PERILAKU SEKSUALITAS LIMA TOKOH PEREMPUAN DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN

  

PERILAKU SEKSUALITAS LIMA TOKOH PEREMPUAN

DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN

( SEBUAH PENDEKATAN PSIKOANALISIS)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Indra Yeni Sugiarto NIM : 034114041

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

September 2007

  

PERILAKU SEKSUALITAS LIMA TOKOH PEREMPUAN

DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN

( SEBUAH PENDEKATAN PSIKOANALISIS)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Indra Yeni Sugiarto NIM : 034114041

  

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

September 2007

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Tuhan telah menciptakan sejuta titik dalam diriku

Namun aku hanya mampu menggunakan satu di antaranya.

Bantu aku menerjemahkan Ke sembilan ratus sembilan puluh sembilan lainnya… yenni

KATA PENGANTAR

  Skripsi ini merupakan laporan penelitian yang ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Indonesia. Penelitian ini mengkaji perilaku seksualitas lima tokoh perempuan dalam Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan dengan pendekatan psikologi sastra. Ada pun peneliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud karena adanya alam bawah sadar yang mempengaruhi perilaku manusia, dalam hal ini perilaku seksualitas lima tokoh perempuan dalam Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan.

  Pemilihan teori ini sebagai landasan teori karena penelitian ini diharapkan mampu menggali perilaku seksualitas sacara menyeluruh, tidak hanya melihat seksualitas yang berkaitan dengan naluri biologi manusia, tetapi sebagai penyaluran sejumlah libido dalam diri manusia.

  Dalam penulisan laporan ini, banyak pihak yang telah membantu memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tak langsung. Ada pun orang-orang tanpa tanda jasa itu adalah sebagai berikut:

  1. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I : Terima kasih telah mengenalkan aku pada keindahan psikoanalisis. Karena Ibu, aku benar-benar menikmati skripsiku, terimakasih atas diskusinya.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II : Terima kasih atas saran dan diskusi yang lebih menyempurnakan skripsi ini.

  3. Ibuku tercinta dan bapakku tersayang. Gempa tak merobohkan niatku untuk menyerahkan gelar ini pada kalian. I love you all…

  4. Adik-adikku: Si kecil Tian yang menghiburku saat aku capek menyelesaikan skripsi, Bebek dan Neneng yang selalu membantuku.

  5. Kakakku Safrudin yang menjadi motivasi untukku berkembang.

  6. Wahyu Anggono Jati : Terima kasih atas kesabaranmu untuk menghadapiku serta selalu mendengarkan ceritaku.

  

7. Mas Anto yang menjadi teman diskusi tentang tokoh Alamanda yang

  awalnya sulit sekali untuk ku pahami. Thank you…

  8. Cacing yang menjadi cambukku untuk menyelesaikan skripsi dengan kilat, dan Nenek : “Cepat susul Kami!”

  9. Teman-teman Sastra Indonesia 2003 : Kita lulus, guys!

  10. Dosen-dosen Sasindo USD: Bp. Hery Antono yang sudah mendorong skripsi sejak semester 4, Pak Yapi sebagai dosen tamu pengujiku: terimakasih atas saran serta masukan yang sangat membangun,Bu Candra, Pak Ari, Pak Praptomo, pak Santosa, dan seluruh staf sekertariat sastra dan perpustakaan USD.

  11. PH JG-MMA: Manager dan Asistennya, Pak Santoso dan Pak Sugi,teman-teman PH JG-MMa yang tak mungkin kusebut satu per satu. Kenyot, Endang, Estri, Endah, Pak Arif, Mbak Umi, Mbak Mulia, Mbak Murni, dkk.

  12. Seluruh pihak yang telah mendukung penulisan skripsi ini yang mungkin aku lewatkan: Maafkan aku, namun tanpa secuil jasa kalian, aku kehilangan sebagian kemampuanku menyelesaikan skripsi ini.

  Laporan ini telah dipersiapkan dan disusun dengan sebaik-baiknya dengan urutan metode penelitian yang telah ditentukan. Namun, tak sesuatu pun sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Oleh sebab itu termasuk pula di dalamnya skripsi ini yang mungkin jauh dari sempurna. Maka peneliti bersikap terbuka terhadap segala saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan laporan ini karena kesalahan yang ada pada skripsi ini semata- mata merupakan tanggung jawab pribadi penulis.

  Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang Saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,

  20 September 2007 Penulis

  

