Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya
lebihdari satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
berakibat menambah belanja yang bersifat rutin. Belanja modal diklasifikasikan
dalam dua kelompok, kelompok pertama adalah belanja publik yaitu belanja yang
manfaatnya dapat langsung dinikmati masyarakat misalnya: pembangunan
jembatan, pembelian mobil ambulan untuk umum dan Iain-lain. Kelompok kedua
adalah belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya tidak dinikmati langsung
oleh masyarakat tetapi dapat dirasakan langsung oleh aparatur misalnya:
pembangunan gedung dewan, pembelian mobil dinas dan lain-lain. Hampir semua
anggaran belanja modal. Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut,
baik untuk bagian aparatur daerah maupun pelayanan publik :
- Belanja modal tanah
- Belanja modal jalan dan jembatan.
- Belanja modal bangunan air (irigasi).
- Belanja modal instalasi.
- Belanja modal jaringan.

- Belanja modal bangunan gedung.
- Belanja modal monument.
- Belanja modal alat-alat besar.
- Belanja modal alat-alat angkutan.
- Belanja modal alat-alat bengkel.
9
Universitas Sumatera Utara

- Belanja modal alat-alat pertanian.
- Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga.
- Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi.
- Belanja modal alat-alat kedokteran.
- Belanja modal alat-alat laboratorium.
- Belanja modal buku/ perpustakaan.
- Belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan.
- Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman.
- Belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan.
Menurut Syaiful (2006) belanja modal dapat di kelompokan sebagai
berikut:
- Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/pemebelian/pembebasan penyelesaian, balik nama.
- Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan
untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan peningkatan kapasitas peralatan
dan mesinserta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari dan sewa
tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan
sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah
dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai. 12 (dua belas) bulan
dansampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
- Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang
digunakan

untuk

pengadaan/penambahan/penggantian,

dan

termasuk

pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan

gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan
dimaksud dalam kondisi siap pakai.

10
Universitas Sumatera Utara

- Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/peningkatan pembangunan serta
perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,pengawasan dan
pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan
irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
- Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/penambahan/penggantian/pembuatan sertaperawatan terhadap Fisik
lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam criteria belanja modal tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan,
termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian
barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan
ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah. Rumus pengukuran untuk
mencari Belanja Modal :
Realisasi Belanja Modal

Realisasi Total Belanja
PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah
Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
2.1.2 Kinerja Keuangan
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar yang
menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Kata
kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja.

11
Universitas Sumatera Utara

Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Pengertian kinerja (performance)
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Pengukuran kinerja
adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai
pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi.

Pandangan tradisional terhadap pengukuran kinerja organisasi sering hanya
menekankan pada minimisasi biaya (input), misalnya dengan penghematan biaya
operasional. Secara umum, tujuan pengukuran kinerja adalah:
- Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik
- Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang, sehingga
dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
- Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapai kesesuaian tujuan.
- Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
Disamping tujuan, pengukuran kinerja juga memiliki beberapa manfaat.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain:
-Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen.
-Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

12
Universitas Sumatera Utara

- Memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya

dengan

target

kinerja

serta

melakukan

tindakan

kolektif

untuk

memperbaikinya.
-Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif atas
pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan system pengukuran kinerja
yang telah disepakati.

- Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya
dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai
analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan
potensi-potensi kinerja yangakan berlanjut.
Analisis keuangan

adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan

berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam organisasi pemerintah
untuk mengukur kinerja keuangan ada beberapa ukuran kinerja, yaitu derajat
desentralisasi, ketergantungan keuangan, rasio kemandirian, rasio efektivitas,
rasio efisiensi, rasio keserasian, debt service coverage ratio, dan pertumbuhan.
Dalam hal ini peneliti memilih tiga pengukuran untuk mengukur kinerja
keuangan dan menjdaikan variabel penelitian yaitu, rasio kemandirian, rasio
efektivitas dan rasio efisinsi (Halim, 2008)
2.1.2.1 Rasio Efektivitas
Menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah (Halim, 2007:234).Kemampuan daerah


13
Universitas Sumatera Utara

dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal
sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas,
menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh
ukuran yang lebih baik,rasio efektifitas tersebut perlu dipersandingkan dengan
rasio efisiensi yang dicapai pemerintah.
Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efektivitas=
Target

