Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga T1 462008069 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat
terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan
laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan
upaya untuk mendesak laju pertumbuhan penduduk dan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Umur adalah faktor
yang
sangat berpengaruh terhadap organ dan proses
reproduksi. Umur yang optimal untuk reproduksi antara 2035 tahun (Hartanto, 2004).
Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB)
yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban
pembangunan
demi
terwujudnya
kebahagiaan
dan
kesejahteraan bagi rakyat, dan bangsa Indonesia. UU No.10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, mendefinisikan KB yakni
upaya
meningkatkan
masyarakat
melalui
kepedulian
pendewasaan
dan
usia
peran
serta
perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan
peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera ( Depkes RI, 2000 ).
1
2
Salah
satu
indikator
keberhasilan
di
bidang
kependudukan ditunjukan dengan Total Fertility Rate (TFR).
TFR di Indonesia terus mengalami penurunan, data Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan TFR
pada tahun 1997 sebesar 2,8 menurun menjadi 2,6 pada
tahun 2003. Namun demikian tingkat fertilitas tersebut masih
jauh dari kondisi penduduk tumbuh seimbang, yaitu dengan
TFR mencapai 2,1 per wanita. Program KB secara nasional
maupun internasional diakui sebagai salah satu program
yang mampu menurunkan angka fertilitas (BKKBN, 2005).
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang
bertempat
tinggal
di
daerah
perkotaan
sebanyak
118.320.256 jiwa (49,79 %) dan di daerah perdesaan
sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 %). Penduduk laki-laki
Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan
sebanyak 118.010.413 jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Di Jawa Tengah terlihat angka kelahiran total
mengalami penurunan total fertility rate (TFR) dari 5,33
(berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971) menjadi 2,30
(berdasarkan hasil SDKI 2007). Turunnya angka kelahiran
ini tidak dapat dipungkiri merupakan hasil kerja keras dari
semua pihak dan dukungan dari masyarakat terutama kaum
3
wanitanya untuk mengendalikan jumlah penduduk, melalui
program keluarga berencana.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak
32.382.657 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 14.805.038 jiwa
(45,72 %) dan di daerah perdesaan sebanyak 17.577.619
jiwa (54,28 %) (Sensus Penduduk, 2010).
Gerakan
KB
Nasional
selama
ini
telah
berhasil
mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam
membangun
keluarga
kecil
yang
makin
mandiri.
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus
ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.
Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurang
dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) seperti IUD/AKDR (Intra Uterine Device / Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), dan Implan, dibandingkan
dengan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non
MKJP) separti pil, suntik, kondom.
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi
pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
4.778.608 yang terdiri atas peserta AKDR sebanyak
498.366 (10,4%), peserta MOP sebanyak 68.473 (1,4%),
peserta MOW sebanyak 291.035 (6,1%), peserta Implant
4
sebanyak
442.778
(9,3%),
peserta
suntik
sebanyak
2.560.039 (53,6%), peserta pil sebanyak 862.307 (18%),
peserta Kondom sebanyak 55.610 (1,2%). Jadi pemakaian
KB tertinggi adalah KB suntik yaitu 53.6%, sedangkan yang
terendah pada KB Kondom yaitu 1,2 % (BKKBN Jawa
Tengah, 2010).
Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Tegalrejo Salatiga
pencapaian peserta KB dengan metode kontrasepsi pada
tahun 2011 peserta KB dengan status baru sebanyak 118
peserta, yang terdiri dari peserta AKDR 33 (28%), peserta
implant 46 (32%), peserta suntik 38 (39%), peserta pil 1
(1%), peserta kondom 0(0%). Sedangkan peserta dengan
status ulang pada tahun 2011 sebanyak 1383 peserta, yang
terdiri dari peserta AKDR 1 (0.1%), peserta implant 19
(1,4%), peserta suntik 620 (45,5%), peserta pil 571 (41%),
peserta kondom 172 (12%).
Sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 109 peserta
dengan status baru, yang terdiri atas peserta AKDR
sebanyak 20 (18%), peserta implant
41 (38%), peserta
suntik 37 (34%), peserta pil 10 (9%), peserta kondom 1
(1%). Sedangkan peserta dengan status ulang pada tahun
2012 mencapai 1.208 peserta, yang terdiri dari peserta
AKDR 3 (0,25%), peserta implant 20 (1,5%), peserta suntik
5
657 (54%), peserta pil 528 (44%), peserta kondom 3
(0,25%).