ABSTRAK

Sugiarto, Indra Yeni. 2007. Perilaku Seksualitas Lima Tokoh Perempuan

Dalam Cantik itu Luka Karya Eka Kurniawan Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini mengkaji perilaku seksualitas lima tokoh perempuan Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik dalam novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan. Tujuan penelitian ini yaitu pertama, melakukan analisis dan mendeskripsikan dinamika dan struktur kepribadian lima tokoh perempuan dalam novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan. Kedua, menemukan dan mendeskripsikan perilaku seksualitas lima tokoh perempuan dalam Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud sebagai landasan teori serta ditambahkan teori tentang seksualitas. Pendekatan dari sudut psikologi memberikan gambaran adanya alam ketaksadaran yang sangat mempengaruhi perilaku seksualitas lima tokoh perempuan ini serta memberikan gambaran tentang perilaku seksualitas mereka. Sementara pendekatan dari sudut sastra menggunakan teks sastra yang berupa novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan sebagai bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan hukum-hukum psikologi untuk menggali teks laten novel Cantik itu Luka dari teks manifes yang ada dalam novel ini.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah pertama, mendeskripsikan kehidupan lima tokoh perempuan dalam novel Cantik itu Luka dengan menerapkan teori psikoanalisis, yaitu dinamika dan struktur kepribadian. Dari langkah ini didapatkan hasil analisis bahwa perilaku lima tokoh perempuan berorientasi pada oedipus kompleks, narsisme, kastrasi, mimpi, fantasme, dan mitologi. Hal ini juga berpengaruh pada perilaku seksualitas mereka.Langkah kedua, berdasarkan hasil analisis pertama dianalisis perilaku seksualitas mereka. Ada pun hasilnya adalah sebagai berikut: (1) Oedipus kompleks membuat Dewi Ayu menikahi Ma gedik secara paksa dan narsisme membuatnya membenci kecantikannya sendiri, (2) Oedipus kompleks yang dialami Alamanda membuatnya menjadikan ibunya sebagai saingan dan memunculkan narsisme serta sikap volatile, kemudian mimpi menentukan arah masa depannya, (3)Adinda mengalami oedipus kompleks hingga menikahi mantan kekasih kakaknya Alamanda dan kastrasi membuatnya menerima perselingkuhan suami dengan kakaknya itu, (4) Oedipus kompleks membuat Maya Dewi menikah pada usia belia dengan kakasih ibunya dan ia mengalami fantasme ketika ditinggal oleh suami dan putrinya, (5) Oedipus kompleks yang dialami Cantik membuatnya membenci ibunya dan mempercayai sosok hantu Ma Gedik sebagai figur ayah, mitologi putri yang diselamatkan pangeran terjadi pada hidupnya, serta narsisme membuatnya mengabaikan kehamilannya.

  

ABSTRACT

Sugiarto, Indra Yeni. 2007. Sexuality Behaviour of Five Women Figure in

Cantik itu Luka Eka Kurniawan’s Work a Literature Psychology Approach. Thesis S-1 Degree. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Indonesian Literature Department, Faculty of Indonesian Literature, Sanata Dharma University.

  This research examine sexuality behavior of five women figure Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, and Cantik in a novel titled Cantik itu Luka written by Eka Kurniawan. The aim of this research firstly, doing analysis and describe dynamics and stucture of five women figure personality in a novel titled

  

Cantik itu Luka Eka Kurniawan’s work. Secondly, finding and describing

sexuality of five women figure in this novel.

  The approach used in this research Sigmund Freud’s psychoanaysis theory as main theory and theory about sexuality. As an additional theory, psychology approach gives a description that there is unconscious world, which strongly influence sexuality behaviour of these five women figure, and gives description about their sexuality behaviour. Meanwhile, literature approach used literature text in the form of a novel titled Cantik itu Luka Eka Kurniawan’s work as a research material. This research used psychology law to delve latent text of novel Cantik itu Luka from manifest text that lay in this novel.

  Method that used in this research is descriptive method. First step that is done by observer is describing five woman figure life in a novel Cantik itu Luka by applying psychoanalysis theory, that is, dynamic and structure of behaviour. From this point, it can be found the result of analysis that behaviour of five women figure is oriented toward oedipus complex, narcissism, castration, dream, fantasme, and mythology. These cases are influential on their sexuality behaviour. Second step, that is, using are result of first analysis to discover their sexuality behaviour. The results are: (1) Oedipus complex had made Dewi Ayu forced married Ma Gedik and narcissim made her hating her own beautiful, (2) Oedipus complex had made Alamanda bring her mother as a rival and bring out narcissism and volatile attitude, then, dream determine her future, (3) Adinda experienced oedipus complex until she married Alamanda sister’s ex-boyfriend and castration made her accepting her husband’s affair with her sister, (4) Oedipus complex made Maya Dewi married her mother’s lover at young age and she experienced fantasme when she was left by her husband and doughter, (5) Oedipus complex made Cantik hating her mother and she believe in a ghost Ma Gedik as father figure, princess mythology that is saved by a prince happened to her life, and narcissim made her ignoring her pregnancy.

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. viii ABSTRAK .............................................................................................. ix

  ABSTRACT.............................................................................................. x

  DAFTAR ISI........................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

  1 I.1 Latar Belakang Masalah ........................................................

  1 I.2 Rumusan Masalah..................................................................

  7 I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................

  7 I.4 Manfaat Penelitian .................................................................

  7 I.5 Kajian Pustaka .......................................................................

  8 I.6 Landasan Teori ......................................................................

  10 I.6.1 Psikologi Sastra............................................................

  10 I.6.2 Psikoanalisis.................................................................

  12 I.6.2.1 Dinamika Kepribadian ..............................................

  13 I.6.2.2 Struktur Kepribadian.................................................

  15 I.6.2 Seksualitas....................................................................

  16 I.7 Metodologi Penelitian............................................................

  18 I.7.1 Pendekatan Psikologi Sastra ........................................

  18 I.7.2 Metode Penelitian ........................................................

  19 I.7.3 Sumber Data.................................................................

  20 I.8 Sistematika Penyajian ............................................................

  20

  BAB II DINAMIKA DAN STRUKTUR KEPRIBADIAN LIMA TOKOH PEREMPUAN DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN...................................................

  21 II.1 Dinamika dan Struktur Kepribadian Dewi Ayu ...................

  22 II.2 Dinamika dan Struktur Kepribadian Alamanda ...................

  28 II.3 Dinamika dan Struktur Kepribadian Adinda........................

  32 II.4 Dinamika dan Struktur Kepribadian Maya Dewi.................

  35 II.5 Dinamika dan Struktur Kepribadian Cantik .........................

  38 BAB III PERILAKU SEKSUALITAS LIMA TOKOH PEREMPUAN DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN ..............