Penerimaan

PAD

Yang

Ditetapkan


Berdasarkan Potensi Rill Daerah
2.1.2.2 Rasio Kemandirian
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah.Kemandirian keuangan daerah
ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan
pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan
pemerintah pusat ataupun dari pinjaman (Halim 2007: 232), bantuan pemerintah
pusat dalam konteks otonomi daerah bisa dalam bentuk Dana Alokasi Umum
(DAU) maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Rasio Kemandirian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Realisasi PAD
Rasio Kemandirian =
Bantuan Pemerintah/ Provinsi & Pinjama

14
Universitas Sumatera Utara


Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
sumber data ekstern.Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama
pemerintah

pusat

sebaliknya.Rasio

dan

propinsi)

Kemandirian

semakin

juga

rendah,


dan

menggambarkan

demikian

tingkat

pula

partisipasi

masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan
komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar
pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang semakin tinggi.
2.1.2.3 Rasio Efisiensi
Menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja
pemerintahan daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan
efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%.
Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintahan semakin baik. Untuk
itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga
dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau
tidak. Hal itu perlu dilakukan karena meskipun pemerintah daerah berhasil
merealisasikan target penerimaan pendapatan sesuai dengan target yang
ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya
yang dikeluarkan untukmerealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih
besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya (Halim 2007:234).

15
Universitas Sumatera Utara

Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD
Rasio Efisiensi =
Realisasi Penerimaan PAD
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumbersumber

pendapatan

daerah

dan

dikelola

sendiri

oleh

pemerintah

daerah.Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah,
oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya
kontribusi yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD.Semakin
besar kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap
APBD berarti semakin kecil ketergantungan Pemerintah daerah terhadap bantuan
Pemerintah pusat.
Halim (2002), menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah. Adapun kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu:
1. Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan.
4. Lain-lain PAD yang sah.
Pada Permendagri No 52 Tahun 2016 penganggaran pendapatan daerah
yang bersumber dari PADmemperhatikan hal - hal sebagai berikut:

16
Universitas Sumatera Utara

1)Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:
- Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah

dan

PeraturanPemerintah

RetribusiPengendalian

Lalu

Nomor

Lintas

dan

97

Tahun
Retribusi

2012

tentang

Perpanjangan

IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
- Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harusdidasarkan pada data
potensi pajak daerah dan retribusidaerah di masing-masing pemerintah
provinsi dan pemerintahkabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan
pertumbuhanekonomi

pada

Tahun

2016

yang

berpotensi

terhadap

targetpendapatan pajak daerah dan retribusi daerah serta realisasi penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah tahunsebelumnya. Untuk itu, pemerintah
daerah harus melakukan upayapeningkatan pendapatan daerah yang
bersumber dari pajakdaerah dan retribusi daerah, mengingat tren peningkatan
pajak daerah dan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari Tahun Anggaran
2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional meningkat ratarata sebesar Rp26,56 trilliun atau25,61%, denganuraian untuk pemerintah
provinsi rata- ratameningkat sebesar Rp17,65 trilliun atau 24,21% dan untuk
pemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesarRp8,90 trilliun atau
29,20%.Tren

proporsi

pajak

daerah

dan

retribusi

daerah

terhadap

totalpendapatanasli daerah selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011
sampai dengan Tahun Anggaran 2015 secaranasional rata- rata sebesar
79,28%, dengan uraian untukpemerintah provinsi rata-rata sebesar 42,67%

17
Universitas Sumatera Utara

dan untukpemerintah kabupaten/kota rata-rata sebesar 6,63%. Selanjutnya,
tren proporsi pajak daerah dan retribusi daerahterhadap total pendapatan
selama 5 tahun mulai dari TahunAnggaran 2011 sampai dengan Tahun
Anggaran 2015 secaranasional rata-rata sebesar 16,65%, dengan uraian
untukpemerintah provinsirata-rata sebesar 87,78% dan untukpemerintah
kabupaten/kota rata- rata sebesar 64,22%
-Dalamrangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak
daerah dan retribusi daerah,PemerintahDaerah harus melakukan kegiatan
penghimpunan data obyekdan subyek pajakdaerah dan retribusi daerah,
penentuanbesarnya pajakdaerah dan retribusi daerahyang terhutangsampai
dengan kegiatan penagihan pajakdaerah dan retribusi daerah kepada wajib
pajakdaerah dan retribusi daerahsertapengawasan penyetorannya
- Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotorpaling sedikit
10%

(sepuluh

kabupaten/kota,
pemeliharaan

per

seratus),

dialokasikan
jalan

termasuk

yang

untukmendanai

sertapeningkatan

modal

dibagihasilkan

pembangunan
dan

sarana

pada

dan/atau

transportasi

umumsebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009.
- Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun
bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh per
seratus) untukmendanaipelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan
olehaparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

