Perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama - USD Repository
“ PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF ANTARA REMAJA PUTRI KOST dan REMAJA PUTRI ASRAMA ” SKRIPSI Disusun sebagai syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Yohana Tarida Damayanti Sinaga
NIM :029114032
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
He WiLL Make A way, When There’s seems not be A way
When I come home, then I see how a Nice Blue sky Arround me, than I realize
it’s an amaze to have a cup a CoFFee with Him, in this NiceLy worLd.
“He’s so awesome”
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orangtuaku tercinta
Kakak-kakak dan adik ku yang selalu memberikan support
Sahabat serta semua teman yang pernah menghabiskan waktu bersama langkahku
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yohana Tarida Damayanti SinagaNo. Mahasiswa : 029114032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan
Perilaku Konsumtif Antara Remaja Kost Putri dan Remaja Asrama Putri
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 4 April 2008 Yang Menyatakan, Yohana Tarida Damayanti Sinaga
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.Yogyakarta, 19 Februari 2008 Penulis Yohana Tarida Damayanti Sinaga
ABSTRAK
Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007). Perbedaan kecenderungan perilaku konsumtif
antara remaja putri kost dan remaja putri asrama : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi,
Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku
konsumtif antara remaja putri yang tinggal di kost dan remaja putri yang tinggal di
asrama.Subjek penelitian berjumlah 60, terdiri dari 30 remaja putri dari kost dan 30
remaja putri dari asrama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala, yaitu skala kecenderungan perilaku konsumtif . Teknik analisis yang
digunakan adalah dengan menggunakan uji-t independent sample.Uji asumsi penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan perilaku
konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama dimana p (0,00 < 0,05).
Selain itu mean empirik remaja putri kost lebih tinggi dari mean empirik remaja putri
yaitu 128,5 > 114,1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan kecenderungan
perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama, dimana remaja putri
yang tinggal di kost mempunyai kecenderungan perilaku konsumtif lebih tinggi daripada
remaja putri yang tinggal di asrama.
ABSTRACT
Yohana Tarida Damayanti Sinaga (2007),The Difference consumptive behavior between
adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in dormitory.The subjects of this research are 60, consist of 30 subjects from boarding house
and 30 subjects from dormitory. The measuring tools of this research is scale, by using a
consumptive behavior scale. The method of this research is “t-independent sample test” Assumption test from this research show there is differences consumtive behaviorbetween adolescent girls who stay in boarding house and adolescent girls who stay in
dormitory (p= 0,00 < 0,05). Beside it, the empiric mean from the adolescent girls who
stay in boarding house is higher than empiric mean from the adolescent girls who stay in
dormitory (128,5 > 114,1). The conclusion from this research is there’s a difference
consumptive behavior between adolescent girls who stay in boarding house and
adolescent girls who stay in dormitory, which the average of consumptive behavior the
adolescent girls who stay in boarding house is higher than adolescent girls who stay in
dormitory
KATA PENGANTAR
Kasih karunia dari-Nya telah membimbing penulis untuk dapat menyelesaikanskripsi ini, yang merupakan syarat dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga tidak melupakan bantuan
yang diberikan berbagai pihak demi kelancaran penyelesaian skripsi ini, baik dukungan
secara moril maupun dukungan secara materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :1. Bapak Eddy Suhartanto,S.Psi., M.Si., selaku dekan fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing skripsi, “Terimakasih pak atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang sudah bapak berikan “
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Titik Kristiyanti S.Psi selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Semua Dosen dan karyawan staf di fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, selamat bekerja dan juga selamat berkarya.
5. Pihak karyawan di fakultas Psikologi : mba’ Nanik, mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny serta Pak Gie, yang tentunya sudah bersedia membantu selama berada di fakultas Psikologi. Tentunya banyak terimakasih untuk senyum dan keramahan kalian.
