Penerapan activity based costing system pada pembebanan BOP dalam penghitungan unit cost - USD Repository

  PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PEMBEBANAN BOP DALAM PENGHITUNGAN UNIT COST Studi Kasus pada PT. Mondrian Group Klaten SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  Program Studi Akuntansi Disusun Oleh :

  ARIS HANDRIYANTO NIM : 002114028 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 November 2006 Penulis

  Aris Handriyanto

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan bagi:

Tuhan Yang Maha Kuasa

Kedua Orang Tuaku yang dengan penuh kasih sayang, cinta dan asa

memberikan kepadaku dorongan, dukungan dan doa untuk mencapai

segala harapan dan cita-citaku;

Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh ketulusan mendukungku

dan menemani persahabatan keluarga;

Seseorang yang menjadi tumpuan dan harapan dihatiku yang dengan

penuh kasih dan kesabaran telah membantuku dan senantiasa

mendorongku;

  

Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma

  

MOTTO

  “Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”

  (Love Jesus Christ) “Ketegaran hidup adalah cara pandang kita untuk tidak metengadahkan kepala keatas namun dengan melihat kebawah, karena apapun yang kita punyai belum tentu dimiliki orang lain”

  (Yulianus Hanggono) “Dilema kehidupan merupakan dampak kegagalan untuk meraih kebijaksanaan berfikir dan cara pandang untuk menapak satu langkah kedepan dalam pergulatan hidup dimasa yang akan datang”

  (Fransiscus Arist)

  

ABSTRAK

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA

PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM

PENGHITUNGAN UNIT COST

  Studi Kasus pada PT.MONDRIAN GROUP KLATEN

  

ARIS HANDRIYANTO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2006

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya perbedaan antara BOP yang dibebankan oleh perusahaan dengan BOP yang dibebankan berdasarkan Activity Based Costing System.

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, observasi dan interview. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT.Mondrian Group, Klaten. Teknik analisa data yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah: dengan membandingkan pembebanan BOP yang dibebankan menurut perusahaan dengan berdasarkan ABC System.

  Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk : a) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Dewasa (All size) sebesar Rp. 173.448.526,32, b) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Remaja (All size) menjadi Rp. 21.243.987,94, c) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Wanita (All size) menjadi Rp. 27.851.024,62, d) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Anak (All size) menjadi Rp. 112.490.167,04, e) BOP yang dibebankan pada kaos B- Gaya (All size) menjadi Rp. 204.646.210,96, f) BOP yang dibebankan pada kaos d,Mo Olah Raga (All size) menjadi Rp. 227.120.863,85. Perbedaan tersebut menyebabkan harga pokok produk per unit yang dibebankan pada setiap produk menjadi: a) Harga pokok produk Kaos Dadung Dewasa Rp. 21.743,14 per unit, b) Harga pokok produk Kaos Dadung Remaja menjadi Rp.22.900,46 per unit, c) Harga pokok produk Kaos Dadung Wanita menjadi Rp. 22.809,47 per unit, d) Harga pokok produk Kaos Dadung Anak menjadi Rp. 24.316,72 per unit, e) Harga pokok produk Kaos B-gaya menjadi Rp. 32.151,26 per unit, f) Harga pokok produk Kaos d,Mo Olah Raga menjadi Rp. 17.770,97 per unit. Dari hasil analisis tersebut, perusahaan dapat menerapkan Activity Based Costing System.

  

ABSTRACT

THE APPLICATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM AT

FACTORY OVERHEAD COST CHARGING IN THE CALCULATION OF

UNIT COST

A Case Study at PT.MONDRIAN GROUP, KLATEN

ARIS HANDRIYANTO

  

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2006

  This research goal was to know the level of difference between the BOP charged by company and the one based on Activity Based Costing System. The techniques of data collecting were documentation, observation and interview. This research type was case study of at PT.MONDRIAN Group,

  Klaten. The data analtsis technique conducted to answer the problem was by comparing the BOP charged by the by according to company and the one based on ABC System.