Sehingga di Puskesmas Tegalrejo Salatiga tahun 20112012 penggunaan alat kontrasepsi yang tertinggi adalah
pemilihan KB suntik 620 (45,5%) dan pada tahun 2012 juga
memilih KB suntik 657 (54%). Sedangkan hasil presentase
penggunaan alat kontrasepsi yang terendah pada adalah
penggunaan KB AKDR 1(0,1%) pada tahun 2011 dan 3
(0,25%) pemilihan KB AKDR pada tahun 2012.
Pada
umumnya masyarakat memilih metode NON MKJP ( Non
Metode kontrasepsi Jangka Panjang) seperti kondom, suntik
dan pil, disbanding dengan pemilihan metode KB MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti AKDR/IUD,
Implant, MOW, MOP.
Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun
dapat
disebabkan
karena
beberapa
faktor seperti
:
ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD. Dimana
pengetahuan
terhadap
alat
kontarsepsi
merupakan
pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang
digunakan.
Kualitas pelayanan
KB,
dilihat dari segi
ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang
terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan
6
kesehatan, Biaya pelayanan IUD yang mahal (Almann, 2002
& Bruce, 2001).
Mauaba (1998) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi
alasan
pemilihan
metode
kontrasepsi
diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan, dan tersedianya
layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meuita
(1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik
(pekerjaan, pengambilan keputusan dalam keluarga) dan
pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi
Implant.
Hasil penelitian Sakhan (2001) melaporkan faktor usia,
jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak
lokasi ke pelayanan KB dan perilaku petugas merupakan
faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu
dalam program KB. Menurut Berthrand (1980) mengatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemakaian
kontrasepsi adalah faktor sosio-demografi, faktor sosiopsikologi dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
Dilihat dari data prasurvey di Puskesmas Tegalrejo
banyak akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi dengan
menggunakan metode NON MKJP dibanding dengan MKJP,
7
padahal diketahui Metode Kontrasepsi Jangka Panjang lebih
efektif dan lebih rendah angka kegagalannya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di
Pukesmas Tegalrejo Salatiga.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar
belakang
diatas
peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada
akseptor KB di Pukesmas Tegalrejo Salatiga 2013”.
1.3
BATASAN PENELITIAN
1.3.1
Lingkup Sasaran
Penelitian ini ditujukan kepada semua peserta KB di
Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
1.3.2
Lingkup Masalah
Masalah dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan
dengan penggunaan atau pemilihan alat kontrasepsi
pada peserta KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
8
1.4
TUJUAN
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB
di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
1.4.2
Tujuan Khusus.
a. Untuk menganalisa apakah tingkat pengetahuan
berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi
b. Untuk menganalisa apakah umur berpengaruh
terhadap pemilihan alat kontrasepsi.
c. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
jumlah
pemilihan
anak
alat
kontrasepsi.
d. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
pendidikan
pemilihan
alat
kontrasepsi.
e. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
penghasilan
pemilihan
alat
kontrasepsi.
f.
Untuk
menganalisa
apakah
pekerjaan
berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi
9
g. Untuk menganalisa apakah dukungan pasangan
suami istri berpengaruh terhadap pemilihan alat
kontrasepsi
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Puskesmas Tegalrejo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi
dalam
memotivasi
masyarakat
menggunakan alat kontrasepsi NON MKJP maupun
MKJP secara efektif, serta guna untuk mengetahui
faktor-faktor pemilihan alat kontrasepsi.
1.5.2
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya dalam memperbanyak informasi dalam
bidang maternitas.
1.5.3
Bagi akseptor (Responden)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
motivasi
bagi
mengetahui
masyarakat
faktor-faktor
setempat
yang
untuk
mempengaruhi
pemilihan alat kontrasepsi, sehingga masyarakat
semakin mengenal tentang faktor pemilihan alat
kontrasepsi.
1.5.4
Bagi Peneliti
10
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta
sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah. Bagi peneliti lain agar
dapat
dijadikan
selanjutnya,
dan
informasi
dapat
penelitian yang sudah ada.
dalam
lebih
penelitian
memperdalam
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat
terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan
laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan
upaya untuk mendesak laju pertumbuhan penduduk dan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Umur adalah faktor
yang
sangat berpengaruh terhadap organ dan proses
reproduksi. Umur yang optimal untuk reproduksi antara 2035 tahun (Hartanto, 2004).
Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB)
yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban
pembangunan
demi
terwujudnya
kebahagiaan
dan
kesejahteraan bagi rakyat, dan bangsa Indonesia. UU No.10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, mendefinisikan KB yakni
upaya
meningkatkan
masyarakat
melalui
kepedulian
pendewasaan
dan
usia
peran
serta
perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan
peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera ( Depkes RI, 2000 ).
1
2
Salah
satu
indikator
keberhasilan
di
bidang
kependudukan ditunjukan dengan Total Fertility Rate (TFR).
TFR di Indonesia terus mengalami penurunan, data Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan TFR
pada tahun 1997 sebesar 2,8 menurun menjadi 2,6 pada
tahun 2003. Namun demikian tingkat fertilitas tersebut masih
jauh dari kondisi penduduk tumbuh seimbang, yaitu dengan
TFR mencapai 2,1 per wanita. Program KB secara nasional
maupun internasional diakui sebagai salah satu program
yang mampu menurunkan angka fertilitas (BKKBN, 2005).
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang
bertempat
tinggal
di
daerah
perkotaan
sebanyak
118.320.256 jiwa (49,79 %) dan di daerah perdesaan
sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 %). Penduduk laki-laki
Indonesia sebanyak 119.630.913 jiwa dan perempuan
sebanyak 118.010.413 jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Di Jawa Tengah terlihat angka kelahiran total
mengalami penurunan total fertility rate (TFR) dari 5,33
(berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1971) menjadi 2,30
(berdasarkan hasil SDKI 2007). Turunnya angka kelahiran
ini tidak dapat dipungkiri merupakan hasil kerja keras dari
semua pihak dan dukungan dari masyarakat terutama kaum
3
wanitanya untuk mengendalikan jumlah penduduk, melalui
program keluarga berencana.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak
32.382.657 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 14.805.038 jiwa
(45,72 %) dan di daerah perdesaan sebanyak 17.577.619
jiwa (54,28 %) (Sensus Penduduk, 2010).
Gerakan
KB
Nasional
selama
ini
telah
berhasil
mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam
membangun
keluarga
kecil
yang
makin
mandiri.
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus
ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata.
Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurang
dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) seperti IUD/AKDR (Intra Uterine Device / Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), dan Implan, dibandingkan
dengan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non
MKJP) separti pil, suntik, kondom.
Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi
pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
4.778.608 yang terdiri atas peserta AKDR sebanyak
498.366 (10,4%), peserta MOP sebanyak 68.473 (1,4%),
peserta MOW sebanyak 291.035 (6,1%), peserta Implant
4
sebanyak
442.778
(9,3%),
peserta
suntik
sebanyak
2.560.039 (53,6%), peserta pil sebanyak 862.307 (18%),
peserta Kondom sebanyak 55.610 (1,2%). Jadi pemakaian
KB tertinggi adalah KB suntik yaitu 53.6%, sedangkan yang
terendah pada KB Kondom yaitu 1,2 % (BKKBN Jawa
Tengah, 2010).
Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Tegalrejo Salatiga
pencapaian peserta KB dengan metode kontrasepsi pada
tahun 2011 peserta KB dengan status baru sebanyak 118
peserta, yang terdiri dari peserta AKDR 33 (28%), peserta
implant 46 (32%), peserta suntik 38 (39%), peserta pil 1
(1%), peserta kondom 0(0%). Sedangkan peserta dengan
status ulang pada tahun 2011 sebanyak 1383 peserta, yang
terdiri dari peserta AKDR 1 (0.1%), peserta implant 19
(1,4%), peserta suntik 620 (45,5%), peserta pil 571 (41%),
peserta kondom 172 (12%).
Sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 109 peserta
dengan status baru, yang terdiri atas peserta AKDR
sebanyak 20 (18%), peserta implant
41 (38%), peserta
suntik 37 (34%), peserta pil 10 (9%), peserta kondom 1
(1%). Sedangkan peserta dengan status ulang pada tahun
2012 mencapai 1.208 peserta, yang terdiri dari peserta
AKDR 3 (0,25%), peserta implant 20 (1,5%), peserta suntik
5
657 (54%), peserta pil 528 (44%), peserta kondom 3
(0,25%).
