PERBEDAAN KECENDERUNGAN ASPEK DOMINAN NEED FOR LOVE AND BELONGINGNESS PADA ROHANIWAN DAN AWAM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN KECENDERUNGAN ASPEK DOMINAN NEED
FOR LOVE AND BELONGINGNESS PADA ROHANIWAN
DAN AWAM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Cynthya Dewi
NIM : 019114029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

When God prepares to do something wonderful,
He begins with a difficulty.
When He plans
To do something very wonderful,
He begins with an impossibility.(unkown)
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu
yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya…”(Yesaya 42:3)
Cinta
adalah mata air motivasi
yang mengalirkan semangat indahnya kehidupan
(Krishnamurti, Kartu Motivasi, Kanisius 2005)
Adanya perbedaan tercipta sebagai warna-warni dunia
Keunikan yang tak terhitung jumlahnya
Beragam karya agung-Nya memenuhi muka bumi ini
Dan IA menciptakan …….CINTA

Hingga tiap kehidupan di muka bumi ini dapat terangkai dalam suatu
harmonisasi
tangga nada yang mengalun penuh syahdu dalam panduan Sang
Maestro….
(….Malang, 07 Mei 2007)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Karya sederhanaku ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menemani
dan menjadi andalanku dalam setiap langkah hidupku serta
telah mengajariku akan arti CINTA…..aku percaya kasih setiaMu menuntunku sepanjang waktu.

Keluarga Dr. A Th. L. Gandiryanto, SpKO., yang sangat
kusayangi. papa Gandi, mama Lena, mas Rudy dan adek Adit.
Terima kasih akan segala kasih, cinta, doa dan segala candatawa, suka–duka dan segala mujizat kehidupan yang pernah
dan akan selalu kita lewati bersama..I LOVE U ALL.

Keluarga Samad Valentinus, S.Pd., yang telah menerima
kehadiranku dan membantuku dalam banyak hal. Om Romo

Janto, SJ., thanks ya buku-buku teologinya.

F. Herwindra yang telah menemani jiwa dan ragaku dalam 2
tahun terakhir ini. Thanks, aku belajar banyak dari setiap
pengalaman yang pernah kita lalui. Semoga keberadaan kita
kan selalu menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita,
“Segalanya akan indah pada waktu-Nya”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbedaan Kecenderungan
Aspek Dominan Need For Love And Belongingness Pada Rohaniwan dan Awam”
merupakan karya yang tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu Perguruan Tinggi manapun sebelumnya, dan sepanjang pengetahuan saya
di dalamnya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 18 Juni 2007


(I. M. Cynthya Dewi D. )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness pada rohaniwan dan awam, laki-laki dan perempuan. Subjek
penelitian berjumlah 112 orang, terdiri dari 28 rohaniwan laki-laki, 28 rohaniwan
perempuan, 28 awam laki-laki dan 28 awam perempuan di kota Malang. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala need for love and
belongingness yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data penelitian
dianalisis dengan statistic non-parametrik crosstabs chi-square dari program
SPSS for windows versi 13. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ada perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness ditinjau dari perbedaan peran (rohaniwan-awam). Dimana
rohaniwan memiliki kecenderungan dominan pada aspek saling percaya
dan kaum awam memiliki kecenderungan dominan pada aspek diterima

dengan sepenuh hati.
2. Ada perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (laki-laki-perempuan).
Dimana laki-laki memiliki kecenderungan dominan pada aspek cinta yang
menerima, sedangkan pada perempuan tidak muncul aspek yang dominant.
Hanya saja prosentase terbesar muncul pada aspek cinta yang memberi
dan tidak ada rasa takut.
3. Ada perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness rohaniwan ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (rohaniwan
laki-laki-rohaniwan perempuan). Dimana rohaniwan laki-laki memiliki
kecenderungan dominan pada aspek saling percaya, sedangkan rohaniwan
perempuan memiliki kecenderungan dominan pada aspek cinta yang
memberi.
4. Ada perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness kaum awam ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (awam
laki-laki – awam perempuan). Dimana awam laki-laki memiliki
kecenderungan dominan pada aspek dimengerti secara mendalam,
sedangkan awam perempuan memiliki kecenderungan dominan pada
aspek diterima dengan sepenuh hati.
Kata kunci : aspek dominan need for love and belongingness, rohaniwan, kaum

awam, laki-laki, perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
This study was a comparative research wich aimed to find the dominant
tendency difference of need for love and belongingness among the spiritual
leaders and the layme, male and female.. They where 112 persons as the subjects
of the research consisting of 28 male spiritual leaders, 28 female spiritual
leaders, 28 laymens and 28 laywomens in Malang, East Java. The data was
collected by providing statements in the scale of need for love and belongingness
of which the validity and reliability where tested. The data of the research was
analyzed by non-parametrics statistic crosstabs chi-square of SPSS program for
windows version 13. There were several conclusions from the data analysis result
as follows :
1.
There was a different dominant tendency of need for love and
belongingness based on characters (the spiritual leader and the
layman). In wich spiritual leaders had dominant aspect tendency in
trusting each others, while the laymen have dominant aspect

tendency in whole-hearted accepted aspect
2.
There was a differences dominant tendency of need of love and
belongingness based on the sexes (male and female). In wich males
had dominant aspect tendency in accepting love, where females
didn’t have dominant aspect tendency of need for love and
belongingness. However, the main prosentages was in giving love
and no anxiety.
3.
There was a differences dominant tendency of spiritual leader need
for love and belongingness based on the sexes (the male spiritual
leader and the female spiritual leader). In wich male spiritual
leaders had dominant aspect tendency in trusting each others, but
female spiritual leaders had dominant aspect in giving love.
4.
There was a differences dominant tendency of layman need for love
and belongingness based on the sexes (laymens and laywomens). In
wich laymens had dominant aspect tendency in deep understood by
others, whereas laywomens have dominant aspect tendency in wholehearted accepted
Key words : dominant tendency need for love and belongingness, spiritual leader,