  From the analysis result, it could be concluded that the differences of factory overhead cost charging which was charged to the product were: a) BOP which was charged to Kaos Dadung Dewasa ( All Size) equal to Rp. 173.448.526,32, b) BOP which was charged to Kaos Dadung Remaja ( All Size) became Rp. 21.243.987,94, c) BOP which was charged to Kaos Dadung Wanita ( All Size) became Rp. 27.851.024,62, d) BOP which was charged to Kaos Dadung Anak ( All Size) became Rp. 112.490.167,04, e) BOP which was charged to Kaos B-Gaya ( All Size) became Rp. 204.646.210,96, f) BOP which was charged to Kaos d,Mo Olah Raga ( All Size) became Rp. 227.120.863,85. The differences caused the unit cost of good sold charged to each product became: a) Cost of good sold of Kaos Dadung Dewasa became the Rp. 21.743,14 per unit, b) Cost of good sold of Kaos Dadung Remaja became the Rp.22.900,46 per unit, c) Cost of good sold of Kaos Dadung Wanita became the Rp. 22.809,47 per unit, d) Cost of good sold of Kaos Dadung Anak became the Rp. 24.316,72 per unit, e) Cost of good sold of Kaos B-Gaya became the Rp. 32.151,26 per unit, f) Cost of good sold of Kaos d,Mo Olah Raga became the Rp. 17.770,97 per unit. From the analysis result, the company can apply the Activity Based Costing System.

KATA PENGANTAR

  Syukur kepada-Nyalah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sejahtera dibumi dan seisinya atas limpahan berkat, karunia dan petunjuk- Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta.

  Penelitian dalam skripsi ini ditujukan untuk mengetahui perhitungan biaya per unit yang dapat diterapkan menggunakan perhitungan biaya berbasis aktivitas.

  Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu FR. Reni Retno Anggraeni, S.E., M.Si, Akt selaku dosen wali kelas.

  4. Bapak Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Akt. Selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini serta

  6. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini serta memberikan masukan yang berarti bagi skripsi ini.

  7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang telah diberikan.

  8. Segenap Staf Pojok Bursa Efek Jakarta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (ma’kasih ya Mba’ heni atas bantuannya).

  9. Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma

  10. Kedua Orang Tuaku yang memberikan dukungan materi dan moril hingga terselesaikannya skripsi ini.

  11. Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh kasih memberikan bantuan, doa, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

  12. Yudhianti Primastuti, yang telah memberikan motivasi dan semangat untukku, makasih banyak atas semua yang kamu lakukan untukku hingga hidupku seperti ini.

  13. Mas Agung, Personalia PT.Mondrian Group yang telah memberikan segala dukungan dan informasi data yang saya inginkan.

  14. Keluarga besar AKT”00 khususnya kelas A : Aris Solo(Mbah Gluduk), Tian, Dendi, Watik, Siti, Susan, Deni(Gedank), Borom, Novsi, Anto, Boni, dan masih banyak lagi terima kasih atas kebersamaan selama ini.

  15. Sahabat-sahabatku : Cemani, Gepenk, Susi, Koko, Om B’D, Januar, Robertus, Njemblux, Firlo, Cemenk, Mithun Oi, (Anak-anak Alladien, Paingan Sepha

  Club), dan semua teman-temanku yang tak mungkin aku sebutkan satu persatu. Terima Kasih semuanya.

  16. Keluarga Besar kost Pringgading 8 : Mario, Bah Gentho, Jawier, Erich, Hendra, Kupang “Kamus Kost”, Verdi, Guntur “thanks print warnanye”, Henry, Robe, dan semua yang tak mungkin aku sebutkan satu persatu. Terima kasih semua.

  Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 30 November 2006 Penulis Aris Handriyanto

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v MOTTO ........... ............................................................................................ vi ABSTRAK ........ ............................................................................................ vii ABSTRACT. ..... ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI ..... ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Batasan Masalah........................................................................ 3 D. Tujuan Penelitian....................................................................... 4 E. Manfaat Penelitian..................................................................... 4 F. Sistematika Penulisan................................................................ 5 BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 7 A. Konsep dan Terminologi Biaya ................................................ 7

  2. Penelusuran Biaya...............................................................11

  5. Tahap-tahap Pembebanan BOP Berdasarkan ABCS ..........27

  H. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Maju .........40

  G. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Tradisional.............................................................36

  F. Cost Pool Rate...........................................................................36

  E. Cost Driver ................................................................................34

  D. Cost Pool ...................................................................................33

  6. Kondisi yang Diperlukan dalam Penerapan ABCS.............31

  4. Manfaat Activity Based Costing System ............................26

  B. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional .........................................12

