STUDI TENTANG UPAH DAN UPAH LEMBUR TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI | Kurniawan | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3917 7412 1 SM

STUDI TENTANG UPAH DAN UPAH LEMBUR TENAGA KERJA PADA PROYEK
KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI
Willy Frederick Kurniawan1, Liong Wandy Lionardy2, Budiman Proboyo3, Indriani Santoso4

ABSTRAK : Pekerjaan konstruksi berkaitan erat dengan daya manusia. Dalam lingkup biaya, upah
tenaga kerja memiliki kontribusi 25%-35% dari nilai proyek. Selain itu, tuntutan pekerjaan yang harus
diselesaikan dalam waktu singkat membuat kontraktor menambah jam kerja (overtime) untuk mengejar
jadwal. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data dari proyek konstruksi bangunan tinggi. Data
berupa volume pekerjaan, jumlah, komposisi serta upah tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu untuk
didapatkan harga satuan upah untuk pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa harga satuan upah yang berdasarkan SNI
7394:2008 masih mencakup harga satuan upah nyata di lapangan yang melakukan pekerjaan lembur.
Untuk pekerjaan bekisting dan pembesian, perbandingan harga satuan upah nyata di lapangan dengan
SNI 7394:2008 dan upah pemerintah dengan SNI 7394:2008 secara berurutan adalah 47,6%-92,6% dan
66,0%-92,7%. Untuk pekerjaan pengecoran tidak dapat dibandingkan SNI 7394:2008. Sehingga
dibandingkan dengan upah pemerintah sebesar 92,6%-109,6%. Sementara untuk indeks kebutuhan
tenaga kerja pada pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran, terdapat perbedaan yang signifikan
antara pola formasi tenaga kerja yang digunakan di kenyataan di lapangan dengan SNI 7394:2008.
Berbeda dengan SNI 7394:2008, pada kenyataan di lapangan, penggunaan klasifikasi tukang pada
formasi tenaga kerja yang digunakan lebih banyak daripada pekerja.
KATA KUNCI: upah, upah lembur, tenaga kerja, jam kerja, harga satuan upah, indeks tenaga kerja

dan bangunan tinggi.

1. PENDAHULUAN
Kelancaran dan keberhasilan suatu proyek konstruksi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah biaya, mutu, waktu dan safety (Newitt, 2005). Upah tenaga kerja pada proyek konstruksi gedung
memberi kontribusi sebesar 25-35% dari total nilai proyek (Soeharto, 1997). Upah pekerja menjadi salah
satu penyebab pembengkakan biaya proyek (Fahirah, F. 2005). Hal tersebut disebabkan karena upah
tenaga kerja cenderung berubah-ubah sehingga membuat upah tenaga kerja sulit diprediksi dengan
akurat. Selain itu, dipengaruhi oleh proyek konstruksi yang semakin kompleks dari hari ke hari sehingga
membutuhkan waktu kerja yang lebih panjang dan tidak sedikit kontraktor melakukan tambahan
aktivitas pekerjaan diluar jam kerja normal atau pekerjaan lembur (overtime) yang mengakibatkan biaya
proyek mengalami peningkatan khususnya dalam pengupahan tenaga kerja. Sehingga penentuan jumlah
tenaga kerja yang diperkerjakan, durasi kerja, perlu tidaknya aktivitas lembur, serta pertimbangan besar
upah tenaga kerja yang dibayarkan menjadi hal yang sangat penting bagi proyek konstruksi, khususnya
dalam lingkup pembiayaan proyek konstruksi.