  44 III.1 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Oedipus Kompleks ....................................................................... 45

  III.1.1 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Figur Ayah .........................................................

  46 III.1.2 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Figur Ibu ............................................................

  51 III.2 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Narsisme..........

  53 III.3 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Kastrasi............

  55 III.4 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Mimpi..............

  56 III.5 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Fantasme .........

  56 III.6 Perilaku Seksualitas yang Didasari oleh Mitologi...........

  57 BAB IV PENUTUP ................................................................................

  59 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  63 BIBLIOGRAFI ......................................................................................

  67

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ekspresi kejiwaan seorang pengarang

  yang memiliki struktur kejiwaan dan pemikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini muncul melalui tokoh-tokoh dalam karyanya, dalam hal ini prosa beserta strukturnya, terutama perwatakan tokoh-tokohnya. Hal inilah yang menjadi asumsi dasar penelitian psikologi sastra. Psikologi sastra melihat karya sastra sebagai ekspresi kejiwaan dan pemikiran seorang pengarang. Ini menjadi sebuah pemahaman untuk melihat karya sastra melalui kondisi kejiwaan tokoh-tokohnya.

  Adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau

  

subconscious setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar

  (conscious) (Endraswara 2004: 96). Ditambahkan lagi oleh Schellenberg (1997:18), semua gejala yang bersifat mental bersifat tak sadar tertutup oleh alam kesadaran.

  Melalui psikologis, sastra mampu menggali sistem berpikir, logika, organ-organ dan cita-cita hidup yang ekspresif dan tidak sekadar sebuah rasionalisasi hidup. Adanya perasaan takut, phobi, was-was, histeris, aman, dan sebagainya menjadi objek kajian psikologi sastra yang amat pelik (Endraswara 2004: 98). Hal senada juga dipaparkan Holand seperti yang dikutip oleh Fananie bahwa tiga landasan psikoanalisis adalah histeri, manic (cinta yang berlebihan), dan schizophrenic (menderita) (Fananie 2001: 181).

  Berbagai hal di atas merupakan objek garap psikoanalisis yang akan terungkap dalam teks sastra. Dari sini peneliti dituntut untuk mengungkap apakah teks sastra melalui pelaku-pelakunya dapat merefleksikan unsur di atas atau tidak. Dari situ pula akan muncul hal-hal yang menyebabkan faktor kejiwaan dominan dalam sebuah teks sastra (Endraswara 2004: 98).

  Pendapat Freud tentang psikoanalisis yang dikutip oleh Hartono, yaitu adanya kehidupan tak sadar manusia. Ketaksadaran ini adalah segi pengalaman yang tak pernah disadari (karena terjadi pada tahap perkembangan ketika seseorang belum berbahasa atau berlangsung cepat sekali maupun terjadi di luar pusat perhatian kita) atau ditekan secara tidak sadar, tidak ingin disadari karena dianggap mengganggu. Bagi Freud ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya. Segi-segi terpenting perilaku manusia justru ditentukan alam tidak sadarnya. Ia membayangkan kesadaran manusia sebagai gunung es; hanya sebagian kecil saja yaitu puncak teratasnya yang tampak terapung di laut. Sebagian besar badan gunung es tersebut terendam di bawah permukaan laut. Bagian yang terendam ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bagian pra-sadar yang dengan usaha dapat kita angkat ke kesadaran dan bagian tak sadar yang hanya muncul dalam perbuatan-perbuatan tak sengaja, fantasi, khayalan, mimpi, mitos, dongeng, dan sebagainya. Cara membagi psike secara ini disebut juga penggambaran psike secara tipografi (Hartono 2003: 3).

  Dalam Cantik Itu Luka ( selanjutnya disingkat CIL) kelima tokoh wanitanya Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik memiliki perilaku tentang seksualitas yang beragam karena memiliki beragam dinamika kepribadian yang dipengaruhi oleh pola pemikiran, lingkup pergaulan, dan latar belakang kehidupan mereka. Dinamika kepribadian yang berbeda membentuk struktur kepribadian yang berbeda pula.

  Kelima tokoh perempuan memiliki struktur kepribadian yang unik karena dibentuk oleh struktur masyarakat dan lingkungan yang unik pula. Latar belakang keluarga pun turut berperan dalam pembentukan kepribadian ini.

  Hal ini terlihat pada tokoh Cantik. Ia mengabaikan perihal kehamilannya. Ia terus melakukan hubungan badan dengan lelaki yang asing baginya. Tindakan ini ia lakukan karena Cantik mengalami gejala narsisme pada dirinya. Ia merefleksikan bayi yang ada dalam kandungannya sebagai dirinya yang ingin dibunuh oleh ibunya sendiri sejak dalam kandungan. Sikap ini membuatnya mengabaikan kehamilannya. Dari sikapnya ini terbentuklah struktur kepribadian Cantik. Ia mengabaikan superegonya yang melarang wanita hamil di luar nikah dan mengikuti idnya yang merupakan dorongan paling primitif dalam dirinya.

  Dinamika dan struktur kepribadian inilah yang sangat mencerminkan perilaku mereka tentang seksualitas. Mereka terlahir pada masa yang berbeda namun terikat oleh hubungan darah dan tinggal pada kondisi sosial yang hampir sama. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat lebih jauh tentang perilaku Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik mengenai seksualitas yang dilihat dengan pendekatan psikologi sastra, kemudian penelitian dipersempit menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.