  3. Asumsi Activity Based Costing System..............................24

  2. Pengertian Activity Based Costing System.........................23

  1. Latar Belakang Timbulnya ABCS ......................................22

  C. Konsep Dasar Activity Based Costing System .........................22

  2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional................20

  1. Penentuan Harga Pokok Produk .........................................13

  BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................43 A. Jenis Penelitian ..........................................................................43 B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................43 C. Subyek dan Obyek Penelitian ....................................................44 D. Data yang Diperlukan dan Dicari ..............................................44

  F..Teknik Analisis Data ................................................................. 45

  BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................ 50 A. Sejarah Berdirinya Perusahaan.................................................. 50 B. Lokasi Perusahaan ..................................................................... 51 C. Misi dan Visi Perusahaan .......................................................... 52 D. Struktur Organisasi .................................................................... 53 E. Personalia .................................................................................. 61

  1. Jumlah Karyawan ................................................................ 61

  2. Jam Kerja............................................................................. 61

  3. Penggolongan/ Status Karyawan ......................................... 62

  4. Sistem Penggajian ............................................................... 63

  5. Fasilitas Kerja ...................................................................... 63

  F. Produksi ..................................................................................... 65

  1. Hasil Produksi ..................................................................... 65

  2. Proses Produksi ................................................................... 66

  3. Bahan Baku Produksi .......................................................... 69

  4. Alat-alat Produksi ................................................................ 70

  G. Pemasaran.................................................................................. 71

  1. Penentuan Harga.................................................................. 71

  2. Daerah Pemasaran ............................................................... 71

  3. Pemasaran Produk ............................................................... 72

  H. Promosi...................................................................................... 73

  BAB VI PENUTUP .......................................................................................116 A. Kesimpulan................................................................................116 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................117 C. Saran..........................................................................................118 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................120 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Daftar Jumlah Produksi Tahun 2003 ............................................. 77Tabel 5.2 Prosentase Biaya Produksi Tahun 2003......................................... 77Tabel 5.3 Daftar Penggunaan Bahan Baku Tahun 2003. ............................... 78Tabel 5.4 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2003. ...................... 79Tabel 5.5 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung per Produk

  Tahun 2003. .............................................................................. 79

Tabel 5.6 Daftar Prime Cost Tahun 2003 ...................................................... 80Tabel 5.7 Anggaran BOP Tahun 2003............................................................ 81Tabel 5.8 Daftar Perhitungan BOP Tahun 2003 ............................................ 82Tabel 5.9 Daftar Perhitungan Unit Cost Tahun 2003 .................................... 83Tabel 5.9 Daftar Aktivitas Tahun 2003.......................................................... 87Tabel 5.10 Daftar Aktivitas Tahun 2003 .................................................... 89Tabel 5.11 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Proses

  Tahun 2003 .............................................................................. 90

Tabel 5.12 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas

  Tahun 2003 . ............................................................................. 92

Tabel 5.13 Pembebanan Biaya-biaya pada Berbagai Aktivitas

  Tahun 2003. .............................................................................. 95

Tabel 5.14 Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Activity Driver

  Tahun 2003 ............................................................................... 96

Tabel 5.16 Pengelompokan Cost Pool Rate Homogen Tahun 2003. ..........102Tabel 5.17 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Dewasa

  (All Size) Dengan Sistem ABC ................................................104

Tabel 5.18 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Remaja

  (All Size) Dengan Sistem ABC. ...............................................105

Tabel 5.19 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Wanita

  (All Size) Dengan Sistem ABC ................................................106

Tabel 5.20 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Anak

  (All Size) Dengan Sistem ABC. ...............................................107

Tabel 5.21 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Be-Gaya

  (All Size) Dengan Sistem ABC ................................................108

Tabel 5.22 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos d,Mo Olah Raga

  (All Size) Dengan Sistem ABC ................................................109

Tabel 5.23 Daftar Perhitungan Unit Cost Dengan Activity Based

  Costing System Tahun 2003. .....................................................110

Tabel 5.24 Perbandingan Selisih BOP Terhadap Produk Antara BOP

  Berdasarkan Sistem PT.Mondrian Group Dengan BOP Berdasarkan ABC System. ..........................................................111

Tabel 5.25 Perbandingan Selisih Perhitungan Unit Cost Antara

  Perhitungan Unit Cost Berdasarkan sistem PT.Mondrian Dengan Perhitungan Unit Cost Berdasarkan ABC System. .......112

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah A. Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perusahaan pada

  era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat yang membuat pangsa pasar semakin kecil dan laba perusahaan semakin menurun. Fenomena ini mengakibatkan perusahaan mencari alternatif dalam membangun strategi baru untuk memperbaiki serta meningkatkan posisi pasar.