6. Keluarga JC.Sinaga di Palembang , untuk Bapak dan Mama yang selalu support dan menerima keluh kesahku, juga kepada kakak kakak-ku terkasih , Kak Juni, Kak Diana dan Bang Guna, Dan Kak Anton yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materi, “terimakasih yang selalu rajin nelepon untuk memberi semangat dan terimakasih untuk bantuan literaturnya serta thank yah uncu mau dengerin kes curhat, huhu. Uncu uncu... I’m proud to be a part of Our Family, coz we always bLessed by HIM.
7. Seluruh subjek penelitian ini, suster dan teman-teman dari Asrama
Syantikara, Yogyakarta. Terimakasih untuk perijinan dan kerjasamanya.Juga untuk teman-teman dari berbagai kost yang sudah membantu, banyak terimakasih yang dapat saya ucapkan.
8. Untuk Yohanes Dodi, Jonathan Supriyadi dan Elman Andreson, thanx for
this great six years. Bangga bangga bangga mengenal oknum seperti kalian : p
9. Kepada bapak editor, Yohanes Setia Panji W, terimakasih atas waktu dan
bimbingannya extra nya ☺10. Untuk Iin-Jaiko, apa kabar cik? Makasih yah cik pinjeman motornya duLu2.
11. Untuk si Buz Kadex, cihuy..Let’s rock this WorLd lagh yah
12. Untuk teman-teman ex-kelas D, Cahya, fika, mitha ,obeth ,tina ,sisil ,mey,
Cyril, Eu, dan yang lainnya, terimakasih atas kebersamaan dan perjalanan yang pernah kita lalui. Bangga kenal dan punya teman seperti kalian
13. Untuk teman- teman angkatan 2002 yang lainnya, yang juga sedang
berjuang menyelesaikan skripsi, terimakasih untuk sharing dan tukar pikiran yang boleh saya dapatkan. Selamat berjuang.
14. Adik angkatan yang juga sedang berjuang menyelesaikan skripsi, selamat
bekerja dan untuk yang masih setia berkarya di kampus, selamat berkarya
15. Untuk Pak BoL, eQi, Leax, Cuki, Galuh, Yetty , Mitha, Via , Martin, Ronal,
Jun, Printa, Ajay Surajay, Si Kunz, Conrad dan juga teman yang lainnya, “wah, kewalahan saya punya teman seperti kalian :p ”
16. Untuk Panji, Tanti Lokal, Rio, Tanti import, dresscode nya apah??duren nya
kapan??mari mari, thanks guys, keep this friendship well.
17. Semua teman- teman yang pernah bekerja sama dengan ku, baik dalam
18. Teman-teman PAT, BASKET, BEM (angk. Kang Adi), terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan yang boleh penulis pelajari dari kalian.
Semoga dapat terus eksis.
19. Teman- teman kost, dik Funz (age doesn’t matter, rite?, thanks sudah
nemenin ambil data dan special thanks buat iboth. Keep the petakiLan high :p ), TuniL , Laura , BumBum ( ibu bayangkari ), terimakasih telah membuat kost menjadi hidup lebih hidup terimakasih terimakasih terimakasih.
20. Untuk ibu-ibu arisan , QiQi brebes, Aya buk aji, Maria Ladebarosyo ,
terimaksih buat pertemanan yang tak seberapa ini, dari hal yang kecil bisa membuka semua . keep silent is much better. hehe.tarik mang!