Sehingga di Puskesmas Tegalrejo Salatiga tahun 20112012 penggunaan alat kontrasepsi yang tertinggi adalah
pemilihan KB suntik 620 (45,5%) dan pada tahun 2012 juga
memilih KB suntik 657 (54%). Sedangkan hasil presentase
penggunaan alat kontrasepsi yang terendah pada adalah
penggunaan KB AKDR 1(0,1%) pada tahun 2011 dan 3
(0,25%) pemilihan KB AKDR pada tahun 2012.
Pada
umumnya masyarakat memilih metode NON MKJP ( Non
Metode kontrasepsi Jangka Panjang) seperti kondom, suntik
dan pil, disbanding dengan pemilihan metode KB MKJP
(Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) seperti AKDR/IUD,
Implant, MOW, MOP.
Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun
dapat
disebabkan
karena
beberapa
faktor seperti
:
ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD. Dimana
pengetahuan
terhadap
alat
kontarsepsi
merupakan
pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang
digunakan.
Kualitas pelayanan
KB,
dilihat dari segi
ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang
terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan
6
kesehatan, Biaya pelayanan IUD yang mahal (Almann, 2002
& Bruce, 2001).
Mauaba (1998) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi
alasan
pemilihan
metode
kontrasepsi
diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan, dan tersedianya
layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meuita
(1997) menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik
(pekerjaan, pengambilan keputusan dalam keluarga) dan
pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi
Implant.
Hasil penelitian Sakhan (2001) melaporkan faktor usia,
jumlah anak, nilai anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak
lokasi ke pelayanan KB dan perilaku petugas merupakan
faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu
dalam program KB. Menurut Berthrand (1980) mengatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemakaian
kontrasepsi adalah faktor sosio-demografi, faktor sosiopsikologi dan faktor yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
Dilihat dari data prasurvey di Puskesmas Tegalrejo
banyak akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi dengan
menggunakan metode NON MKJP dibanding dengan MKJP,
7
padahal diketahui Metode Kontrasepsi Jangka Panjang lebih
efektif dan lebih rendah angka kegagalannya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan penggunaan alat kontrasepsi pada akseptor KB di
Pukesmas Tegalrejo Salatiga.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar
belakang
diatas
peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada
akseptor KB di Pukesmas Tegalrejo Salatiga 2013”.
1.3
BATASAN PENELITIAN
1.3.1
Lingkup Sasaran
Penelitian ini ditujukan kepada semua peserta KB di
Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
1.3.2
Lingkup Masalah
Masalah dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan
dengan penggunaan atau pemilihan alat kontrasepsi
pada peserta KB di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
8
1.4
TUJUAN
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan pemilihan alat kontrasepsi pada akseptor KB
di Puskesmas Tegalrejo Salatiga.
1.4.2
Tujuan Khusus.
a. Untuk menganalisa apakah tingkat pengetahuan
berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi
b. Untuk menganalisa apakah umur berpengaruh
terhadap pemilihan alat kontrasepsi.
c. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
jumlah
pemilihan
anak
alat
kontrasepsi.
d. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
pendidikan
pemilihan
alat
kontrasepsi.
e. Untuk
menganalisa
berpengaruh
apakah
terhadap
penghasilan
pemilihan
alat
kontrasepsi.
f.
Untuk
menganalisa
apakah
pekerjaan
berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi
9
g. Untuk menganalisa apakah dukungan pasangan
suami istri berpengaruh terhadap pemilihan alat
kontrasepsi
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Puskesmas Tegalrejo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi
dalam
memotivasi
masyarakat
menggunakan alat kontrasepsi NON MKJP maupun
MKJP secara efektif, serta guna untuk mengetahui
faktor-faktor pemilihan alat kontrasepsi.
1.5.2
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya dalam memperbanyak informasi dalam
bidang maternitas.
1.5.3
Bagi akseptor (Responden)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
motivasi
bagi
mengetahui
masyarakat
faktor-faktor
setempat
yang
untuk
mempengaruhi
pemilihan alat kontrasepsi, sehingga masyarakat
semakin mengenal tentang faktor pemilihan alat
kontrasepsi.
1.5.4
Bagi Peneliti
10
Penelitian ini sangat berguna untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penelitian serta
sebagai bahan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama kuliah. Bagi peneliti lain agar
dapat
dijadikan
selanjutnya,
dan
informasi
dapat
penelitian yang sudah ada.
dalam
lebih
penelitian
memperdalam