  Perilaku tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik tentang seksualitas yang dilihat dari segi psikoanalisis ini sangat menarik.

  Pandangan kelima tokoh perempuan ini terbentuk oleh dinamika dan struktur kepribadian mereka yang sangat unik karena jalan hidupnya yang beragam. Untuk mendapatkan pandangan ini, peneliti melihat teks yang ada dalam Novel CIL sebagai teks manifes, sedangkan teks yang tersembunyi di balik teks manifes yang ada sebagai teks laten.

  Menurut Djokosujatno ( 2003: 112) , untuk mengkaji karya sastra secara psikologis, hal yang dianalisis adalah teks tokoh sebagai teks manifes untuk menemukan teks yang tersembunyi di baliknya, menuju hasrat atau dorongan tak sadarnya yang paling dalam atau paling primitif. Sementara Semiun (2006:131) menambahkan, beberapa hasrat adalah jelas dan diungkapkan dengan isi manifes dan isi laten merupakan dorongan-dorongan yang disamarkan. Isi manifes adalah arti permukaan atau gambaran sadar yang diberikan oleh tokoh. Ditambahkan oleh Freud seperti yang dikutip oleh Semiun, isi manifes adalah kedok, sedangkan dorongan-dorongan yang disamarkan seperti penjahat berkedok sangat tepat kalau diistilahkan sebagai isi laten.

  Kemudian isi laten sebuah teks dapat berbentuk sikap volatile, narsisme, kastrasi, refleksi diri terhadap dinamika kepribadian, mimpi, id,ego,dan

  

superego pada diri tokoh. Ketika dilakukan pembacaan teks manifes terhadap

  kelima tokoh perempuan ini, semua tokoh terlihat tanpa gangguan psikis, namun setelah dilakukan pembacaan terhadap teks laten didapati banyak hal mengenai kondisi kejiwaan mereka.

  Berdasarkan pembacaan terhadap teks manifes, ditemukan banyak sikap aneh yang dilakukan oleh lima tokoh perempuan ini. dewi Ayu menikahi lelaki tua Ma Gedik pada usianya yang masih belia dengan paksa, kemudian ia memutuskan tetap tinggal di Indonesia ketika Jepang datang ketika seluruh keluarganya memutuskan untuk pindah ke Eropa. Ia melakukan ini agar ketika kakeknya pulang mengetahui rumah yang dituju. Ia bahkan menikahkan putrinya Maya Dewi pada usia 12 tahun dengan kekasihnya sendiri. Pada tokoh Alamanda, sikap aneh muncul ketika ia meninggalkan kekasih yang dicintainya dan menikahi Shodancho yang telah memerkosanya padahal kekasihnya rela menerima keadaannya apa adanya. Tokoh Adinda menerima dengan baik perselingkuhan suami dengan kakak perempuannya tanpa menunjukkan kemarahan sedikit pun. Maya Dewi bersikap aneh ketika ia kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, suami dan putrinya. Ia bersikap seolah-olah mereka masih hidup.

  Ia bahkan menyiapkan makanan untuk keduanya. Tokoh Cantik memberikan seluruh tubuhnya pada lelaki asing yang hadir dalam hidupnya. Kehamilannya pun tak membuatnya ingin dinikahi oleh lelaki yang dicintainya bahkan ia terus melakukan hubungan seksual dengan lelaki itu.

  Sikap-sikap aneh yang ditunjukkan oleh lima tokoh perempuan di atas merupakan gejala utama yang dapat menjadi akses yang berharga menuju kandungan laten novel CIL yang akan dikupas dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Maka diharapkan perilaku seksualitas yang tergali dalam penelitian ini bukan hanya sekedar revisi sekunder novel ini, tapi mengungkap perilaku seksualitas yang menjadi milik subteks yang mampu menembus revisi sekunder menuju sebuah produk tekstual CIL.

  Sikap narcisme muncul pada tokoh Dewi Ayu dan Alamanda. Menurut Freud, ada kaitan yang erat antara narcisme, pemujaan pada diri, dengan citra ego seseorang. Pelukisan yang selalu baik tentang dirinya merupakan usaha untuk mempertahankan citra Egonya (Kramadibrata 2003: 76 ).

  Sementara itu, pada tokoh Cantik, keadaan fisiknya sangat mempengaruhi perilaku seksualitasnya karena ini sangat berpengaruh pada dinamika dan struktur kepribadiannya.

  Dengan demikian, dari pembacaan terhadap CIL sebagai teks manifes akan dilanjutkan dengan pembacaan CIL sebagai teks laten. Dalam pembacaan terhadap teks laten akan tergambarlah dinamika dan struktur kepribadian yang terbentuk oleh dunia ketaksadaran. Oleh karena itu, skripsi ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Diasumsikan, jika kepribadian tokoh dalam CIL ini digali lebih dalam lagi akan terungkaplah perilaku seksualitas para tokoh perempuan dalam CIL.

I.2 Rumusan Masalah

  1. Bagaimana dinamika kepribadian dan struktur kepribadian tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik dalam CIL karya Eka Kurniawan?

  2. Bagaimana perilaku seksualitas tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik dalam CIL karya Eka Kurniawan?

I.3 Tujuan Penelitian

  1. Melakukan analisis dan mendeskripsikan dinamika kepribadian dan struktur kepribadian tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik dalam CIL karya Eka Kurniawan.

2. Menemukan dan mendeskripsikan perilaku seksualitas tokoh Dewi Ayu,

  Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik dalam CIL karya Eka Kurniawan.