  Informasi yang semakin transparan menyebabkan konsumen mendapat informasi secara lengkap mengenai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Konsumen mempunyai hak untuk memilih dan menentukan produk mana yang akan dipilih sesuai selera dan dana yang dialokasikan.

  Produk yang menjadi pilihan konsumen adalah produk yang bermutu, service yang baik, tepat waktu dan harga yang murah. Hal ini menuntut perusahaan agar terus-menerus melakukan perbaikan terhadap kegiatan-kegiatan dalam menghasilkan produk atau jasa yang value added bagi konsumen. Seperti diketahui bahwa dalam proses produksi ada dua kegiatan yang mempengaruhi, yaitu kegiatan yang bernilai tambah (value added) dan kegiatan yang tidak bernilai tambah (non-value added) bagi konsumen.

  Teknologi yang berkembang telah mempengaruhi komposisi biaya biaya tenaga kerja langsung dan sebaliknya akan meningkatkan biaya pabrik. Pada sistem akuntasi biaya tradisional, biaya overhead

  overhead

  pabrik dialokasikan dengan dasar alokasi yang berkaitan dengan volume produksi. Keadaan inilah yang kadang-kadang menimbulkan distorsi pada proses produksi yang semakin kompleks, karena tidak semua biaya overhead pabrik berhubungan langsung dengan volume produksi. Distorsi dalam pengalokasian biaya produk akan semakin besar pada perusahaan yang menghasilkan beraneka produk dan jasa. Produk yang beraneka ragam diproduksi dengan beberapa fasilitas manufaktur yang sama. Dengan demikian timbul masalah dalam pengalokasian sumber daya yang dikonsumsi masing- masing produk. Distorsi dalam pembebanan biaya overhead pabrik ini akan mengakibatkan harga pokok produk yang ditetapkan tidak akurat.

  Meskipun keakuratan dalam menentukan biaya overhead pabrik sulit ditentukan, manajer harus memperkirakan biaya overhead pabrik yang paling tepat agar dapat memenangkan persaingan. Estimasi biaya terbaik terwujud jika semua biaya dapat ditelusuri langsung ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang valid. Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan biaya yang paling mudah ditelusuri ke produk, karena biaya ini merupakan biaya variabel. Biaya overhead pabrik merupakan unsur biaya produksi yang sulit ditelusuri ke produk.

  ABC System merupakan suatu sistem yang memfokuskan pada

  aktivitas yang timbul atau diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. ABC mengakui bahwa beberapa biaya lebih tepat dibebankan atas dasar non volume produksi. Biaya aktivitas dibebankan kepada suatu produk berdasarkan pada konsumsi produk atas aktivitas tersebut. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa ABC System dapat memperbaiki penghitungan harga pokok produk.

B. Rumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan antara biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang ditetapkan perusahaan saat ini dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit berdasarkan Activity Based Costing System ?

  cost Batasan Masalah C.

  Permasalahan dibatasi pada :

  1. Proses pembuatan produksi didalam industri manufaktur terdiri dari empat tahap utama : tahap desain dan pengembangan, tahap produksi, tahap distribusi dan tahap pelayanan konsumen. Activity Based Costing System dapat diterapkan pada semua tahap tersebut. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas penghitungan unit cost pada tahap proses produksinya saja.

  2. Dalam Activity Based Costing System dibedakan menjadi dua yaitu : aktivitas bernilai tambah (value added) dan aktivitas tidak bernilai tambah (non value added). Dalam penelitian tidak dilakukan identifikasi aktivitas

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan unit cost setiap produk antara biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang diterapkan PT.Mondrian dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost berdasarkan Activity Based

  Costing System .

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi perusahaan Sripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam mengambil keputusan untuk masa yang akan datang dan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan penentuan harga pokok produk per unit.