1

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra , wai_lie@hotmail.com
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra , wandylionardy@gmail.com

3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, bproboyo@petra.ac.id
4 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, indriani@petra.ac.id
2

1

2. LANDASAN TEORI
Besaran upah kerja lembur yang diatur melalui KEPMENAKER & TRANS. RI No. Kep102/Men/VI/2004 sebagai berikut:
Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut:
 Apabila lembur dilakukan pada waktu kerja normal:
Untuk 1 jam pertama upah yang dibayarkan sebesar 1.5 kali upah sejam dan untuk setiap jam lembur
berikutnya, upah yang dibayarkan 2 kali upah sejam.
 Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi untuk waktu
kerja 6 hari dalam 1 minggu maka:
Untuk upah kerja lembur 7 jam pertama, dibayarkan upah lembur 2 kali upah sejam, dan jam kedelapan
dibayarkan 3 kali upah sejam dan jam kesembilan dan kesepuluh 4 kali upah sejam dan untuk hari libur
resmi jatuh pada hari kerja terpendek, upah kerja lembur 5 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, jam
keenam 3 kali upah sejam, jam ketujuh dan kedelapan 4 kali upah sejam
 Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi untuk waktu
kerja 5 hari dalam 1 minggu maka:

Untuk upah kerja lembur 8 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3 kali upah
sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas dibayar 4 kali upah sejam
Harga satuan upah berdasarkan SNI 7394:2008, dapat dihitung dengan cara mengalikan indeks
kebutuhan tenaga kerjanya dengan upah masing-masing klasifikasi tenaga kerjanya kemudian
dijumlahkan.Harga satuan upah berdasarkan kenyataan di lapangan dan berdasarkan peraturan
pemerintah, dapat dihitung dengan cara :






3. METODOLOGI PENELITIAN



=






ℎ�










Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data historis dari proyek-proyek konstruksi bangunan
bertingkat tinggi di wilayah kota Surabaya. Data historis yang dimaksudkan berupa riwayat volume
pekerjaan, jumlah, komposisi, serta upah masing-masing klasifikasi tenaga kerja dalam periode 2
minggu untuk pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran.
Data yang berhasil didapatkan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan harga satuan upah tenaga
kerja untuk 1 (satu) satuan unit pekerjaan. Harga satuan upah berdasarkan kenyataan dari lapangan dan
harga satuan upah berdasarkan peraturan pemerintah yang didapatkan, dibandingkan dengan harga

satuan berdasarkan SNI Analisa Biaya Konstruksi (7394:2008) agar didapatkan informasi bahwa harga
satuan upah SNI 7394:2008 dapat mencakup upah harian hingga upah lembur yang dibayarkan pada
tenaga kerja nyata di lapangan atau tidak. Kemudian, dengan jumlah upah masing-masing klasifikasi
tenaga kerja pada jenis pekerjaan tertentu, volume pekerjaan yang tercapai dalam periode tersebut dan
upah hariannya, dapat diketahui indeks kebutuhan tenaga kerjanya dalam satuan orang-hari (OH), dan
diperbandingkan dengan indeks kebutuhan tenaga kerja berdasarkan SNI 7394:2008 agar dapat
diketahui perbedaan pola formasi tenaga kerja antara lapangan dan SNI 7394:2008.
Data proyek yang dianalisa untuk mencari harga satuan upah tenaga kerja dan indeks tenaga kerja adalah
proyek Hotel Zenna, Gedung P1-P2 UK. Petra dan One East Residence.

2

4.

ANALISA DATA

4.1. Perbandingan Harga Satuan Upah Tenaga Kerja
Pada proyek Hotel Zenna, Gedung P1-P2 UK. Petra dan One East Residence untuk pekerjaan bekisting,
harga satuan upah berdasarkan SNI 7394:2008 untuk masing-masing proyek diambil menjadi acuan
pembanding untuk harga satuan lapangan dan Disnaker. Harga satuan upah pekerja untuk pekerjaan

bekisting di lapangan berkisar antara 47,6-66,3% dari harga satuan upah SNI 7394:2008, sementara
harga satuan upah Disnaker berkisar antara 66,0-92,7% dari harga satuan upah SNI 7394:2008.
Perbandingan harga satuan upah untuk pekerjaan bekisting antara lapangan dan pemerintah dengan
harga satuan upah menurut SNI 7394:2008 tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Perbandingan Harga Satuan Upah Pek. Bekisting
100%