  I.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini berguna untuk menambah perbendaharaan kritik sastra yang meninjau karya sastra secara psikologi sastra yang menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Kemudian penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lainnya.

  I.5 Kajian Pustaka

  Sejauh pengamatan peneliti, belum ada peneliti lain yang meneliti CIL karya Eka Kurniawan dengan melihat dinamika dan struktur kepribadian tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik untuk menggali perilaku kelima tokoh ini tentang seksualitas.

  Novel ini merupakan sebuah karya yang menarik perhatian banyak orang karena imajinasi Eka Kurniawan yang sangat luar biasa sehingga memunculkan pandangan-pandangan dan penelitian seputar tokoh perempuan dalam Novel CIL. Ada pun beberapa pandangan dan penelitian tersebut adalah sebagai berikut;

  Bandel (2006:60-62 ) memberikan pandangannya mengenai penokohan, penggolongan novel, dan gaya penceritaan Novel CIL. Bandel menyebutkan penokohan dalam Novel CIL membuat karya ini tidak realis. Semua tokoh penting tampak aneh, perilakunya sering tidak meyakinkan secara psikologis, logika berpikir yang mereka gunakan menyerupai logika berpikir orang gila. Orang- orang aneh semacam itu menurut Bandel menjadi tokoh penting dalam sejarah Halimunda.

  Menurut pendapat Bandel, Novel CIL mengisahkan sejarah Indonesia, tetapi sangat tidak jelas sebagai sebuah novel historis yang berdasarkan riset tentang sejarah tempat tertentu. Dia juga menyebutkan novel ini menggunakan gaya penceritaan realisme magis. Maksudnya, CIL merupakan produk fantasi karena ini merupakan karya fiksi dalam masyarakat pascakolonial.

  Mahayana ( 2003: 5 ) dalam esainya yang bertajuk “Air bah dalam Novel Cantik itu Luka” mengatakan bahwa novel ini adalah jenis novel yang

  

ngawur. Menurutnya, Eka melakukan sesuatu yang tabu, yaitu tentang sejarah

  yang hanya pantas menjadi tema sebuah karya realis, dan pengarang harus melakukan riset tentang fakta sejarah yang ada. Menurutnya, dalam novel ini ditemukan kejadian yang tidak masuk akal, penyimpangan fakta sejarah, tokoh- tokoh aneh dan kelakuan yang tidak logis menurut ilmu psikologi.

  Rahmanto (2004:42-43) menilai Novel CIL sebagai perlawanan perempuan terhadap kesewenang-wenangan lelaki yang berkuasa. Menurutnya hal ini tampak ketika Dewi Ayu melawan perlakuan buruk serdadu Jepang dengan sikap dingin. Selanjutnya pada bab-bab berikutnya Dewi Ayu tak lagi melakukan perlawanan sejenis terhadap Shodanco bahkan menikmati kelakuan Maman Gendeng. Rahmanto melihat satu lagi perlawanan yang dilakukan tokoh Alamanda terhadap Shodanco. Namun, menurutnya perlawanan ini terbatas perlawanan perlakuan buruk di bidang seks, yang bagi Rahmanto kadang agak naif, ditambah ketika Alamanda mengenakan celana dalam besi sehingga Shodanco tak bisa menyalurkan hasrat seksnya yang menggebu-gebu.

  Berdasarkan data-data di atas dapat ditarik sutu kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang dilakukan secara serius terhadap perilaku lima tokoh perempuan tentang seksualitas yang mengkajinya dari segi psikoanalisis.

I.6 Landasan Teori

  Peneliti mengkaji perilaku seksualitas Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik karya Eka Kurniawan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Bertolak dari luasnya cakupan psikologi sastra, peneliti membatasi penerapannya dengan hukum-hukum psikologi pada karya sastra (Wellek, Renne dan Austin Warren 1989:90).

1.6.1 Psikologi Sastra

  Penelitian ini mengungkap perilaku seksualitas lima tokoh perempuan melalui dinamika dan struktur kepribadiannya. Zaimar (2004:33) menyebutkan seniman dan penulis nampaknya meninggalkan prinsip realitas, namun dengan kreasi realealitas yang berupa hasil karyanya, mereka cenderung memasukkan dalam kenyataan proyeksi fantasme yang berkaitan dengan dengan karya seni. Ditambahkan oleh Nurhadi (2004:23), karya seni mempertemukan dua prinsip pengarang, yaitu prinsip kesenangan Id dan prinsip realitas ego.

  Dalam pembacaannya terhadap novel CIL, peneliti berusaha menangkap teks yang terkandung di dalamnya dan menemukan bagian tak sadar dari kesadaran lima tokoh perempuan dalam novel ini.

  Eagleton (2006:264) menyebut karya sastra serupa dengan mimpi yang dapat dianalisis, diuraikan, didekomposisi melalui cara-cara yang menunjukkan sebagian proses produksinya.

  Eagleton (2006:262) mengungkap kebanyakan teori sastra yang ada hanya semacam revisi sekunder atas teks sastra. Teori sastra yang ada hanya mengisi lubang-lubangnya dan menghaluskan kontradiksinya, mengatur ulang elemennya yang kacau menjadi sebuah tabel yang koheren. Ia menambahkan ini sebagai pengejaran yang obsesif akan harmoni, koherensi, struktur mendalam, atau makna esensial. Eagleton menyebut ini hanya teori sastra yang mengisi lubang-lubang dalam teks sastra dan menghaluskan kontradiksi di dalamnya, menjinakkan aspek-aspeknya yang berbeda jauh dan hanya mematikan konflik.