layman, male, female.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Kasih karunia dariNya telah menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi yang merupakan bagian prasyarat dalam memperoleh gelar sarjana
Psikologi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak
melupakan bantuan-bantuan yang diberikan oleh beberapa pihak lain secara moril
maupun materiil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi. M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan pembimbing akademik.
3. Ibu Dra. Lusi Pratidarmanastiti, M.S., selaku pembimbing skripsi yang dengan
sabar membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Thanks a lot telah
mengajariku untuk berani menghadapi setiap tantangan yang ada…
4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. dan Bapak Wijoyo Adinugroho, S.Psi,
selaku dosen penguji skripsi...thanks a lot atas pengalaman indah dan

masukan-masukannya…
5. Ibu P. Henrietta PDASD., S.Psi. yang telah memberikan semangat, dan waktu
untuk berbagi. Semangat Cie….aku tunggu kehadiran ponakan kecilku…
6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi. yang telah memberikan saran dan pernah
menjadi pembimbing akademik penulis sebelumnya.
7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang telah memberikan saran selama proses ini,
terutama dengan rumus-rumusnya. Sukses dengan ilmu yang akan dijelang Ko
8. Semua

dosen-dosen

Fakultas

Psikologi

Universitas

Sanata

Dharma


Yogyakarta. Selamat mengajar dan memajukan psikologi SADHAR….
9. Semua karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta dan penjaga parkir
kampus III Paingan. Senyum kalian membuatku betah dan bahagia berada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antara kalian. Karya-karya kalian sangat indah, doaku untuk setiap karya atas
sentuhan tangan kalian…
10. Msgr. Herman Joseph Pandoyoputro, O.Carm., selaku Uskup Keuskupan
Malang. Terima kasih banyak atas segala waktu, dukungan, bantuan, semangat
dan sharing-sharingnya. Saya masih menunggu saat-saat sharing dan kerja
sama berikutnya.
11. Romo Janto, SJ., Romo Adam Pr., Romo Denny Pr., Romo Agi, O’Carm, Fr.
Monfort BHK, dan Suster Paulana SSpS, yang sudah banyak membantu dalam
penyebaran skala penelitian, dukungan fisik, moril, semangat dan doadoanya…… serta suster-suster Misi Abdi Roh Kudus atas doa, cinta dan
penerimaannya pada saya dalam kegiatan hariannya
12. Semua subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
mengisi skala penelitian, tanpa kalian penelitian ini tidak akan terselesaikan
dengan baik…thaks a lot.

13. Pakdhe Iwan yang bersedia mengedit dan berdiskusi tentang materi skripsi
ini.Thx a lot….
14. Tante Tiranda, thanks sudah mengajarkanku menjadi perempuan yang tegar
dan mandiri…..tetap semangat ya tante..doa dan cintaku untukmu selalu.
15. The “Lonchiez” fam.: Mami Mira, Ita, Yayack, Anita, Ul-ul, Vera and Tyas.
Thanks, semoga persahabatan kita akan abadi selalu. Saling dukung dalam
cinta dan doa demi kesuksesan bersama ya….liburan bareng yuks….
16. Keluarga besar TN: gendut jo, meant, kopet-shinta, ganyong-bertha, zigoto,
siye, itong, caphie (teman seperjuangan n additional playerku), acong-silau,
cuko-tinul, papidik-hera, kreteng, klowor, micil-ciel, dony-nana, dan masih
banyak lagi...atas kebersamaan hidup dan telah menjadi “keluarga” baru
bagiku, keunikan-keunikan kalian menceriakan duniaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17. Komunitas Tari GENTA RAKYAT…..Thanks a lot atas segala proses yang
telah kita lewati bersama, segala bentuk olah raga, rasa dan jiwa yang kita
lalui…..doaku untuk tiap kesuksesan yang akan dijelang…ILU guys...
18. Komunitas “FRIENDS”, terima kasih atas semua pengalaman yang selalu
memberi pengalaman baru….
19. Komunitas “Psychology Adventure Team” (PAT-su)…..thanks a lot bersama
kalian aku menemukan banyak pengalaman baru yang tak terlupakan….kapan
naik gunung lagi…
20. Kakak-adek dan temen angkatan se-Psikologi, Sadhar (maaf tidak bisa
kusebutkan satu-satu) , miss Yosie, S.Psi., miss Icha S.Psi. dan especially
temen-temen di KBT……guys thanks ya atas semua bantuan, doa, dukungan
dan persahabatan yang telah terjalin…..I’ll miss u much…
21. Temen-temen kost “Delima Raya” yang memberi keceriaan dengan suarasuaranya yang “khas”….I’ll miss u all…
22. Temen-temen “jauh di mata tetapi dekat di hati”-ku dimanapun kalian berada,
doa-doa dan dukungan kalian sangat berarti. Walau tangan tak berjabat, raga
tak berpelukan dan wajah tak bersua namun untaian doa dan sapaan hangat
kalian selalu menemani hari-hariku…. Keep in touch ya friends…

Yogyakarta, 18 Juni 2007

Cynthya Dewi D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................

i

Halaman Persetujuan...............................................................................

ii

Halaman Pengesahan ..............................................................................

iii

Halaman Motto .......................................................................................

iv

Halaman Persembahan ............................................................................

v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya......................................................

vi

Abstrak ....................................................................................................

vii

Abstract ...................................................................................................

viii

Kata Pengantar ........................................................................................

ix

Daftar Isi .................................................................................................

xii

Daftar Tabel ............................................................................................

xvi

Daftar Gambar.........................................................................................

xvii

Daftar Lampiran ......................................................................................

xviii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .............................................................

1

A. Latar Belakang .............................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................

8

C. Tujuan Penelitian .........................................................

8

D. Manfaat Penelitian .......................................................

8

LANDASAN TEORI .........................................................

9

A. Rohaniwan dan Awam .................................................

9

B. Need For Love And Belongingness ..............................

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian...............................................................

12

2. Sifat ........................................................................

16

3. Karakteristik Need For Love and Belongingness ..

17

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Need For
Love and Belongingness.........................................

19

a. Jenis Kelamin ...................................................

