Optima Kharya Capital Management dengan keuntungan yang diberikan kepada PT KAI sebesar 11 %. Sejak kontrak kerja sama jatuh tempo pada Desember 2008, PT Optima dinilai tidak dapat mengembalikan dana pokok kepada PT KAI. Begitupun jaminan PT Optima senilai Rp 120 miliar tidak dapat dicairkan dan malah diganti surat pengakuan utang PT Optima kepada PT KAI. (www.tempo.co. Kamis, 19 November 2009, pkl 18:26 WIB) yang diakses pada Senin, 7 November 2016, pkl 21:13 WIB.


(2)

Fenomena yang ketiga termasuk ke dalam kecurangan atas laporan keuangan : Dalam laporan kinerja keuangan tahunan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang diterbitkan pada tahun 2005, diumumkan bahwa PT KAI mendapat keuntungan sebesar Rp. 6,90 Milyar. Padahal sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp. 63 Milyar. Kerugian ini terjadi karena PT KAI telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dalam hal ini seharusnya auditor yang melakukan penugasan audit mengetahui adanya kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan tersebut. Maka dari itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Menkeu) terhitung sejak tanggal 6 Juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Salam Mannan, Pemimpin Rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) S. Mannan, Sofwan, Adnan dan Rekan selama 10 bulan melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007. Sanksi pembekuan izin diberikan karena AP tersebut telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) dan Kode Etik dalam kasus audit umum atas laporan keuangan PT. Kereta Api ( Persero ) Tahun 2005. (www.tempo.co.id. Jum`at, 3 Agustus 2007, pkl 20:32 WIB) yang diakses pada Minggu, 6 November 2016, pkl 20:19 WIB.

Auditor internal adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing. Oleh harena itu, auditor internal selalu berusaha untuk dapat menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas


(3)

setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Kemudian, auditor internal muncul sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas dan dapat memanfaatkan metode dan teknik dasar dari suatu penilaian. Auditor internal haruslah memiliki sikap indenpendensi dan objektif dalam pelaksanaan kegiatannya agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (Standar Profesi Audit Internal, 2004)

Pencegahan kecurangan dalam perusahaan merupakan suatu tindakan/proses yang memberikan keuntungan kepada pelaku dengan menyalahi aturan/hukum yang berlaku sehingga merugikan pihak lain. Jika kita ingin mencegah kecurangan, hilangkan atau tekan sekecil mungkin penyebabnya (Tuannakotta, 2007:159).

Tujuan utama pencegahan kecurangan adalah untuk menghilangkan sebab-sebab munculnya kecurangan. Kecurangan sering terjadi apabila pengendalian internal yang lemah/tidak efektif, kejujuran dan integritas pegawai yang minim, eksploitasi pegawai secara tidak baik, manajemen tidak taat akan aturan dan hukum yang berlaku, pegawai memiliki masalah prbadi, dan adanya budaya yang kental didalam perusahaan untuk melakukan kecurangan oleh para pegawai (Amrizal, 2004:3).

Penelitian yang dilakukan oleh Rien Noviyarni (2011) yang meneliti keandalan efektivitas internal audit dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan (fraud) pada PT Semen Padang. Hasil penilitian tersebut


(4)

menyimpulkan bahwa sudah cukup memadai dan dinilai andal dalam pencegahan dan deteksi kecurangan (fraud).

Penelitian yang dilakukan oleh Olowolaju Monisola (2013) yang meneliti effect of internal audit on prevention of frauds, errors and irregularities in corporate organization. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan audit internal dalam sebuah organisasi bisnis adalah suatu alat yang baik untuk mengontrol perusahaan dari kesalahan, penyimpangan, dan penipuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bob Mora Togi (2016) yang meneliti pengaruh independensi dan profesionalisme auditor internal terhadap pencegahan kecurangan pada 7 PT BPR Nusantara Bona Pasogit di Jawa Barat. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa independensi dan profesionalisme auditor internal secara signifikan mencegah kecurangan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : “PERANAN AUDITOR INTERNAL DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (Studi kasus pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan auditor internal PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?


(5)

2. Bagaimana efektivitas usaha pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?

3. Bagaimana peranan auditor internal dalam pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai Peranan Auditor Internal dalam Pencegahan Kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan auditor internal PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

2. Untuk mengetahui efektivitas usaha pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

3. Untuk mengetahui peranan auditor internal dalam pencegahan kecurangan di PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat berguna untuk : 1. Penulis

Hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi


(6)

Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

2. Perusahaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan yang terkait, khususnya satuan kerja Audit Internal.

3. Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti, penulis mengadakan penelitian pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk. yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Kota Bandung. Adapun penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2016 sampai dengan selesai.