21. Dan juga untuk seluruh teman dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu-
satu, terimaksih atas dukungan, doa, masukan dan segala bantuan yang telah diberikan.Yogyakarta, 19 Februari 2008 Yohana Tarida Damayanti Sinaga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….…………..iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI…………………..…………….………….v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………..………………..vi
ABSTRAK………………………………..…………………..…….………………..vii
ABSTRACT………………………………………………………..….…….………viii
KATA PENGANTAR……………………………………………..…………………ix
DAFTAR ISI…………………………………………………….…….….……...….xii
DAFTAR TABEL………………………………………………….…….……….....xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xvi
BAB I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang……...….………………………………………….………….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………….……………8 C. Tujuan Penelitian………………………………………………….………….8 D. Manfaat Penelitian………...……………………………………….…………8 BAB II.LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif……………………..………………………...…………10
1. Pengertian Perilaku Konsumtif……………………………...………10
2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif…………………………………..12
3. Faktor- faktor Perilaku Konsumtif………………………………….13
B. Remaja Kost dan Asrama………………….……………………………….16
1. Remaja……………………………………………………………...16
2. Kost dan Asrama………………………………………...…………18
3. Remaja sebagai konsumen……………………………...….………21
C. Perbedaan Perilaku Konsumtif antara Remaja Putri Kost dan Remaja putri Asrama………………………….............................23 D. Hipotesis Penelitian………………………………………………………..26
G. METODE ANALISIS DATA
C. Deskripsi Subjek……………………………………………………….…43
B. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………42
3. Uji Realibilitas…………………………………….…………..….41
2. Seleksi Item……………………………………………………….40
1. Uji Coba Validitas…………………………….…………………..40
BAB IV. PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……………………………………………………….39
2. Uji Hipotesis……………………………………………………….37
1. Uji Asumsi Analisis Data………………………………………….36
3. Reliabilitas………………………………………………………... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN……………………………………………...……….27 B. IDENTIFIKASI VARIABEL……………………………………………...27 C. DEFINISI OPERASIONAL……………………………………………….27
2. Seleksi Item………………………………………………………..35
1. Validitas………………………………………….. ……………….34
F. VALIDITAS,SELEKSI ITEM dan RELIABILITAS……………………..34
1. Alat Pengumpulan Data………...…………………………………29
E. METODE PENGUMPULAN DATA………………………….………….29
D. SUBJEK PENELITIAN………………………………………….………..29
2. Perilaku Konsumtif…………………………………….…….…….28
1. Tempat tinggal……………………………………………………..27
D. Deskripsi Data Penelitian………………………………………………....44
2. Uji Homogenitas……………………………………………...…..46
F. Uji Hipotesis………………………………………………………………47
G. Pembahasan ………………………………………………………………49
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN…………………………………………………………..53 B. SARAN…………………………………………………………….…….53
1. Remaja Putri……………………………….……………………..57
2. Peneliti Selanjutnya……………………………………..……….54
C. KETERBATASAN PENELITIAN……………………………………...55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....56
LAMPIRAN……………………………………………………………………..59
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Blue Print…………………………………………………………..…….32
Tabel 2 : Blue Print dan spesifikasi nomor item……………………………….…..38
Tabel 3 : Blue Print, disribusi item yang digunakan dalam penelitian…………….43
Tabel 4 : Deskripsi subjek penelitian………………………………………………44
Tabel 5: Hasil analisis……………………………………………………………..45
Tabel 6 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov……………….46
Tabel 7 : Perbedaan perilaku konsumtif ………………………..…………………48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Try Out………………………………………………………..60
Lampiran 2. Tabulasi data Try Out……………………………………….………70
Lampiran 3. Uji Reliabilitas………………………………………………………79
Lampiran 4. Uji Reliabilitas (yang fix)…………………………………………...82
Lampiran 5. Skala Penelitian………………………………………………...…...84
Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian……………………………………………90
Lampiran 7. Uji Reliabitas Penelitian…………………………………………...106
Lampiran 8. Uji Reliabiltas Penelitian (yang fix)……………………………….108
Lampiran 7. Uji Normalitas……………………………………………………..110
Lampiran 8. Uji Homogenitas…………………………………………………...112
Lampiran 9. Uji t………………………………………………………………...113
Lampiran 10. Wawancara singkat pada beberapa subjek penelitian……………114
Lampiran 11. Surat keterangan Penelitian………………………………………118