  2. Bagi universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan USD, khususnya mengenai Penerapan Activity Based Costing Dalam Penghitungan Unit Cost.

  3. Bagi penulis Sripsi ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta sebagai sarana untuk menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.

F. Sistematika Penulisan

  Bab I. Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan secara jelas dan mendasar mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam mengolah data-data perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Dalam bab ini akan menjelaskan teori-teori tentang pemahaman dan manfaat akuntasi biaya dan akuntansi keuangan, biaya produksi, biaya overhead pabrik, sistem perhitungan tradisional, Activity .

  Based Costing System (ABC)

  Bab III. Metode Penelitian Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang dicari, teknik analisis data, dan teknik pengumpulan data.

  Bab IV. Gambaran Umum Perusahaan Bab ini mengemukakan gambaran umum perusahaan, yang meliputi riwayat singkat perusahaan, misi dan visi perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, manajemen & pengawasan, sumber daya manusia, jenis produk

  Bab V. Analisis Data dan Pembahasan Bab ini memuat data, penganalisisan data, dan pembahasan. Bab VI. Penutup Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan saran yang diusulkan penulis kepada perusahaan sehubungan dengan obyek penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep dan Terminologi Biaya Hansen dan Mowen, (2000: 38) berpendapat bahwa biaya (cost)

  adalah “kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa yang akan datang. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Beban adalah biaya yang sudah kadaluarsa”.

1. Konsep Biaya

  Menurut Sugiri (1994: 21-25), terdapat tujuh klasifikasi dari pengelompokan biaya yaitu : 1) Klasifikasi berdasarkan fungsi pokok perusahaan

  a. Biaya produksi Adalah biaya–biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selasai yang siap dijual. Elemen biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya penjualan Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk selesai, termasuk biaya iklan, biaya gaji para pramuniaga, biaya angkut barang-barang yang dijual, dan gaji menejer pemasaran.

  c. Biaya administrasi Adalah biaya yang diperlukan untuk administrasi secara umum, seperti gaji eksekutif, biaya penyelengarakan akuntansi, gaji pegawai bagian administrasi, dan biaya bahan habis pakai. 2) Klasifikasi berdasarkan periode mempertemukan dengan pendapatan: a. Biaya produk

  Adalah biaya–biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memperoduksi barang/produk.

  b. Biaya periode Adalah biaya yang diindentifikasi dengan interval waktu tertentu karena tidak diperlakukan untuk memperoleh barang/produk akan dijual. 3) Klasifikasi biaya berdasarkan dapat ditelusurinya ke obyek biaya:

  a. Biaya langsung (direct cost) Adalah biaya yang dapat ditelusuri atau diidentifikasi ke suatu obyek biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat obyek biaya itu sendiri. b. Biaya tidak langsung ( indirect cost) Adalah biaya yang dikerluarkan untuk lebih dari satu obyek biaya dan tidak dapat ditelusuri kesalahsatu obyek biaya tertentu. Karena biaya ini bersifat umum dan disebut common cost.

  4) Klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan: a. Biaya tetap

  Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu periode tertentu.

  b. Biaya variabel Adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proposional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap sama. 5) Klasifikasi biaya berdasarkan kemampuan manajer untuk mengendalikan: a. Biaya terkendali

  Adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer tertentu pada periode tertentu.

  b. Biaya tak terkendali Adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manager tertentu.

  6) Klasifikasi biaya berdasarkan pengendalian keputusan:

  a. Biaya relevan Adalah biaya yang akan terjadi di masa mendatang dan berbeda diantara pelbagai alternatif keputusan.

  b. Biaya tak relevan Adalah biaya yang tidak memenuhi salah satu atau kedua- duanya dari kriteria biaya relevan.

  c. Biaya terhindarkan Adalah biaya yang dapat dihindarkan jika suatu alternatif keputusan diambil.

  7) Klasifikasi biaya berdasarkan dampak keputusan terhadap kas keluar:

  a.

   Sunk cost

  Adalah biaya yang telah dikeluarkan dan yang tidak dapat diubah oleh keputusan sekarang atau masa yang akan datang.

  b. Biaya tunai (out-of pocket cost) Adalah biaya yang membutuhkan pengeluaran kas dimasa mendatang akibat keputusan sekarang atau keputusan yang akan datang.