19

b. Peran.................................................................

21

C. Perbedaan Kecenderungan Aspek Dominan
Need For Love And Belongingness Pada Rohaniwan

BAB III

Dan Kaum Awam........................................................

24

D. Hipotesis.......................................................................

30

METODE PENELITIAN..................................................

31

A. Jenis Penelitian..............................................................

31

B. Variabel Penelitian ........................................................

31

C. Definisi Operasional......................................................

32

1. Peran dan Jenis Kelamin ..........................................

32

a. Peran ..............................................................

32

b. Jenis Kelamin ...................................................

33

2. Need For Love And Belongingness ..........................

33

D. Subjek Penelitian...........................................................

34

E. Metode Pengumpulan Data ...........................................

35

1. Skala Need For Love and Belongingness................

35

2. Kelayakan Skala Need ForLove and Belongingness

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

a. Analisis Item ....................................................

39

b. Validitas ...........................................................

40

c. Reliabilitas .......................................................

41

F. Prosedur Penelitian ........................................................

42

G. Metode Analisis Data ....................................................

43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................

45

A. Persiapan Penelitian ......................................................

45

1. Perijinan Penelitian ..................................................

45

2. Lokasi Penelitian......................................................

45

3. Penentuan Sampel ....................................................

46

4. Tahap Uji Coba Penelitian .......................................

46

a. Pelaksanaan Uji Coba.........................................

46

b. Hasil Uji Coba Penelitian...................................

47

1) Analisis Item ..............................................

47

2) Validitas .....................................................

47

3) Reliabilitas .................................................

48

B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................

51

1. Pengumpulan Data ...................................................

51

2. Pelaksanaan Skoring ................................................

51

C. Hasil Analisis Data Penelitian .......................................

51

1. Prosentase Aspek Berdasarkan Peran
(Rohaniwan-Awam)...............................................
2. Prosentase Aspek Berdasarkan Jenis Kelamin

52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(laki-laki-perempuan)............................................

53

3. Prosentase Aspek Pada Rohaniwan Laki-laki–
Rohaniwan Perempuan ..........................................

54

4. Prosentase Aspek Pada Awam laki-laki –
Awam perempuan ..................................................

55

D. Pembahasan...................................................................

56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

66

A. Kesimpulan ...................................................................

66

B. Saran ..............................................................................

68

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

69

LAMPIRAN………................................................................................

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Penyebaran Item Need For Love and Belongingness ...........

38

Tabel 2.

Hasil Uji Reliabilitas skala Need For Love And Belongingness 48

Tabel 3.

Sebaran Item Skala Need For Love And Belongingness.......

Tabel 4.

Sebaran Item Penelitian Skala Need For Love And

49

Belongingness .......................................................................

50

Tabel 5.

Statistik Deskriptif ................................................................

51

Tabel 6.

Crosstabulation 1 (Peran-Aspek)..........................................

52

Tabel 7.

Analisis Chi-Square Tabel 6 .................................................

52

Tabel 8.

Crosstabulation 2 (Jenis Kelamin-Aspek) ............................

53

Tabel 9.

Analisis Chi-Square Tabel 8 .................................................

53

Tabel 10. Crosstabulation 3 (Rohaniwan laki-laki – Rohaniwan
perempuan)............................................................................

54

Tabel 11. Analisis Chi-Square Tabel 10 ...............................................

54

Tabel 12. Crosstabulation 4 (Awam laki-laki – Awam Perempuan)....

55

Tabel 13. Analisis Chi-Square Tabel 12 ...............................................

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Hirarki Kebutuhan Manusia............................................

13

Gambar 2.

Diagram Kebutuhan Manusia .........................................

14

Gambar 3

“Lingkaran Maslow”.......................................................

15

Gambar 4

Alur Pikir Penelitian........................................................

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Need For Love And Belongingness Try-Out .........

72

Lampiran B. Tabulasi Data Try-out .....................................................

73

Lampiran C. Uji Reliabilitas Try- Out .................................................

81

Lampiran D. Reliabilitas Item-Penelitian.............................................

83

Lampiran E. Kaidah Reliabilitas Menurut Guilford dan Frucher ........

85

Lampiran F.

Skala Need For Love And Belongingness Penelitian ......

86

Lampiran G. Tabulasi Data Penelitian .................................................

87

Lampiran H. Tabel Ringkasan Nilai Total, Z-Score & Dominan Aspek

96

Lampiran I.

Hasil Olah Data Dan Analisis .........................................

99

Lampiran J.

Data Tambahan Mengenai Keuskupan Malang ..............

103

Lampiran K. Data Paroki-paroki Keuskupan Malang ..........................

106

Lampiran L.

Statistik Rohaniwan Keuskupan Malang 2004 ...............

112

Lampiran M. Statistik Paroki & Stasi Gereja Katolik Indonesia 2004 .

117

Lampiran N. Surat Ijin dan Keterangan Penelitian ..............................

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tahap perkembangan manusia dalam rentang kehidupannya memiliki fase
dan tugas perkembangan yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya.
Tahap perkembangan itu adalah anak-anak, remaja, dan dewasa. Tahap
dewasa sendiri dibagi lagi menjadi dewasa awal, dewasa madya dan dewasa
akhir. Kali ini peneliti akan memfokuskan pembicaraan pada masa
perkembangan dewasa awal (dewasa muda).
Masa dewasa muda dikatakan juga sebagai masa transisi, pada tahap ini
peran dan tanggung jawab yang dipikulnya menjadi semakin besar. Individu
dewasa awal tidak lagi bergantung baik secara ekonomis, sosiologis maupun
psikologis pada orang tuanya, berbagai permasalahan yang dialami justru
menjadi pelajaran berharga yang dapat membentuk pribadi yang lebih matang,
tangguh dan bertanggungjawab terhadap masa depan (Dariyo, 2004). Individu
dewasa awal adalah mereka yang berada pada usia 21 sampai 39 tahun yang
memasuki masa transisi baik secara fisik, intelektual maupun peran sosial
(Santrock, 2002). Dinamika kehidupan masa dewasa awal ini merupakan hal
yang amat menarik untuk diperhatikan. Berbagai segi dan pengalaman dialami
dalam bentuk yang semakin kompleks dan unik.
Keunikan adalah milik setiap pribadi, akan tetapi dalam menjalani suatu
kehidupan manusia masih akan terkelompokkan secara sosial sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