100%

Disnaker
92.7%

80%

SNI 2008

66.3%

Lapangan


70.9%

66.0%

60%

52.0%

47.6%

40%
20%
0%
SNI 2008
Hotel Zenna
Gedung P1 & P2
One East Residence
Gambar 1. Perbandingan Harga Satuan Upah Pekerjaan Bekisting

Harga satuan upah pekerja untuk pekerjaan pembesian di lapangan berkisar antara 52,4-92,6% dari

harga satuan upah SNI 7394:2008, sementara harga satuan upah Disnaker berkisar antara 71,9-86,9%
dari harga satuan upah SNI 7394:2008. Perbandingan harga satuan upah untuk pekerjaan pembesian
antara lapangan dan pemerintah dengan harga satuan upah menurut SNI 7394:2008 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Perbandingan Harga Satuan Upah Pek. Pembesian
Disnaker
100%

SNI 2008

Lapangan

100%
86.9%

92.6%

80%

78.5%

71.9%

60%

53.3%

52.4%

40%
20%
0%
SNI 2008

Hotel Zenna

Gedung P1 & P2

One East Residence

Gambar 2. Perbandingan Harga Satuan Upah Pekerjaan Pembesian


Pada SNI 7394:2008, pekerjaan pengecoran meliputi pembuatan beton dengan mutu tertentu.
Sementara, dalam pelaksanaannya di lapangan material beton sudah tersedia dalam bentu ready mix.

3

Karena ada ketidaksesuaian lingkup pekerjaan pengecoran beton antara SNI 7394:2008 dengan
pelaksanaannya di lapangan, maka harga satuan upah lapangan dan pemerintah (Disnaker) tidak dapat
dibandingakan dengan SNI 7394:2008. Oleh karena itu, harga satuan upah untuk pekerjaan pengecoran
di lapangan dibandingkan dengan harga satuan upah berdasarkan peraturan pemerintah (Disnaker) agar
dapat diketahui perbedaan antara penerapan pengupahan berdasarkan Disnaker dengan lapangan. Harga
satuan upah berdasarkan Disnaker untuk masing-masing proyek diambil sebagai acuan pembanding
untuk harga satuan upah lapangan. Dari hasil yang telah didapatkan diketahui bahwa harga satuan upah
lapangan untuk pekerjaan pengecoran berkisar antara 92,6-109,6% dari harga satuan upah berdasarkan
peraturan Disnaker. Perbandingan harga satuan upah untuk pekerjaan pengecoran antara lapangan
dengan pemerintah dapat dilihat pada Gambar 3.
Perbandingan Harga Satuan Upah Pek. Pengecoran
Disnaker
140%
120%

100%
80%
60%
40%
20%
0%

100%

Lapangan

Disnaker

109.6%

95.1%

92.6%

Hotel Zenna

Gedung P1- P2

One East Residence

Gambar 3. Perbandingan Harga Satuan Upah Pekerjaan Pengecoran

Pekerja
Tukang
K. Tukang
Mandor

SNI 2008
0.6600
0.3300
0.0330
0.0330

Disnaker Lapangan
Hotel Zenna
0.2209
0.1580
0.6627
0.4742
0.0316
0.0226
0.0316
0.0226

Disnaker Lapangan
Gedung P1-P2
0.1470
0.1115
0.4562
0.3631
0.0266
0.0207
0.0133
0.0104

0.0980
0.3383
0.0245
0.0126

0.5009
0.0401
0.0200

0.1403

0.3631
0.0207
0.0104

0.1115

0.4562
0.0266
0.0133

0.1470

0.0226
0.0226

0.1580

0.4742

Pekerjaan Bekisting

0.0316
0.0316

0.2209

0.0330
0.0330

0.3300

Indeks Tenaga Kerja

0.6600

0.6627

4.2. Perbandingan Indeks Tenaga Kerja
Pada proyek Hotel Zenna, Gedung P1-P2 UK. Petra dan One East Residence Untuk pekerjaan bekisting
dan pembesian, Indeks tenaga kerja berdasarkan SNI 7394:2008 untuk masing-masing proyek diambil
menjadi acuan pembanding untuk harga satuan lapangan dan Disnaker. Pola indeks tenaga kerja untuk
pekerjaan bekisting antara lapangan dan Disnaker lebih banyak menggunakan tukang kayu sedangkan
indeks tenaga kerja SNI 7394:2008 lebih banyak menggunakan pekerja seperti yang terlihat pada
Gambar 4.