  Menurutnya, ini dilakukan agar teks lebih mudah dikonsumsi, yang tidak akan terusik oleh ketidakteraturan yang tak terjelaskan.

  Sejalan dengan pendapat Eagleton, peneliti berusaha membaca ketidakteraturan yang ada dalam novel CIL dan mencapai produk tekstual (meminjam istilah Eagleton untuk menyebut analisis teks sastra secara mendalam). Bertolak dari hal ini pula, penelitian ini difokuskan pada psikologi dalam atau yang lebih dikenal dengan psikoanalisis.

  Eagleton (2006:264) menjabarkan psikoanalisis sebagai hermeneutik kecurigaan; kepeduliannya bukan hanya membaca teks bawah sadar, tetapi juga menyingkap prosesnya, yang memproduksi teks. Untuk melakukan ini, psikoanalisis terfokus pada tempat yang mengandung gejala dalam teks sastra, seperti ambiguitas, ketidakhadiran, dan penghilangan yang mungkin dapat memberikan cara akses yang khusus dan berharga ke kandungan laten, atau dorongan tak sadar. Teori seperti ini dapat menembus lapisan-lapisan revisi sekunder dan mengungkap sesuatu milik subteks seperti sebuah kehendak tak sadar, disembunyikan sekaligus diungkapkan oleh karya. Kritik ini dapat memberi perhatian bukan hanya pada apa yang dikatakan teks, tetapi cara kerjanya.

  Penelitian ini dilakukan untuk menggali produk tekstual novel CIL, terutama berkaitan dengan lima tokoh perempuannya, tidak hanya sebatas mencari revisi sekunder atas teks CIL, tetapi menggali produk tekstual yang ada dalam novel CIL. Untuk itu, peneliti menganalisis terlebih dahulu dinamika kepribadian dan struktur kepribadian lima tokoh ini. Oleh karena itu, teori-teori yang dipaparkan berkaitan erat dengan hal ini. Demikian pula ditambahkan pengertian seksualitas yang merupakan dasar pemahaman bagi pembicaraan mengenai perilaku seksualitas kelima tokoh ini.

I.6.2 Psikoanalisis

  Psikoanalisis merupakan salah satu teori pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal.

  Dalam pandangan ini benih-benih dari gangguan psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan (Semiun 2006:11).

  Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Adapun sumbangan terpenting teori dan praktik psikoanalisis Freud sebagai berikut. Pertama, kehidupan mental individu bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat mental manusia bisa berfungsi untuk meredakan penderitaan manusia. Kedua, tingkah laku yang diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. Ketiga, perkembangan masa kanak-kanak awal sangat berpengaruh terhadap kepribadian pada masa dewasa. Keempat, teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara- cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan. Kelima, pendekatan psikonalitik memberi cara untuk mengetahui ketidaksadaran melalui asosiasi bebas, analisis mimpi, resistensi dan transferensi (Semiun, 2006: 44).

I.6.2.1 Dinamika Kepribadian

  Bagi Freud, berbagai kebutuhan badaniah manusia menimbulkan berbagai ketegangan atau kegairahan dan akan terungkap melalui sejumlah perwakilan mental dalam bentuk dorongan atau keinginan yang dinamakan naluri/instinct (Hartono, 2003: 5).

  Freud berpendapat bahwa pada saat lahir sebagai bayi, manusia telah memiliki sejumlah energi seksual (libido) tertentu yang kemudian terus dikembangkan melalui sejumlah tahapan psikoseksual secara naluriah karena telah “terprogram” secara genetis. Pada tiap perkembangan libido harus tersalurkan lewat erogen tertentu. Pengalaman masing-masing manusia pada tiap tahap perkembangan dapat berupa frustasi (kurang mendapatkan kesempatan penyaluran libido secara wajar) atau pemuasan berlebih yang diberikan oleh orang tua sehingga anak tidak terdorong untuk menguasai dirinya sendiri, suatu hal akan dapat menimbulkan kebutuhan ketergantungan dan perasaan tak berdaya

  (inkompetensi). Baik frustasi atau pemuasan berlebih selalu akan menimbulkan kateksis berlebih pada daerah erogen bersangkutan dan akan muncul pada berbagai bentuk perilaku pada masa dewasa (Hartono, 2003: 6-7).

  Pengalaman hidup yang didapat anak pada usia sampai 5 tahun sangat berpengaruh pada kepribadiannya ketika dewasa. Freud berpendapat bahwa kepribadian dewasa pada umumnya ditentukan oleh pengalaman masa kanak- kanak yang telah meninggalkan sisanya dalam alam tak sadar (Semiun 2006: 115).

  Menurut Freud seperti yang dikutip oleh Semiun (105-108), pada usia 3 atau 4 tahun, anak mengalami suatu tahapan yang ia namakan sebagai tahap phalik. Tahap ini ditempuh oleh anak perempuan lebih rumit dibanding anak lelaki. Anak perempuan mengalami kompleks electra , yaitu kompleks oedipus perempuan . Ini merupakan hasrat untuk melakukan hubungan seksual dengan ayah disertai perasaan bermusuhan dengan ibu. Untuk memahami ini, harus diketahui terlebih dahulu bahwa untuk anak perempuan kompleks kastrasi yang mengambil bentuk iri terhadap penis ( penis envy ) mendahului kompleks oedipus.