manusia juga disebut sebagai mahluk sosial. Keberadaan manusia sebagai
mahluk sosial ini membawa konsekuensi bahwa individu memerlukan
hubungan manusiawi dengan sesamanya yaitu dengan menjalin hubungan
akrab. Pada penelitian kali ini tugas perkembangan sosio–emosional subjek
dikaitkan dengan hirarki kebutuhan Abraham Maslow. Kebutuhan yang sesuai
dengan tugas-tugas perkembangan sosio-emosional pada masa ini adalah
kebutuhan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki (selanjutnya disebut
need for love and belongingness).
Kebutuhan-kebutuhan manusia ada yang bersifat biologis dan ada juga
yang bersifat psikologis. Abraham Maslow mengelompokan kebutuhankebutuhan manusia menjadi sebuah hirarki. Hirarki kebutuhan tersebut
meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta,
kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki, kebutuhan akan penghargaan dan
terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan yang
digambarkan oleh Abraham Maslow merupakan kebutuhan yang bertingkat.
Kebutuhan bertingkat artinya seseorang akan cenderung memenuhi kebutuhan
yang paling mendasar dahulu yaitu kebutuhan fisiologis, sebelum melangkah
pada pemenuhan kebutuhan di atasnya sampai dengan kebutuhan aktualisasi
diri. Artinya kebutuhan yang ada di tingkat dasar pemuasannya lebih
mendesak daripada kebutuhan di atasnya (Koswara, 1991). Penelitian ini
secara khusus difokuskan pada need for love and belongingness, dengan
asumsi bahwa subjek-subjek penelitian telah terpenuhi kebutuhan fisiologis
(makan, minum,tidur, dan lain-lain) dan kebutuhan akan rasa amannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(pekerjaan, keluarga, moral, kesehatan, dan lain-lain). Hal ini dapat dilihat
pada fakta kehidupan subyek baik rohaniwan maupun awam. Subjek awam
terdiri dari individu-individu yang belum menikah, baik yang sudah bekerja
maupun belum bekerja. Subjek awam sebagian besar masih tinggal dan
mendapat jaminan aspek kehidupan dari orang tua (terutama yang belum
bekerja) dan ada beberapa yang sudah memiliki tempat tinggal sendiri (yang
sudah bekerja). Fakta-fakta ini menjadi dasar asumsi bahwa subjek awam
telah terpenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa amannya. Sedangkan pada
subjek rohaniwan, sehubungan dengan perannya, memiliki jaminan aspek
kehidupan (makan, tempat tiggal, dan lain-lain), dan kesehatan dari masingmasing ordo dan konggregasinya. Rohaniwan yang menjadi subjek adalah
yang telah menerima sakramen imamat ataupun kaul kekal. Hal ini menjadi
dasar asumsi bahwa kebutuhan fisiologis dan rasa amannya telah terpenuhi.
Maslow

mengatakan

perkembangan kepribadian

bahwa

pada

prinsipnya

pembentukan

dan

didasari oleh motivasi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Dariyo, 2004). Dorongan untuk memenuhi
kebutuhanlah yang mengarahkan perilaku individu pada pencapaian kepuasan.
Terpenuhinya kebutuhan akan membawa pengaruh positif bagi pertumbuhan
dan perkembangan pribadinya. Sebaliknya apabila tidak terpenuhi dengan baik
dapat menyebabkan gangguan kepribadian atau psikopatologis. Demikian pula
halnya dengan need for love and belongingness yang merupakan salah satu
kebutuhan yang penting untuk terpenuhi pada masa ini (sehubungan dengan
tugas perkembangannya). Need for love and belongingness ini tidak terbatasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hanya pada suatu hubungan romantis saja. Kebutuhan ini sehubungan dengan
kesempatan dan kebebasan tanpa diskriminasi untuk menjalin interaksi sosial
dengan siapa saja.
Masa transisi pada dewasa awal juga berkaitan dengan perubahan peran
sosial. Faktor gender sebagai elemen yang melekat dalam kehidupan
masyarakat pun ikut menyumbangkan pengaruhnya atas perubahan-perubahan
yang terjadi. Gender memiliki elemen yang kompleks, yaitu segala sesuatu
yang menyangkut jenis kelamin, peran, tingkah laku, kecenderungan dan
atribut yang lain. Pada penelitian ini peneliti akan melihat pada 2 elemen yaitu
peran dan jenis kelamin.
Manusia selain mempunyai kebutuhan juga terdapat pula berbagai macam
pilihan untuk pemenuhannya, termasuk cara menjalani kehidupan. Masing–
masing manusia menjalani hidupnya dengan cara yang unik. Salah satu bentuk
pilihan itu adalah hidup selibat, yaitu menjadi seorang rohaniwan. Rohaniwan
merupakan tokoh rohani pada agama Katolik. Para rohaniwan harus
menempuh pendidikan khusus sampai dianggap layak dan memiliki kesediaan
penuh dan mereka akan melalui pengukuhan peran melalui sakramen Gereja
maupun pengucapan kaul. Para rohaniwan lebih memilih untuk hidup secara
berbeda, yaitu mereka hidup di bawah naungan hirarki Gereja ataupun
konggregasi (dan meninggalkan keluarganya) dengan segala macam aturan–
aturan mengikat yang ada di dalamnya. Hal ini dirasa unik oleh peneliti,
karena begitu banyak pilihan hidup yang lain dan melihat tidak banyak
individu yang memilih cara hidup demikian (hal ini dapat dilihat dari jumlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