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja di jaman sekarang memiliki tantangan yang lebih besar,. Hal ini
terutama dikaitkan dengan semakin berkembangnya teknologi, dimana kemajuan teknologi dapat mempengaruhi perilaku mereka, misalnya saja kemajuan dalam dunia fashion / mode yang selalu up-to date dan sangat cepat beredar di dunia internet ataupun melalui media iklan yang diterima melalui televisi. Melalui media- media yang tersedia maka informasi dapat tersebar luas dengan sangat cepat, dan hal ini lah yang dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Perilaku remaja yang sangat beragam juga tidak lepas dari bagian perkembangan remaja yang sedang mencari identitas (Hurlock 1980). Masa remaja merupakan masa mencari identitas, dan bukan hanya merupakan masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap selanjutnya saja. Tidak jarang fenomena kemajuan di berbagai hal tersebut membuat remaja mengalami krisis
identitas. Maksudnya disini adalah dengan munculnya informasi yang terbaru dan
sangat cepat membuat remaja semakin bingung untuk menyikapi informasi –
informasi yang diberikan .Seiring dengan berkembangnya jaman, maka semakin besar pula tingkat kebutuhan seseorang, karena manusia akan semakin berusaha untuk tetap
bertahan dalam lingkungannya, kebutuhan bisa berupa kebutuhan yang muncul
dari diri sendiri, misalnya saja kebutuhan untuk makan disaat lapar, kebutuhan
untuk minum disaat haus. Selain itu juga ada kebutuhan yang muncul dari faktor
diluar konsumen itu sendiri, maksudnya disini kebutuhan lebih dikaitkan dengan
masyarakat / lingkungan sekitarnya, misal saja seperti kebutuhan untuk diakui
oleh lingkungan disekitarnya, atau juga kebutuhan untuk diterima oleh orang-
orang disekitarnya.Belanja, saat ini sudah berkembang menjadi suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu dan segala usia
( R. Tambunan, www.yogyafree.net, 2001 ). Konsumen menghabiskan waktu
berjam- jam untuk berbelanja, dalam rangka pemenuhan kebutuhan untuk diakui
eksistensinya dalam lingkungan (Tambunan, 2001). Mereka ingin menunjukkan
bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar, padahal mode itu
sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya (Tambunan, 2001), maka tidak mengherankan bila remaja cenderung
berperilaku konsumtif. Konsumtif disini lebih khusus menjelaskan keinginan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara
berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku
konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja
sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Namun remaja akan
bermasalah ketika kebiasaan itu menjadi berlebihan, seperti pepatah lebih besar
pasak daripada tiang . Dari sini masalah akan mulai terjadi. Secara naluriah,
mereka memang belum dewasa namun sangat senang mengikuti tren yang selalu
berubah-ubah. Mereka mencoba untuk dapat diterima dalam lingkungan dan
kelompoknya, sehingga mencoba menyatu dengan mengikuti gaya dalam
kelompok pergaulan mereka. Jika tidak, mereka bisa dianggap kurang pergaulan,
dan bahkan tidak bisa masuk dalam suatu komunitas tertentu.Perilaku konsumtif pada remaja ini akan menjadi masalah ketika
kecenderungan belanja yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara
berlebihan (Tambunan, 2001). Terkadang orang tua sebagai sumber dana, tidak
mampu memenuhi tuntutan remaja sehingga masalah ini dapat menjadi masalah
ekonomi keluarga. Selanjutnya perilaku konsumtif ini akan terus mengakar dan
berkembang menjadi gaya hidup, tetapi bila kemudian tingkat finansial kurang
mendukung maka seseorang tersebut dapat saja menggunakan cara-cara yang
tidak sehat seperti mencuri, bekerja berlebihan sampai melakukan korupsi. Pada
akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga
dampak psikologis, sosial, bahkan etika (Tambunan, 2001).Perlu disadari, gaya hidup konsumtif membutuhkan penghasilan besar.
Hal tersebut dapat menjadi masalah besar bila untuk memenuhi ambisi, kita dapat
melakukan apa saja untuk mendapatkan uang, termasuk yang tidak halal, melalui
jalan pintas, seperti korupsi.Saat ini masyarakat memang diserbu oleh segala jenis media dari segala
penjuru. Iklan berbagai macam produk dengan berbagai cara dan gaya membuat
pikiran di dalam otak kita selalu dicuci oleh para produsen barang - barang
tersebut. Hampir tiada ruang dan waktu yang kosong dari iklan. Televisi saat ini
penuh dengan berbagai tayangan iklan yang menawarkan bermacam produk.