2. Penelusuran Biaya

  Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Mudah ekonomis dan secara akurat dapat ditelusuri berarti bahwa biaya dibebankan dengan menggunakan hubungan penyebab. Dapat ditelusuri adalah kemampuan untuk membebankan biaya secara langsung pada obyek biaya dengan cara ekonomis sebagai sarana hubungan penyebab.

  Menurut Hansen dan Mowen (2000: 38-43), terdapat tiga metode dalam penelusuran biaya yaitu : 1) Penelusuran langsung

  Adalah suatu proses mengidentifikasi dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan secara fisik dengan obyek biaya.

  2) Penelusuran penggerak/ pendorong Adalah penggunan pendorong untuk membebankan biaya ke obyek biaya.

  3) Pembebanan biaya tidak langsung/alokasi Karena tidak terdapat hubungan kausal, pengalokasian biaya pada metode ini didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.

B. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.

  Akuntansi biaya pada awalnya didefinisikan sebagai perhitungan harga pokok persediaan yang disajikan dalam neraca laporan harga pokok produk jadi dalam laporan rugi laba. Pandangan ini membatasi luas jangkauan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dalam pengambilan pelaporan kepada pihak luar. Definisi yang sempit sebagaimana dikemukakan diatas kini tidak sesuai lagi dan jelas bukan merupakan deskripsi yang tepat mengenai kegunaan informasi akuntansi biaya. Akuntansi biaya menyediakan alat yang dibutuhkan oleh manajemen dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas, peningkatan kualitas dan efisiensi, serta penyusunan keputusan-keputusan rutin dan srategis (Carter dkk, 2002: 8-9).

1. Penentuan Harga Pokok Produk dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.

  Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat, dikumpulkan dan dikendalikan menurut elemen-elemennya yang ada dalam pusat pertanggungjawaban. Biaya-biaya produksi ditentukan menurut banyaknya sumberdaya yang dikonsumsi disetiap pusat biaya.

  Dengan cara ini biaya-biaya produksi ditentukan menurut jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap pusat biaya. Selanjutnya dengan perbedaan karakteristik prosers-proses produksi, dikembangkan cara pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian biaya yang berbeda. Pengembangan tersebut sesuai dengan proses yang dilakukan.

  Menurut Sugiri (1994: 22), Biaya produksi pada perusahaan manufaktur terdiri atas elemen-elemen biaya sebagai berikut : a. Bahan baku Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai. Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk tersebut, sebagai contoh adalah kayu yang digunakan untuk membuat daun pintu dan jendela, kertas yang digunakan untuk membuat buku. Bahan baku disebut juga bahan langsung, untuk membedakannya dari bahan lain yang nilainya lebih rendah.

  b. Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang langsung menangani proses produksi. Pembuat daun pintu dan jendela, operator mesin foto copy, penjahit dan tukang las, serta tukang batu adalah contoh tenaga kerja langsung. Mereka menangani langsung proses produksi dan karenanya dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau upah tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi.

  c. Overhead pabrik Overhead pabrik adalah biaya–biaya selain bahan baku dan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang disebut biaya overhead pabrik (factory overhead atau manufacturing overhead atau factory burdent). Hubungan biaya overhead terhadap produk adalah hubungan tak langsung. Penggolongan BOP menurut Muhadi (2001: 61-62) menyatakan pabrik. Penggolongan tersebut diantaranya: penggolongan biaya menurut sifatnya merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam BOP adalah: 1) Biaya bahan penolong

  Bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksinya. 2) Biaya reparasi dan pemeliharaan

  Biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai

  (factrory supplies) dan harga perolehan jasa dari luar

  perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplesemen, mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya.

  3) Biaya tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dihitung secara lansung kepada produk atau pesanan tertentu. Berupa upah, tunjungan, biaya kesejahteraan. 4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya depresiasi mesin dan equipment, alat kerja dan aktiva tetap lainnya. 5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

  Biaya asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan,

  6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Yang termasuk didalamnya adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN.