imam, biarawan dan biarawati yang lebih sedikit atau bahkan sangat sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah umat yang ada). Berdasarkan data statistik
Gereja Katolik Indonesia Keuskupan Malang tahun 2004 jumlah umat Katolik
87.384, sedangkan jumlah rohaniwan 1.195. Sebagaimana kemunculan peran
akan selalu berpasangan maka keberadaan rohaniwan dilengkapi dengan
keberadaan awam, dimana kehidupan kaum awam cenderung lebih bebas.
Dunia selibat para rohaniwan yang terikat oleh banyak aturan terutama
tentang hidup selibat menimbulkan keterbatasan hubungan relasi sosial
terhadap lawan jenis. Kaum rohaniwan hidup dalam konggregasi tertentu
dengan segala aturan–aturan yang mengikatnya. Rohaniwan mulai masuk ke
dalam konggregasi sampai dengan mereka benar–benar menjadi imam, bruder,
frater atau suster melalui sebuah perjalanan yang tidak singkat. Lamanya
tahun pendidikan dan hidup selibat dengan berbagai tahapan–tahapannya
membuat peneliti memiliki persepsi bahwa kehidupan yang demikian sudah
terinternalisasi dalam diri mereka. Pada akhirnya perilaku dan sikap yang
tampak, sebagai hasil internalisasi tadi, menciptakan image tertentu dalam
masyarakat tentang rohaniwan yang notabene dikatakan “suci”. Kali ini
peneliti secara khusus tertarik dengan need for love and belongingness pada
kaum rohaniwan, meskipun mereka melaksanakan aturan–aturan secara
konsekwen (terutama aturan mendasar yang sangat umum yaitu tidak
menikah) bukan berarti menjadikan mereka kehilangan need for love and
belongingness itu sebagai manusia. Pada masyarakat umum keadaan tidak
menikah dan peran sebagai rohaniwan kerap kali menjadi “bumerang”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tersendiri bagi para rohaniwan itu sendiri. Hubungan sosial mereka seringkali
mendapat sorotan yang kurang wajar (khususnya hubungan dengan lawan
jenis), hal ini memicu munculnya desas-desus miring, dianggap memalukan
bahkan merusak tatanan keagamaan (HIDUP, 18 Februari 2007). Selanjutnya
peneliti ingin melihat apakah ciri-ciri atau sifat-sifat yang terdapat pada peran
masing-masing

(rohaniwan

dan

awam)