Mulai produk-produk fashion, kecantikan, makanan, hingga tempat hiburan.
Belum lagi majalah-majalah remaja yang makin banyak ragamnya, yang tentunya
memaparkan informasi- informasi kebutuhan konsumen. Semuanya secara
perlahan-lahan namun pasti, menuntun kita memasuki budaya konsumtif.Tanpa disadari saat ini televisi pun akhirnya menjadi media rekayasa
teknologi yang luas, dimana berdasar informasi dari televisi yang berupa iklan-
iklan atau sekedar informasi, sudah memberi ruang yang efektif untuk
menciptakan budaya konsumtif. Informasi yang sangat gencar, secara tidak
langsung mengajak remaja untuk meluangkan waktu mereka untuk mengenal
lebih dekat terhadap produk- produk yang sudah di informasikan. Akibatnya
sering ditemui remaja- remaja yang memang sengaja menyempatkan diri datang
ke pusat perbelanjaan hanya dengan tujuan untuk melihat- lihat produk- produk
baru yang di informasikan.Rencana awal yang memang hanya mau melihat- lihat saja, namun juga
sering berbuntut dengan tuntutan sekitarnya untuk ikut membeli produk tersebut,
padahal belum tentu produk tersebut adalah produk yang dibutuhkan. Disinilah
media tersebut terus menginformasikan berbagai iklan yang turut membujuk
remaja untuk mencoba produk- produk baru yang belum tentu dibutuhkan yang
berbuntut terciptanya budaya perilaku konsumtif.Kebutuhan untuk menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha mengikuti berbagai atribut yang sedang trendi /
berkembang saat ini (Tambunan, 2001). Berkembangnya jaman membuat remaja
selalu mencoba untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terkadang dalam
pemenuhan untuk diakui eksistensinya, membuat konsumen menjadi tidak
terkontrol.Walaupun belum ada hipotesis yang benar- benar pasti mengenai manakah
yang lebih konsumtif antara laki- laki dan perempuan tapi disini akan lebih
memfokuskan pada perempuan , hal ini disebabkan kebanyakan perempuan lebih
suka shopping ataupun hanya sekedar windows shopping (melihat-lihat ), selain
itu perempuan juga dalam melihat barang lebih tertarik pada warna dan bentuk ,
bukan pada hal teknis dan kegunaannya ( R. Tambunan, www.yogyafree.net ).
Penelitian Zebua, (2003) mengenai perilaku konsumtif pada remaja putri,
memaparkan bahwa konformitas memberikan kontribusi pada konsep diri yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. Dapat disimpulkan bahwa konformitas
mempunyai peranan yang signifikan kepada perilaku konsumtif pada remaja.
Contonhnya jika ada salah satu teman yang membeli barang baru, maka teman-
teman lainnya cenderung akan ikut membeli, hanya dengan alasan agar bisa
kompak dengan teman-sepermainan, walaupun sebenarnya barang tersebut tidak
dibutuhkan sama sekali.Bagaimana dengan remaja yang jarang menonton televisi? Apakah
dengan jarang menerima informasi – informasi akan membuat mereka
ketinggalan jaman dan jauh dari budaya perilaku konsumtif? Begitu juga dengan
para remaja yang tidak mempunyai waktu luang, apakah dengan tidak mempunyai
waktu luang sudah pasti mereka tidak menyempatkan diri untuk menoleh melihat
produk yang diinformasikan secara gencar? Apakah dengan jarang menonton
televisi dan tidak mempunyai waktu luang merupakan jaminan bahwa remaja
tersebut jauh dari budaya perilaku konsumtif ? Pertanyaan- pertanyaan yang
muncul, mempertanyakan gambaran mengenai kehidupan dari dua lapisan yang
berbeda, dimana dalam kehidupan kost, yang identik dengan kebebasan serta
peraturan- peraturan yang kurang mengikat, tidak adanya batasan menonton
televisi ataupun kaitannya dengan kebebasan dalam menentukan jadwal aktivitas.