  Menurut Hansen dan Mowen (2000: 314-315) terdapat dua metode dalam mengalokasi biaya overhead pabrik yaitu: a. Tarif pabrik

  Untuk tarif pabrik, biaya overhead pabrik terlebih dahulu diakumulasikan pada satu kelompok pabrik yang besar (tahap pertama pembebanan biaya). Biaya overhead dibebankan pada kelompok biaya hanya dengan menambahkan semua biaya overhead yang diidentifikasi pada jurnal umum. Karena semua biaya overhead merupakan biaya pabrik, pembebanan pada kelompok biaya dilakukan dengan keakuratan tinggi. Pada tahap pertama, obyek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung dapat digunakan untuk membebankan biaya tersebut dibebankan pada kegiatan makro yang sangat luas: produksi. Sekali biaya diakumulasikan pada kelompok biaya ini, kita dapat mengitung untuk tarif pabrik, biaya overhead terlebih dahulu diakumulasikan tarif pabrik dengan menggunakan pendorong tunggal, yang umumnya adalah jam tenaga kerja langsung. Produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead sebanding dengan kedua, biaya overhead dibebankan pada produk dengan mengalihkan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang digunakan oleh tiap produk.

  Bagan II.I Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Pabrik

  Biaya overhead Penelusuran langsung

  Kelompok di seluruh pabrik Pendorong berdasarkan unit

  Produk Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315)

  b. Tarif departemen Untuk tarif departemen, biaya overhead dibebankan pada masing- masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead departemen. Pada tahap pertama, departemen merupakan obyek biaya dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran langsung, penelusuran pendorong dan alokasi. Meskipun usaha dilakukan untuk membebankan biaya eksternal dengan menggunakan faktor penyebab (penelusuran pendorong), beberapa biaya overhead dibebankan menggunakan hubungan asumsi (alokasi). Sekali biaya dibebankan pada masing-masing departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan kegiatan kerja) dan jam mesin (untuk departemen padat mesin) digunakan untuk menghitung tarif departemen. Produk yang melalui departemen tersebut diasumsikan mengkonsumsi biaya overhead sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit. Pada tahap kedua, overhead dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorong yang digunakan pada masing-masing departemen. Seluruh overhead yang dibebankan pada produk hanya merupakan penjumlahan dari jumlah yang diterima dari masing-masing departemen.

  

Bagan II.2

Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Departemen

  Biaya overhead Penelusuran langsung penelusuran pendorong alokasi

  Kelompok Kelompok departemen A departemen B

  Pendorong berdasarkan unit Pendorong berdasarkan unit Produk Produk

  Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315)

  Menurut Mulyadi (1993: 213), Ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk diantaranya adalah :

  a. Satuan produk

  b. Biaya bahan baku

  c. Biaya tenaga kerja langsung

  d. Jam kerja langsung

  e. Jam mesin Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik adalah: a. Harus mempertahankan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.

  b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

  Melihat keadaan pabrik pada masa kini, menurut Cooper dkk (1991: 82-83), akuntansi biaya tradisional memiliki kelemahan sebagai berikut : a. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar kuantitas yang diproduksi. Metode pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar kuantitas disebut unit-based system. Dalam unit–based system, produk berdasarkan jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku, yang dikonsumsi untuk menghasilkan suatu produk.

  Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar jam tenaga kerja langsung akan menghasilkan informasi biaya produk yang mengandung distrosi yang berakibat pada ketidakakuratan pembebanan biaya ke produk per unit. Jika harga satuan atau kuantitas yang digunakan oleh sumber daya tidak distribusikan secara akurat ke pusat-pusat biaya dari produk, maka ada kemungkinan terjadinya distrosi harga dan kuantitas. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk melalui dua tahap. Tahap pertama, biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, baik departemen produksi maupun departemen pembantu. Tahap kedua, biaya overhead pabrik yang telah melalui agregasi tahap pertama, dibebankan ke produk atas dasar jam tenaga kerja langsung dan jam mesin.

  Pembebanan overhead yang berdasarkan jam tenaga kerja langsung dan jam mesin disebut sebagai pembebanan overhead berdasarkan tarif tunggal. Biaya overhead yang dibebankan secara agregasi ini menimbulkan distorsi harga (price distorsi) terjadi apabila dasar alokasi kuantitas (quantity distorsi) terjadi apabila dasar alokasi biaya tidak sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk. Penyebab distorsi antara lain:

  1) Beberapa biaya yang dialokasikan ke produk yang tidak ada hubungannya dengan terjadinya biaya tersebut seperti biaya

  research dan development.