menimbulkan

perbedaan

kecenderungan munculnya aspek dominan pada need for love and
belongingness-nya.
Elemen lain yang mempengaruhi perjalanan kehidupan manusia adalah
jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan salah satu elemen gender yang
merupakan kategori dasar dalam kehidupan sosial (Sears, 1991). Salah satu
penelitian yang mendukung kecenderungan masyarakat untuk membagi dunia
menjadi sisi maskulin dan feminin adalah penelitian terhadap lukisan-lukisan
dan pahatan termashur. Menurut hasil penelitian, lukisan-lukisan dan pahatan
tersebut akan lebih menampilkan situasi kerja dan peperangan pada figur pria
sedangkan fenomena pekerjaan rumah tangga atau mengasuh anak pada figur
wanita (O’Kelly dalam Sears, 1991). Perbedaan berdasarkan jenis kelamin
inipun tampak pada ekspresi cinta, wanita dikatakan lebih mengekspresikan
kelembutan, ketakutan, dan kesedihan sedangkan bagi pria pengendalian
kemarahan adalah suatu orientasi emosional yang umum (Cancian&Gordon,
1988 dalam Santrock, 2002). Berdasarkan data-data perbedaan jenis kelamin
di atas peneliti ingin melihat lebih lanjut apakah ciri-ciri ataupun sifat-sifat
khas pada jenis kelamin masing-masing (laki-laki dan perempuan) juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menimbulkan perbedaan kecenderungan aspek dominan pada need for love
and belongingness-nya.
Perbedaan peran yang telah dikemukakan pada kehidupan masing-masing
individunya tidak dapat lepas dari interaksinya dengan jenis kelamin.
Konkritnya pada rohaniwan ada rohaniwan laki-laki (romo, bruder, frater)
dan rohaniwan perempuan (suster), demikian pula halnya dengan awam ada
awam laki-laki dan awam perempuan. Kombinasi kedua hal ini sama-sama
melekat dalam diri individu, sehingga peneliti akan melihat pula apakah
kombinasi dari ciri-ciri atau sifat-sifat peran dan jenis kelamin ini dapat
menimbulkan perbedaan kecenderungan aspek dominan pada need for love
and belongingness-nya.
Tambahan pada pembahasan selanjutnya peneliti lebih memilih untuk
menggunakan rumusan kalimat need for love and belongingness (dalam
bahasa Inggris). Alasan dari hal ini adalah karena penulis menemukan
rumusan terjemahan kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbeda-beda pada
berbagai buku. Penulis berusaha untuk menghindari persepsi yang berbeda
atas terjemahan-terjemahan yang berbeda itu, maka diputuskan untuk
menggunakan rumusan kata dalam bahasa Inggris.
Kenyataan dan uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti
mengenai “Perbedaan Kecenderungan Aspek Dominan Need For Love
and Belongingness Pada Rohaniwan dan Awam”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan kecenderungan aspek dominan need for love and
belongingness pada rohaniwan dan awam baik laki-laki maupun perempuan.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aspek
dominan need for love and belongingness pada rohaniwan dan awam.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat praktis
a. Memberi pemahaman dan informasi kepada pembaca tentang
kecenderungan aspek dominan need for love and belongingness pada
rohaniwan dan awam baik laki-laki maupun perempuan.
b. Sebagai suatu wacana bahan evaluasi dan refleksi bagi individu pada
masa dewasa awal tentang kecenderungan aspek dominan need for
love and belongingness.
2. Manfaat teoritis
Menambah perbendaharaan ilmu psikologi kepribadian, psikologi
perkembangan dan psikologi sosial, khususnya mengenai kecenderungan
aspek dominan need for love and belongingness pada rohaniwan dan
awam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. ROHANIWAN DAN AWAM
Rohaniwan adalah orang-orang yang memilih cara hidup untuk mengejar
kesucian dan sedapat mungkin mengabdikan dirinya bagi kepentingan orang
lain, dalam agama Katolik meliputi imam, bruder, frater (bagi yang berjenis
kelamin laki-laki), dan suster (bagi yang berjenis kelamin perempuan).
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia rohaniwan adalah orang yang
memilih cara hidup untuk mengejar kesucian dan sedapat mungkin
mengabdikan dirinya bagi kepentingan orang lain. Dalam semua agama
besar, ada orang-orang yang mengkhususkan diri untuk kesucian diri dan
pengabdian kepada sesama. Dalam agama katolik, kaum rohaniwan
meliputi imam, bruder dan suster (rohaniwati), yang termasuk dalam
berbagai komunitas berupa konggregasi, ordo, atau serikat rohaniwan.
Ada komunitas yang bersifat kontemplatif dan ada yang bersifat aktif.
Komunitas kontemplatif memusatkan diri pada peningkatan kehidupan
rohani para anggotanya, sedangkan komunitas aktif mencurahkan
perhatian pada karya sosial dan kerohanian di sekolah, rumah sakit, serta
perawatan kaum miskin dan yatim piatu, di samping meningkatkan
kesucian para anggotanya. Sebagai pengikat diri pada pilihan hidup
mereka, para rohaniwan mengucapkan kaul prasetya sementara atau
selamanya di hadapan pimpinan dan Tuhan, yakni janji selibat (tidak
menikah), janji hidup miskin secara sukarela, dan janji patuh kepada
kehendak Tuhan.
Konsili Vatikan II merumuskan bahwa mereka yang mengikrarkan
nasehat-nasehat Injil ini diharuskan untuk dapat mencari segala sesuatu dan
mencintai atas dasar Allah yang telah terlebih dahulu mencintai manusia (bdk
1 Yo 4:10). Pada segala situasi hendaknya mereka dapat mengembangkan
hidup yang tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah (bdk Kol 3:3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keadaan inilah yang nantinya akan dapat mengalirkan desakan cinta kasih
kepada sesama demi penyelamatan dunia dan pembangunan Gereja. Cinta
kasih inilah yang menjiwai dan mengarahkan mereka pada pengamalan
nasehat-nasehat Injil.
Poerwadarminta (1987), kaum awam adalah sekelompok orang yang
merupakan orang kebanyakan, yaitu orang biasa yang bukan rohaniwan.
Kaum awam ini juga terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan
perempuan perbedaannya adalah mereka tidak memiliki sebutan khusus
seperti pada rohaniwan.
Kaum awam adalah semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang
termasuk golongan iman atau status religius yang diakui dalam gereja.
Jadi kaum kristiani yang berkat babtis telah menjadi anggota Tubuh
Kristus terhimpun menjadi umat Allah dengan cara mereka sendiri. Taat
mengemban tugas imamat, kenabian, dan ragawi Kristus dan dengan
demikian sesuai dengan kemampuan mereka melakukan perutusan
segenap umat kristiani dalam gereja dan dunia (Katekismus Gereja
Katolik , 1995).
Sears (1991) mengatakan pembedaan kategori pria dan wanita
merupakan pembedaan individu berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin ini
merupakan salah satu kategori dasar dalam kehidupan sosial. Pembicaraan
tentang perbedaan jenis kelamin seringkali muncul dalam hubungannya
dengan sifat-sifat kepribadian umum yang merupakan kekhasan masingmasing jenis kelamin. Sifat-sifat kepribadian umum yang khas dari masingmasing jenis kelamin inilah yang kemudian memberikan perbedaan tertentu
bagi keduanya di dalam strata kehidupan sosial. Salah satu bukti yang
menguatkan adalah penelitian dari Rokenkrantz, dalam Sears (1991), yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menunjukkan perbedaan perolehan nilai pada pria dan wanita. Hasilnya adalah
pria lebih tinggi pada sifat-sifat yang berhubungan dengan kecakapan (seperti
kepemimpinan, objektivitas, dan kemandirian), sedangkan wanita untuk sifatsifat yang berhubungan dengan kehangatan dan kemampuan mengungkapkan
perasaan (seperti kelembutan dan kepekaan terhadap perasaan orang lain).
Individu yang telah menjadi rohaniwan merupakan individu-individu
yang berada pada usia perkembangan tahap dewasa awal ke atas, maka pada
penelitian ini lebih difokuskan pada subjek (baik imam/suster maupun kaum
awam) dengan rentang usia 26-39 tahun. Penentuan usia subjek dikaitkan
dengan usia minimal subjek yang memiliki peran rohaniwan berkaitan dengan
masa pendidikan yang harus mereka tempuh sebelum menyandang peran
sebagai imam/suster. Pemilihan rentang usia ini didasarkan pula atas teori
bahwa pada masa dewasa awal seorang individu memiliki tugas–tugas
perkembangan sosio-emosional antara lain adanya pernikahan dan keluarga,
dan peran sebagai orang tua. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan erat
dengan need for love and belongingness. Fase-fase yang akan muncul pada
tahap perkembangan ini adalah meninggalkan rumah dan menjadi orang
dewasa yang hidup sendiri, bergabung menjadi keluarga melalui pernikahan,
dan menjadi orang tua (Santrock, 2002). Ketika seseorang tidak mampu
melaksanakannya maka akan muncul hal–hal yang memicu munculnya rasa
frustasi seperti kesendirian. Santrock mengemukakan bahwa kesendirian
adalah awan hitam yang menutupi banyak sisi kehidupan individu, suatu hal
yang hanya ingin dirasakan sedikit orang. Mereka yang disebut juga sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dewasa muda ini secara umum berusia antara 21 sampai dengan 39 tahun
dimana mereka mengalami masa transisi baik secara fisik, intelektual dan
peran sosial (Santrock, 2002).
Kesimpulan dari penjabaran di atas adalah rohaniwan adalah orangorang yang memilih cara hidup untuk mengejar kesucian dan sedapat mungkin
mengabdikan dirinya bagi kepentingan orang lain (dalam agama Katolik),
yang mana kehidupan mereka terikat pada kaul kemurnian, ketaatan dan
kemiskinan serta kaul-kaul lain serta sakramen tertentu sesuai dengan tarekat
ataupun konggregasinya masing-masing. Peran ini dipilih secara otonom oleh
individu itu sendiri demi pengabdian dan jiwa kerasulannya yang besar kepada
Kristus, mereka juga menjalani pendidikan khusus pada konggregasinya
masing-masing. Sedangkan kaum awam merupakan status bagi masyarakat
pada umumnya yang tidak menyandang peran rohaniwan siapapun dan apapun
profesinya. Pada penelitian ini dikhususkan pada kaum awam yang beragama
Katolik, dengan harapan bahwa mereka akan memiliki pandangan atau
minimal ajaran agama yang sama mengenai cinta dengan kaum rohaniwan.