18
Universitas Sumatera Utara

- Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian
dialokasikan untuk penyediaanpenerangan jalan sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
- Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untukmendanai penerbitan
dokumen izin, pengawasandi lapangan, penegakan hukum, penatausahaan,
biaya dampak negatif dariperpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Asing, dankegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja
lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimanadiamanatkan dalam
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97Tahun 2012.
- Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu Lintas
dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan
pelayanan angkutan umum sesuaidenganketentuan peraturan perundang –
undangansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 PeraturanPemerintah
Nomor 97 Tahun 2012.
- Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yangditerima oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah(SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD yang belum
menerapkan Pola PengelolaanKeuangan-Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD),dianggarkan

pada

akun

pendapatan,

kelompok

pendapatanPAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan
Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan RetribusiPelayanan
Kesehatan.

19
Universitas Sumatera Utara

2.) Penganggaran

hasil

pengelolaan

kekayaan

daerah

yang

dipisahkan

memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilaikekayaan daerah
yang dipisahkan dan memperhatikan perolehanmanfaat ekonomi, sosial
dan/atau manfaat lainnya dalam jangkawaktu tertentu, dengan berpedoman
pada Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang
PedomanPengelolaan Investasi Daerah.
3) Penganggaran Lain - lain PAD Yang Sah:
-

Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk
investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun
pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - lain PAD yang sah, obyek Hasil
Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan dana bergulir
dari delompok masyarakat Penerima.

-

Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - Lain PAD Yang Sah, obyek
Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro
Dana Cadangan sesuai peruntukannya.

-

Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang belum
menerapkan PPK - BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32
Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014
Hal Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan serta

20
Universitas Sumatera Utara

Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada
FKTP Milik Pemerintah Daerah.
-

Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada
akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain - Lain PAD Yang Sah dan
diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening
berkenaan.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber
pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
yang sah.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian

yang

pernah

menggunakan

variable

rasio

efektivitas,

kemandirian, dan efesiensi, belanja modal dan pendapatan asli daerah menunjukan
hasil yang beragam, masing-masing peneliti menggunakan variabel yang berbeda
dari tahun ke tahun. Tiap peneliti selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan
peneliti dandisesuaikan dengan keadaan pendapatan asli daerah tersebut namun,
untuk penelitian yang khusus membahas tentang pengaruh pendapatan asli daerah
(memoderatori) dana bagi hasil, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal
terhadap kinerja keuangan daerah memang masih sedikit didapat. penelitian
terdahulu dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.

21
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama dan Tahun
Penelitian

Sirait (2009)

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:
Peningkatan Pendapatan
Per Kapita.

Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan
terhadap variabel
dependen Pendapatan Per
Kapita.

Variabel Independen:
Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah.
Silitonga (2009)

Variabel Dependen:
Belanja Modal
Variabel Independen:
Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah.

Wijaya (2012)

Variabel Dependen:
Pendapatan Asli Daerah.
Variabel Independen:
Belanja Modal dan
Fiscal stress.
Variabel Moderating:
Dana Bagi Hasil Pajak
Dan Bagi Hasil Bukan
Pajak.

Tingkat Kemandirian
Daerah tidak
berpengaruh terhadap
Belanja Modal

Secara parsial dan
simultan, Belanja Modal
dan Fiscal Stress
berpengaruh terhadap
peningkatan PAD pada
pemerintah Kabupaten/
Kota di Sumatera Utara.
Secara simultan, Belanja
Modal dan Fiscal Stress
dengan DBH Pajak dan
Bukan Pajak sebagai
variabel moderating
berpengaruh terhadap
peningkatan PAD pada
pemerintah Kabupaten/
Kota di Sumatera Utara.

22
Universitas Sumatera Utara

Zega (2014)

Variabel Dependen:
Belanja Modal
Variabel Independen:
Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum,
Dana Bagi Hasil, Sisa
Lebih Pembiayaan
Anggaran Dan
Luas Wilayah.
Variabel Moderating:
Dana Alokasi Khusus.

PAD, DAU, DBH,
SiLPA dan Luas
Wilayah berpengaruh
terhadap Belanja
Modal secara simultan
dan parsial.
Berdasarkan hasil
analisis data yang
telah di bahas di atas,
maka Hipotesis
penelitian yang
menyatakan PAD,
DAU, DBH, SiLPA
dan Luas Wilayah
berpengaruh terhadap
Belanja Modal secara
simultan dapat
diterima. Namun
secara parsial ada
beberapa variabel
yang tidak
berpengaruh secara
langsung terhadap
Belanja Modal.
Variabel PAD secara
simultan dan parsial
berpengaruh terhadap
Belanja Modal dalam
penelitian ini.
Menunjukkan bahwa
PAD sangat berperan
penting dalam
pembangunan daerah.