  2) Penghapuskan biaya yang berhubungan dengan produk yang sedang diproduksi, seperti biaya penjualan, biaya administrasi dan umum. 3) Alokasi yang tidak akurat dapat disebabkan karena distorsi kuantitas.

  4) Distorsi yang terjadi karena pengalokasian biaya umum dan biaya bersama ke produk. Biaya umum adalah biaya dari sumber yang bias dipisahkan, yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih dari satu macam produk. Biaya bersama adalah biaya yang muncul kalau suatu proses produksi diperlukan untuk menghasilkan lebih dari satu produk.

  b. Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung atau jam kerja mesin sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya pada produk dan jasa. Sistem ini telah dikembangkan ketika jumlah biaya tenaga kerja langsung masih memiliki proposi yang besar dari total biaya produk.

C. Konsep Dasar Activity Based Costing System. Latar Belakang Timbulnya Activity Based Costing System.

1. Activity Based Costing (ABC) System timbul sebagai akibat dari

  kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi biaya yang mampu merefleksikan konsumsi sumberdaya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk. Menurut Mulyadi (1993: 15), kebutuhan informasi biaya tersebut didorong oleh lima penyebab, yaitu: 1) Persaingan global yang memaksa manajemen perusahaan mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective manajemen harus dapat mengidentifikasi non-value added dalam pembuatan produk dan menggunakan berbagai

  activities management system untuk menghilangkan non-value added activities.

  2) Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk (advanced

  manufacturing technology ) menyebabkan proporsi biaya Overhead

  pabrik dalam produk menjadi jauh lebih tinggi dibanding dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya Overhead dalam perusahaan yang berteknologi maju sebagian besar biaya overhead adalah sunk cost seperti biaya deprisiasi dan equipment, amortisasi biaya penyusunan program komputer.

  3) Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus menerapkan driven strategi yang senantiasa harus secara terus menerus melakukan perbaikan dalam pembuatan produk. 4) Market driven strategi menuntut manajemen perusahaan manufaktur untuk inovatif, seperti produk life cycle menjadi semakin pendek. 5) Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu menggunakan manual sistem, maupun bookeping-machine system.

2. Pengertian Activity Based Costing System.

  Menurut Brimson (1991: 47), pengertian akuntansi aktivitas adalah sebagai berikut :

  

“…is a process of accumulating and tracing cost and performance

data a firm’s activities and providing feed back of actual result against

  .

  the planned cost initiate action where required”

  Menurut Cooper dkk (1992: 266), Activity Based Costing memiliki pengerian-pengertian sebagai berikut :

  System

“…is an exiting approach to product costing. It provides cost system

desingners with new ways to cost product, focus managerial attention

. and modify behavior”

  Menurut Horgren dkk (1999: 166), Based Accounting (ABA) atau Activity Based Costing adalah: overhead for each of

  ”…is a system that first accumulates cost

activities to the product, service, or other cost object that causes that

  Menurut Supriyono (1994: 230), Activity Based Costing adalah : “sistem yang terdiri dari dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk”.

3. Asumsi Activity Based Costing System

  Menurut Mulyadi (1993: 11), Ada dua pengertian dasar dalam sistem ABC yaitu :

  a. Aktivitas menimbulkan biaya berangkat dari anggapan bahwa

  Activity based costing system

  sumber daya pembantu atau sumber daya secara tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. Permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan menyebabkan perusahaan melaksanakan aktivitas produk yang menghasilkan produk tersebut. Aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan ini menyerap sumber-sumber perusahaan. Oleh karena itu produk harus dibebankan biaya dari sumber-sumber perusahaan sesuai dengan aktivitas yang diserap oleh produk tersebut.

  b. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas.

  Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas, dan setiap kegiatan memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut.

  Bagan II.3 Dua Anggapan yang Melandasi ABC System Tersebut Membentuk Konsep Dasar ABC System

Value added and

Non value added activities

  Sumber Daya Aktivitas Produk Sumber : Mulyadi (2000: 383)

  Karena perusahaan ingin memenuhi kebutuhan konsumen, maka perusahaan melakukan aktivitas guna menghasilkan produk atau jasa dan proses produksi membutuhkan sumber daya perusahaan. Penentuan biaya produk harus sesuai dengan sumber daya yang diserapkan aktivitas yang dilaksanakan guna menghasilkan produk.