B.

NEED FOR LOVE AND BELONGINGNESS
1. Pengertian
Abraham Maslow, seorang ahli psikologi, membuat kerangka motif
manusia berdasarkan taraf kebutuhannya, mulai dari kebutuhan biologis
manusia yang dibawa sejak lahir, sampai dengan kebutuhan psikologis
yang paling kompleks yaitu aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
disusun dalam bentuk susunan hirarki dari yang paling rendah sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang paling tinggi. Maslow mengemukakan bahwa motif atau kebutuhan
tersebut akan menguasai tingkah laku manusia. Motif-motif yang berada di
atas biasanya akan mulai menguasai apabila kebutuhan di bawahnya telah
terpenuhi (Handoko, 1992).
Maslow merumuskan susunan hirarki yang menyebutkan lima
kebutuhan dimana masing-masing bersifat saling melengkapi satu dengan
yang lainnya (Kanuk, dalam Schiffman dan Kanuk, 2000). Kebutuhan–
kebutuhan tersebut diurutkan dalam bentuk piramid atau anak tangga
dimulai dari kebutuhan yang paling rendah tingkatannya. Maslow
mengatakan bahwa kebutuhan yang lebih tinggi akan cenderung muncul
ketika kebutuhan di bawahnya sudah terpenuhi.

Gambar 1. HIRARKI KEBUTUHAN MANUSIA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2. Diagram Kebutuhan Manusia

Ketika kebutuhan secara fisiologis dan rasa aman sudah dapat terpenuhi maka
akan muncul need for love and belongingness sebagai kebutuhan di tingkat
selanjutnya. Berbeda halnya dengan kebutuhan yang lainnya, secara umum
kebutuhan ini memiliki eksistensi lebih besar, kebutuhan ini akan menetap relatif
lebih lama dalam diri seseorang sampai tercapai kestabilan untuk mengasihi dan
menerima serta dikasihi dan diterima oleh orang lain (gambar 2). Kanuk (dalam
Sciffman dan Kanuk, 2000) memberikan contoh kategori kebutuhan ini antara
lain adalah cinta dan kasih sayang serta penerimaan. Maslow, berdasarkan hasil
penelitiannya di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa mobilitas sosial yang tinggi
telah menjadi salah satu akibat dari kurang terpenuhinya need for love and
belongingness (Koswara, 1991). Selanjutnya Maslow dalam Koswara (1991) juga
menjabarkan bahwa need for love and belongingness yang tidak terpuaskan akan
membentuk sebuah lingkaran setan pada saatnya (gambar 3), yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 3. Lingkaran Maslow

kegagalan
memuaskan
need for love
and
belongingness

mobilitas
sosial yang
tinggi

munculnya
masalah- masalah
pribadi, keluarga,
dan masyarakat.

Maslow

memberikan

pendapatnya

bahwa

manusia

pada

umumnya

mendambakan hubungan yang penuh kasih sayang dengan orang lain dan secara
khusus merupakan kebutuhan akan rasa memiliki di tengah kelompoknya, hal ini
dipengaruhi keberadaan manusia juga sebagai mahluk sosial. Keterpisahan atau
ketiadaan hubungan dengan orang lain akan mengakibatkan munculnya perasaan
kesepian, terasing, hampa, dan tak berdaya pada individu (Koswara, 1991). Tidak
terpenuhinya hubungan akrab antar individu juga akan menimbulkan perasaan
tertekan (baik disadari maupun tidak) dimana individu merasa ditolak dan
terkurung dalam dirinya sendiri, keadaan ini mampu menghisap semangat dan
memboroskan energi (Hulme, 2000). Kebutuhan-kebutuhan sosial yang memiliki
keterkaitan dengan need for love and belogingness antara lain adalah sebagai
berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana dia hidup
dan bekerja.
b.

Kebutuhan akan disayangi oleh teman-temannya dan orang lain
dimana dia hidup dan bekerja.

Maslow dalam Goble (1987) mengingatkan bahwa need for love and
belongingness disini janganlah dikacaukan dengan seks yang merupakan
kebutuhan fisiologis saja. Difokuskan disini need for love and
belongingness adalah suatu kebutuhan individu untuk mengasihi dan
menerima orang lain serta dikasihi dan diterima keberadaannya oleh orang
lain atau lingkungan hidupnya.
2. Sifat
Need for love and belongingness merupakan kebutuhan yang berkaitan
erat

dengan

mengemukakan

kebutuhan
bahwa

afeksi/emosi
cinta

seseorang.

merupakan

emosi

Albin
yang

(1986)

membawa

kebahagiaan terbesar dan perasaan puas yang sangat mendalam. Hal ini
menggambarkan bahwa cinta merupakan salah satu elemen penting dalam
kehidupan manusia terutama berkaitan dengan relasi individu terhadap
sesamanya atau hubungan sosial. Maslow juga menemukan bahwa tanpa
cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang akan
terhambat (Goble, 1987). Pendapat dari Kraeng memperkuat hal ini
dengan mengemukakan bahwa tendensi dari tindakan cinta yang paling
fundamental

adalah

menyempurnakan.

menghidupkan,

mengembangkan,

dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan penjabarannya, need for love and belongingness bersifat
sangat penting di dalam kehidupan manusia. Ketidakberadaannya mampu
menghambat pertumbuhan dan perkembangan seseorang, sedangkan
keberadaannya

mampu

menghidupkan,

mengembangkan,

dan

menyempurnakan. Keadaan demikian menjadi salah satu alasan bahwa
kebutuhan ini seringkali menetap dalam waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.