Sedangkan kehidupan di asrama yang identik dengan aturan- aturan yang wajib
dipatuhi, mendapat batasan dalam jam aktivitas maupun aktivitas menonton
televisi, hal ini tentunya mengurangi kebebasan dari para penghuni asrama dalam
melakukan aktivitasnya.Berdasarkan observasi yang diadakan oleh peneliti, didapatkan beberapa
gambaran bahwa dalam kehidupan penghuni asrama, rata-rata para penghuni
kembali ke asrama jam sembilan malam, dan tidak bisa keluar lagi, sekalipun
masih ada kepentingan yang harus dilakukan diluar asrama. Berbeda dengan
penghuni kost, yang jam pulang ke kost pun beragam, bahkan tidak jarang
penghuni kost baru mulai aktivitas diatas jam 9 malam, dengan alasan yang
beragam, misalnya pergi ke bioskop, atau sekedar nongkrong di café untuk
mencoba- coba tempat baru.Berdasarkan interview yang dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan
informasi bahwa rata- rata anak asrama menyesuaikan jadwal keluar mereka
dengan jadwal yang memang sudah disesuaikan oleh pihak yayasan pemilik
asrama. Misal jadwal makan siang pada pukul 12:00 – 13:00, pada jam tersebut
mereka harus pulang untuk makan siang, baru melanjutkan aktivitas setelah
jadwal tersebut. Sedangkan anak- anak yang tinggal di kost an menyatakan bahwa
mereka dapat makan siang jam berapa pun mereka mau, dan dimanapun mereka
mau, karena kebebasan yang mereka dapatkan di lingkungan kost, mereka pun
mengakui bahwa terkadang mereka jadi tidak terkontrol dalam hal keuangan,
seperti salah seorang subjek mengatakan“ Ya, kalo lagi pengen makan pizza, yah berangkat ke Amplas, tapi selesai makan biasanya gak langsung pulang, seringnya keliling- keliling dulu, melihat- lihat siapa tau ada barang baru yang unik dan lucu, dan kadang- kadang kalau liat barang lucu, bisa-bisa malah beli. Jadi terjebak di mall berjam- jam, padahal rencana awalnya cuma mau makan saja” .
Pendapat yang hampir serupa juga sering ditemui, dimana budaya konsumtif
masuk secara pelan- pelan menjadi budaya yang sedang berkembang. Dari sini
maka diketahui bahwa kontrol diri memanglah sangat diperlukan, untuk
menghindari hal- hal yang menjebak ke dalam perilaku konsumtif.Fenomena mengenai maraknya perilaku konsumtif tentunya perlu disikapi
dengan dewasa. Karena budaya konsumtif ini tentunya dapat membawa dampak
kurang baik. Selain itu budaya konsumtif dapat membawa kerugian bagi diri
sendiri. Maka melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk melihat apakah ada
perbedaan perilaku konsumtif antara remaja yang jarang menonton televis i dan tidak mempunyai waktu luang yang diwakili oleh mahasisiwi yang tinggal di asrama yang notabene padat dengan jadwal yang sudah ditetapkan pihak asrama dan dibandingkan dengan mahasiswi yang frekuensi menonton televisinya lebih banyak serta mempunyai waktu luang yang lebih banyak yang diwakili oleh remaja kost yang jadwal kegiatan ditentukan oleh diri sendiri.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara Remaja Putri Kost dan Remaja Putri Asrama ?” B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara ilmiah apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja putri kost dan remaja putri asrama.
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk menambah kepustakaan atau khasanah teoritis dalam bidang psikologi, khususnya dalam melihat permasalahan yang berhubungan dengan perilaku konsumtif pada remaja
2. Manfaat Praktis Manfaat praktis ini juga dapat dijadikan informasi bagi remaja dalam
memberi tambahan pengetahuan mengenai perilaku pada remaja, sehingga remaja
diharapkan dapat mencegah dan lebih mengontrol perilaku konsumtifnya.BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU KONSUMTIF
1. Pengertian Perilaku Konsumtif
Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat) sering diartikan sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal konsumerisme adalah mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Pendapat tersebut sejalan dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang memberikan batasan konsumtifisme, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan (Mahdalela, dalam Lina dan Rosyid, 1997).
Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Ciri- ciri perilaku konsumtif ada 2 hal yaitu :
a. Perilaku membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu tidak dengan pemikiran, tidak dengan pertimbangan rasional maupun tidak dengan
11 rencana. Orang membeli karena hanya ingin membeli karena sesuatu itu
sedang trendy, karena teman- temannya banyak yang mempunyai, tertarik
oleh warna / kemasannya, karena ada hadiahnya, dan juga karena
kebetulan membawa uang.b. Perilaku membeli, memiliki serta memanfaatkan sesuatu yang sifatnya
tidak bernilai kebutuhan yang wajib. Dengan memiliki sesuatu yang
sedang trendy maka muncul perasaan senang dan percaya diri.Konsumen yang berperilaku konsumtif dapat dilihat dari bagaimana
konsumen membeli suatu barang. Hawkins, Coney, dan Bert (1980)
menjelaskan bahwa perilaku konsumtif ini dapat diamati dari perilaku membeli seseorang. Jika seseorang telah melakukan proses konsumsi maka ia membeli dan memanfaatkan produk untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini telah ia lakukan dengan mempertimbangkan kebutuhannya, jumlah uang (materi) yang akan ia keluarkan, dan nilai guna produk dalam kehidupannya, apakah barang tersebut menguntungkan atau merugikan. Seseorang dikatakankonsumtif jika kurang memperhatikan kebutuhannya, kurang
memperhitungkan keuangannya serta sering mengesampingkan nilai guna barang tersebut Konsumtif adalah pola perilaku konsumsi yang dilakukan dengan tidak rasional, Loudon and Bitta( 1984), sedangkan menurut Gilarso (1985), padaperilaku konsumtif seseorang cenderung membeli dan memiliki dan
memanfaatkan sesuatu tidak dengan pikiran dan pertimbangan yang rasional12 dan juga tidak terencana. Memanfaatkan sesuatu bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan seseorang dalam menggunakan sesuatu barang secara berlebihan yang sebenarnya kurang dibutuhkan, tetapi lebih karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang tidak rasional lagi.
Perilaku konsumtif dapat dilihat dari perilaku seseorang yang kurang memperhitungkan keuangan dan mengesampingkan kebutuhannya.
1. Aspek-aspek perilaku konsumtif
Menurut Hidayati (2001) aspek- aspek perilaku konsumtif yaitu :
a. Impulsif Perilaku membeli produk pada remaja yang lebih cenderung didasari oleh keinginan yang kuat atau hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, sehingga tidak memikirkan apa yang terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.
b. Pemborosan Perilaku membeli produk pada remaja cenderung berlebih-lebihan, ditunjukkan dengan adanya keinginan yang besar untuk mencoba produk baru, disertai adanya ketidakpuasan jika barang yang diinginkan belum dimiliki sehingga menyebabkan remaja menghamburkan banyak dana tanpa didasari kebutuhan yang jelas.
13 c. Mencari Kesenangan (pleasure seeking) Perilaku membeli produk pada remaja cenderung semata-mata hanya untuk mencari kesenangan. Remaja membeli produk-produk tersebut karena ia senang misalnya untuk dikoleksi. Remaja juga senang dan nyaman ketika membeli dan memakai produk yang membuat ia tampak tampil gaya sesuai perkembangan mode atau sekedar ikut-ikutan teman sebaya.
d. Mengejar Kepuasan akan Status (satisfaction seeking)
Perilaku membeli pada remaja yang cenderung didasari keinginan untuk
menunjukkan status yang lebih tinggi dari teman sebayanya. Remaja akan
merasa bangga jika menggunakan produk yang paling mewah, paling mahal, dan modern, serta berbeda dari yang lain.2. Faktor- faktor perilaku konsumtif
Engel, Kollet, dan Blackwell (1994) menyatakan perilaku konsumtif dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor-faktor eksternal meliputi faktor kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor-faktor internal terdiri
dari faktor motivasi, proses belajar, kepribadian, konsep diri, dan sikap.