23
Universitas Sumatera Utara

Adisti (2015)

Variable Dependen:
Belanja Modal.
Variabel Independen:
PENGARUH
PENDAPATAN ASLI
DAERAH, DANA
ALOKASI
UMUMDANDANA
ALOKASI KHUSUS

Secara simultan hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
Pendapatan Asli
Daerah dan Dana
Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus
berpengaruh
signifikan terhadap
Belanja Modal pada
Pemerintahan
Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat.
Secara parsial hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel Pendapatan
Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum dan
Dana Alokasi Khusus
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap Belanja
Modal pada
Pemerintahan
Kabupaten/Kota di
Sumatera Barat.
Angka koefisien
determinasi (Adjusted
R Square) adalah
0.596. Hal ini berarti
59,6% variasi dari
Belanja Modal
dijelaskan oleh variasi
dari ke-tiga variabel
independen
(Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi
Umum dan Dana
Alokasi Khusus),
sedangkan sisanya
40,4% dijelaskan oleh
faktor lain.

24
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu.Menurut Erlina (2008 : 38) menyatakan bahwa
kerangka teoritis adalah suatumodel yang menerangkan bagaimana hubungan suatu
teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independenyaitu rasio kemandirian,
rasio efektivitas dan rasio efisiensi, satu variabel dependen yaitu belanja modal
dan juga satu variebel moderating yaitu pendapatan asli daerah. Adapun yang
menjadi kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

Rasio Efektivitas (X1)

H1

Belanja
Modal(Y)

Rasio Kemandirian (X2)
H2
Pendapat Asli
Daerah (Z)
Rasio Efesiensi (X3)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, dalam pasal (1) menjelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja

25
Universitas Sumatera Utara

Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan
peraturan daerah (perda). Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50
huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan. Menurut PSAP No.02 Paragraf 37 dijelaskan Belanja
modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,
aset tak berwujud.
Rasio efektivitas (X1) menggambarkan kemampuan Pemerintah dalam
merealisasikan apa yang telah direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah menjalankan tugas
dikategorikan efektif apabila mencapai minimal sebesar atau 100% (Halim,
2001:131).Kemandirian keuangan (X2) daerah (otonomi fiskal) menunjukan
kemampuan

daerah

dalam

membiayai

sendiri

kegiatan

pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajakdan
retribusi

sebagai

2001:131).Rasio

sumber
efisiensi

pendapatan
(X3)

yang

merupakan

diperlukan
rasio

yang

daerah

(Halim,

menggambarkan

perbandingan antara output dan input atau realisasi pengeluaran dengan realisasi
penerimaan daerah, Kinerja Pemerintah dikategorikan efisien apabila rasio yang

26
Universitas Sumatera Utara

dicapai kurang dari satu atau di bawah 100%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti
kinerja pemerintah daerah semakin baik (Halim, 2001:131).
Belanja Modal (Y) yaitu Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah
meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja tak terduga. Belanja modal meliputi antara lain belanja
modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.
Pendapatan Asli Daerah (Z) berasal dari Transfer Pemerintah pusat yang
berupa dana perimbangan di gunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
belanja daerah, belanja modal merupakan salah satu komponen dari belanja
daerah sehingga setiap kenaikan atas Pendapatan Asli Daerah maupun dana
perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum maupun Dana Alokasi Khusus
maka akan berpengaruh juga terhadap Belanja Modal suatu pemerintahan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan
teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut (Erlina, Mulyani 2007:4).
H1 :rasio efektivitas, rasio kemandirian, rasio efisiensi berpengaruh
terhadap belanja modal baik secara simultan maupun persial pada
pemerintah provinsi sumatera utara
27
Universitas Sumatera Utara

H2 :Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat memoderasi pengaruh rasio
efektivitas, kemandirian dan efisiensi terhadap belanja modal
pemerintah provinsi sumatera utara.

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

7 32 84

Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

1 2 8

Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

2 2 3

Pengaruh Rasio Efektivitas,Kemandirian Dan Efisiensi Terhadap Belanja Modal Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 17

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

Pengaruh Belanja Daerah Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Inflasi Sebagai Variabel Moderating Di Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

0 0 3