  Kompleks kastrasi ini berawal dari asumsi anak perempuan bahwa semua anak lain memiliki alat kelamin yang sama dengan miliknya. Akan tetapi, ia segera menemukan bahwa anak lelaki tidak hanya memiliki alat kelamin yang berbeda tetapi ada suatu tambahan. Anak perempuan lalu mulai merasa ditipu dan ia ingin memiliki penis. Pengalaman iri terhadap penis ini sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak perempuan. Rasa iri terhadap penis ini kemungkinan akan berlangsung bertahun-tahun dalam bentuk yang beragam. Salah satunya diungkapkan sebagai hasrat untuk menjadi seorang anak laki-laki atau hasrat untuk memiliki bayi dan pada akhirnya mungkin menemukan ungkapannya dalam melahirkan seorang bayi, terutama bayi laki-laki.

  Sikap volatile merupakan perpindahan lelaki atau perempuan satu ke lelaki atau perempuan yang lain tanpa menghiraukan kelanjutan hubungannya.

  Sikap ini merupakan pantulan narsisme dari sifat pemujaan terhadap dirinya sendiri (C.F Kramadibrata 2003:77).

  Kemudian narsisme merupakan keadaan ketika tubuh atau ego seseorang secara keseluruhan dimasuki energi libido atau dijadikan objek hasrat (Eagleton 2006: 223).

  Mimpi merupakan jalan menuju keadaan bawah sadar. Mimpi memungkinkan untuk melihat sekilas cara kerja bawah sadar. Bagi Freud seperti yang dikutip oleh Eagleton (2006:228-229), esensi mimpi adalah pemenuhan simbolis dari keinginan tak sadar dan mimpi dijadikan bentuk simbolis karena jika materi ini diekspresikan secara langsung, kemungkinan hasilnya sangat mengejutkan dan mengusik.

I.6.1.2 Struktur Kepribadian

  Freud membagi kepribadian menjadi 3 bagian yang tumbuh secara kronologis, yaitu id, ego, dan superego. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir. Menurut Freud, id adalah bagian yang sangat primitif dari jiwa. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) (Semiun, 2006: 44).

  Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id dan harus

  mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan id sebagai pemuas kebutuhan dan pereda kesenjangan. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas (reality principle).

  

Ego menjalankan kemampuan berpikir secara rasional dalam mencari pemecahan

  masalah terbaik. Sementara superego merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat dimana individu hidup (Hartono 2003: 4-5).

I.6.2 Seksualitas

  Freud seperti yang dikutip oleh Hartono (2003:5-6) menyebutkan dua naluri utama manusia, yaitu naluri hidup (eros) dan naluri mati (thanatos). Naluri hidup meliputi naluri untuk mempertahankan hidup dan naluti untuk berkembang biak. Energi yang mendasari hidup adalah libido. Libido bukan hanya dorongan seksual tapi merupakan dasar bagi seluruh dorongan untuk hidup. Istilah seks dan seksualitas bagi Freud tidak selalu diasosiasikan dengan senggama, tapi setiap kenikmatan badaniah yang dirasakan. Daerah badaniah yang bila dirangsang menimbulkan kenikmatan disebut daerah erogen ( errogeneous zone ). Libido harus disalurkan sesuai dengan tahapan manusia, bila tidak akan menimbulkan kecemasan yang akan muncul dalam berbagai perilaku. Kecemasan adalah fungsi

  

ego yang memberi peringatan akan datangnya bahaya dan harus dihadapi dengan

cara melawan atau menghindar.

  Eagleton (2006:222) menyebutkan awal terbitnya seksualitas dalam diri manusia ketika masih bayi dan menetek pada ibunya untuk mendapatkan susu.

  Ketika melakukan itu, si bayi menemukan bahwa kegiatan yang penting secara biologis ini nikmat. Mulut bayi bukan hanya menjadi organ untuk survival fisiknya tetapi juga zona orotogenik yang kemudian akan diaktifkan ulang oleh si anak beberapa tahun kemudian dengan mencium. Hubungan dengan ibu telah mengalami dimensi baru yang bersifat libido. Seksualitas telah lahir, sebagai semacam dorongan yang pertama-tama tidak dapat dipisahkan dari insting biologis tetapi kini telah memisahkan diri darinya dan memperoleh sebuah otonomi tertentu.

  Seksualitas bagi Freud seperti yang dikutip oleh Eagleton merupakan penyelewengan sebuah pembelokan dari insting mempertahankan diri yang alami menuju tujuan lain (Eagleton, 2006: 222).

  Freud menyebutkan libido sebagai energi yang mendasari naluri hidup. Libido tidak hanya merupakan dorongan seksual tapi merupakan dasar bagi seluruh untuk hidup. Istilah seks dan cinta merupakan perwujudan naluri hidup.

  (Hartono, 2003: 5-6).

  Untuk lebih memahami perilaku seksualitas kelima tokoh dalam Cantik

  

Itu Luka peneliti membatasi pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur-unsur

kejiwaan Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik.

  Sebagai dunia dalam kata karya sastra memasukkan berbagai kehidupan ke dalamnya khususnya manusia. Pada umumnya, aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia itulah, sebagai tokoh-tokoh, aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan (Ratna, 2004: 343).

  Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik memiliki perilaku yang sangat berlainan mengenai seksualitas. Perilaku mereka unik karena memiliki dinamika dan struktur kepribadian yang berbeda satu sama lain.

  Kelima tokoh terikat oleh ikatan darah, namun melalui perkembangan kepribadian yang belainan menjadikan perbedaan perilaku tentang seksualitas.