3. Karakteristik Need for Love and Belongingness
Need for love and belongingness mendorong individu untuk
membangun hubungan afektif dengan sesamanya. Keterpisahan dan
kehilangan akan mengakibatkan individu merasa kesepian dan tidak
berdaya. Kebutuhan ini akan terpenuhi dengan adanya hubungan yang
akrab dengan orang lain (Goble, 1987).
Roger mengemukakan beberapa karakteristik need for love and
belongingness yang disukai oleh Maslow, yaitu (Goble, 1987) :
a. Keadaan dimengerti secara mendalam
Keadaan dimana seseorang merasa dipahami sebagai individu dengan
sepenuhnya dengan segala karakter-karakter uniknya.
b. Diterima dengan sepenuh hati
Keadaan ketika seseorang mampu merasa diakui dan dihargai nilai-nilai
individualnya tanpa keterikatan emosional dari pihak lain, sehingga
individu merasa nyaman dan betah berada di suatu tempat tertentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

karena

lingkungan

di

sekitarnya

mampu

bersikap

menerima

keberadaannya dengan baik.
Selanjutnya Maslow sendiri juga menunjukkan beberapa karakteristik
yang menggambarkan kebutuhan ini, yaitu (Goble, 1987) :
a. Saling percaya
Keadaan dimana kedua belah pihak yang berinteraksi memiliki
keyakinan dan pengertian yang kuat atas harapan dan pertimbangan nilai
satu sama lain.
b. Cinta yang memberi
Keadaan dimana manusia sebagai individu yang memiliki cinta atau
penuh dengan kasih sayang mampu mewujudnyatakannya dalam
interaksi dengan siapapun melalui berbagai bentuk sikap dan perilaku.
c. Cinta yang menerima
Keadaan dimana manusia sebagai individu yang membutuhkan cinta
mendapatkan cinta atau kasih sayang yang penuh dalam berbagai bentuk
oleh siapa pun di lingkungan hidupnya.
d. Tidak ada rasa takut
Keadaan dimana individu dapat merasa senang, tenang dan aman ketika
melakukan setiap perilaku dan dimanapun ia berada.
Need for love and belongingness yang dimaksudkan pada penelitian
berdasarkan penjabaran di atas merupakan kebutuhan afeksi yang
memiliki karakteristik dimana individu memiliki harapan untuk dimengerti
secara mendalam, diterima dengan sepenuh hati, saling percaya, memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cinta yang memberi, cinta yang menerima, dan dalam keadaan tidak ada
rasa takut.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi need for love and belongingness
Perbedaan gender merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kebutuhan akan cinta (Dayakisni, 2006). Gender memiliki elemen yang
kompleks, yaitu segala sesuatu yang menyangkut jenis kelamin, peran,
tingkah laku, kecenderungan dan atribut yang lain (Baron & Byrne, 2003).
Berdasarkan penjabaran di atas dan penyesuaian dengan subjek penelitian
maka peneliti mengambil dua kategori faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan akan cinta yaitu jenis kelamin dan peran.
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan
cinta. Menurut Dayakisni (2006) dalam bukunya dikatakan bahwa
terdapat stereotype perempuan lebih romantis daripada laki-laki,
namun terdapat pula hasil riset yang menunjukkan laki-laki memiliki
skor lebih tinggi daripada perempuan pada skala romantisme. Selain
itu dikatakan juga bahwa laki-laki dan perempuan memiliki reaksi
berbeda pada pemutusan hubungan, tidak dijelaskan lebih lanjut
mengenai bentuk perbedaannya. Hasil penelitian Hatfield dan Walster
(1978) pun menunjukan bahwa laki-laki tiga kali lebih mungkin untuk
bunuh diri setelah berakhirnya hubungan cinta (dalam Bringham,
1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Beberapa perbedaan yang antara laki-laki dan perempuan ini antara
lain bahwa kebanyakan perempuan merasa bahwa mereka memberikan
cinta yang diwarnai persahabatan kepada pasangan mereka lebih
banyak daripada yang mereka terima. Dalam hal berkomunikasi lakilaki lebih bersedia untuk berbicara tentang pandangan politik dan
kebanggaan

pada

kekuatan

mereka,

sedangkan

perempuan

mengungkapkan perasaannya tentang orang lain dan ketakutanketakutan mereka (Traupman dan Hatfield dalam Bringham, 1991).
Perbedaan inipun tampak pada ekspresi cinta, perempuan dikatakan
lebih

mengekspresikan

kelembutan,

ketakutan,

dan

kesedihan

sedangkan bagi pria pengendalian kemarahan adalah suatu orientasi
emosional yang umum (Cancian&Gordon, 1988 dalam Santrock,
2002). Beberapa penjelasan di atas kemudian menunjukkan bahwa
perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi munculnya perbedaan
need for love and belongingness.
Elemen-elemen biologis, seperti hormon, dalam tubuh laki-laki dan
perempuan turut berperanan mempengaruhi setiap perilaku yang
muncul. Salah satu contoh konkritnya adalah ketidakstabilan emosi
yang sering dialami oleh perempuan ketika masa-masa menjelang
menstruasi. Ketidakstabilan ini dipengaruhi juga oleh ketidakstabilan
hormon di dalam tubuhnya. Selain itu terdapat perbedaan sifat-sifat
khas individu secara umum antara laki-laki dan perempuan dimana
laki-laki dikenal lebih agresif, mandiri, tidak emosional, objektif, dll,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedangkan perempuan yang lemah-lembut, bijaksana, religius, peka
terhadap perasaan orang lain, mengungkapkan perasaan yang lembut,
tergantung, memiliki kebutuhan akan rasa aman yang besar.
Jenis kelamin yang dimaksudkan disini adalah pengkategorian
laki-laki dan perempuan dimana pembedaan ini muncul dari perbedaan
secara biologis, yang kemudian akan berpenga