Disnaker Lapangan
One East Residence
0.1403
0.0980
0.5009
0.3383
0.0401
0.0245
0.0200
0.0126

Gambar 4. Perbandingan Indeks Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Bekisting

4

Pola indeks tenaga kerja pada pekerjaan pembesian antara lapangan dan Disnaker lebih banyak
menggunakan tukang besi sedangkan indeks tenaga kerja SNI 7394:2008 menggunakan komposisi
tukang besi dan pekerja yang sama banyaknya. Perbandingan indeks tenaga kerja dapat dilihat pada
Gambar 5.

Disnaker
Lapangan
Hotel Zenna
0.0000
0.0000
0.0103
0.0110
0.0011
0.0012
0.0011
0.0012

Disnaker
Lapangan
Gedung P1-P2
0.0029
0.0022
0.0067
0.0050
0.0005
0.0004
0.0005
0.0004

0.0019
0.0045
0.0008
0.0003

0.0067
0.0013
0.0004

0.0027

0.0022
0.0050
0.0004
0.0004

0.0029
0.0067
0.0005
0.0005

0.0012
0.0012

0.0000

0.007
0.007
0.0007
0.0004

0.0011
0.0011

Pekerja
Tukang
K. Tukang
Mandor

0.0000

SNI 2008

0.0007
0.0004

Indeks Tenaga Kerja

0.007
0.007

0.0103

0.0110

P e k e r j a a n P e mb e s i a n

Disnaker
Lapangan
One East Residence
0.0027
0.0019
0.0067
0.0045
0.0013
0.0008
0.0004
0.0003

Gambar 5. Perbandingan Indeks Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pembesian

SNI 2008
Pekerja
Tukang
K. Tukang
Mandor

2.1000
0.3500
0.0350
0.1050

Disnaker Lapangan
Hotel Zenna
0.2184
0.1962
0.1948
0.1835
0.0330
0.0316
0.0330
0.0316

Disnaker Lapangan
Gedung P1-P2
0.1495
0.1371
0.0565
0.0644
0.0378
0.0275
0.0315
0.0322

0.0000
0.2473
0.0824
0.0206

0.0000
0.2257
0.0752
0.0188

0.1371
0.0644
0.0275
0.0322

0.1495
0.0565
0.0378
0.0315

0.1962
0.1835
0.0316
0.0316

Pekerjaan Pengecoran

0.2184
0.1948
0.0330
0.0330

0.3500
0.0350
0.1050

Indeks Tenaga Kerja

2.1000

Untuk pola indeks tenaga kerja pada pekerjaan pengecoran antara indeks tenaga kerja lapangan dan
Disnaker dengan SNI 7394:2008 terdapat perbedaan yang jauh pada indeks pekerja seperti yang terlihat
pada Gambar 6.

Disnaker Lapangan
One East Residence
0.0000
0.0000
0.2257
0.2473
0.0752
0.0824
0.0188
0.0206

Gambar 6. Perbandingan Indeks Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pengecoran

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai upah harian dan upah lembur tenaga kerja pada proyek
konstruksi bangunan tinggi pada proyek Hotel Zenna, Gedung P1-P2 Universitas Kristen Petra dan One