  Dewi Ayu yang hidup pada masa penjajahan kolonial Belanda, penjajahan Jepang, hingga pascakemerdekaan RI tentulah memiliki perilaku yang berbeda dengan Cantik yang hidup terisolasi dari masyarakat karena keadaan fisiknya.

  Teori-teori psikoanalis Sigmund Freud akan diterapkan dalam menganalisis perilaku kelima tokoh mengenai seksualitas karena seperti yang diyakini oleh Freud sejak lahir manusia telah memiliki libido (dorongan seksual) yang harus dipenuhi. Lebih lanjut peneliti yakin kehidupan lima tahun terutama para tokoh ini sangat mempengaruhi pandangan mereka tentang seksualitas.

  I.7 Metodologi Penelitian

  I.7.1 Pendekatan Psikologi Sastra

  Dalam kajian yang menekankan pada karya sastra ini, penelaah sastra mencoba menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologi yang tercermin dalam perwatakan tokoh-tokoh dalam karya sastra tanpa memperhatikan biografi pengarangnya penelaah dapat menganalisis psikologi tokoh melalui dialog dan perilakunya dengan menggunakan sumbangan pemikiran kajian aliran psikologi tertentu. Dengan demikian, apa yang dilakukan penelaah sastra dalam kajian ini merupakan upaya untuk mencari kesejajaran aspek-aspek psikologis dalam perwatakan tokoh-tokoh suatu karya sastra dengan pandangannya tentang manusia menurut psikologi tertentu (Roekhan 1987:148-149).

  Rene Wellek dan Austin Warren (1989:91) menyebutkan istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu studi psikologi sastra sebagai tipe atau pribadi pengarang, studi psikologi sastra sebagai proses kreatif, studi psikologi sastra sebagai penerapan tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan studi psikologi sastra yang mempelajari dampak karya sastra pada pembaca (psikologi pembaca).

  Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis studi psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Peneliti menerapkan teori psikoanalisis Sigmund Freud pada novel CIL kemudian mendeskrepsikan perilaku seksualitas mereka.

I.7.2 Metode Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian pustaka dengan cara mencari sumber-sumber tertulis yang digunakan, dipilih, dan ditulis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik pencatatan kartu guna memudahkan pendefmisian pandangan masing-masing tokoh setelah melakukan penyimakan dan pencermatan Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan.

  Data yang telah dikumpulkan lalu dianalisis secara deskriptif, yaitu metode analisis data yang bertujuan menggambarkan secara tepat sitat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan adanya firekuensi penyebaran suatu gejala dalam masyarakat yang tergambar melalui teks

  CIL(Tan 1989:29).

  Peneliti melihat teks yang ada dalam karya sastra sebagai teks manifes, kemudian ideologi pengarang yang disamarkan dalam karya sastra disebut sebagai teks laten. Langkah yang dilakukan peneliti adalah membuat deskripsi penokohan Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik secara terpisah satu sama lain yang kemudian disebut sebagai teks manifes. Langkah kedua adalah menggali teks laten dari teks manifes yang ada dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.

  Peneliti melihat lima tokoh perempuan dalam novel ini sebagai pasien yang mengalami gangguan psikis dan harus diungkapkan simptom-somptom neurologis di alam tak sadarnya yang terwujud dalam teks CIL. Simptom- simptom neurologis ini merupakan bentuk penyamaran insting seksual yang terungkap dalam karya sastra dalam bentuk simbol-simbol. Dalam hal ini merupakan tugas peneliti untuk menerjemahkan simbol-simbol yang berada dalam teks laten CIL untuk mengungkap kinerja alam bawah sadar lima tokoh ini.

I.7.3 Sumber Data

  a. Judul Buku : Cantik itu Luka

  b. Pengarang : Eka Kurniawan

  c. Tahun terbit : 2004

  d. Tebal halaman : 537

  e. Cetakan ke- : satu

I.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penelitian ini dimulai dengan Bab 1 Pendahuluan.

  Bagian ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian dan penelitian yang dilakukan.

  Pada Bab II Dinamika dan Struktur Kepribadian Lima Tokoh Perempuan Dalam CIL karya Eka K dipaparkan dinamika kepribadian berikut struktur kepribadian tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik.

  Bab III Perilaku Seksualitas Lima Tokoh Perempuan Dalam CIL karya Eka K dipaparkan perilaku seksualitas tokoh Dewi Ayu, Alamanda, Adinda, Maya Dewi dan Cantik dilengkapi hal-hal yang mendukung pendapat peneliti. Bab IV Kesimpulan, berisi uraian kesimpulan dan saran yang ditarik peneliti dari kelima perilaku tokoh perempuan tentang seksualitas yang telah diteliti.

BAB II DINAMIKA DAN STRUKTUR KEPRIBADIAN LIMA TOKOH PEREMPUAN DALAM CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWAN Untuk mengungkapkan perilaku lima tokoh perempuan tentang

  seksualitas dalam novel CIL karya Eka Kurniawan, peneliti menganalisis terlebih dahulu teks tokoh kelima perempuan sebagai teks manifes untuk menemukan teks yang tersembunyi di baliknya, mengenai hasrat atau dorongan tak sadarnya yang paling dalam atau paling primitif.

  Dalam asumsi peneliti, untuk mengetahui perilaku kelima tokoh perempuan ini tentang seksualitas, peneliti menganalisis terlebih dahulu dinamika dan struktur kepribadian tokoh-tokoh yang terdapat dalam teks manifes. Dalam hal ini, peneliti mengolah teks manifes dan mencoba mengungkapkan teks yang tersembunyi di baliknya untuk mengungkap perilaku mereka tentang seksualitas.