5

East Residence maka didapatkan suatu ringkasan perbandingan harga satuan upah tenaga kerja sebagai
berikut:
 Pekerjaan Bekisting
Disnaker = 66-92,7% dari harga satuan upah tenaga kerja SNI 7394:2008
Lapangan = 47,6-66,3% dari harga satuan upah tenaga kerja SNI 7394:2008
 Pekerjaan Pembesian
Disnaker = 71,9-86,9% dari harga satuan upah tenaga kerja SNI 7394:2008
Lapangan = 52,4-92,6% dari harga satuan upah tenaga kerja SNI 7394:2008
Dari hasil perbandingan harga satuan upah tenaga kerja tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa estimasi biaya proyek dengan menggunakan SNI analisa biaya konstruksi 2008 untuk pekerjaan
bekisting dan pembesian telah mencakup faktor pekerjaan lembur (overtime work). Sementara untuk
pekerjaan pengecoran, harga satuan upah lapangan dan Disnaker tidak dapat dibandingkan dengan harga
satuan upah berdasarkan SNI 7394:2008 karena terdapat perbedaan lingkup pekerjaan. Harga satuan
SNI 7394:2008 termasuk membuat 1m3 beton dengan mutu tertentu sedangkan kenyataan di lapangan
menggunakan ready mix. Sehingga perbandingan harga satuan upah lapangan dibandingkan dengan
peraturan pengupahan berdasarkan Disnaker. Perbandingan harga satuan upah tenaga kerja untuk
pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :
 Pekerjaan Pengecoran
Lapangan = 92,6-109,6% dari harga satuan upah tenaga kerja Disnaker
Sementara itu, berdasarkan hasil pengolahan data untuk indeks tenaga kerja, didapatkan perbedaan yang
signifikan pada pola formasi tenaga kerja pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Pada
pekerjaan bekisting kenyataan di lapangan lebih banyak menggunakan klasifikasi tukang dibanding
pekerja. Sedangkan, indeks SNI 7394:2008 lebih banyak menggunakan klasifikasi pekerja. Untuk
pekerjaan pembesian kenyataan di lapangan lebih banyak menggunakan klasifikasi tukang dibanding
pekerja. Sementara pada SNI 7394:2008 kebutuhan tukang dan pekerja sama banyak. Sedangkan, pada
pekerjaan pengecoran terdapat perbedaan yang jauh antara kenyataan di lapangan dengan SNI
7394:2008. Hal ini dikarenakan lingkup pekerjaan yang dimaksudkan SNI 7394:2008, tidak sama
dengan kenyataan pelaksanaan di lapangan. SNI 7394:2008 meliputi pekerjaan pembuatan 1m3 dengan
mutu tertentu, sedangkan kenyataan pelaksanaan dilapangan, beton yang digunakan dalam bentuk ready
mix.

6. DAFTAR REFERENSI
Fahirah, F (2005). Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung. Jurnal SMARTek,
Vol. 3, No. 3, 160-168.
Indonesia. Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (2004). Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi: Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Author, Jakarta.
Newitt, Jay S. (2005). Construction Scheduling Principles and Practice. Pearson Education, Inc, New
Jersey.
Soeharto, Iman. (1997). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Erlangga, Jakarta.

6

Dokumen yang terkait

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI | Pratama | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 6208 11745 1 SM

0 0 6

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI | Purnomo | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 4959 9453 1 SM

0 1 8

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI | Tambayong | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 4265 8144 1 SM

0 0 8

PROPORSI KOMPONEN BIAYA HARGA BAHAN, UPAH DAN ALAT PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI | Halim | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3879 7337 1 SM

0 0 8

STUDI TENTANG HARGA SATUAN UPAH PADA PROYEK KONSTRUKSI | Kusnanto | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3881 7341 1 PB

0 0 8

KRITERIA BANGUNAN HIJAU DAN TANTANGANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA | Anggunmulia | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3884 7346 1 SM

0 0 8

PRODUKTIVITAS PEKERJA PADA PEKERJAAN BETON BERTULANG PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT (Studi Kasus Proyek Bangunan Condominium TP6) | Ardi | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3893 7364 1 SM

0 0 7

KETERKAITAN KUANTITAS PEKERJAAN DENGAN DURASI DAN TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI | Wijaya | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 3047 5724 1 SM

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA KUANTITAS PEKERJAAN DENGAN DURASI PADA PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI | Widiartha | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 2606 4826 1 SM

0 0 6

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI | Nadia | Jurnal Dimensi Pratama Teknik Sipil 2612 4836 1 SM

0 0 8